DISUSUN OLEH:
Muhammad Darry Aprilio Pasaribu
140100214
SUPERVISOR:
dr. Vanda Virgayanti, M.Ked(Oph), Sp.M
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah swt. karena atas rahmat dan
karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Central
Retinal Artery Occlusion. Penulisan makalah merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan kepaniteraan klinik senior di Departemen Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Pendidikan Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
supervisor, dr. Vanda Virgayanti, M.Ked(Oph), Sp.M, yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan arahan dalam penulisan makalah ini.
Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk memberikan informasi
mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan oklusi arteri retina sentral.
Dengan demikian diharapkan makalah ini dapat memberikan kontribusi positif
dalam proses pembelajaran serta diharapkan mampu berkontribusi dalam sistem
pelayanan kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun yang diberikan oleh pembaca
sangat diharapkan demi perbaikan makalah dimasa yang akan datang. Akhir kata,
penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
i
PAPER NAMA : M. DARRY APRILIO P.
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100214
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................ 2
1.3 Manfaat Penulisan .............................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3
2.1 Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Mata ............................................ 3
2.2 Central Retinal Artery Occlusion (CRAO)........................................ 7
2.2.1 Definisi ..................................................................................... 7
2.2.2 Epidemiologi ............................................................................ 7
2.2.3 Etiologi ..................................................................................... 8
2.2.4 Klasifikasi ................................................................................ 9
2.2.5 Patofisiologi ............................................................................. 11
2.2.6 Manifestasi Klinis .................................................................... 11
2.2.7 Diagnosis Banding ................................................................... 14
2.2.8 Tatalaksana............................................................................... 15
2.2.9 Komplikasi ............................................................................... 17
2.2.10 Prognosis ................................................................................ 17
BAB III KESIMPULAN ................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 20
LAMPIRAN........................................................................................................ 22
ii
PAPER NAMA : M. DARRY APRILIO P.
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100214
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Histologi lapisan retina......................................................... 5
Gambar 2. Vaskularisasi arteri retina sentral ......................................... 6
Gambar 3. Gambaran funduskopi pada central retinal artery occlusion 13
iii
PAPER NAMA : M. DARRY APRILIO P.
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100214
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Pilihan tatalaksana CRAO .................................................... 17
iv
PAPER NAMA : M. DARRY APRILIO P.
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100214
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
BAB I
PENDAHULUAN
1
PAPER NAMA : M. DARRY APRILIO P.
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100214
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2
PAPER NAMA : M. DARRY APRILIO P.
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100214
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
PAPER NAMA : M. DARRY APRILIO P.
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100214
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
4
PAPER NAMA : M. DARRY APRILIO P.
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100214
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Retina mendapat dua vaskularisasi. Lapisan luar retina, yaitu epitel pigmen
retina hingga lapisan pleksiform luar mendapat vaskularisasi dari koriokapiler
yang terdapat di koroid secara difusi. Lapisan bagian dalam retina mulai dari
lapisan inti dalam hingga membran limitan interna mendapat vaskularisasi dari
arteri retina sentral yang merupakan percabangan dari arteri oftalmika sebagai
cabang pertama dari arteri karotis interna.12,13
5
PAPER NAMA : M. DARRY APRILIO P.
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100214
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Pembuluh darah retina analog dengan pembuluh darah otak. Hal ini
dikarenakan pembuluh darah retina dapat membentuk sawar darah-retina. Sawar
fisiologis ini terbentuk oleh lapisan tunggal endotel non-fenestrasi yang
memiliki tight junction. Pembuluh darah arteri dan vena berjalan menembus
membrana limitans interna hingga lapisan serat saraf. Setelah itu berubah
menjadi arteriol dan venula hingga membentuk dua jaringan mikrovaskular,
yaitu kapiler superfisial di lapisan sel ganglion dan lapisan serat saraf, dan
kapiler yang lebih padat serta lebih dalam di lapisan inti dalam. Arteri terlihat
berwarna merah terang, sementara vena berwarna merah gelap. Arteri lebih kecil
daripada vena dengan perbandingan kira- kira 3:4.12,13
Gambar 2. Vaskularisasi arteri retina sentral. Tampak arteri retina sentral merupakan cabang
pertama dari arteri oftalmika.3
6
PAPER NAMA : M. DARRY APRILIO P.
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100214
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2.2.2. EPIDEMIOLOGI
Insidensi CRAO yang sebenarnya masih belum diketahui. Perkiraan angka
insidensi CRAO dilaporkan sekitar 1 per 10.000 kasus di fasilitas kesehatan
tersier, bahkan angka insidensinya lebih rendah pada populasi umum yaitu
sekitar 8,5 per 100.000 penduduk. Sama seperti penyakit vaskular lainnya,
CRAO lebih banyak terjadi pada usia tua dengan rata-rata penderita CRAO
adalah sekitar 60 tahun, walaupun pada beberapa kasus dilaporkan terjadi pada
usia lebih muda kurang dari 30 tahun. Penderita laki-laki lebih banyak daripada
wanita dengan perbandingan 2:1.15,17
Departemen Mata di Western Galilee–Nahariya Medical Center Israel
melaporkan insidensi CRAO akut (onset di bawah 48 jam) sekitar 0,85 per
100.000 atau 1,13 per 10.000 kunjungan rawat jalan. Berdasarkan data tersebut,
kejadian CRAO bilateral dijumpai sebanyak 1–2%. Pasien dengan emboli arteri
retina sentralis memiliki angka mortalitas 56% selama 9 tahun dibandingkan
dengan individu dengan usia yang sama tanpa emboli yaitu 27%.17
7
PAPER NAMA : M. DARRY APRILIO P.
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100214
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2.2.3. ETIOLOGI
CRAO paling sering disebabkan oleh trombosis yang berhubungan dengan
aterosklerosis yang terjadi di tingkat lamina cribrosa. Embolisasi mungkin
penting pada beberapa kasus, sama seperti perdarahan di bawah plak
aterosklerosis, trombosis, spasme, dan aneurisma diseksi di dalam arteri retina
sentral. Secara keseluruhan, emboli yang berasal dari arteri karotis interna dan
pembuluh darah jantung merupakan yang penyebab paling sering CRAO.
Terdapat tiga tipe emboli yang diketahui yaitu: emboli kolesterol (plak
Hollenhorst), emboli kalsium, dan emboli platelet-fibrin. Emboli kolesterol dan
platelet-fibrin biasanya berasal dari ateroma pada arteri karotis sedangkan
emboli kalsium berasal dari katup jantung. Pada funduskopi, emboli kalsium
tampak putih, emboli kolesterol (plak Hollenhorst) tampak berwarna jingga, dan
platelet-fibrin tampak berwarna putih kusam.1,19,20
Giant Cell Arteritis (GCA) terjadi sekitar 1–2% dari seluruh kasus CRAO.
Pada kasus CRAO dimana emboli tidak dapat dilihat dengan jelas, evaluasi
untuk GCA perlu dipertimbangkan. Laju endap darah dan level protein C-
Reactive (penanda inflamasi) biasanya meningkat pada GCA. Pada pemeriksaan
darah lengkap dapat dijumpai peningkatan platelet, yang juga mengarah pada
GCA, dan membantu dalam interpretasi laju endap darah. Jika GCA dicurigai
sebagai penyebab, terapi kortikosteroid harus diberikan segera karena mata
kedua bisa ikut terlibat oleh iskemia dalam beberapa jam atau hari setelah yang
pertama; sebagai tambahan, biopsi arteri temporal perlu dilakukan sebagai
konfirmasi diagnosis dan dasar pemberian kortikosteroid jangka panjang.1
8
PAPER NAMA : M. DARRY APRILIO P.
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100214
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2.2.4. KLASIFIKASI
CRAO dapat dibagi menjadi empat tipe, yaitu:7,18,21
1. Non-arteritic permanent CRAO
Kelompok ini menyumbang lebih dari dua pertiga dari seluruh kasus
CRAO, dan disebabkan oleh trombus fibrin platelet dan emboli sebagai
akibat dari penyakit aterosklerosis.
2. Non-arteritic transient CRAO
Insidensi non-arteritic transient CRAO (transient monocular blindness)
sekitar 15% dari seluruh kasus CRAO dan memiliki prognosis visual
terbaik. Penderita penyakit ini memiliki risiko 1% tiap tahunnya untuk
mengalami non-arteritic permanent CRAO. Vasospasme sementara akibat
pelepasan serotonin dari platelet pada plak aterosklerosis dicurigai sebagai
9
PAPER NAMA : M. DARRY APRILIO P.
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100214
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
10
PAPER NAMA : M. DARRY APRILIO P.
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100214
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2.2.5. PATOFISIOLOGI
Hilangnya penglihatan akibat CRAO terjadi ketika dua pertiga bagian
dalam retina tidak mendapat suplai darah. Arteri retina sentral, cabang
intraorbital pertama dari arteri oftalmika, memasuki nervus optikus untuk
menyuplai retina. Obstruksi akut pada arteri sentral retina menyebabkan edema
lapisan dalam dan matinya nukleus sel ganglion. Retina kehilangan transparansi
dan tampak menjadi putih kekuningan karena nekrosis iskemik. Opasitas paling
padat di bagian posterior sebagai akibat dari meningkatnya ketebalan lapisan
serabut saraf dan sel-sel ganglion di makula. Selain itu, foveola memiliki cherry-
red spot karena kombinasi dari faktor retina foveolar yang tetap transparan
karena dinutrisi oleh choriocapillaris dan epitel pigmen retina serta koroid yang
mendasari fovea diuraikan oleh opak di sekitar retina. Setelah beberapa minggu,
opasifikasi akan menghilang dan retina tetap tipis serta atrofi, meskipun
mungkin ada penyempitan arteri dan atrofi optik, retina bisa tampak seperti
normal.5
Dalam pengaturan klinis dimana oklusi mungkin tidak lengkap,
kembalinya penglihatan dapat dicapai setelah penundaan 8 hingga 24 jam.
Sekitar 15% dari populasi menerima sirkulasi kolateral makula yang signifikan
dari arteri cilioretinal. Pasien dengan varian anatomi ini biasanya memiliki
presentasi yang tidak terlalu parah dan prognosis jangka panjang yang lebih
baik.20
11
PAPER NAMA : M. DARRY APRILIO P.
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100214
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
memperdarahi fovea, visus dapat membaik dan mencapai 20/40 atau mendekati
normal dalam beberapa minggu. Tidak adanya persepsi cahaya jarang dilaporkan
terjadi. Pemeriksaan bagian depan bola mata dan tekanan intraokular
menunjukkan hasil yang normal, kecuali bila telah terjadi komplikasi
neovaskularisasi iris atau pada kondisi rubeosis iridis.1,8,15,22
Pada pemeriksaan funduskopi, gambaran fundus masih normal dalam
menit-menit pertama sampai beberapa jam setelah oklusi. Setelah itu, akan
terlihat perubahan warna retina menjadi lebih putih, yang jelas terlihat pada
daerah makula. Perubahan ini menunjukkan gambaran cherry-red spot yang
muncul dalam beberapa jam setelah oklusi. Gambaran ini timbul karena bagian
perifoveolar dengan ketebalan 0,5 mm mengalami iskemia dan opasifikasi,
sedangkan foveola yang tipis dengan ketebalan 0,1 mm memperlihatkan
bayangan epitel pigmen retina dan koroid dibawahnya. Pada kasus yang ringan,
gambaran ini dapat terlihat sampai beberapa hari dan pada kasus berat akan
menghilang setelah 4 sampai 6 minggu. Selanjutnya akan terlihat gambaran
diskus optik yang pucat, arteri retina yang menyempit, dan pada keadaan yang
lebih berat menunjukkan segmentasi pembuluh darah (box-carring).5,8,22
Diagnosis oklusi arteri retina sentral ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan oftalmologis, dan pemeriksaan penunjang lain. Pemeriksaan
penunjang seperti fluorescein angiography dan electroretinography sangat
membantu dalam menegakkan diagnosis, tetapi dengan pemeriksaan funduskopi
yang seksama dapat menegakan diagnosis CRAO. Riwayat menderita penyakit
sistemik yang dapat membentuk emboli penting dalam menegakkan
5,22
diagnosis.
Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan berfokus pada sistem
kardiovaskular yang paling berpotensi sebagai penyebab. Pemeriksaan pulsasi
radial penting dilakukan mengingat apabila dijumpai irama yang ireguler dapat
mengarahkan pemeriksa ke atrial fibrilasi, yang mana berisiko menimbulkan
emboli. Pengukuran tekanan darah penting untuk memberikan hubungan antara
CRAO dengan hipotensi. Palpasi kepala dan inspeksi nodul pada daerah arteri
temporal harus dilakukan untuk menyingkirkan adanya arteritis temporal.18
12
PAPER NAMA : M. DARRY APRILIO P.
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100214
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Gambar 3. Gambaran funduskopi pada central retinal artery occlusion. Tampak 'cherry-red
spot pada makula.24
13
PAPER NAMA : M. DARRY APRILIO P.
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100214
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
14
PAPER NAMA : M. DARRY APRILIO P.
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100214
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2.2.8. TATALAKSANA
Sebagai suatu keadaan emergensi okular, penanganan segera untuk
mengembalikan aliran darah pada retina mungkin akan sangat bermanfaat bila
dilakukan sedini mungkin. Berdasarkan penelitian, retina tidak mengalami
kerusakan hingga 97 menit setelah terjadinya CRAO akut. Namun demikian,
retina akan mengalami kerusakan masif yang bersifat ireversibel setelah 4 jam
terjadinya CRAO. Oleh karena itu, tidak ada pengobatan yang dapat
mengembalikan penglihatan setelah 4 jam dari onset apabila dalam keadaan
CRAO yang mengalami obstruksi komplit. Kasus CRAO pada manusia jarang
yang mengalami obstruksi komplit. Maka dari itu, pengobatan pada pasien
CRAO direkomendasikan untuk diberikan dalam 24 jam pasca onset.1,15,16
Berikut ini beberapa terapi yang dapat diberikan pada penderita CRAO
meskipun beberapa pilihannya masih menunjukkan hasil yang tidak
konsisten:1,5,8,24
• Ocular massage
Hal ini dilakukan dengan gerakan berputar selama 5–15 detik pada bola
mata dan dilepas kemudian dilakukan berulang-ulang. Saat pemijatan
dengan jari, tenaga yang diberikan akan membuat retina menganggap
adanya hipoksia sehingga terjadi dilatasi vaskular retina kemudian aliran
darah akan meningkat. Ketika pemijatan dihentikan, cairan akan mengalir
dan terjadi penurunan resistensi dari aliran darah. Diharapkan dari
tindakan ini adalah terjadi perpindahan emboli menjadi lebih dalam dan
menyelamatkan sebagian daerah retina.
• Terapi oksigen hiperbarik
Terapi ini dapat meningkatkan oxygen delivery pada daerah yang hipoksia.
Hal ini bermanfaat bila diberikan dalam 2–12 jam setelah onset.
Pemberian oksigen dan peningkatan pCO2 umumnya dilakukan dengan
pemberian campuran 95% O2 dan 5% CO2 selama 10 menit yang dilakukan
setiap 2 jam selama 2 hari.
15
PAPER NAMA : M. DARRY APRILIO P.
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100214
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
16
PAPER NAMA : M. DARRY APRILIO P.
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100214
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
50% subjek yang diberikan dalam 6,5 jam setelah gejala klinis pertama
kali muncul.
2.2.9. KOMPLIKASI
Komplikasi CRAO adalah rubeosis iridis dan neovaskularisasi diskus
optik. Rubeosis iridis atau neovaskularisasi iris terjadi pada sekitar 18%
penderita dalam 4 bulan setelah oklusi, yang biasanya timbul pada minggu ke 4
s/d 5. Penderita CRAO dianjurkan kontrol ulang secara ketat selama 3 bulan
pertama sehubungan dengan risiko komplikasi neovaskularisasi iris dan diskus
optik.22
2.2.10. PROGNOSIS
Sebagian besar penderita CRAO memiliki prognosis buruk terhadap
penglihatan. Prognosis CRAO dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu umur
penderita, tingkat oklusi, material penyebab oklusi, dan lamanya oklusi. Pada
10% penderita CRAO yang memiliki arteri cilioretina, sebagian besar
mengalami perbaikan tajam penglihatan hingga 20/50 setelah 2 minggu.
Terdapat peningkatan angka kematian pada penderita oklusi arteri retina sentral.
Angka harapan hidup penderita oklusi arteri retina sentral adalah 5,5 tahun, yang
menurun bila dibandingkan dengan rata-rata angka harapan hidup umumnya
17
PAPER NAMA : M. DARRY APRILIO P.
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100214
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
sebesar 15,4 tahun. Tingkat kematian penderita CRAO karena emboli setelah 9
tahun adalah 56%, sedangkan non-emboli 27%. Sembilan puluh persen penderita
dengan plak Hollenhorst juga menderita penyakit jantung, dengan 15% penderita
meninggal dalam 1 tahun pertama dan 55% meninggal dalam kurun waktu 7
tahun akibat penyakit jantung yang dideritanya.5,22
18
PAPER NAMA : M. DARRY APRILIO P.
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100214
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
BAB III
KESIMPULAN
19
PAPER NAMA : M. DARRY APRILIO P.
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100214
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
DAFTAR PUSTAKA
8. Duker JS, Duker JS. Retinal Arterial Obstruction. In: Yanoff M, Duker JS,
editors. Ophthalmology. 5th ed. Philadelphia: Elsevier; 2018. p. 520–4.
9. Remington LA. Clinical Anatomy and Physiology of the Visual System. 3rd
ed. St. Louis: Butterworth-Heinemann; 2012. p. 61.
11. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 4th ed. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2012. p. 10.
20
PAPER NAMA : M. DARRY APRILIO P.
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 140100214
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
14. Lang GK, Lang GK. Retina. In: Lang GK, et al. Ophthalmology: A Short
Textbook. New York: Thieme; 2000. p. 301, 321–2.
15. Patel PS, Sadda SR. Retinal Artery Occlusions. In: Schachat AP, Wilkinson
CP, Hinton DR, Sadda SR, Wiedemann P. Ryan's Retina. 6th ed.
Philadelphia: Elsevier; 2017. p. 3446–7, 3463.
16. Fletcher EC, Chong NV. Retina & Retinal Disorders. In: Riordan-Eva P,
Cunningham ET. Vaughan & Asbury's General Ophthalmology. 18th ed.
New York: The McGraw-Hill Medical; 2011. p. 199–200.
17. Agarwal N, Gala NB, Karimi RJ, Turbin RE, Gandhi CD, Prestigiacomo CJ.
Current Endovascular Treatment Options for Central Retinal Arterial
Occlusion: A Review. Neurosurg Focus. 2014 Jan;36(1):1–5.
18. Varma DD, Cugati S, Lee AW, Chen CS. A Review of Central Retinal Artery
Occlusion: Clinical Presentation and Management. Eye. 2013;27:688–97.
20. Farris W, Waymack JR. Central Retinal Artery Occlusion [Internet]. Tampa:
StatPearls Publishing. 2019 Jan [cited 2019 Nov 17]. 3 p. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470354/
21. Cugati S, Varma DD, Chen CS, Lee AW. Treatment Options for Central
Retinal Artery Occlusion. Curr Treat Opt Neurol. 2013;15:63–74.
22. Basri S. Oklusi Arteri Retina Sentral. J Ked Syiah Kuala. 2014 Apr;14(1):50–
9.
23. Hayreh SS, Podhajsky PA, Zimmerman MB. Retinal Artery Occlusion:
Associated Systemic and Ophthalmic Abnormalities. Ophthalmol. 2009
Oct;116(10):1928–36.
21