Anda di halaman 1dari 34

MINI PROJECT

EVALUASI PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN PENDEKATAN


KELUARGA DI DESA MUSAI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DAIK

Oleh:
dr. Muhammad Darry Aprilio Pasaribu

Pembimbing:
dr. Roni

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


UPT PUSKESMAS DAIK
DINAS KESEHATAN KABUPATEN LINGGA
PROVINSI KEPULAUAN RIAU
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Mini Project


Program Internsip Dokter Indonesia
UPT Puskesmas Daik

“Evaluasi Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga di Desa


Musai Wilayah Kerja Puskesmas Daik”

Oleh:
dr. Muhammad Darry Aprilio Pasaribu

Mengesahkan,
Kepala UPT Puskesmas Daik

dr. Roni
NIP. 19810604 201001 1 013

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt., yang telah memberikan
berkat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan mini project yang
berjudul “Evaluasi Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga di Desa
Musai Wilayah Kerja Puskesmas Daik” tepat pada waktunya.
Dalam penyelesaian mini project ini, penulis banyak mendapat bimbingan
dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada dr. Roni selaku Kepala UPT Puskesmas Daik atas kesediaannya untuk
meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing, mendukung, dan memberikan
masukan kepada penulis sehingga mini project ini dapat terselesaikan dengan
sebaik-baiknya. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Tim
Program PIS-PK Puskesmas Daik yang turut membantu dalam menyelesaikan mini
project ini.
Penulis menyadari bahwa pembuatan mini project ini masih jauh dari
sempurna, baik dalam isi maupun susunan bahasanya. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam pembuatan
mini project selanjutnya. Semoga mini project ini dapat bermanfaat khususnya
untuk peningkatan taraf kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Daik.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Daik Lingga, 7 Juni 2021


Penulis,

dr. Muhammad Darry Aprilio Pasaribu

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i


KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... 3
1.3.1. Tujuan Umum ................................................................. 3
1.3.2. Tujuan Khusus ................................................................ 3
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................... 4
1.4.1. Bagi Peneliti.................................................................... 4
1.4.2. Bagi Masyarakat.............................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 5
2.1. Keluarga Sehat .......................................................................... 5
2.1.1. Definsi Sehat ................................................................... 5
2.1.2. Definisi Keluarga Sehat ................................................... 5
2.2. Manfaat Keluarga Sehat ............................................................ 6
2.3. Indikator Keluarga Sehat........................................................... 6
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 14
3.1. Rancangan Penelitian ................................................................ 14
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 14
3.3. Populasi dan Sampel ................................................................. 14
3.3.1. Kriteria Inklusi ................................................................ 14
3.4. Definisi Operasional ................................................................. 15
3.5. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 17
3.6. Pengolahan dan Analisis Data ................................................... 18

iii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 19
4.1. Hasil ......................................................................................... 19
4.2. Pembahasan .............................................................................. 23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 26
5.1. Kesimpulan ............................................................................... 26
5.2. Saran......................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 28

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah keluarga yang telah dikunjungi di Desa Musai ..................... 14
Tabel 4.2 Hasil monitoring Indeks Keluarga Sehat (IKS) Desa Musai ............. 14
Tabel 4.3 Hasil monitoring indikator keluarga yang mengikuti KB di Desa Musai
........................................................................................................................ 20
Tabel 4.4 Hasil monitoring indikator persalinan di fasilitas kesehatan di Desa
Musai........ ....................................................................................................... 20
Tabel 4.5 Hasil monitoring indikator bayi yang mendapatkan imunisasi dasar
lengkap di Desa Musai ..................................................................................... 20
Tabel 4.6 Hasil monitoring indikator bayi yang mendapatkan ASI eksklusif di
Desa Musai ...................................................................................................... 20
Tabel 4.7 Hasil monitoring indikator pertumbuhan balita dipantau di Desa Musai..
........................................................................................................................ 21
Tabel 4.8 Hasil monitoring indikator penderita TB paru berobat sesuai standar di
Desa Musai ...................................................................................................... 21
Tabel 4.9 Hasil monitoring indikator penderita hipertensi berobat teratur di Desa
Musai .............................................................................................................. 21
Tabel 4.10 Hasil monitoring indikator penderita gangguan jiwa berat tidak
terlantar dan diobati di Desa Musai .................................................................. 21
Tabel 4.11 Hasil monitoring indikator anggota keluarga tidak ada yang merokok
dalam rumah di Desa Musai ............................................................................. 22
Tabel 4.12 Hasil monitoring indikator keluarga sudah menjadi anggota JKN di
Desa Musai ...................................................................................................... 22
Tabel 4.13 Hasil monitoring indikator keluarga memiliki sarana air bersih di Desa
Musai .............................................................................................................. 22
Tabel 4.14 Hasil monitoring indikator keluarga menggunakan jamban sehat di
Desa Musai ...................................................................................................... 22
Tabel 4.15 Hasil kunjungan ulang PIS-PK di Desa Musai pada Februari 2021 23

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat. Masalah kesehatan yang
dialami oleh keluarga pada satu unit terkecil ini dapat mempengaruhi masalah
kesehatan pada masyarakat secara umum.1 Hal ini menjadi perhatian khusus oleh
kepala puskesmas melalui program kerja yang dikembangkan pada wilayahnya
masing-masing. Kesehatan keluarga yang prima dapat menjadi motivasi untuk
melakukan pemberdayaan masyarakat sehat melalui keluarga sehat.2
Kesehatan adalah komponen untuk mendukung pembangunan ekonomi
negara serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang disesuaikan pada Undang-
undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pembangunan kesehatan pada
hakikatnya merupakan upaya yang dilaksanakan oleh segenap bangsa Indonesia
yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang supaya tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.2
Dalam rangka mendukung Program Indonesia Sehat dengan pendekatan
keluarga yang merupakan salah satu dari Agenda kelima Nawa Cita yaitu
meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Program Indonesia Sehat
dengan pendekatan keluarga (PIS-PK) ini dituangkan dalam penjabaran dari
Rencana Pembangunan Jangka menengah Nasional 2015-2019, melalui
Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.2,4,5
Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama untuk mencapai derajat kesehatan yang lebih baik
di wilayah kerjanya.1 Puskesmas merupakan kunci dalam pelaksanaan
pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat melalui pendekatan keluarga.
Pendekatan keluarga merupakan strategi pendekatan pelayanan terintergrasi

1
antara Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) yang didasari oleh data dan informasi profil kesehatan keluarga.1,2,3
Pendekatan keluarga sehat yang dapat dilakukan melalui kunjungan rumah
oleh petugas kesehatan. Dengan melakukan kunjungan rumah ini petugas
kesehatan bukan hanya mengumpulkan data kesehatan keluarga melainkan
petugas dapat mengenali masalah kesehatannya, upaya mengatasinya serta
memberikan motivasi agar keluarga di wilayah kerja puskesmas tersebut mampu
melakukan upaya pencegahan serta peningkatan status kesehatan keluarganya
dengan mengoptimalkan potensi atau kemampuan yang dimilikinya.2,3,4
Menurut data dari Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Lingga
Tahun 2014, menunjukkan bahwa ada program yang tercapai dan ada cakupan
kegiatan/program yang tidak tercapai, terutama untuk program imunisasi dasar
lengkap pada bayi dan status gizi balita. Cakupan Desa/Kelurahan UCI
Kabupaten Lingga pada tahun 2014 belum mencapai target baru 77,2%,
sedangkan target UCI untuk tahun 2014 di Kabupaten Lingga adalah 85%.
Jumlah BBLR Kabupaten Lingga pada tahun 2014 juga terjadi peningkatan jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Untuk angka kesakitan, ada beberapa
penyakit yang pada tahun 2014 jumlahnya meningkat yaitu penyakit DBD pada
sebanyak 5 kasus atau IR 4,9 per 100.000 penduduk dari tahun sebelumnya
belum pernah ada laporan. Untuk kasus malaria di Kabupaten Lingga termasuk
ke dalam High Case Incidence dikarenakan nilai API > 5/1000 penduduk.
Karakteristik Kabupaten Lingga yang kurang dari satu persen luas wilayahnya
berupa daratan dan memiliki topografi daerah yang berbukit-bukit menimbulkan
masalah kesehatan dikarenakan sulitnya akses pelayanan kesehatan yang holistik
dan komprehensif untuk mencakup semua wilayah kelurahan/desa di Kabupaten
Lingga.7
Puskesmas Daik merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten Lingga
dengan jumlah penduduk pada tahun 2014 mencapai 102.377 jiwa dengan
wilayah kerja dalam Kecamatan Lingga yang mencakup 1 kelurahan dan 10 desa
yaitu Kelurahan Daik, Desa Merawang, Desa Panggak Darat, Desa Panggak
Laut, Desa Nerekeh, Desa Musai, Desa Mepar, Desa Kelombok, Desa Kelumu,
Desa Mentuda, dan Desa Pekajang. Berdasarkan pelaksanaan PIS-PK tahun

2
2020 didapatkan bahwa Desa Musai merupakan salah satu desa dengan nilai IKS
tertinggi di Kecamatan Lingga, namun demikian masih tergolong dalam kategori
desa tidak sehat (IKS = 0,21). Maka dari itu perlu dilakukan evaluasi serta
peninjauan mengenai lingkungan tempat tinggal dan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) serta intervensi terhadap hal yang menyebabkan rendahnya angka
IKS di wilayah Desa Musai Kecamatan Lingga.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Rumusan Masalah dalam Mini Project ini adalah “Bagaimana Capaian
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga di Desa Musai
Kecamatan Lingga setelah 6 bulan diimplementasikan?”

1.3. TUJUAN PENELITIAN


1.3.1. TUJUAN UMUM
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui capaian Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga setelah 6 bulan diimplementasikan
di Desa Musai Kecamatan Lingga.

1.3.2. TUJUAN KHUSUS


1. Meningkatkan kesehatan keluarga di Desa Musai wilayah kerja Puskesmas
Daik.
2. Memenuhi persyaratan akreditasi terkait Program Indonesia Sehat melalui
pendekatan keluarga sehat.
3. Sebagai syarat menyelesaikan Program Dokter Internsip Indonesia.

3
1.4. MANFAAT PENELITIAN
1.4.1. BAGI PENELITI
1) Hasil penelitian dapat menambah ilmu pengetahuan bagi peneliti khususnya
mengenai program keluarga sehat.
2) Hasil penelitian dapat menjadi data dasar dan menambah referensi untuk
penelitian selanjutnya.
3) Hasil penelitian dapat menjadi bahan evaluasi dan masukan bagi Puskesmas
Daik Kabupaten Lingga dalam upaya peningkatan program kesehatan
khususnya keluarga sehat.

1.4.2. BAGI MASYARAKAT


Masyarakat bisa mendapatkan pengetahuan tentang upaya penerapan
indikator keluarga sehat di lingkungan tempat tinggal masing masing.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KELUARGA SEHAT


2.1.1. DEFINISI SEHAT

Pengertian sehat menurut WHO atau organisasi kesehatan dunia adalah


suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas
dari penyakit atau kelemahan. Dari definisi diatas yang dimaksudkan oleh WHO,
sehat terdiri dari suatu kesatuan penting dari empat komponen dasar yang
membentuk ‘positif health’, yaitu: sehat jasmani, sehat mental, sehat spiritual,
dan kesejahteraan sosial.1,2,3

Pengertian sehat menurut UU No. 23/1992 merupakan keadaan sejahtera


dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial
dan ekonomi. Dari pengertian di atas maka seseorang dikatakan sehat jika
memiliki tubuh, jiwa, dan kehidupan sosialnya berjalan dengan normal. Jika
salah satu komponen tersebut terganggu, maka kehidupannya akan menjadi
tidak sehat.1,2

2.1.2. DEFINISI KELUARGA SEHAT


Keluarga sehat adalah semua perilaku kesehatan untuk memberdayakan
anggota rumah tangga agar sadar, mau, dan mampu mempraktekkan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit, dan melindungi diri dari
ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakkan kesehatan
masyarakat.1,2,3

PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau


menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok, dan
masyarakat, dengan membuka jalan komunikasi, memberikan informasi dan
melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku,
melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan

5
pemberdayaan masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-
cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan
kesehatan masyarakat sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat
mengenai dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar
dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga memelihara dan
meningkatkan kesehatannya.1,2

2.2. MANFAAT KELUARGA SEHAT


1. Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit
2. Anak tumbuh sehat dan produktif
3. Anggota keluarga giat bekerja
4. Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi
keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan
keluarga.2,3,4,5

2.3. INDIKATOR KELUARGA SEHAT


Indikator keluarga sehat adalah indikator yang dapat menunjukkan suatu
kondisi atau keadaan yang sehat atau penanda status kesehatan sebuah keluarga,
baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi ditetapkan 12 indikator
yang meliputi:2,3,4

1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)


Keluarga Berencana (Family Planning, Planned Parenthood) merupakan
suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan
jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.
Tujuan umum program Keluarga Berencana dalah membentuk keluarga kecil
sesuai dengan kekutan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara
pengetahuan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan lain meliputi

6
pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan
dan kesejahteraan keluarga.

Kesimpulan dari tujuan program KB adalah:

1) Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ayah, ibu, anak, keluarga, dan


bangsa
2) Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan
bangsa
3) Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR yang
berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi,
dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.

2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan

Persalinan di fasilitas kesehatan adalah persalinan dalam rumah tangga yang


dilakukan oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga para medis
lainnya). Meningkatnya proporsi ibu bersalin dengan bantuan tenaga
kesehatan yang terlatih,adalah langkah awal terpenting untuk mengurangi
kematian ibu dan kematian neonatal dini. Persalinan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang aman, bersih dan steril
sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.

3. Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap


Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan
memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit
yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari
kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit
hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja,
sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.
Sedangkan pengertian imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan atau
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit,
sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau
sakit ringan.

7
4. Bayi mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif

Bayi pada usia 0-6 bulan hanya diberi ASI dan tidak diberi makanan
tambahan dan minuman lain kecuali pemberian air putih untuk minum obat
saat bayi sakit. ASI banyak mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Zat gizi dalam ASI sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangan fisik serta kecerdasan. ASI mengandung zat kekebalan
sehingga mampu melindungi bayi dari alergi.
Berdasarkan waktu produksinya, ASI digolongkan dalam tiga kelompok
yaitu:

1) Kolostrum
Kolostrum (susu awal) adalah ASI yang keluar pada hari pertama. Setelah
kelahiran bayi, berwarna kekuningan dan lebih kental, karena
mengandung banyak vitamin A, protein dan zat kekebalan yang penting
untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi. Kolostrum mengandung
vitamin A, E dan K serta beberapa mineral seperti natrium dan Zn.
2) ASI Transisi/ Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum
menjadi matang. Biasanya diproduksi pada hari ke 4-10 setelah kelahiran.
Kandungan volume protein akam semakin rendah sedangkan kadar
karbohidrat dan lemak makin tinggi dibandingkan pada kolosrum, juga
volume akan makin meningkat.
3) ASI Matur
ASI matang adalah ASI yang dikeluarkan pada sekitar pada hari
keempatbelas dan seterusnya komposisi relatif tetap. Merupakan suatu
cairan berwarna putih kekuningan yang diakibatkan warna dari c-casenat
riboflavin, dan karoten yang terdapat di dalamnya. Pada ibu yang sehat
dimana produksi ASI cukup. ASI ini merupakan makanan satu-satunya
yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai berumur 6 bulan. Selama
6 bulan pertama, volume ASI sekurang-kurangnya sekitar 500-700
ml/hari, bulan kedua sekitar 400-600 ml/hari setelah bayi berusia satu
tahun.

8
Keuntungan menyusui bagi bayi:

1) Ditinjau dari aspek gizi


Kandungan gizi lengkap dan sesuai dengan kebutuhan bayi untuk tumbuh
kembang yang optimal. Mudah diserap dan dicerna.
2) Ditinjau dari aspek imunologi
Bayi tidak sering sakit. ASI mengandung kekebalan antara lain imunitas
seluler yaitu leukosit sekitar 4000/ml, misal IgA-enzim pada ASI yang
mempunyai efek antibakteri misalnya lisozim, katalase dan peroksidase.
3) Ditinjau dari aspek psikologis
Bayi lebih sehat, lincah dan tidak rewel. Pemberian ASI mendekatkan
hubungan ibu dan bayi menimbulkan perasaan aman bagi bayi, yang
penting untuk mengembangkan dasar kepercayaan dengan mulai
mempercayai orang lain atau ibu dan akhirnya mempunyai kepercayaan
pada diri sendiri.

5. Balita mendapatkan pematauan pertumbuhan

Menimbang bayi dan balita mulai dari umur 0 sampai 59 bulan setiap bulan
dan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) berturut-turut dalam 3 bulan
terakhir. Penimbangan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan
balita setiap bulan dan mengetahui apakah balita berada pada kondisi gisi
baik, gizi kurang, atau gizi buruk. Setelah balita ditimbang di buku KIA atau
KMS maka akan terlihat berat badannya naik atau tidak turun. Naik apabila
garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna di atasnya. Tidak
naik bila garis pertumbuhannya mendatar dan garis pertumbuhannya naik
tetapi warna yang lebih muda. Bila balita mengalami gizi kurang maka akan
dijumpai tanda-tanda:

1) Berat badan tidak naik selama 3 bulan berturut-turut, badannya kurus


2) Mudah sakit
3) Tampak lesu dan lemah
4) Mudah menagis dan rewel

9
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan


bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ,
terutama paru-paru. Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak
tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian. Gejala
TB, antara lain :

1) Batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih


2) Dahak bercampur darah
3) Sesak nafas, badan lemas, dan malaise
4) Nafsu makan menurun, berat badan menurun
5) Berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari
satu bulan

Apa yang terjadi jika berhenti minum obat TB sebelum waktunya :

1) Penyakit TB tidak sembuh dan dapat terus-menerus ke orang lain


2) Kuman TB dalam tubuh menjadi kebal terhadap obat sehingga
pengobatan berikutnya akan lebih lama dan lebih mahal karena jenis
obatnya berbeda
3) Kuman TB yang kebal obat juga dapat ditularkan kepada orang lain
dengan status kebal obat (lebih bahaya)

7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur

Definisi hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan


darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup istirahat atau tenang. Peningkatan tekanan darah yang
berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan
kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan
otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat
pengobatan yang memadai.

10
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak
ditelantarkan

Seseorang menderita gangguan jiwa ditandai dengan gangguan pikiran,


perasaan, dan adanya perubahan emosi, perilaku dalam 1 bulan terakhir
seperti :

1) Melukai diri sendiri maupun orang lain


2) Murung dan menyendiri
3) Kecewa dan ketakutan/cemas yang berlebihan
4) Perasaan fungsi sehari-hari terganggu (pendidikan, pekerjaan, sosialisasi
dengan keluarga dan masyarakat)

Untuk mencapai jiwa sehat :

1) Bernafaslah teratur dan lakukan relaksasi


2) Selesaikan 1 masalah untuk 1 waktu (hindari membuat keputusan besar
sekaligus)
3) Buat prioritas hidup dan rencanakan masa depan
4) Bicarakan masalah anda dengan seorang yang anda percaya
5) Olahraga dan beraktifitas fisik minimal 30 menit sehari
6) Berpikir positif, bergembira
7) Lakukan pekerjaan yang anda senangi, fleksibel, berbuat sesuai dengan
minat dan kemampuan
8) Terimalah sesuatu yang tidak dapat diubah
9) Segera ke sarana pelayanan kesehatan bila mengalami gangguan jiwa.

9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok


Anggota rumah tangga tidak merokok di dalam rumah. Tidak boleh merokok
di dalam rumah dimaksudkan agar tidak menjadikan anggota keluarga
lainnya sebagai perokok pasif yang berbahaya bagi kesehatan dikarenakan
dalam satu batang rokok yang dihisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan
kimia berbahaya seperti nikotin, tar dan karbonmonoksida (CO).

11
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) adalah jaminan berupa perlindungan


kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan
kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
pemerintah.
Tujuan JKN adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem
asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
masyarakat yang layak.
Manfaat JKN, yaitu:

1) Memberikan manfaat yang komperhensif dengan premi terjangkau


2) JKN menerapkan prinsip kendali mutu dan biaya, yang berarti peserta
mendapatkan pelayanan bermutu memadai dengan biaya yang wajar dan
terkendali.
3) JKN menjamin kepastian pembiayaan pelayanan kesehatan yang
berkelanjutan
4) JKN memiliki portabilitas, sehingga dapat digunakan di seluruh wilayah
Indonesia

11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih

Air adalah sangat peting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat
meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Di dalam
tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air, untuk anak-anak
sekitar 65%, dan untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat
kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci (bermacam –
macam cucian).
Air yang kita pergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi,
berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian,
membersihkan bahan makanan haruslah bersih agar tidak terkena penyakit
atau terhindar dari penyakit. Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui
indra kita, antara lain (dapat dilihat, dirasa, dicium dan diraba). Meski terlihat

12
bersih, air belum tentu bebas kuman penyakit. Kuman penyakit dalam air
mati pada suhu 1000C.
Syarat-syarat air minum yang sehat agar air minum itu tidak menyebabkan
penyakit, maka air itu hendaknya memenuhi persyaratan kesehatan sebagai
berikut:

1) Syarat fisik

Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tidak
berwarna), tidak berasa, suhu di bawah suhu udara di luarnya, cara
mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar.

2) Syarat bakteriologis

Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri.
Terutama bakteri patogen. Cara ini untuk mengetahui apakah air minum
terkontaminasi oleh bakteri patogen, adalah dengan memeriksa sampel
air tersebut. Dan bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari
empat bakteri E. coli maka air tersebut sudah memenuhi kesehatan.
3) Syarat kimia
Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah
yang tertentu pula.

12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

Akses jamban sehat adalah rumah tangga atau keluarga yang menggunakan
jamban/WC dengan tangki septik atau lubang penampung kotoran sebagai
pembuangan akhir. Misalnya buang air besar di jamban dan membuang tinja
bayi secara benar. Penggunaan jamban akan bermanfaat untuk menjaga
lingkungan bersih, sehat dan tidak berbau. Jamban mencegah pencemaran
sumber air yang ada disekitarnya. Jamban yang sehat juga memiliki syarat
seperti tidak mencemari sumber air, tidak berbau, mudah dibersihkan, dan
penerangan dan ventilasi yang cukup.

13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. RANCANGAN PENELITIAN


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan penilaian indikator
menggunakan indeks keluarga sehat.

3.2. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Desa Musai Kecamatan Lingga Kabupaten


Lingga dan dilaksanakan pada bulan Februari 2021.

3.3. POPULASI DAN SAMPEL


1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah masyarakat Desa Musai Kecamatan Lingga
Kabupaten Lingga.
2. Besar Sampel
Besar sampel pada mini project ini adalah masyarakat yang berdomisili di
Desa Musai Kecamatan Lingga Kabupaten Lingga.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan wawancara
terarah dan kuesioner yang berisi indikator keluarga sehat.

3.3.1. KRITERIA INKLUSI

Kriteria inklusi sampel pada mini project ini adalah:

1. Warga berdomisili di Desa Musai Kecamatan Lingga Kabupaten Lingga


2. Bersedia menjadi responden
3. Berusia di atas 15 tahun

14
3.4. DEFINISI OPERASIONAL
Data umum dan khusus diolah dengan mengikuti kaidah-kaidah
pengolahan data, yaitu misalnya dengan menghitung rata-rata, cakupan, dan
lain-lain. Data keluarga diolah untuk menghitung IKS masing-masing keluarga,
IKS tingkat RT/RW/Kelurahan/Desa dan cakupan tiap indikator dalam lingkup
RT/RW/Kelurahan/Desa, serta IKS tingkat kecamatan dan cakupan tiap
indikator dalam lingkup kecamatan.2,3,4,6
a. Menghitung Indeks Keluarga Sehat (IKS)
Formulir-formulir untuk setiap anggota keluarga dari satu keluarga yang
telah diisi, kemudian dimasukkan ke dalam formulir rekapitulasi (jika
digunakan formulir dalam bentuk aplikasi, maka rekapitulasi ini akan terjadi
secara otomatis).

Keterangan:
0 = Not applicable yang berarti indikator tersebut tidak mungkin ada pada
anggota keluarga.
N = indikator tersebut TIDAK BERLAKU untuk anggota keluarga atau
keluarga yang bersangkutan (misal: karena salah satu sudah mengikuti KB,
atau tidak dijumpai adanya penderita TB paru).
Y = kondisi/keadaan anggota keluarga atau keluarga SESUAI dengan
indikator (misal: ibu memang melakukan persalinan di fasilitas kesehatan).
T = kondisi/keadaan anggota keluarga atau keluarga TIDAK SESUAI
dengan indikator (misal: ayah ternyata merokok).
*) = Untuk indikator keluarga mengikuti KB jika salah satu pasangan sudah
mengikuti program KB (misalnya Ibu) maka penilaian terhadap
pasangannya (Ayah) Menjadi “N”, demikian sebaliknya.
*) = Untuk indikator bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap, jika ada
salah satu anggota keluarga berusia 12-23 bulan maka jawabannya
diletakkan pada kolom anak yang berusia 5 tahun.
*) = Untuk indikator anggota keluarga tidak ada yang merokok jika
jawabannya “Ya merokok” maka dalam merekap statusnya “T”, sebaliknya
jika jawabannya “Tidak merokok” maka dalam rekapan statusnya “Y”.

15
Penilaian terhadap hasil rekapitulasi anggota keluarga pada satu indikator,
mengikuti persyaratan di bawah ini:

1) Jika dalam satu indikator seluruh anggota keluarga dengan status Y, maka
indikator tersebut dalam satu keluarga bernilai 1.
2) Jika dalam satu indikator seluruh anggota keluarga dengan status T, maka
indikator tersebut dalam suatu keluarga bernilai 0.
3) Jika dalam satu indikator seluruh anggota keluarga dengan status N maka
indikator tersebut dalam satu keluarga tetap dengan status N (tidak
dihitung).
4) Jika dalam satu indikator ada salah satu anggota keluarga dengan status T,
maka indikator tersebut dalam satu keluarga akan bernilai 0 meskipun
didalamnya terdapat status Y ataupun N.

Selanjutnya IKS masing-masing keluarga dihitung dengan rumus:

Jumlah indikator keluarga sehat yang bernilai 1 IKS

12 – Jumlah indikator yang tidak ada di keluarga

Hasil perhitungan IKS tersebut, selanjutnya dapat ditentukan kategori


kesehatan masing-masing keluarga dengan mengacu pada ketentuan berikut:

1) Nilai indeks > 0,800 : keluarga sehat


2) Nilai indeks 0,500-0,800 : pra-sehat
3) Nilai indeks < 0,500 : tidak sehat

b. Menghitung IKS Tingkat RT/RW/Kelurahan/Desa

IKS tingkat RT/RW/kelurahan/desa dihitung dengan rumus:

Jumlah keluarga dengan IKS>0,800


IKS RT/RW/Kelurahan/Desa =
Jumlah seluruh keluarga di wilayah

16
Hasil perhitungan IKS tersebut, selanjutnya dapat ditentukan kategori
masing-masing RT/RW/kelurahan/desa dengan mengacu pada ketentuan
berikut:

1) Nilai IKS tingkat RT/RW/ Kelurahan/Desa > 0,800


RT/RW/Kelurahan/Desa Sehat
2) Nilai IKS tingkat RT/RW/Kelurahan/Desa 0,500-0,800
RT/RW/Kelurahan/Desa Pra Sehat
3) Nilai IKS tingkat RT/RW/ Kelurahan/Desa < 0,500
RT/RW/Kelurahan/Desa Tidak Sehat

Cakupan masing-masing indikator dihitung dengan rumus:

Jumlah keluarga bernilai 1 untuk indikator ybs


Cakupan indikator = x 100%
Jumlah seluruh keluarga yang memiliki indikator ybs*)

*) Jumlah seluruh keluarga yang yang memiliki indikator yang bersangkutan


sama artinya dengan jumlah seluruh keluarga yang ada di
RT/RW/kelurahan/desa dikurangi dengan jumlah seluruh keluarga yang
tidak memiliki indikator yang bersangkutan (N).

3.5. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Data didapatkan langsung dari subjek penelitian yaitu dengan


menggunakan instrumen pengumpulan data berupa kuesioner warga di Desa
Musai Kecamatan Lingga. Kuesioner didapatkan langsung dari Puskesmas Daik
dan didapatkan dari penelitian sebelumnya.

17
3.6. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Data yang diperoleh kemudian dicatat dan diolah secara manual, kemudian
disusun dalam beberapa tabel sesuai dengan sesuai dengan tujuan penelitian
dan skala ukur yang telah ditentukan pada definisi operasional, kemudian
dilakukan pengolahan data secara deskriptif.

18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL
Hasil kunjungan keluarga untuk monitoring dan evaluasi Program
Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga yang telah dilakukan di Desa Musai pada
bulan Februari 2021. Jumlah keluarga yang telah dikunjungi dan jumlah keluarga
yang terpantau dapat di lihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Jumlah keluarga yang telah dikunjungi di Desa Musai.


Jumlah keluarga yang telah dikunjungi (2020) 147
Jumlah keluarga yang dilakukan kunjungan ulang (2021) 127
Cakupan (127/147) x100% = 86,4%

Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah keluarga yang dilakukan


kunjungan ulang PIS-PK di Desa Musai sebanyak 127 keluarga. Jumlah ini
berkurang dibandingkan dengan jumlah keluarga yang telah dikunjungi pada tahun
sebelumnya yakni sebanyak 147 keluarga sehingga cakupan kunjungan ulang PIS-
PK pada penelitian ini sebesar 86,4%.

Tabel 4.2 Hasil monitoring Indeks Keluarga Sehat (IKS) Desa Musai.
Rata-rata IKS yang telah dikunjungi (2020) 0,252

Tabel 4.2 menunjukkan nilai Indeks Keluarga Sehat di Desa Musai pada
tahun 2020 sebesar 0,251. Oleh karena itu, Desa Musai masih tergolong ke dalam
Desa Tidak Sehat (IKS < 0,500) sehingga perlu dilakukan monitoring, evaluasi, dan
intervensi lanjutan terhadap indikator-indikator yang masih menjadi masalah
kesehatan pada desa ini.

19
Tabel 4.3 Hasil monitoring indikator keluarga yang mengikuti KB di Desa Musai.
Indikator keluarga yang KK yang telah dikunjungi
mengikuti KB (2020)
Ya 32 (42,7%)
Tidak 43 (57,3%)
Netral 72 (49%)

Tabel 4.4 Hasil monitoring indikator persalinan di fasilitas kesehatan di Desa


Musai.
Indikator persalinan di KK yang telah dikunjungi
fasilitas kesehatan (2020)
Ya 2 (66,7%)
Tidak 1 (33,3%)
Netral 144 (98%)

Tabel 4.5 Hasil monitoring indikator bayi yang mendapatkan imunisasi dasar
lengkap di Desa Musai.
Indikator bayi yang KK yang telah dikunjungi
mendapatkan imunisasi dasar (2020)
lengkap
Ya 10 (76,9%)
Tidak 3 (23,1%)
Netral 134 (91,2%)

Tabel 4.6 Hasil monitoring indikator bayi yang mendapatkan ASI eksklusif di Desa
Musai.
Indikator bayi yang KK yang telah dikunjungi
mendapatkan ASI eksklusif (2020)
Ya 10 (66,7%)
Tidak 5 (33,3%)
Netral 132 (89,8%)

20
Tabel 4.7 Hasil monitoring indikator pertumbuhan balita dipantau di Desa Musai.
Pertumbuhan balita dipantau KK yang telah dikunjungi
(2020)
Ya 33 (86,8%)
Tidak 5 (13,2%)
Netral 109 (74,1%)

Tabel 4.8 Hasil monitoring indikator penderita TB paru berobat sesuai standar di
Desa Musai.
Penderita TB paru berobat KK yang telah dikunjungi
sesuai standar (2020)
Ya 10 (62,5%)
Tidak 6 (37,5%)
Netral 131 (89,1%)

Tabel 4.9 Hasil monitoring indikator penderita hipertensi berobat teratur di Desa
Musai.
Penderita hipertensi berobat KK yang telah dikunjungi
teratur (2020)
Ya 12 (23,1%)
Tidak 40 (76,9%)
Netral 119 (81%)

Tabel 4.10 Hasil monitoring indikator penderita gangguan jiwa berat tidak
terlantar dan diobati di Desa Musai.
Penderita gangguan jiwa KK yang telah dikunjungi
tidak terlantar dan diobati (2020)
Ya 1 (33,3%)
Tidak 2 (66,7%)
Netral 144 (98%)

21
Tabel 4.11 Hasil monitoring indikator anggota keluarga tidak ada yang merokok
dalam rumah di Desa Musai.
Anggota keluarga tidak ada KK yang telah dikunjungi
yang merokok dalam rumah (2020)
Ya 63 (42,9%)
Tidak 84 (57,1%)

Tabel 4.12 Hasil monitoring indikator keluarga sudah menjadi anggota JKN di Desa
Musai.
Anggota keluarga sudah KK yang telah dikunjungi
menjadi anggota JKN (2020)
Ya 136 (92,5%)
Tidak 11 (7,5%)

Tabel 4.13 Hasil monitoring indikator keluarga memiliki sarana air bersih di Desa
Musai.
Keluarga memiliki sarana KK yang telah dikunjungi
air bersih (2020)
Ya 146 (99,3%)
Tidak 1 (0,7%)

Tabel 4.14 Hasil monitoring indikator keluarga menggunakan jamban sehat di Desa
Musai.
Keluarga menggunakan KK yang telah dikunjungi
jamban sehat (2020)
Ya 141 (95,9%)
Tidak 6 (4,1%)

22
Tabel 4.15 Hasil kunjungan ulang PIS-PK di Desa Musai pada Februari 2021.
Indikator Jumlah jiwa yang
perlu intervensi
Keluarga mengikuti program KB 1
Persalinan ibu di fasilitas kesehatan 0
Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap 4
Bayi mendapatkan ASI eksklusif 0
Pertumbuhan balita dipantau 2
Penderita TB paru yang berobat sesuai standar 0
Penderita hipertensi yang berobat teratur 51
Penderita gangguan jiwa berat yang diobati dan tidak 0
ditelantarkan
Anggota keluarga tidak ada yang merokok dalam rumah 58
Keluarga sudah menjadi anggota JKN 0
Keluarga memiliki akses sarana air bersih 6
Keluarga menggunakan jamban sehat 23
Total jiwa 145
Jumlah KK yang dikunjungi 127

4.2. PEMBAHASAN
Tabel 4.3 sampai dengan tabel 4.14 merupakan hasil monitoring terhadap
12 indikator keluarga sehat pada tahun 2020. Dari keduabelas indikator yang telah
dimonitoring, terdapat 4 indikator yang menjadi masalah kesehatan paling banyak
dialami oleh keluarga di Desa Musai, yakni kurangnya penderita hipertensi yang
berobat teratur, adanya penderita gangguan jiwa berat yang tidak diobati dan
ditelantarkan oleh keluarganya, masih cukup rendahnya partisipasi keluarga yang
mengikuti program KB, serta cukup banyaknya anggota keluarga yang merokok
dalam rumah.
Keluarga dengan penderita hipertensi yang tidak berobat secara teratur
merupakan masalah kesehatan paling banyak dialami oleh keluarga di Desa Musai.
Hal ini ditunjukkan pada Tabel 4.9 bahwa terdapat 40 (76,9%) keluarga dengan
anggota keluarga penderita hipertensi yang tidak berobat teratur. Angka ini menjadi
perhatian apabila dibandingkan dengan jumlah keluarga yang berobat hipertensi

23
secara teratur yakni sebanyak 12 (23,1%) keluarga. Bahkan setelah dilakukan
kunjungan ulang dan evaluasi pada Februari 2021, masih diijumpai 51 individu
yang belum teratur minum obat dari 127 jumlah keluarga yang dikunjungi ulang.
Angka penelantaran ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) di Desa Musai
juga cukup menjadi isu kesehatan yang perlu diperhatikan. Berdasarkan Tabel 4.10
terdapat 2 (66,7%) keluarga yang masih menelantarkan anggota keluarganya yang
menderita gangguan jiwa berat dari total 3 kasus gangguan jiwa berat di Desa
Musai. Namun setelah dilakukan kunjungan ulang, tidak dijumpai lagi adanya
penelantaran terhadap anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa berat. Hal
ini menandakan bahwa proses intervensi terhadap indikator masalah kesehatan ini
cukup berhasil dilakukan.
Peringkat ketiga masalah kesehatan di Desa Musai adalah kurangnya
partisipasi keluarga dalam mengikuti program KB. Tabel 4.3 menunjukkan bahwa
partisipasi keluarga dalam mengikuti program KB di Desa Musai tahun 2020 yakni
sebanyak 32 (42,7 %) keluarga, sedangkan sebanyak 43 (57,3%) keluarga belum
mengikuti program KB. Namun demikian setelah dilakukan kunjungan ulang dan
evaluasi pada Februari 2021, ditemukan hanya tersisa 1 individu yang belum
mengikuti program KB sehingga indikator ini tidak lagi menjadi masalah kesehatan
di Desa Musai.
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa keluarga yang tidak merokok di dalam
rumah sebanyak 63 (42,9%) keluarga. Sementara itu jumlah keluarga yang masih
berperilaku merokok di dalam rumah sebanyak 84 (57,1%) keluarga. Setelah
dilakukan kunjungan ulang dan evaluasi pada Februari 2021, masih dijumpai 58
individu dari 127 keluarga yang belum mengubah pola perilaku merokok di dalam
rumah. Hal ini membuat perlunya intervensi lebih lanjut dan pemantauan berkala
untuk menangani permasalahan indikator kesehatan ini.
Terkait dengan hasil data kunjungan ulang dan evaluasi PIS-PK yang
menunjukkan bahwa masih banyak individu yang perlu dilakukan intervensi pada
indikator masalah kesehatan tertentu, peneliti mengusulkan perlunya dilakukannya
beberapa kegiatan dengan tujuan untuk meningkatkan taraf kesehatan warga.
Adapun kegiatan seperti berikut:

24
1. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
Perlu dilakukannya KIE kepada setiap keluarga dan secara individual.
Adapun KIE yang ditekankan kepada setiap keluarga terutama aspek
dimana indikator yang paling buruk yakni pengobatan hipertensi yang tidak
teratur dan perilaku merokok di dalam rumah. Peran kader desa juga turut
mempengaruhi keteraturan pengobatan penderita hipertensi. Oleh karena
itu, perlu dilakukan pelatihan lebih lanjut agar kader desa memiliki
kemampuan komunikasi, informasi, dan edukasi yang lebih baik kepada
penderita hipertensi guna meningkatkan IKS Desa.
2. Penyuluhan
Penyuluhan kepada warga mengenai pentingnya setiap keluarga untuk
mencapai indeks keluarga sehat juga merupakan salah satu intervensi yang
penting untuk meningkatkan IKS Desa Musai. Adapun tema penyuluhan
yang ditekankan adalah mengenai bahaya rokok dikarenakan indikator
tersebut yang paling lemah dan dapat dilakukan intervensi. Perlu juga
dilakukan penyuluhan mengenai pengaruh perilaku merokok dengan
kejadian hipertensi mengingat jumlah perokok di Desa Musai cukup banyak
dan hal ini sebanding dengan jumlah penderita hipertensi di Desa Musai
yang juga lumayan banyak. Berkaitan dengan masalah perilaku merokok
dalam rumah yang masih cukup banyak di Desa Musai, diperlukan adanya
kesepakatan warga untuk meniadakan asap rokok di setiap pertemuan yang
diadakan di tingkat dusun dan hal ini perlu dilakukan secara bertahap.
3. Pemeriksaan Kesehatan
Pentingnya dilakukan pemeriksaan kesehatan kepada warga Desa Musai,
diantaranya pemeriksaan status gizi dan antropometri (tinggi badan, berat
badan, lingkar perut), tekanan darah, kadar gula darah, dan kadar CO dalam
tubuh. Pemeriksaan kesehatan ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya kesehatan dalam keluarga. Selain itu
pemeriksaan ini juga dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data dasar
sebagai pembanding untuk pemeriksaan kesehatan selanjutnya.

25
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN
Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga (PIS-PK) merupakan
salah satu dari agenda kelima Nawa Cita yaitu meningkatkan kualitas hidup
manusia Indonesia.
Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama
merupakan kunci dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan menuju Indonesia
sehat melalui pendekatan keluarga.
Pelaksanaan PIS-PK tahun 2020 didapatkan bahwa pada Desa Musai
Kecamatan Lingga masih tergolong dalam kategori desa tidak sehat berdasarkan
indikator PIS-PK di wilayah kerja Puskesmas Daik. Terdapat 4 indikator yang
menjadi masalah kesehatan utama dari 12 indikator yang ada dalam penilaian
keluarga sehat, yakni kurangnya penderita hipertensi yang berobat teratur, adanya
penderita gangguan jiwa berat yang tidak diobati dan ditelantarkan oleh
keluarganya, masih cukup rendahnya partisipasi keluarga yang mengikuti program
KB, serta cukup banyaknya anggota keluarga yang merokok dalam rumah.
Setelah dilakukan monitoring dan evaluasi, indikator seperti kurangnya
partisipasi keluarga dalam mengikuti program KB dan penelantaran penderita
gangguan jiwa berat sudah tidak menjadi masalah kesehatan lagi di Desa Musai.
Akan tetapi, untuk masalah kesehatan utama lainnya seperti kurangnya penderita
hipertensi yang berobat teratur dan anggota keluarga yang merokok di dalam rumah
masih perlu dilakukan intervensi. Jenis intervensi kesehatan yang dapat diterapkan
untuk meningkatkan IKS Desa Musai antara lain: Konseling, Informasi, dan
Edukasi (KIE) baik kepada individual, keluarga maupun kader desa; penyuluhan
dan penerapan perilaku hidup sehat serta pemeriksaan kesehatan secara berkala
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dalam keluarga.

26
5.2. SARAN
1. Diperlukan monitoring dan evaluasi secara berkala untuk meningkatkan
pencapaian pelaksanaan PIS-PK di Puskesmas Daik khususnya wilayah
Desa Musai.
2. Diperlukan adanya pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan lebih
banyak SDM yang terampil dalam pelaksanaan PIS-PK di lapangan.
Peningkatan jumlah SDM yang terampil akan berbanding lurus dengan
peningkatan output dalam setiap monitoring dan evaluasi PIS-PK yang
dilakukan.
3. Diperlukan kerjasama lintas sektoral (dinas kesehatan, perangkat desa,
tokoh masyarakat, dan TNI-POLRI) dalam rangka meningkatkan indeks
keluarga sehat.
4. Diperlukan sistem punishment dan reward yang bertujuan untuk
meningkatkan motivasi warga untuk meningkatkan indeks keluarga sehat.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Perilaku Hidup Bersih dan


Sehat untuk Petugas Puskesmas. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan Republik Indonesia; 2007.
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Umum Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia; 2016.
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Modul Pelatihan keluarga
Sehat. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2018.
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Petunjuk Teknis Penguatan
Manajemen Puskesmas Melalui Pendekatan Keluarga. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia; 2016
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005 - 2025. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan Republik Indonesia; 2009.
6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2015. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Republik
Indonesia; 2016.
7. Dinas Kesehatan Kabupaten Lingga. Profil Kesehatan Kabupaten Lingga
Tahun 2014. Dabo Singkep: Tim Penyusun Dinas Kesehatan Kabupaten
Lingga; 2015.

28

Anda mungkin juga menyukai