PAPER
Disusun oleh :
Supervisor :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih,
berkat, dan penyertaan Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Transient Binocular Visual Loss”. Penulisan makalah ini adalah salah
satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan
Profesi Dokter di Departemen Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.
Bobby Ramses E. Sitepu, M.Ked(Oph), Sp.M(K) selaku pembimbing yang telah
memberikan arahan dalam penyelesaian makalah ini. Dengan demikian
diharapkan makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam sistem
pelayanan kesehatan secara optimal.
i
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan................................................................................................2
1.3. Manfaat Penulisan.............................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................4
2.1. Anatomi dan Fisiologi Mata................................................................................4
2.2. Definisi Transient Binocular Visual Loss..............................................................7
2.3. Kategori Transient Visual Loss............................................................................8
2.4. Epidemiologi.......................................................................................................9
2.5. Etiologi.............................................................................................................10
2.5.1. Transient Ischemic Attack (TIA)................................................................10
2.5.2. Stenosis atau Oklusi Arteri Karotis Bilateral.............................................12
2.5.3. Hipoperfusi Sistemik.................................................................................13
2.5.4. Migrain dengan aura................................................................................13
2.5.5. Occipital Seizures......................................................................................14
2.5.6. Posterior Reversible Encephalopathy Syndrome (PRES)............................14
2.5.7. Paparan oleh Angiografi dan Media Kontras............................................15
2.5.8. Cedera Kepala...........................................................................................15
2.5.9. Papilledema dan Edema Diskus Optikus...................................................15
2.5.10. Optic Disc Drusen......................................................................................16
2.5.11. Neuritis Optikus........................................................................................16
2.6. Diagnosis Transient Visual Loss........................................................................17
2.7. Tatalaksana Transient Binocular Visual Loss.....................................................18
2.8. Prognosis..........................................................................................................18
BAB III KESIMPULAN.........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21
ii
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093
DAFTAR GAMBAR
iii
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093
BAB I
PENDAHULUAN
1
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093
bawah usia 7 tahun, anak laki-laki terkena migrain sama seringnya atau
sedikit lebih sering dibandingkan anak perempuan.4–6
2
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093
3
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093
Lapisan ketiga dan paling dalam dari bola mata adalah retina.
Retina terdiri dari lapisan berpigmen dan lapisan saraf. Lapisan
berpigmen adalah selapis sel epitel yang mengandung melanin yang
terletak di antara koroid dan bagian saraf retina. Lapisan saraf, atau
sensorik, adalah hasil dari otak yang memproses data visual secara
ekstensif sebelum mengirimkan impuls listrik ke akson saraf optik. Tiga
lapisan neuron retina yang berbeda adalah lapisan sel ganglion, lapisan sel
bipolar, dan lapisan fotoreseptor. Cahaya melewati lapisan sel ganglion
dan bipolar sebelum mencapai lapisan fotoreseptor. Fotoreseptor adalah
sel khusus yang mengubah sinar cahaya menjadi impuls saraf. Dua jenis
sel fotoreseptor adalah batang dan kerucut. Sel kerucut menghasilkan
penglihatan warna, sedangkan sel batang memungkinkan kita untuk
melihat dalam cahaya redup. Akhirnya, informasi visual mencapai diskus
optikus, yang juga disebut titik buta karena tidak mengandung sel batang
atau kerucut. Makula lutea adalah titik datar yang terletak tepat di tengah-
tengah bagian belakang retina. Fovea sentralis terletak di tengah-tengah
makula lutea dan hanya berisi sel kerucut. Fovea sentralis merupakan area
dengan ketajaman visual atau resolusi tertinggi.10
5
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093
terdapat badan vitreus, yaitu zat transparan seperti jeli yang menahan
retina terhadap koroid.10
Gambar 2.3 Pembuluh darah pada bola mata, tampak dari frontal: 1. supraorbital artery and
vein; 2. nasal artery; 3. angular artery, the terminal branch of 4, the facial artery; 5. suborbital 6
artery; 6. anterior branch of the superficial temporal artery; 6’. malar branch of the transverse
artery of the face; 7. lacrimal artery; 8. superior palpebral artery with 8’ its external arch; 9.
anastomoses of the superior palpebral with the superficial temporal and lacrimal; 10. inferior
palpebral artery; 11. facial vein; 12. angular vein; 13. branch of the superficial temporal vein. 10
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093
7
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093
2.4. Epidemiologi
TVL adalah gejala klinis yang sangat signifikan, dan penyebab
utama yang paling sering adalah iskemia retina. Penelitian telah
menunjukkan bahwa pasien dengan TVL monokuler yang berhubungan
dengan penyakit arteri karotis ateromatosa memiliki risiko stroke
berulang sebesar 2% dalam 1 tahun dan pada pasien dengan stenosis arteri
karotis internal yang parah, risiko stroke ipsilateral meningkat hingga
16% setelah tiga tahun. Hal ini menyoroti pentingnya pemeriksaan yang
tepat dan penanganan segera pada pasien dengan TVL, terutama karena
penyebab vaskular.13,15
2.5. Etiologi
Berdasarkan etiologinya, TBVL terbagi dalam tiga kelompok
penyebab utama, yaitu oleh karena kelainan vaskular, kelainan
neurologis, dan kelainan pada organ mata. Etiologi TBVL secara lengkap
dapat dilihat pada Gambar 2.5.3
8
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093
9
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093
10
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093
Gambar 2.7 MR angiografi pada circle of Willis menunjukan hilangnya kedua arteri karotis internal (lokasi
normalnya ditunjuk oleh panah putih, gambar A) oleh karena adanya oklusi (panah putih, gambar B).3
11
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093
12
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093
13
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093
14
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093
15
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093
Gambar 2.8 Komponen anamnesis yang perlu ditanyakan pada pasien dengan riwayat TVL.14
16
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093
2.8. Prognosis
Prognosis gangguan penglihatan sementara lebih baik pada anak-
anak dibandingkan pada orang dewasa (biasanya karena gangguan
nonorganik dan migrain lebih sering terjadi pada anak-anak). Dalam studi
tentang prognosis jangka panjang untuk remaja dan dewasa muda dengan
17
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093
18
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093
19
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093
BAB III
KESIMPULAN
Mata adalah organ indera kompleks yang memiliki peran penting dalam
mengumpulkan informasi tentang lingkungan dan mengirimkannya ke otak untuk
diinterpretasikan. Diagnosis Transient Binocular Visual Loss (TBVL)
memerlukan pendekatan holistik yang mencakup riwayat pasien, pemeriksaan
fisik, dan investigasi diagnostik khusus.
20
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093
DAFTAR PUSTAKA
21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093
22