PAPER
Pemeriksaan Refraksi
Disusun oleh :
AARON CHRISTHOPER ANTHONY
130100324
Supervisor :
dr. Vanda Virgayanti, M.Ked(Oph), Sp.M
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih,
berkat, dan penyertaanNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Pemeriksaan Refraksi”. Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat
untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi
Dokter di Departemen Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr.
Vanda Virgayanti, M.Ked(Oph), Sp.M selaku pembimbing yang telah
memberikan arahan dalam penyelesaian makalah ini. Dengan demikian
diharapkan makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam sistem
pelayanan kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk perbaikan dalam penulisan makalah selanjutnya.
Penulis
i
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : AARON CHRISTHOPER
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM: 130100324
SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
ii
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : AARON CHRISTHOPER
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM: 130100324
SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
iii
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : AARON CHRISTHOPER
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM: 130100324
SUMATERA UTARA
BAB 1
PENDAHULUAN
1
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : AARON CHRISTHOPER
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM: 130100324
SUMATERA UTARA
kebutaan sebesar 0,4%. Sedangkan proporsi pengguna kaca mata atau lensa
kontak pada penduduk dengan umur di atas 6 tahun di provinsi Jawa Timur
adalah sebesar 4,8%; proporsi penurunan tajam penglihatan sebesar 1,0%;
proporsi kebutaan sebesar 0,4%.4
Keadaan kelainan refraksi yang tidak ditangani secara sungguh-
sungguh akan terus berdampak negatif pada perkembangan kecerdasan
anak dan proses pembelajarannya yang selanjutnya juga mempengaruhi
mutu, kreativitas dan produktivitas angkatan kerja. Hal ini akan
mempengaruhi kualitas kehidupan masyarakat, dalam rangka mewujudkan
manusia Indonesia yang cerdas, produktif, maju, mandiri, dan sejahtera
lahir batin karena kesehatan indera penglihatan ini merupakan syarat
penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.5 Maka dari itu,
pencegahan dan pemeriksaan mata rutin sangat penting dilakukan untuk
deteksi dini kelainan refraksi. Kelainan refraksi ini dapat dikoreksi dengan
menggunakan kacamata, lensa kontak, maupun dengan cara operasi.5
2
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : AARON CHRISTHOPER
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM: 130100324
SUMATERA UTARA
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Diameter bola mata pada orang dewasa berkisar sekitar 2,5 cm. Dari
sedangkan 5/6 bagian posterior sisanya terletak dan terlindung pada ruang
orbita. Secara histologik, dinding bola mata tersusun dari 3 lapisan yaitu
3
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : AARON CHRISTHOPER
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM: 130100324
SUMATERA UTARA
1) Tunika Fibrosa
Tunika fibrosa adalah lapisan terluar pada bola mata yang terdiri dari
kornea pada bagian anterior dan sklera pada bagian posterior. Kornea
adalah suatu bagian yang memiliki struktur avaskular yang bening yang
ikat padat yang menutupi seluruh permukaan bola mata, kecuali pada
antara sklera dan kornea terdapat sinus venosus sklera yang disebut kanalis
Schlemm.6
2) Tunika Vaskulosa
diurutkan dari posterior ke anterior : koroid, korpus siliaris, dan iris. Koroid
adalah bagian posterior pada tunika vaskulosa, bagian ini merupakan bagian
pada koroid. Terdapat prosesus siliaris dan muskulus siliaris pada korpus
siliaris.
polos yang berbentuk pita sirkular, bagian ini bertugas untuk mengubah
bentuk lensa untuk penglihatan jauh atau dekat. Iris adalah bagian yang
4
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : AARON CHRISTHOPER
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM: 130100324
SUMATERA UTARA
Iris terletak diantara kornea dan lensa, bagian luar dari iris dilekatkan pada
prosesus siliaris. Iris berfungsi untuk untuk mengatur jumlah cahaya yang
3) Tunika Nervosa
Tunika nervosa adalah lapisan mata yang paling dalam yaitu retina.
Bagian ini melapisi 3/4 posterior dari bola mata dan menjadi awal dari suatu
jalur penglihatan. Retina terdiri dari epitel pigmen yang merupakan bagian
non – visual dan bagian neural yang merupakan bagian visual. Epitel pigmen
ini berupa selapis sel epitel yang di dalamnya mengandung pigmen melanin.
Letak dari epitel pigmen yaitu diantara koroid dan bagian neural retina. Fungsi
melanin pada koroid dan epitel adalah utuk menyerap cahaya, hal tersebut
penonjolan otak. Bagian ini berfungsi untuk memroses data sebelum data
menuju ke korteks visual primer. Terdapat tiga lapisan utama pada neuron
retina. Ketiga lapisan itu adalah lapisan sel fotoreseptor, sel bipolar, dan sel
ganglion. Pada bagian ini terdapat juga sel horisontal dan sel amakrin.6
5
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : AARON CHRISTHOPER
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM: 130100324
SUMATERA UTARA
difokuskan pada retina. Cahaya yang datang dari sumber titik jauh, ketika
kornea dan bagian- bagian lain dari mata (aqueous humor, lensa, dan
lubang bundar anterior di bagian tengah iris yang mengatur jumlah cahaya
yang masuk ke mata. Pupil membesar bila intensitas cahaya kecil, misalnya
saat berada di tempat gelap. Apabila berada di tempat terang atau intensitas
cahaya tinggi maka pupil akan mengecil. Pengatur perubahan pupil tersebut
adalah iris yang merupakan cincin otot yang berpigmen dan tampak dalam
aqueous humor. Setelah melalui pupil dan iris, maka cahaya sampai ke
lensa.7
Ketika kita melihat benda pada jarak lebih dari 6 m (20 ft), lensa
akan memipih hingga ketebalan sekitar 3,6 mm. Sedangkan ketika kita
melihat sesuatu pada jarak kurang dari 6 m, lensa akan menebal hingga 4,5
Bila cahaya sampai ke retina, maka sel- sel batang dan sel- sel
6
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : AARON CHRISTHOPER
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM: 130100324
SUMATERA UTARA
tersebut ke otak melalui saraf optik. Bayangan atau cahaya yang tertangkap
oleh retina adalah terbalik, nyata, lebih kecil, tetapi pada persepsi otak
a. Central Vision
jatuh pada area macula lutea retina dan memberikan stimulus pada
central vision dapat dibagi menjadi uncorrected visual acuity di mana mata
dan corrected visual acuity dimana mata yang diukur telah dilengkapi
b. Peripheral Vision
jatuh pada area di luar macula lutea retina dan memberikan stimulus pada
dengan pasien. Jika mata kanan pasien diperiksa, maka mata kiri pasien
ditutup dan mata kanan pemeriksa ditutup. Pasien diminta untuk melihat
7
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : AARON CHRISTHOPER
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM: 130100324
SUMATERA UTARA
jari tangan yang diletakkan di antara pasien dan pemeriksa pada keempat
ditunjukkan.9
gangguan refraksi dan merupakan penerapan klinis dari prinsip optik oleh
pemeriksaan yang paling umum dilakukan oleh seorang ahli oftalmologi dan
hasil dapat diperoleh dalam waktu singkat. Pemberian terapi hanya dengan
Metode pemeriksaan refraksi subjektif memberikan hasil yang lebih baik dan
8
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : AARON CHRISTHOPER
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM: 130100324
SUMATERA UTARA
pasien dan hasil pemeriksaan refraksi secara subjektif tidak selalu mewakili
subjektif masih menjadi baku emas dalam menentukan status refraksi pasien.10
dimana pasien bersifat aktif dan ada kerja sama antara penderita dan
mungkin tidak selalu mewakili status refraksi murni mata yang diperiksa.
Maka dari itu, salah satu kendala pemeriksaan refraksi subjektif yaitu hasil
dirasakan pasien, hal ini dilakukan dengan menggunakan lensa yang dapat
menggunakan lensa plus (+) atau minus (-) untuk menggambarkan suatu
retinoskopi.11
9
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : AARON CHRISTHOPER
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM: 130100324
SUMATERA UTARA
10. Tutup mata kanan dan ulangi prosedur yang sama pada mata kiri.
10
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : AARON CHRISTHOPER
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM: 130100324
SUMATERA UTARA
2. Tes Duokrom
warna hijau (panjang gelombang 535 nm) dengan kecerahan yang sama.
gelombang hijau dan merah. Dengan koreksi lensa sferis yang optimal, huruf-
huruf pada bagian merah dan hijau akan tampak sama jelas. Filter yang
11
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : AARON CHRISTHOPER
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM: 130100324
SUMATERA UTARA
di antara merah dan hijau. Ketika gambar tampak jelas pada cahaya putih,
kekuatan mata adalah 0,25 D miopia untuk simbol hijau dan 0,25 D hyperopia
Setiap mata diuji secara terpisah untuk tes duochrome, yang dimulai
pada sisi merah harus tampak lebih jelas, dan pemeriksa dapat menambahkan
lensa sferis negatif sampai 2 sisi tampak sama. Jika respon pasien menyatakan
huruf-huruf pada sisi hijau lebih tajam, pasien menggunakan lensa sferis
uji duochrome.12
warna, tes ini juga dapat digunakan pada pasien buta warna. Mata dengan
duochrome tidak digunakan pada pasien dengan ketajaman visual lebih buruk
dari 20/30 (6/9), karena perbedaan 0.50 D antara 2 sisi terlalu kecil untuk
dibedakan.12
3. Pinhole Disc
diameter pupil individu, dan jarak sumber cahaya ke mata. Pinhole berperan
untuk mengecilkan diameter dari disc yang buram ini sehingga jelas terlihat.
Disc pinhole merupakan disc opak dengan lubang berdiameter kurang dari 1
retina. Hal ini dapat terjadi dalam ruangan redup, gambar yang tidak fokus.
12
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : AARON CHRISTHOPER
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM: 130100324
SUMATERA UTARA
pinhole. Disc pinhole oleh karena itu dapat digunakan untuk memprediksi
tajam penglihatan maksimal yang mata dapat peroleh jika kelainan refraktif
refraksi yang tidak dikoreksi dan diduga ada patologi, contoh tajam
tidak meningkat dengan menggunakan disc pinhole; bahkan disc pinhole dapat
kepadatan media perifer, pinhole dapat memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan yang dapat diperoleh dengan refraksi. Jika pinhole tidak
penambahan lensa.13
13
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : AARON CHRISTHOPER
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM: 130100324
SUMATERA UTARA
4. Astigmatic Dial
14
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : AARON CHRISTHOPER
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM: 130100324
SUMATERA UTARA
retinoskopi.14,15,16
1. Autorefraktometer
kelainan refraksi. Indeks bias dihitung dari hukum Snell sedangkan untuk
15
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : AARON CHRISTHOPER
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM: 130100324
SUMATERA UTARA
Gambar 6 Autorefraktometer
2. Retinoskopi
dari suatu cermin ke mata, secara langsung cahaya akan melewati pupil dan
dalam desain, alat-alat tersebut bekerja dengan cara yang sama. Berkas cahaya
melewati lapisan air mata pasien, kornea, ruang anterior, lensa, ruang vitreus
dan retina. Hal ini kemudian tercermin pada koroid dan epitel pigmen retina
sebagai refleks merah linear yang kembali melalui retina sensorik, vitreus,
lensa, akuos, kornea, dan air mata melalui udara antara pasien dan pemeriksa,
16
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : AARON CHRISTHOPER
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM: 130100324
SUMATERA UTARA
dan ke kepala dari retinoskopi, melalui lubang di cermin, yang akhirnya keluar
dapat difokuskan.
objektif :
dari metode ini adalah ketidak tepatan potensial yang disebabkan oleh adanya
perubahan akomodasi pasien, teknik ini sering digunakan pada kasus diplopia
siklopegik. Cahaya ruangan yang tidak terang dan oklusi mata dapat
pembesaran pupil mata pasien dan mempermudah untuk melihat reflek cahaya.
Teknik ini sangat berguna apabila pasien disertai dengan katarak. Teknik ini
dilakukan pada jarak 40 cm, lensa +5D dipegang diantara retinoskopi dan
17
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : AARON CHRISTHOPER
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM: 130100324
SUMATERA UTARA
lensa silindris, karena hubungan antara posisi retinoskopi dan kekuatan dioptri
untuk memungkinkan reflex terlihat lebih mudah pada kasus miotic pupil atau
refleks yang lebih jelas dan mempermudah dalam menjangkau pasien akan
pada retina pasien, yang dapat dianggap sebagai sumber cahaya batu yang
18
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : AARON CHRISTHOPER
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM: 130100324
SUMATERA UTARA
cahaya muncul secara paralel. Apabila pasien adalah miopia, maka cahaya
yang muncul ini terlihat sebagai reflek berwarna merah pada pupil pasien. Jika
pemeriksa berada pada titik jauh pasien, maka semua cahaya memasuki pupil
pemeriksa dan penerangan merata. Meskipun demikian, jika titik jauh dari
mata pasien bukan di lubang intip retinoskopi, maka beberapa cahaya yang
memancar dari pupil pasien tidak akan memasuki lubang intip dan penerangan
Jika titik jauh berada diantara pemeriksa dan pasien (miopia lebih besar
daripada jarak kerja dioptri pemeriksa), cahaya akan bertemu dan akan
menyebar kembali. Posisi cahaya dari pupil akan bergerak mengayun dalam
titik jauh tidak berada diantara pemeriksa dan pasien (hiperopia), cahaya akan
Ketika cahaya memenuhi pupil pasien dan tidak bergerak karena mata
emetropia atau karena sebelumnya telah dipasang koreksi lensa yang sesuai
19
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : AARON CHRISTHOPER
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM: 130100324
SUMATERA UTARA
BAB 3
KESIMPULAN
umum terjadi. Kelainan refraksi ini merupakan salah satu kelainan mata yang
dan pemeriksaan mata rutin sangat penting dilakukan untuk deteksi dini
kelainan refraksi.
panjang bola mata, maka sinar normal tidak dapat terfokus pada makula.
Keadaan ini disebut ametropia yang dapat berupa miopia, hipermetropia, atau
disebut dengan refraksi. Pemeriksaan refraksi terdiri dari dua metode, yaitu
dimana pasien bersifat aktif dan ada kerja sama antara penderita dan
mungkin tidak selalu mewakili status refraksi murni mata yang diperiksa.
disc,astigmatic dial.
streak retinoskopi.
20
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : AARON CHRISTHOPER
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM: 130100324
SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan, dkk. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika; 2000.
p 1-26, 382-398
2. Ilyas, HS. Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2015. p2-9
3. Mariotti SP, Pascolini D. Global Estimates of Visual Impairment: 2010. Br
J Ophthalmology. 96(5):614-8. 2012 Diunduh dari:
http://www.who.int/blindness/data_maps/VIFACTSHEETG
LODAT2010full.pdf
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2013.
5. Indonesia. Menteri Kesehatan RI. Rencana Strategis Nasional
Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan untuk Mencapai
Vision 2020. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia; 2005.
6. Wangko S. Histofisiologi-retina Bagian Anatomi-Histologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Man. Jurnal Biomedik, Vol 5:No .
2013. p1-6
7. Guyton, A.C., dan Hall, J.E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
EGC. 2008. p613-637
8. Saladin, Kenneth S., Anatomy and Physiology: The Unity of Form and
Function, New York: Mc Graw Hill, 2004. p610-626
9. Riordan-Eva, P & Witcher, JP (2008). Vaughan & Asbury’s General
Ophtalmology, 17th Edition. New York: McGraw-Hill Companies. p24-27,
30-34
10. American Academy of Opthalmology. Practising Ophthamologists
Curriculum 2017-2019, Section 3: Optics, Refractions and Contact lenses.
American Academy of Opthalmology; 2016. p12-32
11. Keirl A, Christie A. Clinical Optics and Refraction : A Guide for
Optometrist. Elsevier Inc.; 2007. p79-96
12. Gantz L, Schrader S, Ruben R, Zivotofsky AZ. Can the red-green
duochrome test be used prior to correcting the refractive cylinder
component? Department of Optometry and Vision Science, Hadasah
Academic College Jerusalem, Israel, 2015
21
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : AARON CHRISTHOPER
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM: 130100324
SUMATERA UTARA
13. Elliott DB. Clinical Procedures in Primary Eye Care. 4th ed. Vol. 1.
Elsevier Ltd; 2014. p32-62
14. Khurana, AK. In Comprehensive Ophthalmology (4th ed.). New Delhi:
New Age International Limited Publisher. 2007. p543-570
15. American Academy of Ophthalmology. Basic Clinical Science Course:
Surgery for Cataract, San Francisco, American Academy of Ophthalmology.
2014. p69-82
16. Lang GK. Lang GE. Ophthalmology 2nd ed:A pocket textbook Atlas. New
York: Thieme Stuttgart. 2000 p429-431
17. Tien YW. The Ophthalmology examination review. World scientific
publishing. Singapore. 2001 p370-373
18. Agarwal A., Jacob S. Color of Atlas Ophthamology, The Quick Reference
Manual for Diagnosis and Treatment. 2016. p486-499
19. Cordero I. Understanding and looking after a retinoscope and trial lens set.
Community eye Health Journal. Vol 30(98): 40-41. 2017
20. Wirtscafter JD. Schwartz GS. Duane’s Ophthalmology, Chapter 37
Retinoscopy. Lippincott Williams & Wilkins. 2013. Available :
https://books.google.com.my/books/about/Duane_s_Ophthalmology.html?i
d=A9l1kgEACAAJ&redir_esc=y
21. Siregar, NH. Kelainan refraksi yang menyebabkan glaukoma. Universitas
Sumatera Utara. 2018
22