Oleh:
dr. Hanipa Rana Zahara Harahap
Pembimbing:
dr. Roni
Oleh:
dr. Hanipa Rana Zahara Harahap
Mengesahkan,
Kepala UPT Puskesmas Daik
dr. Roni
NIP. 19810604 201001 1 013
i
KATA PENGANTAR
Penulisan mini project ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI) di Puskesmas Daik Kecamatan Lingga
Kabupaten Lingga.
Penulis menyadari bahwa penulisan mini project ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca. Semoga mini project
ini dapat bermanfaat bagi penulis, UPT Puskesmas Daik, serta masyarakat
Kecamatan Lingga. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 19
4.1. Hasil ......................................................................................... 19
4.2. Pembahasan .............................................................................. 23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 26
5.1. Kesimpulan ............................................................................... 26
5.2. Saran......................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 28
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah keluarga yang telah dikunjungi di Desa Nerekeh ................. 14
Tabel 4.2 Hasil monitoring Indeks Keluarga Sehat (IKS) Desa Nerekeh.......... 14
Tabel 4.3 Hasil monitoring indikator keluarga yang mengikuti KB di Desa
Nerekeh ........................................................................................................... 20
Tabel 4.4 Hasil monitoring indikator persalinan di fasilitas kesehatan di Desa
Nerekehi........ .................................................................................................. 20
Tabel 4.5 Hasil monitoring indikator bayi yang mendapatkan imunisasi dasar
lengkap di Desa Nerekeh ................................................................................. 20
Tabel 4.6 Hasil monitoring indikator bayi yang mendapatkan ASI eksklusif di
Desa Nerekeh .................................................................................................. 20
Tabel 4.7 Hasil monitoring indikator pertumbuhan balita dipantau di Desa
Nerekeh.. ......................................................................................................... 21
Tabel 4.8 Hasil monitoring indikator penderita TB paru berobat sesuai standar di
Desa Nerekeh .................................................................................................. 21
Tabel 4.9 Hasil monitoring indikator penderita hipertensi berobat teratur di Desa
Nerekeh ........................................................................................................... 21
Tabel 4.10 Hasil monitoring indikator penderita gangguan jiwa berat tidak
terlantar dan diobati di Desa Nerekeh .............................................................. 21
Tabel 4.11 Hasil monitoring indikator anggota keluarga tidak ada yang merokok
dalam rumah di Desa Nerekeh ......................................................................... 22
Tabel 4.12 Hasil monitoring indikator keluarga sudah menjadi anggota JKN di
Desa Nerekeh .................................................................................................. 22
Tabel 4.13 Hasil monitoring indikator keluarga memiliki sarana air bersih di Desa
Nerekeh ........................................................................................................... 22
Tabel 4.14 Hasil monitoring indikator keluarga menggunakan jamban sehat di
Desa Nerekeh .................................................................................................. 22
Tabel 4.15 Hasil kunjungan ulang PIS-PK di Desa Nerekeh pada Februari
2021. ............................................................................................................... 23
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
antara Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) yang didasari oleh data dan informasi profil kesehatan keluarga.1,2,3
Pendekatan keluarga sehat yang dapat dilakukan melalui kunjungan rumah
oleh petugas kesehatan. Dengan melakukan kunjungan rumah ini petugas
kesehatan bukan hanya mengumpulkan data kesehatan keluarga melainkan
petugas dapat mengenali masalah kesehatannya, upaya mengatasinya serta
memberikan motivasi agar keluarga di wilayah kerja puskesmas tersebut mampu
melakukan upaya pencegahan serta peningkatan status kesehatan keluarganya
dengan mengoptimalkan potensi atau kemampuan yang dimilikinya.2,3,4
Menurut data dari Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Lingga
Tahun 2014, menunjukkan bahwa ada program yang tercapai dan ada cakupan
kegiatan/program yang tidak tercapai, terutama untuk program imunisasi dasar
lengkap pada bayi dan status gizi balita. Cakupan Desa/Kelurahan UCI
Kabupaten Lingga pada tahun 2014 belum mencapai target baru 77,2%,
sedangkan target UCI untuk tahun 2014 di Kabupaten Lingga adalah 85%.
Jumlah BBLR Kabupaten Lingga pada tahun 2014 juga terjadi peningkatan jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Untuk angka kesakitan, ada beberapa
penyakit yang pada tahun 2014 jumlahnya meningkat yaitu penyakit DBD pada
sebanyak 5 kasus atau IR 4,9 per 100.000 penduduk dari tahun sebelumnya
belum pernah ada laporan. Untuk kasus malaria di Kabupaten Lingga termasuk
ke dalam High Case Incidence dikarenakan nilai API > 5/1000 penduduk.
Karakteristik Kabupaten Lingga yang kurang dari satu persen luas wilayahnya
berupa daratan dan memiliki topografi daerah yang berbukit-bukit menimbulkan
masalah kesehatan dikarenakan sulitnya akses pelayanan kesehatan yang holistik
dan komprehensif untuk mencakup semua wilayah kelurahan/desa di Kabupaten
Lingga.7
Puskesmas Daik merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten Lingga
dengan jumlah penduduk pada tahun 2014 mencapai 102.377 jiwa dengan
wilayah kerja dalam Kecamatan Lingga yang mencakup 1 kelurahan dan 10 desa
yaitu Kelurahan Daik, Desa Merawang, Desa Panggak Darat, Desa Panggak
Laut, Desa Nerekeh, Desa Musai, Desa Mepar, Desa Kelombok, Desa Kelumu,
Desa Mentuda, dan Desa Pekajang. Berdasarkan pelaksanaan PIS-PK tahun
2
2020 didapatkan bahwa Desa Nerekeh merupakan salah satu desa dengan nilai
IKS tertinggi di Kecamatan Lingga, namun demikian masih tergolong dalam
kategori desa tidak sehat (IKS = 0,21). Maka dari itu perlu dilakukan evaluasi
serta peninjauan mengenai lingkungan tempat tinggal dan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) serta intervensi terhadap hal yang menyebabkan rendahnya
angka IKS di wilayah Desa Nerekeh Kecamatan Lingga.
3
1.4. MANFAAT PENELITIAN
1.4.1. BAGI PENELITI
1) Hasil penelitian dapat menambah ilmu pengetahuan bagi peneliti khususnya
mengenai program keluarga sehat.
2) Hasil penelitian dapat menjadi data dasar dan menambah referensi untuk
penelitian selanjutnya.
3) Hasil penelitian dapat menjadi bahan evaluasi dan masukan bagi Puskesmas
Daik Kabupaten Lingga dalam upaya peningkatan program kesehatan
khususnya keluarga sehat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
pemberdayaan masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-
cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan
kesehatan masyarakat sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat
mengenai dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar
dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga memelihara dan
meningkatkan kesehatannya.1,2
6
pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan
dan kesejahteraan keluarga.
7
4. Bayi mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif
Bayi pada usia 0-6 bulan hanya diberi ASI dan tidak diberi makanan
tambahan dan minuman lain kecuali pemberian air putih untuk minum obat
saat bayi sakit. ASI banyak mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Zat gizi dalam ASI sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangan fisik serta kecerdasan. ASI mengandung zat kekebalan
sehingga mampu melindungi bayi dari alergi.
Berdasarkan waktu produksinya, ASI digolongkan dalam tiga kelompok
yaitu:
1) Kolostrum
Kolostrum (susu awal) adalah ASI yang keluar pada hari pertama. Setelah
kelahiran bayi, berwarna kekuningan dan lebih kental, karena
mengandung banyak vitamin A, protein dan zat kekebalan yang penting
untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi. Kolostrum mengandung
vitamin A, E dan K serta beberapa mineral seperti natrium dan Zn.
2) ASI Transisi/ Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum
menjadi matang. Biasanya diproduksi pada hari ke 4-10 setelah kelahiran.
Kandungan volume protein akam semakin rendah sedangkan kadar
karbohidrat dan lemak makin tinggi dibandingkan pada kolosrum, juga
volume akan makin meningkat.
3) ASI Matur
ASI matang adalah ASI yang dikeluarkan pada sekitar pada hari
keempatbelas dan seterusnya komposisi relatif tetap. Merupakan suatu
cairan berwarna putih kekuningan yang diakibatkan warna dari c-casenat
riboflavin, dan karoten yang terdapat di dalamnya. Pada ibu yang sehat
dimana produksi ASI cukup. ASI ini merupakan makanan satu-satunya
yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai berumur 6 bulan. Selama
6 bulan pertama, volume ASI sekurang-kurangnya sekitar 500-700
ml/hari, bulan kedua sekitar 400-600 ml/hari setelah bayi berusia satu
tahun.
8
Keuntungan menyusui bagi bayi:
Menimbang bayi dan balita mulai dari umur 0 sampai 59 bulan setiap bulan
dan dicatat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS) berturut-turut dalam 3 bulan
terakhir. Penimbangan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan
balita setiap bulan dan mengetahui apakah balita berada pada kondisi gisi
baik, gizi kurang, atau gizi buruk. Setelah balita ditimbang di buku KIA atau
KMS maka akan terlihat berat badannya naik atau tidak turun. Naik apabila
garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna di atasnya. Tidak
naik bila garis pertumbuhannya mendatar dan garis pertumbuhannya naik
tetapi warna yang lebih muda. Bila balita mengalami gizi kurang maka akan
dijumpai tanda-tanda:
9
6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
10
8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak
ditelantarkan
11
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Air adalah sangat peting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat
meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Di dalam
tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air, untuk anak-anak
sekitar 65%, dan untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat
kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci (bermacam –
macam cucian).
Air yang kita pergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi,
berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian,
membersihkan bahan makanan haruslah bersih agar tidak terkena penyakit
atau terhindar dari penyakit. Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui
indra kita, antara lain (dapat dilihat, dirasa, dicium dan diraba). Meski terlihat
12
bersih, air belum tentu bebas kuman penyakit. Kuman penyakit dalam air
mati pada suhu 1000C.
Syarat-syarat air minum yang sehat agar air minum itu tidak menyebabkan
penyakit, maka air itu hendaknya memenuhi persyaratan kesehatan sebagai
berikut:
1) Syarat fisik
Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tidak
berwarna), tidak berasa, suhu di bawah suhu udara di luarnya, cara
mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar.
2) Syarat bakteriologis
Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri.
Terutama bakteri patogen. Cara ini untuk mengetahui apakah air minum
terkontaminasi oleh bakteri patogen, adalah dengan memeriksa sampel
air tersebut. Dan bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat kurang dari
empat bakteri E. coli maka air tersebut sudah memenuhi kesehatan.
3) Syarat kimia
Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah
yang tertentu pula.
Akses jamban sehat adalah rumah tangga atau keluarga yang menggunakan
jamban/WC dengan tangki septik atau lubang penampung kotoran sebagai
pembuangan akhir. Misalnya buang air besar di jamban dan membuang tinja
bayi secara benar. Penggunaan jamban akan bermanfaat untuk menjaga
lingkungan bersih, sehat dan tidak berbau. Jamban mencegah pencemaran
sumber air yang ada disekitarnya. Jamban yang sehat juga memiliki syarat
seperti tidak mencemari sumber air, tidak berbau, mudah dibersihkan, dan
penerangan dan ventilasi yang cukup.
13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
14
3.4. DEFINISI OPERASIONAL
Data umum dan khusus diolah dengan mengikuti kaidah-kaidah
pengolahan data, yaitu misalnya dengan menghitung rata-rata, cakupan, dan
lain-lain. Data keluarga diolah untuk menghitung IKS masing-masing keluarga,
IKS tingkat RT/RW/Kelurahan/Desa dan cakupan tiap indikator dalam lingkup
RT/RW/Kelurahan/Desa, serta IKS tingkat kecamatan dan cakupan tiap
indikator dalam lingkup kecamatan.2,3,4,6
a. Menghitung Indeks Keluarga Sehat (IKS)
Formulir-formulir untuk setiap anggota keluarga dari satu keluarga yang
telah diisi, kemudian dimasukkan ke dalam formulir rekapitulasi (jika
digunakan formulir dalam bentuk aplikasi, maka rekapitulasi ini akan terjadi
secara otomatis).
Keterangan:
0 = Not applicable yang berarti indikator tersebut tidak mungkin ada pada
anggota keluarga.
N = indikator tersebut TIDAK BERLAKU untuk anggota keluarga atau
keluarga yang bersangkutan (misal: karena salah satu sudah mengikuti KB,
atau tidak dijumpai adanya penderita TB paru).
Y = kondisi/keadaan anggota keluarga atau keluarga SESUAI dengan
indikator (misal: ibu memang melakukan persalinan di fasilitas kesehatan).
T = kondisi/keadaan anggota keluarga atau keluarga TIDAK SESUAI
dengan indikator (misal: ayah ternyata merokok).
*) = Untuk indikator keluarga mengikuti KB jika salah satu pasangan sudah
mengikuti program KB (misalnya Ibu) maka penilaian terhadap
pasangannya (Ayah) Menjadi “N”, demikian sebaliknya.
*) = Untuk indikator bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap, jika ada
salah satu anggota keluarga berusia 12-23 bulan maka jawabannya
diletakkan pada kolom anak yang berusia 5 tahun.
*) = Untuk indikator anggota keluarga tidak ada yang merokok jika
jawabannya “Ya merokok” maka dalam merekap statusnya “T”, sebaliknya
jika jawabannya “Tidak merokok” maka dalam rekapan statusnya “Y”.
15
Penilaian terhadap hasil rekapitulasi anggota keluarga pada satu indikator,
mengikuti persyaratan di bawah ini:
1) Jika dalam satu indikator seluruh anggota keluarga dengan status Y, maka
indikator tersebut dalam satu keluarga bernilai 1.
2) Jika dalam satu indikator seluruh anggota keluarga dengan status T, maka
indikator tersebut dalam suatu keluarga bernilai 0.
3) Jika dalam satu indikator seluruh anggota keluarga dengan status N maka
indikator tersebut dalam satu keluarga tetap dengan status N (tidak
dihitung).
4) Jika dalam satu indikator ada salah satu anggota keluarga dengan status T,
maka indikator tersebut dalam satu keluarga akan bernilai 0 meskipun
didalamnya terdapat status Y ataupun N.
16
Hasil perhitungan IKS tersebut, selanjutnya dapat ditentukan kategori
masing-masing RT/RW/kelurahan/desa dengan mengacu pada ketentuan
berikut:
17
3.6. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Data yang diperoleh kemudian dicatat dan diolah secara manual, kemudian
disusun dalam beberapa tabel sesuai dengan sesuai dengan tujuan penelitian
dan skala ukur yang telah ditentukan pada definisi operasional, kemudian
dilakukan pengolahan data secara deskriptif.
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
Hasil kunjungan keluarga untuk monitoring dan evaluasi Program
Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga yang telah dilakukan di Desa Nerekeh pada
bulan Februari 2021. Jumlah keluarga yang telah dikunjungi dan jumlah keluarga
yang terpantau dapat di lihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.2 Hasil monitoring Indeks Keluarga Sehat (IKS) Desa Nerekeh
Rata-rata IKS yang telah dikunjungi (2020) 0,286
Tabel 4.2 menunjukkan nilai Indeks Keluarga Sehat di Desa Nerekeh pada
tahun 2020 sebesar 0,286. Oleh karena itu, Desa Nerekeh masih tergolong ke dalam
Desa Tidak Sehat (IKS < 0,500) sehingga perlu dilakukan monitoring, evaluasi, dan
intervensi lanjutan terhadap indikator-indikator yang masih menjadi masalah
kesehatan pada desa ini.
19
Tabel 4.3 Hasil monitoring indikator keluarga yang mengikuti KB di Desa Nerekeh
Indikator keluarga yang KK yang telah dikunjungi
mengikuti KB (2020)
Ya 10 (15,4 %)
Tidak 55 (84,6 %)
Netral 33 (33,7 %)
Tabel 4.4 Hasil monitoring indikator persalinan di fasilitas kesehatan Desa Nerekeh
Indikator persalinan di KK yang telah dikunjungi
fasilitas kesehatan (2020)
Ya 5 (100 %)
Tidak 0 (0 %)
Netral 93 (94,9 %)
Tabel 4.5 Hasil monitoring indikator bayi yang mendapatkan imunisasi dasar
lengkap di Desa Nerekeh
Indikator bayi yang KK yang telah dikunjungi
mendapatkan imunisasi dasar (2020)
lengkap
Ya 8 (100 %)
Tidak 0 (0 %)
Netral 90 (91,8 %)
Tabel 4.6 Hasil monitoring indikator bayi yang mendapatkan ASI eksklusif di Desa
Nerekeh
Indikator bayi yang KK yang telah dikunjungi
mendapatkan ASI eksklusif (2020)
Ya 7 (70 %)
Tidak 3 (30 %)
Netral 88 (89,8 %)
20
Tabel 4.7 Hasil monitoring indikator pertumbuhan balita dipantau di Desa Nerekeh
Pertumbuhan balita dipantau KK yang telah dikunjungi
(2020)
Ya 26 (100 %)
Tidak 0 (0 %)
Netral 72 (73,5 %)
Tabel 4.8 Hasil monitoring indikator penderita TB paru berobat sesuai standar di
Desa Nerekeh
Penderita TB paru berobat KK yang telah dikunjungi
sesuai standar (2020)
Ya 4 (57,1 %)
Tidak 3 (42,9 %)
Netral 91 (92,9 %)
Tabel 4.9 Hasil monitoring indikator penderita hipertensi berobat teratur di Desa
Nerekeh
Penderita hipertensi berobat KK yang telah dikunjungi
teratur (2020)
Ya 11 (35,5 %)
Tidak 20 (64,5 %)
Netral 67 (68,4 %)
Tabel 4.10 Hasil monitoring indikator penderita gangguan jiwa berat tidak
terlantar dan diobati di Desa Nerekeh
Penderita gangguan jiwa KK yang telah dikunjungi
berat tidak terlantar dan (2020)
diobati
Ya 1 (100 %)
Tidak 0 (0 %)
Netral 97 (98,9 %)
21
Tabel 4.11 Hasil monitoring indikator anggota keluarga tidak ada yang merokok
dalam rumah di Desa Nerekeh
Anggota keluarga tidak ada KK yang telah dikunjungi
yang merokok dalam rumah (2020)
Ya 47 (47,9 %)
Tidak 51 (52,1 %)
Tabel 4.12 Hasil monitoring indikator keluarga sudah menjadi anggota JKN di Desa
Nerekeh
Anggota keluarga sudah KK yang telah dikunjungi
anggota JKN (2020)
Ya 88 (89,8 %)
Tidak 10 (10,2 %)
Tabel 4.13 Hasil monitoring indikator keluarga memiliki sarana air bersih di Desa
Nerekeh
Anggota keluarga memiliki KK yang telah dikunjungi
sarana air bersih (2020)
Ya 98 (100 %)
Tidak 0 (0 %)
Tabel 4.14 Hasil monitoring indikator keluarga menggunakan jamban sehat di Desa
Nerekeh
Keluarga menggunakan KK yang telah dikunjungi
jamban sehat (2020)
Ya 98 (100 %)
Tidak 0 (0%)
22
Tabel 4.15 Hasil kunjungan ulang PIS-PK di Desa Nerekeh pada Februari 2021.
Indikator Jumlah jiwa yang
perlu intervensi
Keluarga mengikuti program KB 0
Persalinan ibu di fasilitas kesehatan 0
Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap 0
Bayi mendapatkan ASI eksklusif 0
Pertumbuhan balita dipantau 0
Penderita TB paru yang berobat sesuai standar 0
Penderita hipertensi yang berobat teratur 0
Penderita gangguan jiwa berat yang diobati dan tidak 0
ditelantarkan
Anggota keluarga tidak ada yang merokok dalam rumah 0
Keluarga sudah menjadi anggota JKN 0
Keluarga memiliki akses sarana air bersih 0
Keluarga menggunakan jamban sehat 0
Total jiwa 84
Jumlah KK yang dikunjungi 75
4.2. PEMBAHASAN
Tabel 4.3 sampai dengan tabel 4.14 merupakan hasil monitoring terhadap
12 indikator keluarga sehat pada tahun 2020. Dari keduabelas indikator yang telah
dimonitoring, terdapat 3 indikator yang menjadi masalah kesehatan paling banyak
dialami oleh keluarga yang ada di Desa Nerekeh, yakni kurangnya penderita
hipertensi yang berobat teratur, masih cukup rendahnya partisipasi keluarga yang
mengikuti program KB, serta banyaknya anggota keluarga yang merokok dalam
rumah.
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa partisipasi keluarga dalam mengikuti
program KB di Desa Nerekeh tahun 2020 yakni sebanyak 10 keluarga (15,4 %).
Sedangkan sebanyak 55 keluarga (84,6 %) masih belum mengikuti program KB.
Dari pemantauan ulang dan evaluasi PIS-PK yang dilakukan pada bulan Februari
2021, sudah tidak ada lagi ditemukan individu yang tidak mengikuti program KB.
23
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa pada tahun 2020 di Desa Nerekeh, keluarga
dengan penderita hipertensi yang berobat tidak teratur sebanyak 20 keluarga (64,5
%). Sedangkan jumlah keluarga yang berobat hipertensi secara teratur yaitu
sebanyak 11 keluarga (35,5 %). Begitu pula jika kita lihat hasil pada Tabel 4.11
yang menunjukkan angka keluarga tidak merokok di dalam rumah yakni sebanyak
47 keluarga (47,9 %). Namun apabila dibandingkan jumlah keluarga yang masih
berperilaku merokok di dalam rumah lebih besar yaitu sebanyak 51 keluarga (52,1
%).
Berbeda halnya jika kita lihat tabel kunjungan ulang PIS-PK di Desa
Nerekeh pada bulan Februari 2021 yang menunjukkan tidak adanya jumlah
individu yang harus di intervensi mengenai indikator pengobatan hipertensi secara
teratur dan individu yang masih berperilaku merokok didalam rumah. Hal ini
mungkin disebabkan oleh belum tercapainya cakupan bagi seluruh keluarga yang
dilakukan pemantauan. Maka dari itu, peneliti mengusulkan perlunya dilakukan
kegiatan serta pemantauan ulang kembali secara menyeluruh juga dalam hal ini
bekerjasama dengan para kader desa agar memperoleh hasil yang maksimal.
Adapun kegiatan seperti berikut:
24
dilakukan penyuluhan mengenai pengaruh perilaku merokok dengan
kejadian hipertensi mengingat jumlah perokok di Desa Nerekeh cukup
banyak, dan hal ini sebanding dengan jumlah penderita hipertensi di Desa
Nerekeh yang juga lumayan banyak. Berkaitan dengan masalah perilaku
merokok dalam rumah yang cukup banyak di Desa Nerekeh, diperlukan
adanya kesepakatan warga untuk meniadakan asap rokok di setiap
pertemuan yang diadakan di tingkat dusun dan ini perlu dilakukan secara
bertahap.
3. Pemeriksaan Kesehatan
Pentingnya dilakukan pemeriksaan kesehatan kepada warga Desa Nerekeh,
diantaranya pemeriksaan status gizi dan antropometri (tinggi badan, berat
badan, lingkar perut), tekanan darah, kadar gula darah, dan kadar CO dalam
tubuh. Pemeriksaan kesehatan ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya kesehatan dalam keluarga. Selain itu
pemeriksaan ini juga dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data dasar
sebagai pembanding untuk pemeriksaan kesehatan selanjutnya.
25
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga (PIS-PK) merupakan
salah satu program kesehatan guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat
Indonesia.
Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama
merupakan kunci dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan menuju Indonesia
sehat melalui pendekatan keluarga.
Berdasarkan hasil monitoring IKS Desa Nerekeh Kecamatan Lingga pada
tahun 2020 mencapai 0,286 yang berarti masih tergolong dalam kategori desa tidak
sehat berdasarkan indikator PIS-PK di wilayah kerja Puskesmas Daik. Terdapat 3
indikator yang menjadi masalah kesehatan utama dari 12 indikator yang ada dalam
penilaian keluarga sehat, yakni cukup rendahnya partisipasi keluarga yang
mengikuti program KB, kurangnya penderita hipertensi yang berobat teratur, dan
masih banyaknya anggota keluarga yang merokok di dalam rumah.
Setelah dilakukan monitoring dan evaluasi, pada partisipasi keluarga yang
mengikuti program KB sudah tidak dijumpai adanya peningkatan dan tidak lagi
menjadi masalah kesehatan utama pada Desa Nerekeh. Begitu pula masalah
kesehatan utama lainnya seperti kurangnya penderita hipertensi yang berobat
teratur dan anggota keluarga yang merokok di dalam rumah. Namun demikian
masih perlu dilakukan tinjauan maupun kunjungan ulang. Jenis intervensi
kesehatan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan IKS Desa Nerekeh antara
lain: Konseling, Informasi, dan Edukasi (KIE) baik kepada individual, keluarga
maupun kader desa; penyuluhan dan penerapan perilaku hidup sehat serta
pemeriksaan kesehatan secara berkala meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya kesehatan dalam keluarga.
26
5.2. SARAN
1. Diperlukan kunjungan ulang PIS-PK dengan cakupan jumlah keluarga
yang lebih menyeluruh dikarenakan pada kunjungan ulang sebelumnya
hanya mencakup kurang dari 80 % jumlah keluarga yang dikunjungi pada
2020.
2. Meningkatkan kinerja SDM dan para Kader dalam melakukan
pemantauan, tinjauan berkala, serta pemeriksaan kesehatan. SDM dan
Kader sebaiknya melakukan pelatihan guna meningkatkan kemampuan
komunikasi dalam pendekatan kepada masyarakat dan soft-skill dalam
menghadapi masyarakat.
3. Diperlukan kerjasama lintas sektoral (dinas kesehatan, perangkat desa,
tokoh masyarakat, dan TNI-POLRI) dalam rangka meningkatkan indeks
keluarga sehat.
4. Diperlukan sistem punishment dan reward yang bertujuan untuk
meningkatkan motivasi warga untuk meningkatkan indeks keluarga sehat.
27
DAFTAR PUSTAKA
28