Anda di halaman 1dari 10

RESUME TEKNIK INSTRUMENSI

DENGAN TINDAKAN ORIF ( OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION )


PLATE SCREW RADIUS PADA Ny. A “25 Th”
ATAS INDIKASI CLOSE FRAKTUR RADIUS ⅓ DISTAL SINISTRA
DI KAMAR OPERASI ORTHOPEDI
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh :

MUHAMMAD ASBUDI

PELATIHAN PERAWAT INSTRUMENT KAMAR OPERASI


RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG
JL. J.A. SUPARAPTO NO.2
2015
RESUME TEKNIK INSTRUMENTASI
DENGAN TINDAKAN ORIF ( OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION )
PLATE SCREW RADIUS PADA Ny. A “25 Th”
ATAS INDIKASI CLOSE FRAKTUR RADIUS ⅓ DISTAL SINISTRA

1. TINJAUAN PUSTAKA / TEORI


A. DEFINISI
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya ( Smeltzer S.C & Bare B.G. 2001 ) atau setiap retak atau patah pada tulang
yang utuh (Reeves C.J.,Roux G & Lockhart R, 2001)
ORIF ( Open Reduction Internal Fixation ) adalah suatu tindakan untuk melihat
fraktur langsung dengan tehnik pembedahan yang mencakup di dalamnya pemasangan pen,
skrup, logam atau protesa untuk memobilisasi fraktur selama penyembuhan ( Depkes, 1995 )
Platings and Screws adalah tindakan pemasangan plate ( besi ) yang direkatkan pada
tulang dengan cara dijepit yang berfungsi sebagai reposisi ataupun alat bantu penyambungan
tulang yang mengalami fraktur. ( www.google.com )

B. ETIOLOGI
a. Fraktur akibat peristiwa trauma
Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang dapat berupa
pemukulan , penghancuran, perubahan pemuntiran atau penarikan. Bila tekanan kekuatan
langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan
ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur lunak juga pasti akan ikut rusak .
pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan
jaringan lunak yang luas.
b. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain akibat tekanan
berulang ulang . Keadaan ini paling sering dikemukakan pada tibia , fibula atau metatarsal
terutama pada atlet , penari atau calon tentara yang berjalan baris berbaris dalam jarak jauh.
c. Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang
fraktur yang diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa yang disebabkan
oleh suatu proses yaitu :
         Osteoporosis Imperfekta
         Osteoporosis
         Penyakit metabolik
Fraktur dapat juga terjadi oleh tekanan yuang normal kalau tulang tersebut lunak (misalnya
oleh tumor) atau tulang tulang tersebut sangat rapuh .

C. KLASIFIKASI

1. Berdasarkan sifat fraktur.


1) Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
a. Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak sekitarnya.
b. Tingkat 2: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan.
c. Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman
sindroma kompartement.
2) Fraktur terbuka (open / compound), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar karena adanya perlukaan di kulit, fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat,
yaitu:
a. Derajat I
- luka kurang dari 1 cm
- kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk.
- Fraktur sederhana, transversal, obliq atau kumulatif ringan.
- Kontaminasi ringan
b. Derajat II
- Laserasi lebih dari 1 cm
- Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse.
- Fraktur komuniti sedang
c. Derajat III
- Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot dan
neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi.
2. Berdasarkan jumlah garis patah.
a. Fraktur komunittif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
b. Fraktur segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
c. Fraktur multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang
sama.
D. PATOFISIOLOGI
Trauma Langsung, Trauma Tidak Langsung, Kondisi Patologis

Fraktur Tertutup/ Fraktur Terbuka

Perubahan jaringan sekitar

Pergeseran fragmen tulang

Deformitas

Gangguan fungsi

Ganngguan mobilisasi fisik

E. INDIKASI
a) Close fraktur radius
b) Close fraktur ulna
c) Close fraktur radius ulna

2. LAPORAN KASUS
A. PERSIAPAN LINGKUNGAN
a) Ruangan sudah bersih, suci hama dan siap pakai
b) Meja operasi siap pakai
c) Lampu operasi siap pakai
d) Suction siap pakai
e) ESU ( Electro Surgical Unit ) dan handle diatermi siap pakai
f) Meja instrumen disiapkan
g) Meja mayo disiapkan
h) Suhu diatur 19 – 22 ° C dan kelembapan 40% - 60%
i) Tempat sampah medis dan non medis siap pakai
j) Viewer / Lampu baca rongten siap pakai
k) C-arm bila diperlukan

B. PERSIAPAN ALAT
a) Linen :
1) Doek tebal : 3 buah
2) Doek besar : 4 buah
3) Doek kecil : 6 buah
4) Sarung meja mayo : 1 buah
5) Gaun Operasi : 5 buah
6) Handuk kecil steril : 5 buah
7) Bengkok/cucing/kom : 2/1/1 buah

b) Meja mayo
1) Basic Set
 Desinfeksi klem : 1 buah
 Duk Klem (Towel Klem) : 4 buah
 Handvant mess no.3 : 1 buah
 Hanvant mess no. 7 : 1 buah
 Gunting Metzenboum kecil : 1 buah
 Gunting jaringan kasar kecil : 1 buah
 Pinset Anatomis : 2 buah
 Pinset Chirurgis : 2 buah
 Klem pean (mosquito) : 1 buah
 Klem pean manis : 1 buah
 Needle holder : 2 buah
 Bengkok : 1 buah
 Kom besar : 1 buah
 Cucing : 1 buah

2) Extra Set
 Hak kombinasi / sanmiller : 2 buah
 Langenbeck / retractor us army : 2 buah
 Cobra / hohmann / bone lever : 2 buah
 Raspatorium / raspatories : 1 buah
 Elevatorium / elevatories : 1 buah
 Bone tang / bone holding forcep ( kecil ) : 2 buah
 Knable tang / bone rongeurs : 1 buah
 Bone curret / scrappellapple : 1 buah
 Verburgge / bone holder : 2 buah
 Bor listrik : 1 buah
 Jack cob / kepala bor : 1 buah
 Mata bor / drill 2.5 mm : 2 buah
 Chucky key / kunci bor / drilling chuck : 1 buah
 Sleave 2.5 mm / 3,5 mm : 1 buah
 Dept gauge small / penduga : 1 buah
 Cortical Tapper 3,5 mm : 1 buah
 Kotak implan beserta isinya : 1 set
 Pinset implan : 1 buah
 Screw drivers : 1 buah
 T - Plate : Small oblique locking 4 hold : 1 buah
 Corticall screw locking 3,5 mm no.20 / no.14 : 1 / 2 buah
 Concellus screw FT no.20 : 1 buah
 Krisner wire 4,0 no.1,6 mm : 1 buah

C. PERSIAPAN BAHAN HABIS PAKAI


 Handscoen maxitech : 3 pasang
 Handscoen steril : 3 pasang
 Handscoen non steril : 5 pasang
 Under pad on/ steril : 2 / 2 buah
 Chlorhexidine : secukupnya
 T – Brush : 1 buah
 Folley catheter no.16 : 1 buah
 Urobag : 1 buah
 Spuit 10cc : 2 buah
 Water for Injection : 25 cc
 Jelly : secukupnya
 Povidone iodine10% : 100 cc
 Kasa steril : 20 buah
 Deppers steril : 10 buah
 Opsite ( ukuran 45 x 28 ) : 1 buah
 Mess no. 15 : 1 buah
 Mess no. 10 : 1 buah
 NS 0.9 % : 1000 cc
 Benang absorbable, polyfilament ( Safill 3-0 ) : 1 buah
 Benang nonabsorbable, monofilament ( Premeline 4-0 ) : 1 buah
 Softband no. 10 : 1 buah
 Tensocrep no. 10 : 1 buah
 Sofratul : secukupnya
 Hipavix : secukupnya

D. PERSIAPAN PASIEN
a) Persetujuan operasi (informed consent)
b) Pasien dipuasakan 6-8 jam sebelum operasi
c) Pasien sudah menanggalkan semua perhiasan di badan
d) Vital sign dalam batas normal
e) Marking area operasi
f) Persiapan darah,jika perlu
g) Serah terima dengan perawat anastesi di ruang premedikasi
h) Sign in ( bersama Operator, Anastesi )

E. PELAKSANAAN TEKNIK INSTRUMENTASI


1) Pasien datang, cek kelengkapan pasien Serah terima dengan perawat anastesi Sign in
di Ruang Premedikasi.
2) Bantu pasien memindahkan di meja operasi yang sudah terpasang arm bot pada kiri pasien.
3) Lapisi arm boot dengan underpad (on)
4) Tim anastesi melakukan induksi (general anesthesi) dengan memasang ETT.
5) Posisikan pasien dengan supine, bantu pasien untuk melepas baju, asisten mencuci daerah
operasi dengan chlorhexidine, lalu keringkan dengan doek kecil steril, buang underpad yg
sdh terpakai. Ganti dengan doek kecil steril.
6) Perawat sirkuler memasang folley no 16 yang sudah disambungkan ke urobag.
7) Pasang ground pada bawah paha pasien, dan pasang tourniquet pada lengan kiri atas dengan
tekanan 200mmHg s.d 240mmHg.
8) Perawat instrumen melakukan scrubbing (cuci tangan), gowning (memakai gaun steril), dan
gloving (memakai handscone lapis pertama warna kuning)
9) Operator dan asisten cuci tangan, pasangkan gaun operasi dan handscone ( lapisan pertama
warna kuning) kepada keduanya sesuai ukuran.
10) Asisten mendesinfeksi area operasi dengan desinfeksi klem,povidone iodine 10%, 4 buah
deppers kecil di dalam cucing.
11) Berikan underpad steril utnuk alas lengan kiri pasien yang akan dilakukan operasi.
12) Drapping :
i. Duk besar : bagian bawah pasien.
ii. Duk sedang : di bawah tangan kiri pasien sampai ke atas badan pasien.
iii. Duk kecil : untuk melingkari lengan kiri atas pasien dan beri doek klem.
iv. Duk sedang : untuk menutupi bagian atas pasien
v. Duk kecil : melingkari lengan kiri pasien dan direkatkan pada duk sedang dengan
doek klem
vi. Duk panjang : untuk menutupi badan pasien.
vii. Opsite : untuk menutupi area operasi ( jari sampai lengan atas)
13) Pasang opsite / steril drapp, ambil Kanul suction dan handpiece couter, rekatkan pada doek
besar dengan menggunakan doek klem.
14) Lakukan Time out ( konfirmasi nama klien, umur , ruangan, diangnosa, jenis tindakan, tim
operasi, lama operasi dan antisipasi kejadian kritis )
15) Tindakan ORIF Plate + Screw Radius.
16) Berikan mess I ( handle mess no.3 dan mess no. 10 ) untuk operator untuk dilakukan insisi
kulit sampai dengan lemak, berikan pean dan kassa untuk asisten untuk membersihkan
perdarahan dan Instrumen memegang couter.
17) Setelah fasia terlihat berikan mess II ( handle speed mess dan mess no.11 ) dan pinset
chirurgi bagi operator untuk insisi bagian dalam, berikan pinset chirurgi dan couter bagi
asisten untuk merawat perdarahan.
18) Berikan metzemboum untuk membuka lapis demi lapis dan berikan hak kombinasi atau
langen back untuk memerikan lapang pandang yang lebih luas saat menginsisi sampai
terlihat tulang.
19) Rawat perdarahan berikan operator pean manis dan couter, berikan asisten suction.
20) Setelah tulang terlihat, berikan cobra pada operator untuk elevasi tulang agar terlihat lebih
jelas dan berikan raspatorium pada operator untuk membersihkan jaringan yang menempel
pada tulang.
21) Setelah tulang terlihat bersih dari jaringan yang mengikat berikan operator bone tang untuk
memegang tulang yang patah agar fragmennya terlihat jelas.
22) Berikan kuret untuk membersihkan fragmen tulang dari kalus yang timbul serta
memperhalus patahan tulang agar mudah menyatukan tulang yang patah dan spoel dengan
NS dengan perlahan menggunakan spuit 10 cc yang sudah dipatahkan jarumnya.
23) Kedua tulang fraktur yang bersih digabungkan dengan mencocokkan garis fraktur hingga
sesuai satu sama lain menggunakan bone tang. ( fase reposisi )
24) Berikan T - Plate Small oblique locking kiri 4 hole / sesuai kebutuhan, lalu berikan kocher
untuk menempatkan plate sesuai posisi.
25) Berikan verburgee untuk memfiksasi plate pada tulang.
26) Berikan bor listrik yang telah dipasang sleave 2,5 mm dan mata bor ukuran 2.5 mm pada
operator. Pada saat mengebor semprot dengan cairan NS menggunakan spuit 10 cc agar tidak
terjadi nekrosis pada tulang serta membersihkan serpihan tulang yang di bor.
27) Setelah dibor, berikan pengukur atau penduga untuk menentukan ukuran screw, lalu berikan
tapper cortical ukuran 3,5 mm untuk membuat alur, kemudian berikan screw sesuai ukuran
kedalaman saat pengukuran dan berikan screw driver. Hal ini diulang sampai jumlah screw
yang diminta terpasang semua.
28) Letakkan bengkok di bawah tangan lalu pasien yang dioperasi, cuci dengan NS 0,9%.
assisten menyedot dengan suction dan operator membersihkan dengan kassa.
29) Lakukan Sign Out ( cocokan jenis tindakan, alat, bahan habis pakai yang telah digunakan,
perhatian khusus saay recovery room).
30) Tutup luka lapis demi lapis. vicryl no 3-0 untuk lemak dan premiline 4-0 untuk subkutis.
31) Lepas Oppsite dari daerah operasi.
32) Bersihkan area operasi dengan kassa yang dibasahi dengan NS dan keringkan dengan kassa
kering.
33) Tutup luka operasi dengan sufratule, kemudian kassa kering, hypafix secukupnya
34) Bersihkan daerah sekitar operasi dengan Towel.dan terakhir balut dengan softban 10 dan
tensokrep 10 cm.
35) Lepas doek klem, hitunglah kembali alat dan jumlah kassa yang digunakan selama operasi.
36) Catat bahan habis pakai di lembar depo,dan berikan tanda tangan
37) Operasi Selesai
38) Dokumentasikan.

F. PENYELESAIAN
a) Instrument yang terpakai operasi dibawa ke tempat pencucian alat
b) Instrument di dekontaminasi dengan cara di rendam di larutan alkazyme deterjen ( 1
sachet : 5 liter air ) kurang lebih 10 - 15 menit lalu disikat, setelah itu direndah dilarutan
alkazyde selama 1 menit ( 20 cc : 5 liter air ) lalu di bilas dengan air mengalir
c) Instrument di keringkan, di packing pada wadah yang sudah disediakan, di beri indikator
dan keterangan isi dari instrument
d) Selanjutnya alat akan di sterilisasi oleh petugas CSSD.

Malang, 12 Oktober 2015


Pembimbing Kamar Operasi
Orthopedi
Sugeng Prasetyo, SST
3. DAFTAR PUSTAKA
Donges Marilynn, E. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : EGC
Price Sylvia, A. 1994. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4.
Jakarta : EGC
Sjamsuhidajat, R dan Wim De Jong. 1998. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi
Revisi. EGC :Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart.Edisi
8 Volume 3 Jakarta.EGC
Tucker, Susan Martin. 1993. Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai