Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PSIKIATRI

ENURESIS

Disusun Oleh:

ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN

200131058

Pembimbing:

dr. Nazli Mahdinasari Nasution, M.Ked, Sp.KJ

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
MAKALAH PSIKIATRI
ENURESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan untuk menyelesaikan Kepaniteraan


Klinik Senior Program Pendidikan dan Profesi Dokter di Departemen Ilmu
Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Disusun oleh:
ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN
200131058

Pembimbing:

dr. Nazli Mahdinasari Nasution, M.Ked, Sp.KJ

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : ERIKA DUMALESTARI SIALLAGAN


NIM : 200131058
JUDUL : Enuresis

Pembimbing Koordinator P3D


Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara

dr. Nazli Mahdinasari Nasution, M.Ked, Sp.KJ dr. Vita Camellia, M.Ked (K.J), Sp.K.J.

NIP. NIP. 197804042005012002

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah psikiatri ini dengan judul
“Enuresis”. Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan
Klinik Senior Program Pendidikan dan Profesi Dokter (P3D) di Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa
di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Nazli Mahdinasari
Nasution, M.Ked, Sp.KJ, selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian
makalah ini. Dengan demikian diharapkan makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam
sistem pelayanan kesehatan secara optimal.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, baik dari segi
struktur maupun isinya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan penulisan makalah di kemudian hari. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat dan dapat menjadi bahan rujukan bagi penulisan ilmiah.

Medan, 22 Oktober 2021


Penulis,

Erika Dumalestari Siallagan


Nim. 200131058

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................... 2
1.3 TUJUAN ........................................................................................................ 2
1.4 MANFAAT .................................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 3
2.1 DEFINISI ....................................................................................................... 3
2.2 EPIDEMIOLOGI ........................................................................................... 3
2.3 ETIOLOGI ..................................................................................................... 4
2.4 GEJALA KLINIS ........................................................................................... 4
2.5 PEDOMAN DIAGNOSTIK .......................................................................... 5
2.6 DIAGNOSIS BANDING ............................................................................... 5
2.7 PENATALAKSANAAN ............................................................................... 5
2.8 PROGNOSIS .................................................................................................. 6
BAB III. KESIMPULAN............................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 8
LAMPIRAN................................................................................................................. 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tonggak perkembangan sistem urinaria merupakan suatu proses kompleks yang melibatkan
fungsi sensorik dan motorik, dikoordinasikan oleh aktivitas lobus frontalis dan peranan saraf di
pons dan otak tengah. Seiring pertambahan usia, dalam rentang antara 1 hingga 3 tahun terjadi
pengaktifan sistem inhibitor kortikal sehingga seseorang mampu mengendalikan reflex otot
kandung kemih secara fisiologis dan sadar.(1)

Enuresis adalah inkontinensia urin pada usia dimana seharusnya seorang anak sudah mampu
berkemih secara normal namun anak tidak dapat melakukannya sehingga terjadi pengeluaran urin
yang tidak pada tempatnya atau sering dinamakan ngompol. enuresis digolongkan menjadi tiga
yaitu: Nokturnal; mengompol hanya pada malam hari saat tidur; Diurnal; mengompol selama
waktu tidak tidur; Nokturnal Diurnal; kombinasi (menyangkut) dua subtipe di atas.(2)

Prevalensi enuresis menurun seiring bertambahnya usia, dan tidak ditetapkan sebagai diagnosa
sebelum usia kronologis dan perkembangan mencapai usia 5 tahun. Berdasarkan penelitian
sebelumnya didapati bahwa prevalensi enuresis terjadi pada anak usia 6 – 16 tahun dan remaja
dengan rentang 1,8% - 4,5%, mayoritas terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan, dan
anak laki-laki lebih berisiko 2,17 kali didiagnosa enuresis seumur hidup daripada anak
perempuan.(3)

Penyebab terjadinya enuresis tidak selalu dikaitkan dengan gangguan psikologis, namun anak
dengan enuresis memiliki faktor risiko yang lebih besar terjadinya gangguan perkembangan dan
tingkah laku daripada anak tanpa enuresis. Enuresis dapat mempengaruhi kehidupan anak seperti
timbulnya rasa kurang percaya diri, dapat berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak, dan
sering menjadi masalah bagi keluarga serta dipersepsikan sebagai perilaku yang buruk.(1)

Dengan uraian di atas, maka dibuatlah makalah ini yang diharapkan dapat memberikan
pemahaman dan edukasi secara menyeluruh pada pembaca terkait enuresis.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang ada pada tinjauan pustaka antara lain:

1. Apa itu gangguan enuresis?


2. Apa yang menyebabkan enuresis?
3. Bagaimana kriteria diagnosis enuresis?
4. Apa saja diagnosa banding dari enuresis?
5. Bagaimana penatalaksanaan dan prognosis enuresis?

1.3 TUJUAN
Tujuan dilakukannya penulisan makalah psikiatri ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.4 MANFAAT
Adanya penulisan makalah ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan
pemahaman penulis serta pembaca khususnya peserta Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D)
untuk memahami teori enuresis.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Menurut DSM V, enuresis merupakan pengeluaran urin di dalam pakaian atau tempat tidur
berulang kali secara sadar atau tidak sadar pada anak usia lebih dari 5 tahun, terjadi lebih dari 2
kali dalam seminggu dan selama 3 bulan atau lebih.(2), (4)

Menurut ICD 10, enuresis merupakan pengosongan urin tanpa disadari dapat terjadi pada
malam hari ataupun siang hari, dan tidak disebabkan oleh kondisi medis lain seperti kelainan
struktural, epilepsi atau kelainan neurologi.(4)

Enuresis adalah inkontinensia urin pada usia dimana seharusnya seorang anak sudah
mampu berkemih secara normal namun anak tidak dapat melakukannya sehingga terjadi
pengeluaran urin yang tidak pada tempatnya atau sering dinamakan ngompol. Anak dengan
enuresis lebih berisiko untuk terjadinya gangguan perhatian dan tinggah laku (GPPH) daripada
populasi umum, dan akan lebih rentan memiliki komorbid enkopresis.(4)

2.2 EPIDEMIOLOGI
Prevalensi enuresis bervariasi dan menurun seiring bertambah usia, 5-10% pada anak usia
5 tahun, 1,5-5% pada usia 10 tahun, dan 0,5-1% pada remaja dan dewasa. Perilaku enuretik
dianggap fisiologis dan sesuai dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak dengan usia
ekslusi untuk diagnosis enuresis, terjadi pada anak usia 2 tahun sebesar 82%, anak usia 3 tahun
sebesar 49, dan anak usia 4 tahun sebesar 29%.(1)

Berdasarkan International Children’s Continence Society (ICCS) bahwa, 20-30% anak


dengan enuresis sekurangnya memiliki satu gangguan psikologis karena lebih berisiko dua kali
lipat dari anak tanpa enuresis.(5) Enuresis mayoritas terjadi pada anak laki-laki daripada anak
perempuan, dari 80% anak dengan enuresis didapati 50% terjadi pada laki-laki. Anak laki-laki
lebih berisiko 2,17 kali didiagnosa enuresis seumur hidup daripada anak perempuan. Resolusi
spontan dapat terjadi sebesar 15% pertahun.(1),(3)

3
2.3 ETIOLOGI
Enuresis mencakup kompleks sistem saraf pusat dan saraf tepi, fungsi sensorik dan motorik
serta sistem saraf otonom dan somatik. Sistem urinaria diregulasi oleh neuron pada pons dan
daerah midbraind. Pada masa anak, enuresis nocturnal dapat terjadi tanpa adanya gangguan saraf
yang mendasari. Pengendalian kandung kemih secara normal dipengaruhi oleh perkembangan
saraf dan fungsi kognitif, faktor sosioekonomi, toilet training, dan faktor genetik. (1)

Kebiasaan mengompol (enuresis) dapat disebabkan oleh : 1) Gangguan genetik pada


kromoson 12 dan 13 yang merupakan gen pengatur kemih, Faktor genetik berperan dalam
terjadinya enuresis, sekitar 75% anak yang didiagnosa dengan enuresis memiliki riwayat keluarga
dengan enuresis juga. Anak memiliki risiko tujuh kali lipat terjadinya enuresis jika ayah nya
memiliki riwayat enuresis, 2) Gangguan organis seperti infeksi saluran kemih, sumbatan, dll, 3)
terlambatnya kematangan bagian otak yang mengontrol kencing, 4) Gangguan kekurangan
produksi hormon anti diuretik (hormon anti kencing) pada malam hari, sehingga pada malam hari
produksi air kencing berlebihan, 5) Gangguan psikologis seperti stres, tertekan, merasa
diperlakukan kurang adil, kurang perhatian dll, Stres pada anak anak umumnya dikaitkan dengan
kelahiran saudara kandung, riwayat rawat inap antara umur 2 sampai 4 tahun, memulai sekolah,
perceraian orangtua, beradaptasi dengan lingkungan baru.(1)

2.4 GEJALA KLINIS


Gejala klinis berdasarkan bentuk enuresis:(6)

4
2.5 PEDOMAN DIAGNOSTIK
Berdasarkan DSM V, kriteria diagnosis enuresis adalah sebagai berikut:(2)

a. Pengeluaran urin di tempat tidur atau pakaian yang berulang, terjadi secara sadar ataupun
tidak.
b. Gejala klinis yang signifikan dengan frekuensi setidaknya dua kali seminggu selama paling
sedikit 3 bulan atau lebih, atau adanya gangguan fungsi sosial, kognitif atau area penting
lainnya.
c. Usia kronologis sudah mencapai 5 tahun atau lebih
d. Perilaku tersebut bukan disebabkan oleh penggunaan suatu zat (seperti obat diuretik, obat
antipsikotik) atau kondisi medis lain (diabetes, spina bifida, kejang)

Enuresis digolongkan menjadi tiga:

- Enuresis nocturnal: subtipe yang paling umum digambarkan sebagai mengompol hanya
pada malam hari saat tidur
- Enuresis Diurnal : Subtipe ini digambarkan sebagai mengompol selama waktu tidak tidur
- Nockturnal Diurnal : Subtipe ini digambarkan sebagai suatu kombinasi (menyangkut) dua
subtipe di atas.

2.6 DIAGNOSIS BANDING


Adapun diagnosa banding dari enuresis yaitu sebagai berikut: (2),(1)

- Kondisi medis lain: diagnosis enuresis tidak ditegakkan jika terdapat gangguan neurogenic
kandung kemih atau kondisi medis lain seperti polyuria atau kegawatdaruratan (untreated
diabetes mellitus atau diabetes insipidus), spina brifida, kejang, obstruktif dll.
- Efek samping pengobatan: enuresis dapat muncul selama pengobatan dengan antipsikotik,
diuretik, atau jenis obat lain yang dapat menyebabkan inkontinensia urin. Akan tetapi
diagnosis enuresis dapat ditegakkan jika inkontinensia urin terjadi sebelum konsumsi obat-
obat diatas.

2.7 PENATALAKSANAAN
a. Tatalaksana non farmakologi

5
Pilihan utama dalam terapi enuresis bukanlah terapi farmakologi melainkan terapi tingkah
laku, salah satu rencana terapi yang penting adalah mengajarkan pelatihan toilet pada pasien,
membatasi konsumsi cairan saat hendak tidur, dan terapi alarm. Terapi alarm dapat melatih
kebiasaan toilet pasien, alarm yang diletakkan pada pakaian atau tempat tidur akan berbunyi dan
membangunkan pasien ketika terjadi enuresis atau mengompol. Terapi menggunakan bel atau
alarm memberikan perbaikan sebesar 50% kasus.(1)

b. Tatalaksana farmakologi

Terapi farmakologi akan menjadi pilihan jika enuresis menyebabkan gangguan dalam
fungsi sosial, keluarga dan sekolah, serta ketika terapi tingkah laku, pembatasan diet dan cairan
tidak memberikan perbaikan.

- Desmopresin merupakan golongan antidiuretik, dengan dosis 0,2-0,4 mg dikonsumsi 30-


60 menit sebelum tidur, peroral. Jika tidak ada perbaikan setelah pemakaian 4 minggu
maka pengobatan harus dihentikan namun jika terdapat perbaikan maka pengobatan dapat
diteruskan hingga 3 bulan. Pemakaian desmopressin memberi perbaikan klinis yang
komplit sebesar 30%, perbaikan partial sebesar 40% dan kekambuhan akibat penghentian
obat sebesar 50%. Efek samping yang mungkin terjadi antara lain: sakit kepala, gangguan
pencernaan, epistaksis atau kongesti hidung.(1),(6)
- Reboxetin (Edronax, Vestra) merupakan reuptake norepinefrin inhibitor. Jenis ini
direkomendasikan ketika terapi alarm dan desmopressin tidak memberi perbaikan,
dibeirkan reboxetin 4-8mg sebelum tidur. Dari penelitian yang dilakukan terhadap 22 anak,
didapati perbaikan komplit sebesar 59% dengan efek samping yang minimal.(1)

2.8 PROGNOSIS
Enuresis sering bersifat self-limited dengan perbaikan spontan, perbaikan spontan biasanya
terjadi pada anak antara usia 5 – 8 tahun, namun jika berkepanjangan hingga remaja bahkan dewasa
maka penyebab lain perlu dipertimbangkan. Kekambuhan enuresis sering terjadi pada anak yang
mengalami perbaikan spontan ataupun dengan pengobatan. Ketidakstabilan emosi, gangguan
fungsi sosial dan penurunan rasa percaya diri dapat terjadi pada pasien enuresis.(1)

6
BAB III

KESIMPULAN

Enuresis merupakan inkontinensia urin pada usia dimana seharusnya seorang anak sudah
mampu berkemih secara normal namun anak tidak dapat melakukannya sehingga terjadi
pengeluaran urin yang tidak pada tempatnya atau sering dinamakan ngompol, terjadi lebih dari 2
kali dalam seminggu dan selama 3 bulan atau lebih.

Enuresis dapat mempengaruhi kehidupan anak seperti timbulnya rasa kurang percaya diri,
dan gangguan perkembangan sosial anak. Anak dengan enuresis lebih berisiko terjadinya
gangguan tingkah laku daripada anak tanpa enuresis. Pilihan terapi utama merupakan terapi
tingkah laku kemudian dapat dibantu dengan terapi farmakologi sebagai terapi lini kedua.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock BJ, Sadock VA, R. P. Sadock BJ. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry.
In: Caroly S. Pataki, editor. Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry : behavioral
sciences/clinical psychiatry. Eleventh edition. 2017.

2. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental


Disorder Edition (DSM-V). Washington : American Psychiatric Publishing. 2013.

3. Kessel, E.M., Allmann, A.E.S., Golstein, B., Finsaas, M., Dougherty, L.R., Bufferd,
S.J., Carlson, G.A., Klein, D.N. Predictors and Outcomes of Childhood Primary
Enuresis. Stony Brook, NY: J Am Acad Child Adolesc Psychiatry. 2018.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5748887/

4. Boland, R., Verduin, M.L. Elimination Disorders, Dalam: Kaplan & Sadock’s Synopsis
of Psychiatry. Twelfth Edtion. Philadelphia: Walters Kluwer. 2021.

5. Ferrara,P., Franceschini,G., Castelbianco,F.B., Bombace,R., Villani,A., dan


Corsello,C. Epidemiology of Enuresis: a large number of children at risk of low regar.
Italian Journal of Pediatrics. 2020. 46:128

6. Gontard, A.V., Kuwertz-Bröking, E. The Diagnosis and Treatment of Enuresis and


Functional Daytime Urinary Incontinence. Deutsches Ärzteblatt International.2019.

8
LAMPIRAN
1. Sadock BJ, Sadock VA, R. P. Sadock BJ. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry. In:
Caroly S. Pataki, editor. Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry : behavioral
sciences/clinical psychiatry. Eleventh edition. 2017.

9
2. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder
Edition (DSM-V). Washington : American Psychiatric Publishing. 2013.

3. Kessel, E.M., Allmann, A.E.S., Golstein, B., Finsaas, M., Dougherty, L.R., Bufferd, S.J.,
Carlson, G.A., Klein, D.N. Predictors and Outcomes of Childhood Primary Enuresis. Stony
Brook, NY: J Am Acad Child Adolesc Psychiatry. 2018.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5748887/

10
4. Boland, R., Verduin, M.L. Elimination Disorders, Dalam: Kaplan & Sadock’s Synopsis
of Psychiatry. Twelfth Edtion. Philadelphia: Walters Kluwer. 2021.

5. Ferrara,P., Franceschini,G., Castelbianco,F.B., Bombace,R., Villani,A., dan


Corsello,C. Epidemiology of Enuresis: a large number of children at risk of low regar.
Italian Journal of Pediatrics. 2020. 46:128

6. Gontard, A.V., Kuwertz-Bröking, E. The Diagnosis and Treatment of Enuresis and


Functional Daytime Urinary Incontinence. Deutsches Ärzteblatt International.2019.

11

Anda mungkin juga menyukai