Anda di halaman 1dari 26

PAPER

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho


FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093

PAPER

TRANSIENT BINOCULAR VISUAL LOSS

Disusun oleh :

Stefanus Adi Nugroho 210131093

Supervisor :

dr. Bobby Ramses E. Sitepu, M.Ked(Oph), Sp.M(K)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih,
berkat, dan penyertaan Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Transient Binocular Visual Loss”. Penulisan makalah ini adalah salah
satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan
Profesi Dokter di Departemen Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.
Bobby Ramses E. Sitepu, M.Ked(Oph), Sp.M(K) selaku pembimbing yang telah
memberikan arahan dalam penyelesaian makalah ini. Dengan demikian
diharapkan makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam sistem
pelayanan kesehatan secara optimal.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk perbaikan dalam penulisan makalah selanjutnya.

Medan, Desember 2023

i
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan................................................................................................2
1.3. Manfaat Penulisan.............................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................4
2.1. Anatomi dan Fisiologi Mata................................................................................4
2.2. Definisi Transient Binocular Visual Loss..............................................................7
2.3. Kategori Transient Visual Loss............................................................................8
2.4. Epidemiologi.......................................................................................................9
2.5. Etiologi.............................................................................................................10
2.5.1. Transient Ischemic Attack (TIA)................................................................10
2.5.2. Stenosis atau Oklusi Arteri Karotis Bilateral.............................................12
2.5.3. Hipoperfusi Sistemik.................................................................................13
2.5.4. Migrain dengan aura................................................................................13
2.5.5. Occipital Seizures......................................................................................14
2.5.6. Posterior Reversible Encephalopathy Syndrome (PRES)............................14
2.5.7. Paparan oleh Angiografi dan Media Kontras............................................15
2.5.8. Cedera Kepala...........................................................................................15
2.5.9. Papilledema dan Edema Diskus Optikus...................................................15
2.5.10. Optic Disc Drusen......................................................................................16
2.5.11. Neuritis Optikus........................................................................................16
2.6. Diagnosis Transient Visual Loss........................................................................17
2.7. Tatalaksana Transient Binocular Visual Loss.....................................................18
2.8. Prognosis..........................................................................................................18
BAB III KESIMPULAN.........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21

ii
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bola mata dari tampak potongan melintang.10....................................4


Gambar 2.2 Anatomi bola mata.11..........................................................................6
Gambar 2.3 Pembuluh darah pada bola mata, tampak dari frontal: 1. supraorbital
artery and vein; 2. nasal artery; 3. angular artery, the terminal branch of 4, the
facial artery; 5. suborbital artery; 6. anterior branch of the superficial temporal
artery; 6’. malar branch of the transverse artery of the face; 7. lacrimal artery; 8.
superior palpebral artery with 8’ its external arch; 9. anastomoses of the superior
palpebral with the superficial temporal and lacrimal; 10. inferior palpebral artery;
11. facial vein; 12. angular vein; 13. branch of the superficial temporal vein.10.....7
Gambar 2.4 Kategori dari Transient Vision Loss (TVL)14.....................................8
Gambar 2.5 Etiologi transient binocular visual loss.3..........................................10
Gambar 2.6 Gambaran MRI pada leher yang menunjukan adanya penyempitan
arteri vertebral kiri (tanda panah) sebagai tanda adanya diseksi.3.........................11
Gambar 2.7 MR angiografi pada circle of Willis menunjukan hilangnya kedua
arteri karotis internal (lokasi normalnya ditunjuk oleh panah putih, gambar A)
oleh karena adanya oklusi (panah putih, gambar B).3............................................12
Gambar 2.8 Komponen anamnesis yang perlu ditanyakan pada pasien dengan
riwayat TVL.14........................................................................................................17

iii
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mata adalah organ indera kompleks yang memiliki peran penting
dalam mengumpulkan informasi tentang lingkungan dan mengirimkannya
ke otak untuk diinterpretasikan.1 Transient Visual Loss (TVL) adalah
hilangnya fungsi pengelihatan secara mendadak, baik sebagian atau
seluruh lapangan pandang, pada satu atau kedua mata. 2 TVL merupakan
suatu kondisi atau keadaan, bukan suatu diagnosis. Keadaan ini biasa
lebih dikenal dengan Amaurosis Fugax, dimana istilah tersebut biasanya
digunakan untuk menyatakan penyakit pada keadaan Transient
Monocular Visual Loss (TMVL) atau pada satu mata (monokuler).
Namun, Amaurosis Fugax juga dapat terjadi pada kedua mata (binokuler),
keadaan tersebut dinamakan Transient Binocular Visual Loss (TBVL).3

Transient visual loss dapat disebabkan oleh gangguan aliran darah


ke mata atau visual pathway yang bersifat sementara, atau adanya lesi
pada komponen retinokortikal dari visual pathway. Secara anatomis,
TBVL dapat disebabkan oleh lesi pada chiasma, postchiasma, atau
bilateral prechiasma. Penyebab tersering terjadinya kondisi TBVL sendiri
adalah oleh karena migrain, massa di daerah occipital, dan/atau occipital
seizure.2,3

Di seluruh dunia, kondisi TVL jarang terjadi. Gangguan penglihatan


sementara lebih sering terjadi pada orang dewasa dibandingkan pada
anak-anak. Selain itu, profil etiologi TVL pada orang dewasa berbeda
dengan anak-anak. Migrain merupakan penyebab yang paling umum dari
kehilangan penglihatan sementara pada semua usia, terutama pada
keadaan TBVL.4,5 Hal tersebut lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan pria. Di Amerika Serikat, prevalensi migrain dalam 1 tahun
adalah 14-18% pada perempuan dan 6% pada laki-laki. Pada anak-anak di

1
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093

bawah usia 7 tahun, anak laki-laki terkena migrain sama seringnya atau
sedikit lebih sering dibandingkan anak perempuan.4–6

Penegakan diagnosis dari TBVL bergantung pada penilaian


komprehensif yang mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Anamnesis yang mendalam, dengan
mempertimbangkan faktor-faktor seperti usia, latar belakang medis
(termasuk risiko kelainan vaskuler, migrain, kondisi jantung), dan detail
kejadian spesifik seperti kehilangan penglihatan unilateral atau bilateral,
durasi, kelengkapan resolusi, dan gejala yang menetap, merupakan acuan
mendasar dari penegakan diagnosis dan sebagai landasan untuk diagnosis
banding. Pemeriksaan oftalmologi menyeluruh, termasuk pemeriksaan
kelainan seperti plak Hollenhorst dan evaluasi arteri temporal membantu
mengarahkan penegakan diagnosis dari kondisi TBVL. Tes laboratorium,
yang mencakup penanda inflamasi seperti ESR dan CRP untuk Giant Cell
Arteritis (GCA) pada pasien lanjut usia, serta neuroimaging,
angiography, dan evaluasi jantung dapat direkomendasikan sebagai
evaluasi untuk mengidentifikasi penyebab yang mendasari, seperti
penyakit oklusif vaskular atau kejadian iskemik.3,7,8

Penatalaksanaan TBVL bergantung pada dugaan etiologi, namun


jika dicurigai oleh karena Transient Ischemic Attack (TIA), pasien harus
segera menjalani pemeriksaan stroke dan penatalaksanaan akut dari
stroke. Jika dicurigai GCA maka pasien dapat memulai terapi steroid
empiris, menjalani tes laboratorium (misalnya LED dan CRP) dan
menjalani biopsi arteri temporal. Antiplatelet (misalnya aspirin) atau
antikoagulasi (misalnya pada kasus atrial fibrilation) dapat diindikasikan
tergantung dari etiologi.9

1.2. Tujuan Penulisan


Makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan penulis dan
pembaca mengenai transient binocular visual loss.

2
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093

1.3. Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan paper ini adalah untuk menambah pengetahuan
penulis mengenai transient binocular visual loss serta dapat bermanfaat
sebagai bahan rujukan penulisan ilmiah bagi penulis lain.

3
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Mata


Bola mata orang dewasa berdiameter sekitar 2,5 sentimeter dan
hanya seperenam bola mata yang terpapar udara luar. Sisa bola mata
dilindungi oleh orbita yang menjadi tempat perlekatannya. Secara
anatomis, dinding bola mata terdiri dari tiga lapisan: tunika fibrosa, tunika
vaskular, dan retina.10 Sebagian besar lapisan pertama atau tunika fibrosa
terdiri dari jaringan fibrosa putih yang keras, yaitu sklera. Namun, di
bagian depan mata, lapisan luar yang opak ini berubah menjadi kornea,
jaringan transparan khusus yang memungkinkan sinar cahaya masuk ke
dalam mata.11

Gambar 2.1 Bola mata dari tampak potongan melintang.10

Lapisan tengah atau tunika vascular mencakup tiga struktur yang


berbeda namun berkesinambungan, yaitu iris, badan siliaris, dan koroid.
Iris adalah bagian berwarna dari mata yang dapat dilihat melalui kornea.
Iris terdiri dari dua set otot dengan aksi yang berlawanan, yang
memungkinkan ukuran pupil (bukaan di bagian tengahnya) disesuaikan di
bawah kendali saraf. Badan siliar adalah cincin jaringan yang melingkari
lensa dan terdiri dari komponen otot yang penting untuk menyesuaikan
kekuatan refraksi lensa, dan komponen pembuluh darah (disebut prosesus

4
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093

siliaris) yang menghasilkan cairan yang mengisi bagian depan mata.


Koroid terdiri dari lapisan kapiler yang kaya yang berfungsi sebagai
sumber utama suplai darah untuk fotoreseptor retina.11

Lapisan ketiga dan paling dalam dari bola mata adalah retina.
Retina terdiri dari lapisan berpigmen dan lapisan saraf. Lapisan
berpigmen adalah selapis sel epitel yang mengandung melanin yang
terletak di antara koroid dan bagian saraf retina. Lapisan saraf, atau
sensorik, adalah hasil dari otak yang memproses data visual secara
ekstensif sebelum mengirimkan impuls listrik ke akson saraf optik. Tiga
lapisan neuron retina yang berbeda adalah lapisan sel ganglion, lapisan sel
bipolar, dan lapisan fotoreseptor. Cahaya melewati lapisan sel ganglion
dan bipolar sebelum mencapai lapisan fotoreseptor. Fotoreseptor adalah
sel khusus yang mengubah sinar cahaya menjadi impuls saraf. Dua jenis
sel fotoreseptor adalah batang dan kerucut. Sel kerucut menghasilkan
penglihatan warna, sedangkan sel batang memungkinkan kita untuk
melihat dalam cahaya redup. Akhirnya, informasi visual mencapai diskus
optikus, yang juga disebut titik buta karena tidak mengandung sel batang
atau kerucut. Makula lutea adalah titik datar yang terletak tepat di tengah-
tengah bagian belakang retina. Fovea sentralis terletak di tengah-tengah
makula lutea dan hanya berisi sel kerucut. Fovea sentralis merupakan area
dengan ketajaman visual atau resolusi tertinggi.10

Lensa terletak di dalam rongga bola mata, di belakang pupil dan


iris. Lensa tergantung dari badan otot siliaris melalui serat zonula. Badan
otot siliaris memberikan akomodasi selama penglihatan dekat. Lensa
membagi bagian dalam bola mata menjadi dua rongga: rongga anterior
dan rongga vitreous. Rongga anterior, yaitu ruang di bagian depan lensa,
dibagi menjadi bilik mata depan dan bilik mata belakang. Kedua bilik
rongga anterior diisi dengan aqueous humor, yaitu cairan yang
memberikan nutrisi pada kornea dan lensa. Di dalam rongga vitreus

5
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093

terdapat badan vitreus, yaitu zat transparan seperti jeli yang menahan
retina terhadap koroid.10

Mata diperdarahi oleh arteri oftalmika yang merupakan cabang dari


arteri carotid interna. arteri oftalmika akan masuk ke mata dari kanalis
optikus dan akan bercabang menjadi arteri centralis retina, arteri
supraorbital, arteri supratroklear, arteri lakrimalis, arteri nasalis dorsal,
arteri siliaris posterior, arteri etmoidalis anterior dan posterior, dan arteri
infraorbital. Sedangkan pembuluh darah balik, mata diperdarahi oleh vena
oftalmika superior yang akan menjadi jalur drainase ke sinus kavernosus,
vena oftalmika inferior yang akan bersatu dengan vena oftalmika
superior, vena sentralis retina, dan vena vortikosa.

2.2. Definisi Transient Binocular Visual Loss


Transient Binocular Visual Loss (TBVL) merupakan kondisi
hilangnya fungsi pengelihatan secara mendadak selama kurang dari 24
jam pada kedua bola mata.2 TBVL merupakan jenis dari Transient Visual
Loss (TVL) atau dikenal juga sebagai Amaurosis Fugax. Istilah
amaurosis fugax digunakan biasanya merujuk kepada transient
monocular visual loss (TMVL), namun sebenarnya lebih merujuk kepada
TVL karena tidak semua kondisi ini terjadi pada satu bola mata saja.3

Gambar 2.3 Pembuluh darah pada bola mata, tampak dari frontal: 1. supraorbital artery and
vein; 2. nasal artery; 3. angular artery, the terminal branch of 4, the facial artery; 5. suborbital 6
artery; 6. anterior branch of the superficial temporal artery; 6’. malar branch of the transverse
artery of the face; 7. lacrimal artery; 8. superior palpebral artery with 8’ its external arch; 9.
anastomoses of the superior palpebral with the superficial temporal and lacrimal; 10. inferior
palpebral artery; 11. facial vein; 12. angular vein; 13. branch of the superficial temporal vein. 10
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093

Amaurosis fugax diambil dari bahasa Yunani, “amaurosis” yang


artinya “gelap” dan bahasa Latin, “fugax” yang artinya “kabur”.12
Terminologi amaurosis fugax lebih sering digunakan pada keadaan TVL
yang disebabkan oleh karena adanya iskemia atau etiologi yang
diakibatkan kelainan vaskular, terutama karena kurangnya pengaliran
darah ke retina.13

2.3. Kategori Transient Visual Loss


TVL tidak selalu dapat disamakan penggunaannya dengan
“amaurosis fugax”. Sering kali pada praktisnya, dokter mata
menggunakan istilah amaurosis fugax ketika mereka mencurigai etiologi
vaskular tromboemboli sebagai penyebab TVL yang monokuler (TMVL).
Berdasarkan insidensi yang ada, kebanyakan pasien datang ke dokter
spesialis mata dengan TVL sebagai pertanda penyakit serebrovaskular
(potensi stroke). Namun hal ini tidak mengesampingkan semua TVL
menjadi amaurosis fugax. Maka dari itu, TVL dapat dikategorikan
berdasarkan etiologinya seperti yang terlihat pada Gambar 2.4.14

Gambar 2.4 Kategori dari Transient Vision Loss (TVL)14

Hilangnya penglihatan monokuler dan binokular memiliki


penyebab yang tumpang tindih dan juga penyebab spesifik. Pengaburan
penglihatan sementara dan fenomena Uhthoff juga merupakan penyebab

7
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093

penting hilangnya penglihatan sementara, namun konteksnya cukup


berbeda dari penyebab yang lain.14

2.4. Epidemiologi
TVL adalah gejala klinis yang sangat signifikan, dan penyebab
utama yang paling sering adalah iskemia retina. Penelitian telah
menunjukkan bahwa pasien dengan TVL monokuler yang berhubungan
dengan penyakit arteri karotis ateromatosa memiliki risiko stroke
berulang sebesar 2% dalam 1 tahun dan pada pasien dengan stenosis arteri
karotis internal yang parah, risiko stroke ipsilateral meningkat hingga
16% setelah tiga tahun. Hal ini menyoroti pentingnya pemeriksaan yang
tepat dan penanganan segera pada pasien dengan TVL, terutama karena
penyebab vaskular.13,15

Di seluruh dunia, kondisi TVL jarang terjadi. Gangguan


penglihatan sementara lebih sering terjadi pada orang dewasa
dibandingkan pada anak-anak. Selain itu, profil etiologi TVL pada orang
dewasa berbeda dengan anak-anak. Migrain merupakan penyebab yang
paling umum dari kehilangan penglihatan sementara pada semua usia,
terutama pada keadaan TBVL.4,5 Hal tersebut lebih sering terjadi pada
wanita dibandingkan pria. Di Amerika Serikat, prevalensi migrain dalam
1 tahun adalah 14-18% pada perempuan dan 6% pada laki-laki. Pada
anak-anak di bawah usia 7 tahun, anak laki-laki terkena migrain sama
seringnya atau sedikit lebih sering dibandingkan anak perempuan.4–6

2.5. Etiologi
Berdasarkan etiologinya, TBVL terbagi dalam tiga kelompok
penyebab utama, yaitu oleh karena kelainan vaskular, kelainan
neurologis, dan kelainan pada organ mata. Etiologi TBVL secara lengkap
dapat dilihat pada Gambar 2.5.3

8
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093

2.5.1. Transient Ischemic Attack (TIA)


TIA adalah penyebab TBVL yang umum. Berbeda dengan
TVL akibat iskemia pada mata atau saraf optik, TIA menyebabkan
timbulnya TBVL homonim secara tiba-tiba. TIA sirkulasi anterior
(dari karotis) menghasilkan TBVL yang hampir selalu disertai
dengan gejala neurologis fokal lainnya, seperti hemiparesis, gejala
sensorik, atau afasia, yang biasanya lebih mengkhawatirkan pasien
daripada kehilangan penglihatan. TIA sirkulasi posterior
(vertebrobasilar) sering menghasilkan TBVL dan komplit (cortical
blindness), serta gejala sirkulasi posterior fokal lainnya, misalnya
seperti diplopia, disartria, vertigo, ataksia, dan quadriparesis.
Gejala-gejala tersebut biasanya dijumpai dengan terjadinya migrain
aura.3

9
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093

TIA terjadi akibat adanya stenosis atau oklusi arteri primer,


sekunder oklusi karena emboli dari sumber yang jauh, atau bisa
juga dikarenakan adanya diseksi arteri yang mengakibatkan
stenosis primer atau distal emboli (Gambar 2.6). Penyebab TIA
sirkulasi posterior yang jarang antara lain: sindrom mencuri

Gambar 2.6 Gambaran MRI pada leher yang menunjukan adanya


penyempitan arteri vertebral kiri (tanda panah) sebagai tanda adanya diseksi.3

subklavia; dan sindrom ''bow-hunter'', dimana iskemia


vertebrobasilar terjadi akibat kompresi arteri vertebralis bersamaan
dengan rotasi leher.3

Pemeriksaan neurologis dan oftalmikus biasanya normal


pada TIA, kecuali ada riwayat stroke sebelumnya. Kelainan pada
pemeriksaan kardiovaskular (misalnya denyut nadi tidak teratur,
jantung murmur, dan bruit karotis) yang mengindikasikan
kemungkinan penyebab TIA dapat dijumpai.3,14

Tujuan investigasi adalah untuk mengidentifikasi penyebab


TIA dan menyaring faktor risiko vaskular yang dapat dimodifikasi.
Pencitraan pembuluh darah intrakranial dan ekstrakranial (kepala
dan leher) menggunakan Doppler USG dan CT atau MR angiografi
harus dilakukan, ditambah dengan pemeriksaan emboli retina

10
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093

menggunakan CT atau MR angiografi. Angiografi dengan kateter


tetap menjadi baku emas pemeriksaan.3,14

2.5.2. Stenosis atau Oklusi Arteri Karotis Bilateral


TMVL dapat terjadi akibat adanya hipoperfusi akibat
stenosis atau oklusi dari ipsilateral arteri karotis interna ataupun
komunis; Sementara TBVL jarang terjadi akibat bilateral stenosis
atau oklusi (Gambar 2.7). Berbeda dengan TVL oleh karena
emboli, kehilangan pengelihatan ini terjadi secara bertahap dan
dapat berlangsung selama beberapa detik hingga menit. Sering
dipicu oleh paparan cahaya terang, namun bisa juga terjadi setelah
makan, perubahan postur tubuh, atau aktivitas seksual. Mungkin
ada tanda-tandanya dari sindrom iskemik okular, seperti hipotensi
okular atau hipertensi, aqueous flare, neovaskularisasi iris atau
sudut bilik mata depan, perdarahan retina, lapisan serabut saraf
retina infark, dilatasi vena, dan neovaskularisasi pada diskus atau
retina. Episode TVL dan risiko komplikasi pada mata akan
berkurang ketika stenosis dihilangkan atau oklusi dilewati; faktor
risiko vaskular yang mendasarinya harus ditangani untuk
mencegah kejadian vaskular berikutnya.3

Gambar 2.7 MR angiografi pada circle of Willis menunjukan hilangnya kedua arteri karotis internal (lokasi
normalnya ditunjuk oleh panah putih, gambar A) oleh karena adanya oklusi (panah putih, gambar B).3

11
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093

2.5.3. Hipoperfusi Sistemik


Hipoperfusi sistemik karena hipotensi atau gangguan
cardiac output dapat menghasilkan episode TBVL sementara yang
singkat, secara tiba-tiba dan ditandai dengan hilangnya penglihatan
konsentris dari perifer. Biasanya pasien memiliki gejala lain yang
menunjukkan etiologi kardiovaskular, seperti sakit kepala ringan,
sinkop, nyeri dada, jantung berdebar, atau dispnea. Penyebab
umum termasuk serangan vasovagal, aritmia jantung, penyakit
katup jantung (misalnya, stenosis aorta), dan hipotensi ortostatik.
Investigasi dan penatalaksanaan selanjutnya diarahkan pada
penyebab yang mendasarinya.3

2.5.4. Migrain dengan aura


Migrain dengan aura adalah penyebab umum TVL baik
TMVL ataupun TBVL. Aura visual klasik ditandai dengan
spektrum fortifikasi, di mana sosok akromatik atau hitam putih
dengan kilau bersudut tepi muncul di dekat pusat bidang visual dan
secara bertahap meluas secara konsentris ke arah pinggiran selama
beberapa menit, meninggalkan skotoma berbentuk kacang pada
saat bisa melihat lagi. Aura visual biasanya berlangsung selama 15
menit atau lebih lama, tetapi jarang lebih dari 60 menit. Hal ini
biasanya diikuti oleh sakit kepala berdenyut unilateral yang parah,
seringkali disertai beberapa gejala kombinasi fotofobia, fonofobia,
mual, dan muntah.3

Diagnosisnya bersifat klinis, sesuai dengan kriteria


International Headache Society dan investigasi khusus biasanya
tidak diindikasikan atau tidak bermanfaat. Dalam kasus di mana
aura visual selalu mengalami lateralisasi di sisi yang sama, sakit
kepala mendahului aura, atau defisit neurologis yang menetap,
neuroimaging harus dilakukan untuk menyingkirkan kecurigaan
lesi struktural seperti malformasi arteriovenosa.3

12
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093

Tatalaksana untuk migrain melibatkan penghindaran faktor


pencetus dan dikombinasikan dengan penggunaan obat seperti
triptan pada awal serangan. Pasien dengan serangan yang sering
mungkin dapat merespons dengan pemberian terapi profilaksis,
seperti propranolol, amitriptyline, atau topiramate.3

2.5.5. Occipital Seizures


Kejang oksipital biasanya menyebabkan timbulnya TBVL
secara tiba-tiba. Berbeda dengan migrain, fenomena visual seperti
bintik, lingkaran atau bola yang berwarna cerah. Biasanya memang
terletak pada hemifield kontralateral, tetapi bisa juga sentral.
Fenomena visual dapat bertambah besar dan bertambah banyak
jumlahnya selama kejang, juga dapat terlihat berkedip, bergerak
secara horizontal melintasi bidang visual, berputar, atau memutar.
Fenomena visual positif biasanya berlangsung kurang dari
semenit.15

Kejang oksipital dapat terjadi pada pasien dengan posterior


reversible encephalopathy syndrome (PRES), ensefalopati
metabolik, malformasi perkembangan kortikal, neoplasma, lesi
vaskular, trauma kepala sebelumnya, penyakit metabolik, infeksi
lokal, atau mungkin idiopatik. Kejang oksipital didiagnosis
berdasarkan anamnesis pada pasien dengan riwayat kejang, hasil
pencitraan, dan temuan EEG. Kejang biasanya dapat dikontrol
secara adekuat dengan antikonvulsan.9

2.5.6. Posterior Reversible Encephalopathy Syndrome (PRES)


TBVL dan kelainan lapangan pandang lainnya merupakan
gejala dari PRES. PRES biasanya dikaitkan dengan adanya
peningkatan mendadak pada tekanan darah, pada pasien dengan
hipertensi dan preeklamsia maupun pada pasien dengan gagal
ginjal. Selain gejala hilangnya pengelihatan, PRES
dikarakteristikan dengan nyeri kepala, penurunan kesadaran, dan

13
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093

kejang. Pencitraan biasanya menunjukan adanya edema korteks


atau subkorteks secara bilateral pada regio oksipital dan
oksipitoparietal. Tatalaksana difokuskan pada penyebab
penyakitnya.14

2.5.7. Paparan oleh Angiografi dan Media Kontras


TBVL juga dapat disebabkan oleh karena komplikasi dari
prosedur angiografi kardiovaskular dan serebral, walaupun jarang
terjadi. Hal ini biasanya disebabkan oleh karena pecahnya sawar
pembuluh darah otak yang disebabkan oleh efek neurotoksik dari
media kontras. Gejala selain hilangnya pandangan sementara
diikutsertai dengan nyeri kepala, penurunan kesadaran dan
gangguan ingatan. Intervensi spesifik tidak begitu diperlukan dan
pengelihatan dapat kembali sepenuhnya dalam beberapa jam atau
hari.14

2.5.8. Cedera Kepala


TBVL dapat terjadi oleh karena cedera kepala tumpul yang
minor, biasanya karena trauma bagian oksipital. Seringnya terjadi
pada anak-anak ataupun remaja. Gejala terjadi secara langsung dan
mendadak setelah kejadian trauma. Pencitraan biasanya akan
terlihat normal. Sebagian besar pasien akan mendapatkan
pengelihatannya kembali dalam beberapa menit atau jam tanpa ada
intervensi tertentu. Namun, pemeriksaan neuroimaging pada
cedera kepala perlu dilakukan untuk menyingkirkan perdarahan
intracranial.3

2.5.9. Papilledema dan Edema Diskus Optikus


TBVL pada papilledema diapat berupa kehilangan visual
komplit (cortical blindness) atau partial selama beberapa detik,
diikuti dengan pemulihan pengelihatan kembali seperti
sebelumnya. Episode TBVL dipicu oleh adanya perubahan postur

14
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093

dan manuver yang dapat meningkatkan tekanan intracranial, seperti


batuk. Manifestasi TBVL dapat terjadi beberapa kali dalam sehari
pada pasien dengan papilledema. Mekanisme yang mendasari
terjadinya hal tersebut diduga karena adanya iskemik sementara
pada kepala nervus optikus yang membengkak (edema diskus
optikus). Pasien dapat mengalami gejala yang menandakan adanya
peningkatan tekanan intracranial, seperti nyeri kepala.
Neuroimaging dapat menunjukan ada atau tidaknya kerusakan
struktural, seperti adanya lesi berupa massa, hidrosefalus
obstruktif, atau venous sinus thrombosis. Pasien dengan hasil
pencitraan yang normal harus melakukan pungsi lumbal untuk
mengukur tekanan dan analisis CSF. Tatalaksana dilakukan
berdasarkan penyakit penyebab gejala.3

2.5.10. Optic Disc Drusen


Episode TBVL singkat dapat terjadi pada pasien dengan
diskus optikus drusen. Mekanisme yang mendasarinya
diperkirakan serupa dengan TBVL dengan penyebab edema diskus
optikus. Drusen dapat terlihat pada funduskopi. Namun, ketika
drusen tenggelam (tidak terlihat), tampilan diskus dapat
menyerupai papilledema dan ultrasonografi B-scan atau CT
mungkin diperlukan untuk menunjukkan keberadaannya.
Terkadang episode TBVL dapat menjadi pertanda oklusi arteri
retina sentral pada pasien dengan diskus optikus drusen.3

2.5.11. Neuritis Optikus


Pasien dengan neuropati optik demielinasi dapat mengalami
episode TBVL disertai dengan peningkatan suhu tubuh, hal ini
dinamakan dengan fenomena Uhthoff. Meskipun
mengkhawatirkan, episode-episode tersebut tidak menimbulkan
ancaman permanen terhadap penglihatan, bertahan dalam hitungan
menit hingga jam, dengan penglihatan secara klinis kembali ke

15
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093

keadaan semula saat suhu kembali normal. Biasanya ada riwayat


neuritis optik (walaupun bentuk neuropati optik lain dapat
menyebabkan gejala serupa) dan tanda-tanda sisa neuropati optik,
seperti penurunan ketajaman penglihatan, kelainan lapang
pandang, diskromatopsia, atau cacat pupil aferen relatif. Fenomena
ini diperkirakan muncul karena blok konduksi sementara pada
saraf optik. Tidak diperlukan pengobatan khusus pada pasien
dengan neuritis optikus terkait episode TBVL.3

2.6. Diagnosis Transient Visual Loss


Dalam penegakan diagnosis TVL secara umum, anamnesis
merupakan komponen terpenting. Dalam menganamnesis pasien TVL,
terdapat beberapa komponen yang harus dipastikan, antara lain: unilateral
atau bilateral, usia dari pasien, durasi dari gejala, aktivitas pencetus atau
faktor pencetus, dan faktor lain terkait tanda dan gejala penyakit. 16

Gambar 2.8 Komponen anamnesis yang perlu ditanyakan pada pasien dengan riwayat TVL.14

Terdapat juga beberapa model lain yang menyerupai terkait komponen


penting anamnesis pada pasien dengan riwayat TVL, komponen ini dapat
dilihat pada Gambar 2.8.14

Pada banyak pasien dengan TVL, pemeriksaan fisik akan


dilakukan tidak terungkap. Meskipun demikian, pemeriksaan menyeluruh
itu penting, bukan sekadar untuk mendokumentasikan keadaan sistem
visual aferen saat ini, tetapi juga untuk mendeteksi tanda-tanda yang

16
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093

menunjukkan penyebab TVL. Pemeriksaan oftalmik, termasuk penilaian


orbit, segmen anterior, dan tekanan intraokular, serta funduskopi wajib
dilakukan untuk menentukan kondisi mata dapat menyebabkan TVL dan
tanda-tanda mata dapat menunjukkan kemungkinan etiologi (misalnya,
emboli atau tanda retina tanpa gejala sindrom iskemik okular akibat
stenosis karotis ateromatosa). Penilaian denyut nadi dan tekanan darah
mungkin penting, namun investigasi khusus seringkali diperlukan untuk
menentukan etiologi TVL pada pasien yang diduga disebabkan oleh
penyakit vaskular. Sejumlah investigasi mungkin diperlukan untuk
menentukan etiologi TVL, dan mereka harus dipilih berdasarkan
perbedaannya diagnosis pada masing-masing pasien.2

2.7. Tatalaksana Transient Binocular Visual Loss


Sangat penting untuk membedakan apakah episode TVL
disebabkan oleh penyebab risiko tinggi atau risiko rendah.
Penatalaksanaan TVL akibat emboli diarahkan pada penyebab yang
mendasarinya. Pada pasien dengan penyebab utama oleh karena
kardiovaskular, pengobatannya adalah antikoagulasi dan penanganan
yang tepat terhadap penyebab jantung yang mendasarinya. Stenosis arteri
karotis interna dapat ditangani dengan terapi antiplatelet, pengelolaan
faktor risiko sistemik, endarterektomi karotis, atau pemasangan stent jika
diindikasikan. Giant cell arteritis ditangani dengan terapi kortikosteroid.
Vasospasme retina dapat diobati dengan aspirin atau calcium channel
blocker. Migrain retina dapat dikendalikan dengan pengobatan migrain
konvensional. Glaukoma sudut tertutup juga ditangani sesuai terapi
standar untuk kondisi ini.2,3

2.8. Prognosis
Prognosis gangguan penglihatan sementara lebih baik pada anak-
anak dibandingkan pada orang dewasa (biasanya karena gangguan
nonorganik dan migrain lebih sering terjadi pada anak-anak). Dalam studi
tentang prognosis jangka panjang untuk remaja dan dewasa muda dengan

17
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093

TBVL, Bower dan rekan melakukan penelitian 13 pasien berusia 8-38


tahun yang mengalami 1 atau lebih serangan kebutaan bilateral sementara
secara mendadak, tidak satu pun dari 13 orang tersebut menderita
penyakit vaskular besar selama rata-rata tindak lanjut 10 tahun. Para
penulis menyimpulkan bahwa penyelidikan tidak mungkin
mengungkapkan penyebab hilangnya penglihatan dan bahwa prognosis
untuk pasien ini nampaknya tidak berbahaya.9,14

Ketika seorang pasien datang dengan gangguan penglihatan


sementara, penyebab utamanya harus dipastikan dan gangguan serius apa
pun yang dapat diobati harus disingkirkan. Pada orang dewasa, penting
untuk mengidentifikasi faktor risiko (misalnya hipertensi,
hiperkolesterolemia, dan penyakit arteri karotis) dan mengobati penyakit
sistemik. Misalnya, jika ditemukan emboli retina, pasien harus segera
dirujuk untuk evaluasi dan penatalaksanaan faktor risiko kardiovaskular.
Studi Mata Beaver Dam menemukan bahwa peserta dengan emboli retina
yang muncul pada awal memiliki risiko kematian 8 tahun akibat stroke 3
kali lebih tinggi dibandingkan orang tanpa emboli. Sebuah penelitian
prospektif menunjukkan 43% kejadian stenosis arteri karotis
mempengaruhi 70% atau lebih lumen di antara pasien dengan kehilangan
penglihatan monokuler sementara.4

Detil perkembangan kehilangan penglihatan sangatlah penting,


karena hampir 40% pasien dengan kehilangan lapang pandang pada
ketinggian dapat berkembang menjadi kehilangan penglihatan difus atau
total. Kehilangan penglihatan sementara juga berfungsi sebagai tanda
peringatan akan terjadinya oklusi arteri retina sentral dan cabang.
Meskipun anak-anak cenderung memiliki penyebab gejala yang tidak
berbahaya, beberapa anak mungkin memiliki masalah mendasar yang
serius. Misalnya, kasus oklusi arteri retina sentral dan oklusi vena retina
sentral pada anak-anak telah dilaporkan berhubungan dengan trauma,

18
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093

vaskulitis, sindrom antibodi antifosfolipid, penyakit sel sabit, dan


leukemia.4

19
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093

BAB III
KESIMPULAN

Mata adalah organ indera kompleks yang memiliki peran penting dalam
mengumpulkan informasi tentang lingkungan dan mengirimkannya ke otak untuk
diinterpretasikan. Diagnosis Transient Binocular Visual Loss (TBVL)
memerlukan pendekatan holistik yang mencakup riwayat pasien, pemeriksaan
fisik, dan investigasi diagnostik khusus.

Riwayat penyakit yang teliti, mempertimbangkan faktor-faktor seperti usia,


latar belakang medis (termasuk risiko vaskulopatik, migrain, kondisi jantung), dan
rincian kejadian spesifik seperti hilangnya penglihatan secara unilateral atau
bilateral, durasi, kelengkapan pemulihan, dan gejala yang masih berlanjut,
menjadi dasar utama untuk diagnosis banding. Protokol pemeriksaan memerlukan
evaluasi oftalmologi yang cermat, termasuk pemeriksaan kelainan seperti plak
Hollenhorst dan evaluasi arteri temporal. Meskipun gejala negatif penglihatan
yang berlangsung beberapa detik hingga menit merupakan hal yang umum,
episode yang lebih lama dan gejala positif penglihatan mungkin muncul,
memerlukan pendekatan diagnostik yang teliti. Tes laboratorium, termasuk
penanda inflamasi seperti ESR dan CRP untuk GCA pada pasien lanjut usia,
bersamaan dengan neuroimaging, vascular imaging, dan evaluasi jantung,
direkomendasikan setelah evaluasi oftalmologi, bertujuan untuk mengidentifikasi
penyebab yang mendasarinya seperti penyakit oklusi vaskular atau kejadian
iskemik. Indikasi khusus, termasuk TBVL yang dipicu oleh pandangan yang
mengisyaratkan adanya lesi orbital atau pertimbangan EEG untuk TBVL bilateral
atau riwayat kejang, menyesuaikan pemeriksaan diagnostik untuk mendeteksi
etiologi yang beragam dari TBVL.

20
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093

DAFTAR PUSTAKA

1. Amthor F, Theibert A, Standaert D, et al. Visual system I: The eye. In:


Essentials of Modern Neuroscience. New York: McGraw-Hill, 2020, pp.
191–212.
2. American Academy of Opthalmology. Fundamentals and Principles of
Ophthalmology: Basic and Clinical Science Courses. In: American
Academy of Opthalmology (ed) American Academy of Opthalmology.
Philadelphia: American Academy of Opthalmology, 2021. Epub ahead of
print 2021. DOI: 10.1016/B978-0-7216-8799-5.50008-7.
3. Thurtell MJ, Rucker JC. Transient Visual Loss. Int Opthalmology Clin
2009; 49: 147–166.
4. Suh DW. Transient Vision Loss (TVL) and Amaurosis Fugax: Overview,
Pathophysiology, Etiology. Medscape,
https://emedicine.medscape.com/article/1435495-overview#a4 (2022,
accessed 7 December 2023).
5. Abu-Arefeh I, Russell G. Prevalence of headache and migraine in
schoolchildren. BMJ Br Med J 1994; 309: 765.
6. Maytal J, Young M, Shechter A, et al. Pediatric migraine and the
International Headache Society (IHS) criteria. Neurology 1997; 48: 602–
607.
7. Vodopivec I, Cestari DM, Rizzo JF. Management of Transient Monocular
Vision Loss and Retinal Artery Occlusions. Semin Ophthalmol 2017; 32:
125–133.
8. Givre S, Stavern GP van. Amaurosis fugax (transient monocular or
binocular visual loss) - UpToDate. UpToDate,
https://www.uptodate.com/contents/amaurosis-fugax-transient-monocular-
or-binocular-visual-loss/print?search=amaurosis-
fugax&source=search_result&selectedTitle=1~42&usage_type=default&di
splay_rank=1 (2023, accessed 7 December 2023).
9. Hennerici MG, Daffertshofer M, Caplan LR, et al. Transient Loss of
Vision. Case Stud Stroke 2022; 35–38.
10. Rehman I, Hazhirkarzar B, Patel BC. Anatomy, Head and Neck, Eye.
StatPearls, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482428/ (2023,
accessed 7 December 2023).
11. Purves D, Augustine GJ, Fitzpatrick D, et al. Anatomy of the Eye,
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK11120/ (2001, accessed 7
December 2023).
12. Amaurosis Fugax (Transient Monocular Blindness): A Consensus

21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Stefanus Adi Nugroho
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS USU NIM : 210131093

Statement. Amaurosis Fugax 1988; 286–301.


13. Feroze KB, O’Rourke MC. Transient Loss of Vision. StatPearls 2022; 35–
38.
14. Pula JH, Kwan K, Yuen CA, et al. Update on the evaluation of transient
vision loss. Clin Ophthalmol 2016; 10: 297.
15. Volkers EJ, Donders RCJM, Koudstaal PJ, et al. Transient monocular
blindness and the risk of vascular complications according to subtype: a
prospective cohort study. J Neurol 2016; 263: 1771.
16. Savino PJ, Danesh-Meyer H V. Neuro-ophthalmology. Third Edit.
Philadelphia: Wolters Kluwer, 2018.

22

Anda mungkin juga menyukai