Klasifikasi
Klasifikasi Berdasarkan Lokasi Anatomi.
1. Dentoalveolar fracture
Setiap fraktur yang terbatas pada area bantalan gigi pada mandibula tanpa adanya gangguan yang
kontinu pada struktur tulang di bawahnya.
2. Symphisis fracture
Setiap fraktur pada area gigi incisive yang berjalan dari prosesus alveolar ke inferior border
mandibula dalam arah vertikal atau hampir vertical.
3. Parasymphisis fracture
Fraktur yang terjadi antara foramen mentalis dan aspek distal dari insicivus lateral mandibular
yang membentang dari prosesus alveolaris ke inferior border.
4. Body (Corpus) fracture
Setiap fraktur yang terjadi di antara foramen mentalis dan bagian distal gigi molar kedua dan
meluas dari prosesus alveolaris ke inferior border.
5. Angle fracture
Setiap fraktur distal ke molar kedua, membentang dari setiap titik pada lengkungan yang dibentuk
oleh persimpangan corpus dan ramus di daerah retromolar ke setiap titik pada lengukngan yang
dibentuk oleh inferior border corpus dan posterior border ramus mandibular.
6. Ascending ramus fracture
Fraktur dimana garis frakturnya meluas secara horizontal diantara batas anterior danbatas
posterior ramus atau yangberjalan secara vertikal dari sigmoid notch ke batas inferior mandibula.
7. Condylar process fracture
fraktur yang berjalan dari sigmoid notch ke batas posterior ramus mandibula sepanjang aspek
superior ramus. fraktur yang melibatkan daerah condylar dapat diklasifikasikan sebagai
ekstrakapsular atau intracapsular, tergantung pada hubungan antara frac-mendatang untuk
lampiran kapsuler.
Fraktur dimana terdapat cedera yang besar pada jaringan lunak yang berdekatan atau
bagian yang berdekatan
6. Telescoped/impacted fracture
7.
8.
9.
10.
11.
Jenis fraktur Ini jarang ditemukan pada mandibula, tetapi menunjukkan bahwa salah satu tulang
secara terpaksa terdorong ke arah yang berlawanan.
Indirect fracture
Direct fraktur muncul berbatasan langsung dengan titik kontak dari trauma, sedangkan indirect
fraktur (tidak langsung) muncul pada titik yang jauh dari area kontak trauma.
Pathologic fracture
fraktur patologis merupakan hasil dari fungsi normal atau trauma minimal pada tulang yang
diperlemah oleh kondisi patologis.
Displaced farcture
Fraktur dapat tidak berpindah (nondisplaced), menyimpang (deviated), atau berpindah
(displaced).
Dislocated fracture
Sebuah dislokasi terjadi ketika kepala kondilus bergerak sedemikian rupa sehingga tidak lagi
berartikulasi dengan fossa glenoid.
Special situation fracture
Jenis fraktur ini merupakan fraktur tidak sesuai dengan klasifikasi-klasifikasi di atas.
Kelas I : Gigi terdapat di 2 sisi fraktur, penanganan pada fraktur kelas 1 ini dapat melalui
interdental wiring (memasang kawat pada gigi)
Kelas II : Gigi hanya terdapat di salah satu sisi fraktur.
Kelas III : Tidak terdapat gigi di kedua sisi fraktur, pada keadaan ini dilakukan melalui open
reduction, kemudian dipasangkan plate and screw, atau bisa juga dengan cara intermaxillary
3. Fraktur Multipel
Gabungan yang sempurna dari kecelakaan langsung dan tidak langsung dapat menimbulkan
terjadinya fraktur multipel.Pada umumnya fraktur ini terjadi karena trauma tepat mengenai titik
tengah dagu yang mengakibatkan fraktur pada simpisis dan kedua kondilus.
Klasifikasi Internasional
Patofisiologi
Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan
jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan
jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi
tulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon
inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma
dan leukosit. Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan
kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein
plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema, sehingga
mengakibatkan pembuluh darah menyempit dan terjadi penurunan perfusi jaringan
Tandaklinis
1.Perubahan oklusi
Frakturpadagigi, tulang alveolar, trauma TMJ
sertaototpengunyahanbisamenyebabkankelainanoklusiini(Fonseca. 200)
Kelainan Oklusi
Kontakprematurgigi post.
Openbite anterior
Openbite posterior
Posterior crossbite
Retrognatik
Unilateral openbite
Prognatik
Efusi TMJ
2. Anestesia, ParestesiaatauDisestesiaBibirBawah
Hal iniberkaitandengangangguanpadanervus alveolar inferior dimananervusinimelewati
foramen mandibula.Jikabibirbawahmati rasa, mungkinsajaterjadifrakturpadadaerah distal
foramen mandibula(Fonseca. 200)
3. PergerakanMandibula yang Abnormal
Frakturpadadaerahmandibulabisamenimbulkankeabnormalandaripergerakanmandibulasecaras
ignifikan.Keterbatasanpembukaanmulutdantrismusbisamenjaditandadarifrakturmandibula.Hal
inijugaberkaitandengankerjaotot-ototpengunyahan.
Kelainan Pergerakan Mandibula
Pergerakan lateral
4. PerubahanKonturWajahdanLengkungMandibula
Perubahan pada wajah
Fraktur
Bagian lateral yang lebih datar
Retruded chin
Parasymphyseal (bilateral)
Pemanjangan wajah
Panoramic radiograph
Posteroanterior radiograph
Occlusal view
Periapical view
Pemeriksaanradiologis
yang
paling
seringdigunakanuntukmendiagnosisfrakturpada
mandibular
adalahpanoramic
radiograph.Tetapisemuateknikinimempunyaikelebihandankekurangannyamasingmasing.Sehinggadalampenggunaanuntuksetiaptekniknyaharusdisesuaikandengankebutuhan
diagnosis, sertakondisi anamnesis daripasienitusendiri.
Perawatam
Ada dua cara penatalaksanaan fraktur mandibula, yaitu cara tertutup atau konservatif dan
terbuka atau pembedahan.
P
E
D
F
I
R
e
i
m
r
e
f
d
k
o
h
a
r
i
u
s
b
w
g
n
k
a
i
b
a
e
i
s
l
n
t
i
l
a
c
i
s
n
y
f
a
t
a
s
i
t
i
f
1. Reduksitertutup
Reduksitertutupsangatsesuaiuntukpenatalaksanaankebanyakanfraktur
mandibular
dansecaraspesifikdiindikasikanuntukkasusdimanagigiterdapatpadasemuaseg
menatausegmenedentulus di sebelahproksimaldenganpergeseran yang
hanyasedikit.Indikasimetodereduksitertutupadalahsebagaiberikut:
a. Frakturmenguntungkantanpaadanyapergeserantempat
(nondisplace
favorable
fracture)
b. Frakturcomunitted yang luas
c. Frakturpadamandibula yang edentulous
d. Frakturmandibulapadaanak
e. Frakturprocessuscoronoidalis
f. Frakturkondilus
eyelet bisa ditempatkan pada gigi posterior untuk mendapatkan tempat perlekatan kawat
atau elastik yang digunakan untuk fiksasi maksilomandibular
1.3Splint
Arch
bar
memberikan
daerah
perlekatan
untuk
fiksasi
maksilomandibular, tetapi secara teknik tidak berfungsi sebagai splint,
karenajarangmemeberikanimobilisasidanstabilisasisegmenfrakturdenganbaik
.
Suatu
splint
merupakanalat
individual
yang
ditujukanuntukimobilisasiataumembantuimobilisasisegmen-segmenfraktur.
Pembuatansuatu
splint
memerlukanbahancetak,
fasilitaslabolatoriumdanwaktu
yang
relatif
lama.Splint
inibiasanyamerupakanlogamtuang (cor), atauterbuatdariakrilik.
1.4Arch Bar
Ada
berbagailengkungan
bar
tersediauntukmencapaifiksasimaksilomandibula.Peralatan
yang
dibutuhkanadalahanestesilokal, Arch bar, 24- 26 gauge wire, dan driver
needle.Langkah yang dilakukan :
1. Pengukuranlengkung
bar.
Bar
biasanyaditempatkanduagigiproksimaldarifraktur
2. Bar ditempatkandarititik distal molar pertamaketitik distal molar pertama di
sisiberlawanan.
3. Kawatadalahpertimbanganberikutnya;
Kawat
24-gauge
dianjurkanuntukkabelcircumdental,
dankawat
26-gauge
digunakanuntukkabelkotak yang menyediakanfiksasimaksilomandibula.
4. Kabelcircumdentalpertamaditempatkanbiasanyapada
premolar
kedua.
Lengkungan bar diukurkemudianditempatkan di loop darikabel.
5. Kabelkemudianmenempatidaerahdarigaristengahke
posterior
untukmenghindarikelebihanlengkungan bar di anterior lengkungan.
6. Adaptasidarilengkungan
bar
untukspasi
interdental
membantumemaksimalkangigikelengkungan
bar
kontakdanmembantumencegahmelonggarnyalengkungan bar.
ditusukkan pada kulit (yang sudah dipersiapkan) di bawah mandibula dan muncul pada
dasar mulut. Pada teknik jarum lurus ganda, suatu jarum dilewatkan sebelah lingual dari
mandibula, masuk ke dalam dasar mulut dan kawat ditarik.
1.7 Stabilisasi pada geligi tiruan atas
Geligi tiruan atau splint maksila distabilisasi dengan pengawatan sirkumzigomatik,
dan apabila diperlukan, insersi kawat pada apertura piriformis atau spina nasalis. Kawat
sirkumzigomatik diinsersikan dengan teknik yang serupa dengan pengawatan
sirkummandibular, satu ujung kawat dilewatkan di bawah (medial) arcus zygomaticus
dan satu di atas (lateral). Untuk ini digunakan awl atau teknik double straight needle.
1.8 Fiksasi tulang eksternal
Fiksasi tulang eksternal yang sering dipakai adalah alat fiksasi Bi-phase. Dengan alat
ini, pin-pinnya diinsersikan melalui insisi kutan ke dalam tulang yang sebelumnya
dilubangi dengan bur. Pin dimasukkan melalui korteks bukal dan tulang kanselus dan
sedikit tertanam pada tulang kortikal lingual. Paling tidak dua pin untuk tiap-tiap segmen
fraktur. Kemudian pin-pin tersebut dijembatani dengan bar (dengan menggunakan klem),
dan reduksi diamati dengan sinar-X. Kemudian bar digantikan dengan konektor akrilik,
yang bentuknya disesuaikan, dengan menggunakan peralatan khusus.
1.9 Risdon wiring
Penggunaankawat
Risdon
sangatbermanfaatketikamerawatgigicampuran.Seringkali,
karenaanatomigigipadatahappengembangan,desainlengkungan
bar
konvensionaltidakmemungkinkanuntukfiksasimaksilomandibuladenganbenar.
2. Reduksi Terbuka
Untukmelakukanreduksiterbukapadafrakturmandibulabisamelaluikulitatau
oral.Antibiotikdanperalatan
intraoral
yang
baikmemberikandukungantambahanpadapendekatanperoral.Secarateknis,
setiapdaerahpadamandibuladapatdicapaidandirawatsecaraefektifsecara oral
kecualipadadaerahsubkondilar.
Sebelummelakukanpembedahanpadafrakturmandibula,
tindakpembedahanharusmencakupsudutmulut
di
area
operasiuntukmemantauaktivitassarafwajah.Faktor
yang
digunakanuntukmenetapkanlokasisayatantermasuklokasifraktur,
gariskulit,danposisisaraf.Adapuncakupansudutmuluttersebutyaitu :
1. Submandibular approach
2. Retromandibular approach
3. Preauricular approach
4. Endaural approach
5. Intraoral approach (Simphysis and Parasimphysis)
6. Wire Osteosynthesis
(displaced
unfavorable)
b. Fraktur
yang
tidakmenguntungkan
(displaced
padabadanmandibulaataudaerahparasimfisismandibula
c. Terjadinyakegagalanpadametodetertutup
d. Fraktur yang membutuhkantindakan osteotomy (malunion)
e. Fraktur yang membutuhkanbone graft
f. Multiple fraktur
unfavorable)
fraktur kominusi yang lebar, dan jika penutupan primer baik mucosal atau dermal, tidak
bisa dicapai.
2.5 Reduksi Terbuka pada Fraktur Subkondilar
Banyak fraktur subkondilar mandibula bilateral dan kebanyakan fraktur kondilar pada
orang dewasa memerlukan reduksi terbuka. Pada kasus fraktur subkondilar bilateral, baik
segmen yang pergeserannya paling besar, maupun fragmen yang lebih besar bisa
direduksi sendiri-sendiri atau bersama-sama. Fraktur dislokasi yang parah dan tidak
direduksi sering mengakibatkan cacat permanen
2.6 Perawatan yang tertunda
Penatalaksanaan fraktur yang sudah lama, baik yang umurnya sudah lebih dari 14 hari
atau sudah tahunan, membawa masalah tersendiri. Fraktur yang sudah berumur 14 hari
menunjukkan tahap awal penyembuhan, yakni organisasi beku darah dan proliferasi
jaringan granulasi/jaringan ikat. Beberapa fraktur yang sudah lama, menunjukkan adanya
pseudartrosis, yang meliputi perkembangan kapsula fibrus dan tepi fraktur kortikal yang
tidak tervaskularisasi dengan baik serta tereburnasi. Fraktur-fraktur jenis ini, paling baik
dirawat dengan jalan masuk melalui kutan dan reduksi terbuka
2.7 Tindak Lanjut
Perawatan pendukung pasca bedah terdiri atas analgesik, dan bila diindikasikan
ditambah antibiotik, aplikasi dingin dan petunjuk diet. Rontgen pasca reduksi dan pascaimobilisasi perlu dilakukan. Reduksi terbuka bisa memperpendek masa fiksasi
maksilomandibular, dan pembukaan percobaan yang dilakukan pada minggu keempat
atau kelima kadang-kadang dilakukan untuk mengetahui derajat kesembuhan klinis,
terutama pada anak yang masih muda