2014 CLINICAL SCIENCE SESSION TRAUMA DENTOFACIAL ANATOMI KRANIOFASIAL DAN DENTOALVEOLAR TULANG KRANIOFASIAL Secara umum tulang tengkorak/kraniofasial terbagi menjadi dua bagian yaitu: 1. Neurocranium adalah tulang-tulang yang membungkus otak, seperti Os. Frontale, Os. Parietale, Os. Temporale , Os. Sphenoidale dan Os. Ethmoidalis. 2. Viscerocranium adalah tulang-tulang yang membentuk wajah/maksilofasial, seperti Os. Maksilare, Os. Palatinum, Os. Nasale, Os. Lacrimale, Os. Zygomatikum, Os. Concha nasalis inferior dan Os. Mandibulare.
TULANG KRANIOFASIAL DENTOALVEOLAR Setiap gigi terdiri dari tiga bagian yaitu mahkota gigi (coronadentis), leher gigi (cervix), akar gigi (radix) dan tersusun oleh : Jaringan gigi; dan Jaringan penyokong gigi. JARINGAN GIGI 1. Email : Jaringan keras yang mengalami kalsifikasi yang menutupi dentin dari mahkota gigi. Berasal dari jaringan ektodermal Berfungsi menahan daya kunyah/abrasi 2. Dentin: Jaringan yang berasal dari mesenchym Merupakan jaringan ikat yang mengalami kalsifikasi dan jaringan yang terbesar dari gigi JARINGAN GIGI 3. Pulpa: Jaringan yang berasal dari mesenchym Pada rongga pulpa biasanya ditemui saraf,pembuluh darah, pembuluh lymphe dan jaringan ikat (jarang). Pada ujung akar gigi terdapat foramen apikal yaitu lubang yang terdapat di ujung akar gigi yang merupakan jalan masuk persyarafan dan pembuluh darah pada gigi. JARINGAN PENYOKONG GIGI 1. Gingiva Bagian dari mukosa mulut yang mengelilingi leher gigi dan menutupi prosesus alveolaris.
2. Ligamentum periodontal: Struktur jaringan ikat yang mengelilingi akar gigi dan mengikatkan ke tulang alveolar.
JARINGAN PENYOKONG GIGI 3. Alveolar Processus: Adalah tulang yang membentuk dan mendukung soket gigi di sekeliling akar gigi
4. Cementum: merupakan jaringan ikat terkalsifikasi yang mengelilingi dentin akar , tempat, tempat tertanamnya ligament periodontal.
DENTOALVEOLAR TRAUMA DENTOFASIAL DEFINISI Trauma dentofasial adalah trauma yang menyebabkan cedera pada jaringan lunak serta jaringan keras di daerah wajah, mulut dan dentoalveolar. Fraktur pada wajah meliputi fraktur mandibula, fraktur midface atau wajah bagian tengah, dan laserasi wajah Cedera dentoalveolar dapat berupa fraktur tulang alveolar serta fraktur pada gigi geligi yang dapat disertai dengan kegoyangan gigi, pergeseran letak gigi, dan avulsi. KLASIFIKASI Cedera dentofasial diklasifikasikan menjadi tiga klasifikasi (Yokoyoma dkk, 2006), yaitu: Fraktur kerangka wajah (meliputi fraktur mandibula, fraktur maksila, fraktur tulang alveolar, fraktur zygomatik,dan fraktur tulang tulang wajah lainnya) Cedera jaringan gigi. Cedera jaringan lunak.
TRAUMA MAXILOFACIAL TRAUMA MAXILOFACIAL Trauma pada struktur anatomi maxillofacial sangat membutuhkan perahatian khusus. Hal ini dikarenakan muka mendukung beberapa fungsi tubuh yang vital, seperti melihat, mendengar, membau, bernafas, makan, berbicara.
Regio maxillofacial dibagi menjadi 3 bagian : 1. Upper face : fraktur (patah tulang) mencakup os frontal dan sinus frontal
TRAUMA MAXILOFACIAL 2. Midface : midface dibagi menjadi 2 bagian Upper part, terdiri atas os nasal, os zygomaticus, os ethmoid,bagian os axilla yang tidak ada gigi nya. Pada bagian ini terjadi fraktur os maxilla tipe Le Fort II dan Le Fort II, yang mencangkup fraktur pada os nasal, komplek nasoethmoidal atau kompleks Zygomaticomaxillari dan dinding orbital Lower midface : trdiri dari alveolus maxilla, gigi, dan terjadi frkatur maxilla tipe Le Fort I 3. Lower face : Terdiri dari mandibula
1. FRAKTUR OS FRONTAL Disebabkan oleh pukulan yang keras pada bagian dahi. Mencangkup Tabula anterior dan tabula posterior sinus frontalis. Apabila tabula posterior mengalami fraktur, diperkirakan akan menyebabkan luka pada dura mater (meninges). 2. FRAKTUR LANTAI ORBITA Adanya cedera pada lantai orbita menyebabkan adanya peningkatan tekanan pada intraorbita yang dapat merusak aspek terlemah dari dinding orbit, yaitu dinding medial dan lantai orbita. FRAKTUR OS NASAL disebabkan oleh gaya yang ditransmisikan oleh trauma langsung
FRAKTUR NASOETHMOIDAL perluasan dari tulang nasal hingga tulang etmoid dan dapat menyebabkan kerusakan canthus medial mata, apparatus lacrimal ata ductus nasofronta lis. Dapat juga menyebabkan laserasi pada lamina cribrosa os frontal
FRAKTUR ARCUS ZYGOMATICUS disebabkan karena pukulan langsung pada arcus zygomaticus dapat mnyebabkan fraktur pada sutura zygomaticotemporal
FRAKTUR KOMPLEKS ZYGOMATICOMAXILLA fraktur ini disebabkan oleh trauma langsung. Garis fraktur biasanya meluas hingga foramen intraorbita dan lantai orbita. Cidera ocular yang bersamaan juga sering terjadi
FRAKTUR OS MAXILLA FRAKTUR OS MAXILLA Fraktur Le Fort I merupakan fraktur maxilla horizontal yang menyilangi aspek inferior maxilla dan memisahkan procesus alveolar yang mengandung gigi maxilla dan palatum durum dari bagian lain maxilla. Fraktur meluas melalui 1/3 bawah septum dan mecangkup sinus maxilla medial dan lateral meluas ke os alatum dal pterigoid
FRAKTUR OS MAXILLA Fraktur Le Fort II merupakan fraktur pyramidal yang dimulai dari os nasal dan meluas melalui os etmoid dan os lacrimal, turun kebawah melalui sutura zygomaticofacial, berlanjut ke posterior dan lateral melalui maxilla, dibawah zygomaticus dan kedalam pterigoid
FRAKTUR OS MAXILLA Fraktur Le Fort III atau disebut juga craniofacial dysjunction merupakan terpisahnya semua tulang muka dari basis crania dengan fraktus simultan zygoma, maxilla, dan os nasal. Garis fraktur meluas ke posterolateral melaui os etmoid, orbits, dan sutura pterygomaxilla samapi kedalam fossa sphenopalatina.
FRAKTUR MANDIBULA Dapat terjadi pada banyak lokasi disebabkan bentuknya yang seperti huruf U dan lemahnya condylar neck. Fraktur dapat terjadi bilateral pada tepat yang terpisah dari tempat mengalami trauma langsung.
FRAKTUR ALVEOLAR dapat terjadi akibat gaya Low impact atau dapat disebabkan dari perluasan garis fraktur melalui porsio alveolar dari maxilla dan mandibula
FRAKTUR ALVEOLAR FRAKTUR PANFACIAL biasanya disebabkan akibat mekanisme yang high impact yang menyebabkan cedera pada wajah bagian atas, mid face, dan lower face. Farktur ini dapat teriri dari 3 dari 4 unit facial.
TRAUMA DENTOALVEOLAR DEFINISI fraktur dentoalveolar adalah kerusakan atau putusnya kontinuitas jaringan keras pada stuktur gigi dan alveolarnya disebabkan trauma. ETIOLOGI Pada kelompok anak-anak penyebab utama dari trauma ini adalah jatuh. Pada anak usia sekolah, taman bermain dan cidera akibat bersepeda merupakan penyebab tersering. Selama masa remaja, cidera olahraga merupakan kasus yang umum. Pada usia dewasa, cidera olahraga, kecelakaan sepeda motor, kecelakaan industri dan pertanian, dan kekerasan dalam rumah tangga merupakan penyebab potensial. INSIDENSI 1 dari 5 anak dan 1 dari 4 dewasa memiliki bukti dental injuri pada gigi anteriornya. Rasio laki-laki dan perempuan adalah 2:1. Insidensi puncak dari dental injuri yaitu pada usia 2- 4 dan 8-10 tahun. KLASIFIKASI 1. Klasifikasi Andreasen (WHO) 2. Klasifikasi Ellis dan Devey KLASIFIKASI WHO diterapkan pada gigi sulung dan gigi tetap, yang meliputi : 1. jaringan keras gigi. 2. jaringan pendukung gigi 3. jaringan lunak rongga mulut (Periodontal) 1. JARINGAN KERAS GIGI 1. JARINGAN KERAS GIGI 1. Enamel infraction : jenis fraktur tidak sempurna dan hanya berupa retakan tanpa hilangnya substansi gigi. 2. Fraktur email: hilangnya substansi gigi berupa email saja. 3. Fraktur email-dentin: hilangnya substansi gigi terbatas pada email dan dentin tanpa melibatkan pulpa gigi. 4. Fraktur mahkota kompleks (complicated crown fracture): fraktur email dan dentin dengan pulpa yang terpapar.
1. JARINGAN KERAS GIGI 5. Fraktur mahkota-akar tidak kompleks (uncomplicated crown-root fracture): fraktur email, dentin, sementum, tetapi tidak melibatkan pulpa. 6. Fraktur mahkota-akar kompleks (complicated crown- root fracture): fraktur email, dentin, dan sementum dengan pulpa yang terpapar. 7. Fraktur akar: fraktur yang melibatkan dentin, sementum, dan pulpa, dapat disubklasifikasikan lagi menjadi apikal, tengah, dan sepertiga koronal (gingiva) 2. JARINGAN PENDUKUNG GIGI 2. JARINGAN PENDUKUNG GIGI 1. Pecah dinding soket alveolar mandibula atau maksila : hancur dan tertekannya soket alveolar, ditemukan pada cedera intrusif dan lateral luksasi. 2. Fraktur dinding soket alveolar mandibula atau maksila : fraktur yang terbatas pada fasial atau lingual/palatal dinding soket.
2. JARINGAN PENDUKUNG GIGI 3. Fraktur prosesus alveolar mandibula atau maksila : fraktur prosesus alveolar yang dapat melibatkan soket gigi. 4. Fraktur mandibula atau maksila : dapat atau tidak melibatkan soket Alveolar.
3. JARINGAN PERIODONTAL 3. JARINGAN PERIODONTAL 1. Concussion: tidak ada perpindahan gigi, tetapi ada reaksi ketika diperkusi. 2. Subluksasi: kegoyangan abnormal tetapi tidak ada perpindahan gigi. 3. Luksasi intrusif: perpindahan ke arah tulang alveolar disertai fraktur soket alveolar.
3. JARINGAN PERIODONTAL 4. Luksasi ekstrusif (partial avulsion): perpindahan gigi sebagian dari soket. 5. Luksasi lateral: perpindahan ke arah aksial disertai fraktur soket alveolar. 6. Avulsi: gigi lepas dari soketnya
KLASIFIKASI ELLIS KLASIFIKASI ELLIS Klas I : Uncomplicated Crown Fractures yang Hanya Melibatkan Enamel Klas II : Uncomplicated Crown Fractures yang Melibatkan Enamel dan Dentin Klas III : Complicated Fractures Pada Mahkota dan Melibatkan Pulpa Klas IV : Gigi mengalami trauma sehingga gigi menjadi non vital dengan atau tanpa hilangnya struktur mahkota
MANIFESTASI KLINIS Tanda-tanda klinis fraktur alveolar diantaranya adalah : adanya kegoyangan dan pergeseran beberapa gigi dalam satu segmen; laserasi pada gingiva dan vermilion bibir; adanya pembengkakan atau luka pada dagu. Untuk menegakkan diagnosa diperlukan pemeriksaan klinis yang teliti dan pemeriksaan Radiografi . MANIFESTASI KLINIS Tanda-tanda klinis lainnya dari fraktur alveolar yaitu: adanya luka pada gingiva dan hematom di atasnya; adanya nyeri tekan pada daerah garis fraktur. Pada kasus ini fraktur alveolar mungkin terjadi karena adanya trauma tidak langsung pada gigi atau tulang pendukung yang dihasilkan dari pukulan atau tekanan pada dagu. Hal ini biasa terlihat dengan adanya pembengkakan dan hematom pada dagu serta luka pada bibir.
KOMPLIKASI Komplikasi yang terjadi pada trauma dentoalveolar dapat dibagi 2 yaitu: 1. Komplikasi yang timbul selama perawatan, yang paling umum terjadi, seperti : Perdarahan, dapat terjadi perdarahan massif akibat robekan jaringan lunak dan pembuluh darah yang disebabkan oleh segmen fraktur. Sumbatan jalan nafas, adanya bekuan darah dan gigi yang terlepas dapat menyebabkan gangguan jalan nafas. Infeksi atau osteomyelitis, kerusakan saraf, imobilisasi maupun displacement gigi, kerusakan ginggival dan periodontal. KOMPLIKASI 2. Komplikasi lanjut, jika terjadi fraktur, tulang alveolar merupakan daerah yang paling sering mengalami gangguan penyembuhan fraktur baik itu malunion ataupun non-union, hal ini akan memberi keluhan berupa rasa sakit dan tidak nyaman (discomfort) yang berkepanjangan pada sendi rahang oleh karena perubahan posisi dan ketidakstabilan antara sendi rahang kiri dan kanan. PENATALAKSANAAN Perawatan trauma gigi anterior dapat dibagi menjadi 2 tahap, yaitu perawatan segera setelah terjadinya trauma (perawatan darurat) dan perawatan terhadap gigi anterior yang mengalami trauma (perawatan definitif). PENATALAKSANAAN PERAWATAN DARURAT a.Membersihkan luka akibat trauma dengan menggunakan cairan antiseptik b.Merawat luka akibat trauma, dengan melakukan penjahitan dan penutupan luka dengan kain kasa. c. Menghentikan perdarahan d. Menghilangkan rasa sakit e. Pencegahan terhadap infeksi
PENATALAKSANAAN PERAWATAN DEFINITIF Perawatan gigi anterior yang mengalami trauma pada prinsipnya adalah mengembalikan gigi yang mengalami trauma keposisi semula (reposisi) dan mempertahankannya hingga proses penyembuhan (fiksasi dan imobilisasi).
PENATALAKSANAAN PERAWATAN DEFINITIF Pada dasarnya perawatan definitif trauma gigi anterior meliputi : a. Perawatan jaringan keras gigi, misalnya penambalan dengan resin komposit pada mahkota gigi yang terkena trauma, pembuatan mahkota jaket, dll. b. Perawatan jaringan pulpa, misalnya pada perawatan endodontik seperti pulp capping, pulpotomi, dll. PENATALAKSANAAN PERAWATAN DEFINITIF c. Perawatan pada gigi yang goyang dan berubah letak, yaitu dengan melakukan reposisi dan fiksasi. Yang dimaksud dengan fiksasi adalah suatu tindakan pemasangan alat yang digunakan untuk menstabilkan satu gigi atau lebih dengan mengikat atau menggabungkan gigi goyah atau berubah letak ke gigi sebelahnya yang masih kokoh melalui kawat, band atau splin dari logam cor, plastik atau acrylik.
PROGNOSIS Trauma pada gigi merupakan salah satu kasus darurat yang memerlukan penanggulangan yang cepat dan tepat, karena keadaan ini mempengaruhi prognosis yang akan datang. Maka pada prinsipnya perawatan trauma gigi anterior ini adalah perawatan untuk mencegah prognosis yang lebih buruk dan mengurangi rasa sakit akibat trauma.
PROGNOSIS Prognosis dipengaruhi oleh : Adanya ujung akar yang terbuka Jaringan gusi yang intak dan kerusakan jaringan periodontal Kerusakan jaringan tulang pendukung Fraktur akar PENCEGAHAN Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kejadian fraktur dentofacial, di antaranya adalah sebagai berikut : 1. Perawatan orthodonti; 2. Sabuk pengaman. Hal ini dapat mengurangi resiko cedera saat terjadi kecelakaan lalu lintas. 3. Pemakaian helm saat bersepeda motor;
PENCEGAHAN 4.Pemakaian mouth protector; Cedera saat berolahraga dapat dicegah dengan mouth protector. Contoh olahraga yang biasanya membutuhkan alat ini adalah olahraga dinamis, seperti sepakbola, hoki, baseball, softball, dan lain sebagainya 5. Pengawasan terhadap binatang peliharaan; dan 6. Edukasi mengenai bahaya trauma.