Anda di halaman 1dari 23

PAPER NAMA : SERE AGUSTINA N

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100275


FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

PAPER
Angle Resection Glaukoma

Disusun oleh:
SERE AGUSTINA NAPITUPULU
NIM: 130100275

Supervisor:
Dr. dr. Masitha Dewi Sari, M.Ked (Oph), Sp.M (K)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN
2018
PAPER NAMA : SERE AGUSTINA N
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100275
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esakarena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Angle Resection Glaukoma” ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. dr. Masitha
Dewi Sari, M.Ked (Oph), Sp.M (K) selaku pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan masukan dan saran dalam penyusunan makalah ini.
Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah untuk memberikan informasi
mengenai Angle Resection Glaukoma. Dengan demikian diharapkan makalah ini
dapat memberikan kontribusi positif dalam proses pembelajaran serta diharapkan
mampu berkontribusi dalam sistem pelayanan kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, penulis menerima saran dan masukan yang bersifat membangun dan
bermanfaat bagi makalah ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2018


Penulis

Sere Agustina N

i
PAPER NAMA : SERE AGUSTINA N
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100275
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. . iii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. LatarBelakang ............................................................................... 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3
2.1. Anatomi Mata................................................................................ 3
2.2. Fisiologi Aquous Humour ............................................................. 5
2.3. Angle Resection Glaukoma ........................................................... 9
2.3.1. Definisi .................................................................................. 9
2.3.2. Prevalensi .............................................................................. 10
2.3.3. Etiologi dan Faktor Resiko .................................................... 11
2.3.4. Patofisiologi ........................................................................... 12
2.3.5. Manifestasi Klinik ................................................................. 14
2.3.6. Diagnosis ............................................................................... 16
2.3.7. Diagnosa Banding ................................................................. 17
2.3.8 Tatalaksana………………………………………………… 17
BAB 3KESIMPULAN ..................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 19
LAMPIRAN

ii
PAPER NAMA : SERE AGUSTINA N
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100275
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1. Anatomi Mata.............................................................................. 2
Gambar 2.2. Gambaran mikroskopis lapisan kornea ....................................... 4
Gambar 2.3. Gambaran mikoskopis potongan transversal iris
menunjukkan otot sphincter……………………………………. . 5
Gambar 2.4. Bilik anterior, badan iris dan lensa perifer .................................. 6
Gambar 2.5. Sudut bilik anterior dan sekitarnya.............................................. 6
Gambar 2.6. Struktur anterior bola mata………………………………………..8
Gambar 2.7. Struktur Sudut Normal yang terlihat pada Genioskopi ............... 10
Gambar 2.8. Sudut yang sering terlihat pada resesi sudut.
Prosesus iris yang robek (tanda panah), scleral spur bewarna
putih dan lebih terlihat. ................................................................. 13
Gambar 2.9. Pada gonioskopi terlihat adanya resesi sudut yang
lebar dengan pelebaran ireguler dari band korpus siliarisis. ......... 16
Gambar 2.10. Potongan Histopatologis dari Resesi Sudut, terlihat
adanya robekan antara serabut longitudinal dan sirkular. ........... 17
Gambar 2.11. Glaukoma Reseksi Sudut………………………………………. 18

iii
PAPER NAMA : SERE AGUSTINA N
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100275
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Angle recess glaucoma (ARG) atau glaukoma resesi sudut adalah akibat
lebih lanjut / sekuel dari trauma tumpul dan ditandai oleh robeknya otot
sirkular dan longitudinal dari korpus siliarisis.1 Glaukoma resesi sudut
merupakan kondisi yang kronis, unilateral atau hanya mengenai satu mata, dan
merupakan glaukoma sekunder sudut terbuka (OAG) yang bisa muncul segera
setelah terjadi trauma bola mata, namun bisa juga terjadi setelah berbulan-
bulan hingga beberapa tahun kemudian.1,2
Diperkirakan 5-20% pasien yang mengalami resesi sudut post trauma
tumpul bola mata akan berkembang menjadi glaukoma.3 Derajat dari
keterlibatan sudut merupakan faktor yang penting dalam menentukan apakah
glaukoma sekunder akan terbentuk. Dilaporkan bahwa glakcoma akan sangat
mungkin terjadi pada resesi sudut dengan luas 240°-360°. Pada resesi yang
kurang dari 180°, risiko glaukoma terbilang rendah.2
Terapi awal adalah medikamentosa. Obat yang biasa digunakan untuk
glaukoma sudut terbuka cukup bermanfaat, aqueous supressan seperti α-
agonis, topikal inhibitor karbonik anhydrase, atau β-bloker juga bisa dijadikan
pilihan. Selain medikamentosa terdapat alternatif operatif. Mengingat
banyaknya insiden trauma tumpul bola mata, dokter umum harus
mempertimbangkan komplikasi glaukoma resesi sudut kemudian hari.
Sehingga diperlukan pemahaman lebih mendalam mengenai diagnosis
glaukoma resesi sudut.1

1
PAPER NAMA : SERE AGUSTINA N
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100275
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI MATA


Sistem penglihatan mengambil informasi dari lingkungan dalam bentuk
cahaya kemudian menganalisis dan menafsirkannya. Proses penglihatan dan
persepsi visual ini melibatkan sistem struktur yang kompleks, yang masing-
masingnya dirancang untuk tujuan tertentu. Kerja sama dari setiap struktur pada
mata memungkinkannya untuk melakukan fungsi yang diinginkan.3

Gambar 1. Anatomi mata 4

Bagian dalam mata terdiri dari tiga ruang. Bilik anterior, bilik posterior dan ruang
vitreus. Bilik anterior dibatasi oleh kornea dan iris, dan diisi oleh aquous humour.
Bilik posterior terletak di belakang iris dan mengelilingi khatulistiwa lensa,
memisahkannya dari badan siliaris. Bilik anterior dan posterior saling terhubung

2
PAPER NAMA : SERE AGUSTINA N
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100275
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

melalui pupil, dan keduanya mengandung aqueous humor yang diproduksi oleh
badan siliaris. Aqueous humor menyediakan makanan untuk struktur sekitarnya,
khususnya kornea dan lensa. Ruang vitreus, yang merupakan ruang terbesar,
terletak berdekatan dengan lapisan retina bagian dalam dan dibatasi di depan oleh
lensa. Ruang ini berisi zat seperti gel, vitreous humor.3,5

2.1.1 Kornea
Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya sebanding
dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal
550 pm di pusatnya (terdapat variasi menurut ras); diameter horizontalnya sekitar
11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm.6
Kornea merupakan media refraksi yang sangat penting. Kemampuan
refraksi terjadi pada indeks refraksi kornea (1,38) yang besarnya berbeda dari
udara. Permukaan kornea yang melengkung, struktur pertama yang dilewati oleh
sinar sewaktu sinar tersebut masuk mata, berperan paling besar dalam
kemampuan refraktif total mata karena perbedaan dalam densitas pada pertemuan
antara udara dan kornea jauh lebih besar dari pada perbedaan dalam densitas
antara lensa dan cairan sekitarnya.7
Permukaan anterior kornea ditutupi oleh lapisan tipis air mata, dan
permukaan posteriornya berbatasan dengan bilik anterior yang berisi cairan. Pada
pinggirannya kornea berlanjut dengan konjungtiva dan sklera. Dari anterior ke
posterior, lima lapisan yang menyusun kornea adalah epitelium, lapisan Bowman,
stroma, membran Descemet, dan endotelium.6,8
Sumber-sumber nutrisi untuk kornea adalah pembuluh-pembuluh darah
limbus, humor aqueous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapatkan
sebagian besar oksigen dari atmosfer. Saraf-saraf sensorik kornea didapat dari
cabang pertama (ophthalmicus) nervus kranialis V (trigeminus).6

3
PAPER NAMA : SERE AGUSTINA N
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100275
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

Gambar 2. Gambaran mikroskopis lapisan kornea.3

2.1.2 Sclera
Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar, yang
hampir seluruhnya terdiri atas kolagen. Jaringan ini padat dan berwarna putih
serta berbatasan dengan kornea di sebelah anterior dan duramater nervus opticus
di posterior Sclera berfungsi untuk mempertahankan bentuk bola mata dan
sebagai protektif dari lingkungan eksternal dan penyedia perlekatan dengan otot
ekstraokuler.3,6. Permukaan luar sklera anterior dibungkus oleh sebuah lapisan
tipis jaringan elastik halus, episklera, yang mengandung banyak pembuluh darah
yang mendarahi sclera.6

2.1.3 Iris
Iris adalah perpanjangan corpus ciliare ke anterior. Iris berupa permukaan
pipih dengan apertura bulat yang terletak di tengah, pupil. Iris terletak
bersambungan dengan permukaan anterior lensa, memisahkan bitik mata depan
dari bilik mata belakang,yang masing-masing berisi aqueous humor. Di dalam
stroma iris terdapat sfingter dan otototot dilator. Kedua lapisan berpigmen pekat
pada permukaan posterior iris merupakan perluasan neuroretina dan lapisan epitel

4
PAPER NAMA : SERE AGUSTINA N
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100275
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

pigmen retina ke arah anterior. Pendarahan iris didapat dari circulus major iris.
Persarafan sensoris iris melalui serabut-serabut dalam nervi ciliares.6
Tidak semua cahaya melewati kornea mencapai fotoreseptor peka cahaya,
karena adanya iris suatu otot polos berpigmen yang memberntuk struktur mirip
cincin di dalam aqueous humor. Pigmen di iris memberi warna pada mata.7
Lubang bundar di bagian tengah iris tempat masuknya cahaya ke dalam
mata yang disebut pupil dapat disesuaikan ukurannya oleh kontraksi otot-otot iris
untuk menerima jumlah sinar lebih banyak ataupun lebih sedikit, seperti
diafragma yang mengontrol jumlah cahaya yang masuk ke kamera. Pupil akan
mengecil ketika otot sirkular berkontraksi dan membentuk cincin yang lebih kecil.
Hal ini merupakan refleks yang terjadi pada keadaaan sinar terang untuk
mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke dalam mata. Pupil melebar jika otot
radial berkontraksi. Dilatasi pupil ini terjadi sebagai refleks pada keadaan gelap
agar sinar yang masuk ke mata lebih banyak.Otot-otot iris dikendalikan oleh
sistem saraf otonom, serat parasimpatis mempersarafi ototsirkular (menyebabkan
konstriksi pupil) sedangkan saraf simpatis mempersarafi otot radial
(menyebabkan dilatasi pupil).6,7

Gambar 3. Gambaran mikoskopis potongan transversal iris menunjukkan otot


sphincter.5

5
PAPER NAMA : SERE AGUSTINA N
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100275
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

2.1.3 Sudut Bilik Mata Depan


Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris.
Pada Bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat
hambatan pada pengaliran keluar cairan air mata akan terjadi penimbunan cairan
bilik mata pada bola mata sehingga tekanan bola mata meningkat atau glaucoma.
Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schelmm,
baji sclera, garis Schwalbe dan jonjot iris.9

Gambar 4 Bilik anterior, badan iris dan lensa perifer

Gambar 5. Sudut bilik anterior dan sekitarnya


Sudut filtrasi berbatasan dengan akar berhubungan dengan sclera kornea
dan disini ditemukan sclera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan
merupakan batas belakang sudut filtrasi serta tempat insersi otot siliar

6
PAPER NAMA : SERE AGUSTINA N
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100275
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

longitudinal. Anyaman trabekula mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang


mempunyai dua komponen yaitu badan siliar dan uvea. Pada sudut filtrasi garis
Schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan membrane descement, dank
anal Schelmm yang menampung cairan mata keluar dari salurannya.9
Sudut bilik mata depan sempit terdapat pada mata berbakat glaucoma
sudut tertutup, hipermetropia, blockade pupil, katarak intumesen, dan sinekia
posterior perifer.9

2.2 FISIOLOGI AQUEOUS HUMOR

Komposisi Aqueous Humor


Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan aqueous
humor dan tahanan terhadap aliran luarnya dari mata. Aqueous humor adalah
suatu cairan jernih yang mengisi bilik mata depan dan belakang. Volumenya
adalah sekitar 250μL/menit. Tekanan osmotiknya sedikit lebih tinggi
dibandingkan plasma. Komposisi aqueous humor serupa denga nplasma, kecuali
bahwa cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih
tinggi; protein, urea dan glukosa yang lebih rendah.6

Pembentukan dan Aliran Aqueous Humor.


Aqueous humor diproduksi oleh corpus ciliaris. Ultrafiltrat plasma yang
dihasilkan di stroma prcessus siliarisis dimodifikasi oleh fungsi sawar dan
prosesus sekretoirus epitel siliarisis. Setelah dibentuk oleh processus ciliaris,
humor akuos mengalir melalui pupil ke dalam bilik mata depan. Dari sini, cairan
mengalir ke bagian depan lensa dan ke dalam sudut antara kornea dan iris.,
kemudia melalui retikulum trabekula, dan akhirnya masuk ke dalam kanalis
Schlemm, yang kemudian dialirkan ke dalam vena ekstraokular. Kanalis Schlemm
merupakan vena yang berdinding tipis yang meluas secara sirkumferensial ke
seluruh arah pada mata. Vena kecil yang berasal dari kanalis Schlemm ke vena
yang lebih besar pada mata biasanya hanya berisi humor akuos dan disebut vena

7
PAPER NAMA : SERE AGUSTINA N
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100275
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

akuosus. Peradangan atau trauma intraocular menyebabkan peningkatan kadar


protein. Hal ini disebut plasmoid aqueous dan sangt mirip dengan serum darah.6

Gambar 6. Struktur anterior bola mata. Panah menunjukkan pergerakan aqueous


humor.6

Aliran Keluar Aqueous Humor.


Anyaman trabecular terdiri atas berkas-berkas jaringan kolagen dan elastik
yang dibungkus oleh sel-sel trabecular, membentuk suatu saringan dengan ukuran
pori-pori yang semakin mengecil sewaktu mendekati kanal Schlemm. Kontraksi
otot siliarisis melalui nsersinya kedalam anyaman trabecular memperbesar ukuran
pori-pori di anyaman tersebut sehingga kecepatan drainase aqueous humor juga
meningkat. Aliran aqueous humor ke dalam kanal Schlemm bergantung pada
pembentukan saluran-saluran transelular siklik di lapisan endotel. Saluran eferen
dari kanal Schlemm (sekitar 30 saluran pengumpul dan 12 vena aqueous)
menyalurkan cairan ke dalam sistem vena. Sejumlah kecil aqueous humor keluar
dari mata antara berkas otot siliarisis ke ruang suprakoroid dan ke dalam sistem
vena corpus siliarisis, koroid, dan sclera (aliran uveoskleral).6
Tahanan utama aliran keluar aqueous humor dan bilik mata depan adalah
jaringan jukstakanalikular yang berbatasan dengan lapisan endotel kanal
Schlemm, dan bukan sistem vena. Namun, tekanan di jaringan vena episklera

8
PAPER NAMA : SERE AGUSTINA N
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100275
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

menentukan nilai minimum tekanan intraocular yang dapat dicapai oleh terapi
medis.6
2.3 Angle Recess Glaukoma ( Glaukoma Resesi Sudut)

2.3.1 Defenisi Angle Recess Glaukoma


Angle recess glaucoma atau glaukoma resesi sudut merupakan akibat lebih
lanjut / sekuel dari trauma tumpul dan ditandai oleh robeknya otot sirkular dan
longitudinal dari korpus siliarisis.2,9
Resesi sudut terjadi karena sebuah robekan pada badan siliarisis, biasanya
antara otot longitudinal dan otot sirkular. Resesi sudut sering berkaitan dengan
cidera pada trabekula meshwork. Glaukoma resesi sudut merupakan kondisi yang
kronis, unilateral atau hanya mengenai satu mata, dan merupakan glaukoma
sekunder sudut terbuka (OAG) yang bisa muncul segera setelah terjadi trauma
bola mata, namun bisa juga terjadi setelah berbulan-bulan hingga beberapa tahun
kemudian. Terdapat kemiripan terkait gejala, tanda serta gambaran pada kasus
glaukoma resesi sudut dengan glaukoma sudut terbuka primer (POAG).1
Namun biasanya dapat dibedakan dari temuan gonioskopik yang klasik yaitu:1
 Warna coklat, broad angle recess
 Prosesus iris tidak ada atau robek
 Scleral spur bersinar dan warna putih
 Depresi pada trabecular meshwork
 PAS di pinggir dari resesi

Derajat dari keterlibatan sudut merupakan faktor yang penting dalam


menentukan apakah glaukoma sekunder akan terbentuk. Proprosi yang cukup
signifikan (hingga lebih dari 50% dari bagian mata dapat berkembang menjadi
IOP meningkat, mengarahkan bahwa banyak mata dengan glaukokma resesi sudut
dapat menjadi predisposisi OAG.1,2

9
PAPER NAMA : SERE AGUSTINA N
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100275
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

Gambar.7 Struktur Sudut Normal yang terlihat pada Genioskopi

Gambar 8 Sudut yang sering terlihat pada resesi sudut. Prosesus iris yang robek
(tanda panah), scleral spur bewarna putih dan lebih terlihat.1

2.3.2 Prevalensi
Prevalensi trauma mata dalam insiden 5 tahunan diperkirakan sekitar
1,6%. Diperkirakan ada 2,4 juta cidera mata yang terjadi di Amerika Serikat tiap
tahunnya. Sebuah publikasi melaporkan bahwa risiko terjadinya glaukoma setelah
cidera bola mata tertutup adalah sebesar 19%, dengan laju sekitar 6 kali lebih
besar setelah cidera penetrasi. Namun demikian, seorang pasien yang mengalami
trauma tajam bola mata, akan segera mencari pertolongan medis, sebaliknya

10
PAPER NAMA : SERE AGUSTINA N
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100275
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

seringkali pasien dengan cidera tumpul menunda atau sama sekali tidak mencari
pertolongan medis. Sehingga kelompok yang terkahir ini tidak mendapat edukasi
yang cukup mengenai kondisi cidera dan prognosis kedepan.10
Diantara pasien yang mengalami resesi sudut traumatik, 5-20% akan
berkembang menjadi glaucomatous optic neuropathy. Semakin besar resesi sudut
(180o atau lebih) dapat menjadi penentu akan berkembangnya suatu glaukoma.
Uniknya, lebih dari 50% dengan resesi sudut berkembang menjadi glaucomatous
optic neuropathy pada mata sebelahnya. Hal ini mengesankan bahwa beberapa
pasien memiliki predisposisi menjadi glaukoma dan adanya trauma memulai
kaskade timbulnya glaucomatous optic neuropathy.10

2.3.3 Etiologi dan Faktor Risiko


Dokter harus mempertimbangkan kemungkinan timbulnya glaukoma
setelah terjadi cidera/trauma, yang menyebabkan kerusakan trabecular meshwork
dan atau struktur okuler lain yang berkaitan dengan outflow aqueous. Sebagai
akibatnya dapat terjadi peningkatan tekanan intracranial yang menyebabkan
terjadinya neruopati optik glaukoma.1,10
Trauma okuler dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu trauma
tumpu dan trauma tajam. Glaukoma resesi sudut dibagi menjadi dua tahapan
cidera: onset awal dan onset akhir. Pada kasus onset awal ARG, pemeriksaan fisik
dapat ditemukan iritis dengan atau tanpa hifema. Petunjuk ada atau tidaknya
iridodialisis dan/atau celah siklodialisis menjadi tanda adanya kerusakan lanjut
dari trabecular meshwork. Resesi sudut dengan onset lambat akan menyebabkan
peningkatan permanen dari tekanan intraokular dalam beberapa bulan hingga
beberapa tahun setelah terjadinya trauma tumpul mata.10
Glaukoma resesi sudut harus dicurigai pada pasien dengan peningkatan
tekanan intraokular yang unilateral. Riwayat pasien dapat mengarahkan insiden
yang mungkin menjadi penyebab; walaupun demikian, hal ini sering dilupakan.
Pemeriksaan fisik menunjukkan temuan yang konsisten dengan trauma
sebelumnya seperti terdapat parut pada kornea, cidera iris, perubahan sudut yang
bermakna dibanding sebelumnya, katarak subcapsular anterior fokal, dan

11
PAPER NAMA : SERE AGUSTINA N
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100275
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

phacadonesis. Perbandingan temuan gonioskopi pada mata yang terkena dan mata
satunya dapat membantu untuk identifikasi area yang resesi.1
Resesi sudut yang lebih luas berhubungan dengan risiko timbulnya
glaukoma yang lebih besar. Namun, meski didapatkan resesi sudut yang besar, hal
ini bukan risiko yang bermakna. Bagaimanapun juga, semua mata dengan resesi
sudut harus di observasi karena sangat sulit atau tidak mungkin untuk
memprediksi mata yang mana yang akan berkembang menjadi glaukoma.
Walaupun risiko timbul glaukoma semakin menurun seiring berjalannya waktu,
tetapi risiko tetap ada meski sudah 25 tahun sejak terjadinya cidera. Kedua mata
harus terus di periksa setiap tahunnya.1

2.3.4 Patofisiologi
Trauma tumpul menyebabkan timbul lekukan pada bagian anterior bola
mata dan secara cepat diubah menjadi energi yang besar kearah stuktur internal
mata. Stuktur-struktur tersebut tidak dapat menahan energi yang datang dan
menyebabkan kerusakan, terjadi berbagai pola cidera.10
Glaukoma sudut terbuka sekunder berkaitan dengan resesi sudut
merupakan bentuk glaukoma traumatik yang paling rusak. Resesi sudut sendiri
tidak begitu penting terkait merusak struktur outflow, namun resesi sudut
merupakan prekursor terhadap kerusakan trabekula mikroskopik. Mekanisme
peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma resesi sudut (ARG) terjadi karena
penurunan filtrasi aqueous. Herchler menjelaskan bahwa robekan dari otot badan
siliarisis merupakan marker adanya cidera yang bermakna dan glaukoma terjadi
berkaitan dengan adanya skar / jaringan parut pada trabecular meshwork. Jalur
outflow, yang dinilai dengan tonografi, akan menurun dan berkaitan dengan
derajat resesi sudut dan glaukoma.10
Resesi sudut merupakan sekuel dari trauma tumpul dan ditandai oleh
robeknya otot sirkular dan longitudinal dari korpus siliarisis. Apabila hal ini
terjadi, robekan otot ini akan menghambat saluran drainase aqueous pada sudut
bilik mata depan dan menyebabkan berbagai perubahan terkait resistensi outflow.1

12
PAPER NAMA : SERE AGUSTINA N
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100275
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

Tekanan intraokular awal setelah terjadi trauma bisa bervariasi antara


rendah, normal atau tinggi. Variasi ini terjadi tergantung dari penutupan korpus
siliarisis sebagai bagian dari inflamasi setelah terjadi trauma. Dan setelah
beberapa minggu kemudian tekanan intraokular dapat meningkat. Penyembuhan
bisa terjadi pada membrane glass untuk membentuk silang sudut sebagai
pemanjangan dari membrane descemen dan menyebabkan resistensi outflow.
Trabecular fibrosis juga berperan dalam meningkatkan tekanan intraokular.
Walaupun peningkatan tekanan intraokular dapat ditunda dalam beberapa minggu
hingga beberapa tahun mendatang.2

Gambar 9 Pada gonioskopi terlihat adanya resesi sudut yang lebar dengan
pelebaran ireguler dari band korpus siliarisis. Scleral spur tampak putih abnormal.
Pada kasus tertentu dapat terlihat robekan iris pada saat pemeriksaan gonioskopi
dilakukan.2

Berdasarakan kondisi patologis, resesi sudut bilik mata depan timbul secara
terpisah antara serat otot korpus siliarisisis longitudinal dan sirkuler. Berdasarkan
gambaran histologis, akar iris menjadi retrodisplace dan terdapat robekan antara
serabut longitudinal dan sirkuler. Otot longitudinal masih melekat pada scleral
spur.1

13
PAPER NAMA : SERE AGUSTINA N
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100275
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

Gambar 10 Potongan Histopatologis dari Resesi Sudut, terlihat adanya robekan


antara serabut longitudinal dan sirkular. Serabut longitudinal masih melekat pada
scleral spur.10

2.3.5 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala sama dengan glaukoma sudut terbuka. Perbedaan
terdapat pada riwayat trauma. Pada beberapa kasus, riwayat trauma bola mata
terjadi sudah sangat lama, atau bahkan tidak lagi diingat oleh pasien. Adanya
trauma pada sudut mengakibatkan kerusakan pada bagian lain mata. Cidera pada
iris seperti robekan sfingter iris, atrofi, iridogenesis, heterokromia iridis dan
midriasis. Karena dapat menunjukkan tanda cidera, skar dan pigmentasi pada
endotel. Lensa bisa terjadi katarak, terutapa daerah subcapsular anterior.
Pemeriksaan gonioskopi merupakan gold standar untuk evaluasi sudut.
Besarnya gaya pada rudapaksa akan memberikan gambaran yang bervariasi dari
gonio-lens. Cidera minor dapat berupa robekan iris atau berkas kecil dari jaringan
uvea pada akar iris atau pada trabekula meshwork diatas scleral spur. Pemisahan
antara korpus silier dengan apex dapat terjadi pada kasus yang berat.6

14
PAPER NAMA : SERE AGUSTINA N
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100275
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

Gambar 11 Glaukoma Resesi Sudut

2.3.6 Diagnosis
Dari anamnesis didapatkan adanya riwayat trauma tumpul bola mata
sebelumnya, baik itu terjadi beberapa minggu, bulan hingga beberapa tahun yang
lalu. Gejala dan tanda lain terkait diagnosis glaukoma sudut resesi secara umum
sama dengan gejala dan tanda pada glaukoma sudut terbuka.1,10,11
Dari pemeriksaan fisik, bisa ditemukan atau tidak ditemukan penurunan
visus, dan terdapat peningkatan tekanan intraokuler, namun tidak terlalu tinggi.
Pada funduskopi didapatkan gambaran neuropati optik berupa cupping disk, dan
didapatkan defek lapangan pandang. Konfirmasi ada atau tidaknya resesi sudut
dilakukan dengan pemeriksaan gonioskopi.10
Pasien yang mengalami trauma tumpul pada mata membutuhkan
pemeriksaan slit lamp dan penilaian detil dari karakteristik struktur sudut dari
pemeriksaan gonioskopi. Pada penilaian awal pasien trauma bola mata,
pemeriksaan gonioskopi tidak memungkinkan, karena iritis atau nyeri.
Pemeriksaan ini ditunda hingga pasien cukup kooperatif. Petunjuk klinis seperti
adanya hifema, iridodialisis pada akar iris, dan atau silodialisis harus
mengarahkan dokter untuk melakukan gosioskopi segera agar dapat
mengkonfirmasi adanya resesi sudut.10
Pemeriksaan gonioskopi menunjukkan adanya sudut yang lebih dalam
dimana korpus siliarisis lebih lebar dari biasanya dan akar iris lebih mengarah ke
posterior.6

15
PAPER NAMA : SERE AGUSTINA N
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100275
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

2.3.7 Diagnosis Banding


Glaukoma resesi sudut harus dapat dibedakan dengan penyakit lain seperti
siklodialisis. Berbeda dengan resesi sudut yang ditemukan robekan anatara
serabut sirkular dan longitudinal dari korpus siliaris, pada siklodialisis pemisahan
terjadi antara serabut otot longitudinal dari korpus siliaris dengan sclera. Secara
klinis akan terlihat area putih posterior dari scleral spur. Iridodialisis, robekan
trabekula dan kelainan sekunder lainnya dari trauma harus disingkirkan.12,13
Bentuk glaukoma asimetris atau glaukoma unilateral lainnya juga harus
diinvestigasi lebih lanjut. penyakit yang termasuk golongan glaukoma unilateral
tersebut antara lain, pigmentary dispersion dan pseudoexfoliative syndrome,
uveitic atau inflammatory glaukoma, lens induced pressure changes, tumor dari
iris / badan siliaris dan ris atau neovaskularisasi sudut. Berbagai tipe glaukoma
tersebut harus disingkirkan dari anamnesis, dan pemeriksaan fisik / penunjang.13

2.3.8 Tatalaksana
Terapi glaukoma resesi sudut biasanya dimulai dengan obat supresi
aqueous humor, analog prostaglandin, dan agonis α2-adrenergic. Penggunaan
miotik dapat bermanfaat, namun bisa terjadi respon paradoksikal yang
menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. Trabekuloplasti dengan laser
memiliki peranan yang terbatas dan kemungkinan berhasil yang kecil. Operasi
insisi glaukoma dapat diindikasikan untuk mengontrol tekanan intraokular pasien
yang tidak respon dengan terapi medikamentosa.1,2,6
Terapi awal adalah medikamentosa. Obat yang biasa digunakan untuk
glaukoma sudut terbuka cukup bermanfaat, aqueous supressan seperti α-agonis,
topikal inhibitor karbonik anhydrase, atau β-bloker juga bisa dijadikan pilihan.
Tentu saja, pemilihan yang bijaksana dari terapi steroid dengan tapering off akan
dibutuhkan untuk mengatasi iritis yang terjadi akibat trauma tumpul.
Trabekuloplasti laser relatif tidak efektif, dan sebaiknya dihindarkan. Prosedur

16
PAPER NAMA : SERE AGUSTINA N
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100275
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

siklodestruktif juga harus dihindari, kecuali pada kasus dengan potensi visus
terbatas. 13
Apabila terapi medikamentosa maksimal tidak mampu mengontrol
tekanan intraokular yang adekuat, menjadi indikasi untuk dilakukan operasi
filtering.13
Tatalaksana dengan laser trabekuloplasti biasanya tidak begitu efektif
untuk jenis glaukoma resesi sudut. Operasi filter pada glaukoma resesi sudut
berisiko gagal, dipengaruihi oleh usia dan ras. Hasil terbaik dicapai dengan
melakukan trabekulektomi menggunakan mitomycin C 0,02% yang diberikan
pada saat operasi dilakukan.14,15

17
PAPER NAMA : SERE AGUSTINA N
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100275
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

BAB 3
KESIMPULAN

Glaukoma sudut resesi merupakan glaukoma sudut terbuka sekunder.


Kondisi ini umumnya diawali dengan trauma tumpul bola mata. Adanya trauma
pada bola mata dapat menyebabkan Robekan serat otot sirkular dan otot
longitudinal dari korpus siliaris. Dalam kondisi lanjut terjadi gangguan saluran
drainase dan menyebabkan berbagai perubahan dan hambatan aliran keluar /
outflow dari aqueous humor.
Sejak terjadi trauma hingga berkembangnya glaukoma, memiliki durasi
yang bervariasi dari 2 bulan hingga 60 bulan. Resesi sudut akan berkembang
menjadi glaukoma terutama terkait faktor luasnya resesi sudut post trauma.
Pemeriksaan gonioskopi merupakan gold standar untuk evaluasi sudut.
Pemeriksaan gonioskopi menunjukkan adanya sudut yang lebih dalam dimana
korpus siliarisis lebih lebar dari biasanya dan akar iris lebih mengarah ke
posterior.
Terapi glaukoma resesi sudut biasanya dimulai dengan obat supresi
aqueous humor, analog prostaglandin, dan agonis α2-adrenergic. Apabila terapi
medikamentosa maksimal tidak mampu mengontrol tekanan intraokular yang
adekuat, menjadi indikasi untuk dilakukan tindakan operatif.

18
PAPER NAMA : SERE AGUSTINA N
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 130100275
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK
MEDAN

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Opthalmology. Glaucoma edisi 2014-2015.p.100-101


2. George T, Sunil. 2010. Trauma Related Glaucoma. Kerala Journal of
Ophthalmology Vol XXII. Hal: 265-269.
3. Remington LA. Clinical Anatomy Of The Visual System 2nd Edition.Elsevier.
2005. p.10-24.
4. Netter FH. Atlas anatomi manusia edisi 5. Indonesia: Sagung Seto; 2013.
5. American Academy of Opthalmology. Fundamental and Principal Of
Ophtalmology edisi 2014-2015.p.37-62.
6. Eva PR, Whitcher JP. Oftalmologi umum vaughan & asbury. Edisi 17.
In:Salmon JF, editor. Glaukoma. Jakarta : EGC; 2007. p.212-45.
7. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem edisi 6. Bab 6. Susunan
saraf tepi: divisi aferen; indera khusus. Jakarta: EGC;2011. p.211-30.
8. Mescher AL. Junqueira’s basic histology text and atlas 13th edition. Chapter
23. The eye and ear: spesial sense organ. USA: McGraw-Hill Education.
2013.p.479-96.
9. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Ed. 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2010. 259-76.
10. Nguyen QH. 2012. Clinical Approach to Angle-recession Glaucoma.
Glaucoma Today. Hal 37-38
11. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2015. Situasi dan
Analisis Glaukoma. Infodatin: Jakarta. Hal:2-6. ISSN 2442-7659
12. Mooney D. 1973. Angle Recession and Secondary Glaucoma. Britain Journal
Ophthalmology Vol 57. Hal: 608-611.
13. Bai H, Yao L, Wang D, et al. 2009. Causes and Treatments of Traumatic
Secondary Glaucoma. European Journal of Ophthalmology Vol 19. Hal:205.
14. Wilson, S.Angle Resection After Trauma.Universitas Of Michigan Health
Center.2014
15. Singh K, Dangda S. 2015. Ocular Trauma: Post Traumatic GlauComa. DOS
times Vol 20. New Delhi. Hal 23-27.

19

Anda mungkin juga menyukai