Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

Gambaran umum fraktur pada anak-anak berbeda dengan orang dewasa,


karena adanya perbedaan anatomi, biomekanik serta fisiologi tulang.
Lempeng epifisis merupakan suatu diskus tulang rawan yang terletak di
antara epifisis dan metafisis. Fraktur lempeng epifisis merupakan 1/3 dari seluruh
fraktur pada anak-anak.Tulang rawan lempeng epifisis lebih lemah daripada
tulang. Daerah yang paling lemah dari lempeng epifisis adalah zona transformasi
tulang rawan pada daerah hipertrofi dimana biasanya terjadi garis fraktur.
Fraktr radius, ulna distal dan fraktur epifisis merupakan fraktur yang
sering ditemukan pada anak-anak di lengan bawah (82%). Hal ini disebabkan
karena daerah metafisis pada anak-anak relatif masih lemah.
Fraktur akibat trauma kelahiran biasanya terjadi pada saat persalinan yang
sulit yaitu pada bayi besar, letak sungsang atau ekstraksi bayi dengan alat forsep.
Daerah yang biasanya mengalami fraktur adalah humerus, femur dan klavikula.
Fraktur dapat berdiri sendiri tanpa adanya kelainan neurologis yaitu kelumpuhan
plexus brachialis.
Pulled Elbow adalah suatu kelainan yang paling sering ditemukan pada
anak-anak terutama di bawah umur 4 tahun. Lebih sering pada anak laki-laki
daripada anak perempuan. Biasanya disebabkan oleh adanya traksi longitudinal
yang mendadak sewaktu sendi siku dalam posisi ekstensi dan lengan bawah dalam
keadaan pronasi.

1
BAB II
FRAKTUR PADA ANAK-ANAK

DEFINISI
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang
rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial.

GAMBARAN UMUM
Fraktur pada anak-anak berbeda dengan orang dewasa, karena adanya
perbedaan anatomi, biomekanik serta fisiologi tulang.

Perbedaan Anatomi
Anatomi tulang pada anak-anak terdapat lempeng epifisis yang merupakan
tulang rawan pertumbuhan. Periosteum sangat tebal dan kuat, serta menghasilkan
kalus yang cepat dan lebih besar daripada orang dewasa.

Perbedaan Biomekanik
Perbedaan biomekanik terdiri atas :
• Biomekanik tulang
Tulang anak-anak sangat porous, korteks berlubang-lubang dan sangat
mudah dipotong oleh karena kanalis Haversian menduduki sebagian besar
tulang. Faktor ini menyebabkan tulang anak-anak dapat menerima toleransi
yang besar terhadap deformitas tulang dibandingkan orang dewasa.
• Biomekanik lempeng pertumbuhan
Lempeng pertumbuhan merupakan tulang rawan yang melekat erat pada
metafisis yang bagian luarnya diliputi oleh periosteum sedang bagian
dalamnya oleh prosesus mamilaris. Untuk memisahkan metafisis dan epifisis
diperlukan kekuatan yang besar. Tulang rawan lempeng epifisis mempunyai
konsistensi seperti karet yang keras.

2
• Biomekanik periosteum
Periosteum pada anak-anak sangat kuat dan tebal dan tidak mudah
mengalami robekan dibandingkan orang dewasa.

Perbedaan Fisiologis
Pada anak-anak, pertumbuhan merupakan dasar terjadinya remodelling
yang lebih besar dibandingkan pada orang dewasa.
• Pertumbuhan berlebihan (over growth)
Pertumbunhan diafisis tulang panjang akan memberikan stimulasi pada
pertumbuhan panjang, karena tulang rawan lempeng epifisis mengalami
hiperemi pada waktu penyembuhan tulang.
• Deformitas yang progresif
Kerusakan permanen lempeng epifisis menyebabkan pemendekkan atau
deformitas anguler pada epifisis.
• Fraktur total
Pada anak-anak, fraktur total jarang bersifat kominutif karena tulangnya
lebih fleksibel dibandingkan orang dewasa.

Atas dasar perbedaan anatomi, biomekanik dan fisiologis, maka fraktur


pada anak-anak mempunyai gambaran khusus, yaitu :
1. Lebih sering ditemukan
Fraktur pada anak-anak lebih sering ditemukan karena tulang relatif
ramping dan juga kurang pengawasan. Beberapa fraktur pada anak-anak
seperti retak, fraktur garis rambut, fraktur buckle, fraktur green-stick
merupakan fraktur yang tidak berat, tetapi ada fraktur seperti fraktur intra-
artikuler atau fraktur epifisial merupakan fraktur yang akan berakibat jelek di
kemudian hari.

2. Periosteum yang sangat aktif dan kuat


Periosteum yang kuat pada anak-anak membuatnya jarang mengalami
robekan pada saat fraktur, sehingga sering salah satu dari periosteum

3
merupakan bidai dari fraktur itu sendiri. Periosteum pada anak-anak
mempunyai sifat osteogenesis yang lebih besar.

3. Penyembuhan fraktur sangat cepat


Penyembuhan fraktur pada anak0anak sewaktu lahir sangat menakjubkan
dan berangsur-angsur berkurang setelah anak menjadi besar, karena sifat
osteogenesis yang aktif pada periosteum dan endosteum.

4. Terdapat problem khusus dalam diagnosa


Gambaran radiologik epifisis sebelum dan sesudah perkembangan pusat
ossifikasi sekunder sering membingungkan, walaupun demikian ada beberapa
pusat ossifikasi yang keberadaannya relatif konstan. Lempeng epifisis pada
foto röntgen dapat disalah-artikan dengan suatu fraktur. Untuk ituu biasanya
perlu dibuat pemeriksaan röntgen pada anggota gerak yanng lain.

5. Koreksi spontan pada suatu deformitas residual


Fraktur pada orang dewasa tidak akan terjadi koreksi spontan dan bersifat
permanen. Pada ank-anak deformitas residual cenderung mengalami koreksi
spontan melalui remodeling yang eksrensif, melalui pertumbuhan lempeng
epifisis atau kombinasi keduanya.

Beberapa faktor yang mempengaruhi koreksi fraktur adalah sisa waktu


pertumbuhan dan bentuk deformitas yang dapat berupa:
• Angulasi
Angulasi residual yang terletak di dekat lempeng epifisis akan mengalami
koreksi spontan seandainya deformitas itu berada pada satu bidang dengan
bidang gerakan sendi yang terdekat. Tetapi pada angulasi residual yang berada
pada bidang tegak lurus dari gerakan dekat sendi (misalnya angulasi lateral
pada deformitas varus fraktur suprakondiler humeri) tidak dapat mengalami
koreksi spontan.

4
• Aposisi tidak total
Pada fraktur dimana fragmen mengalami aposisi tidak total seperti
samping ke samping (bayonet), maka permukaan fraktur akan mengalami
proses remodeling menurut Hukum Wolff.
• Pemendekkan
Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang anak-anak yang sedang
bertumbuh, terjadi pula kerusakan arteri dan akan terjadi peningkatan aliran
darah sebagai kompensasi pada daerah epifisis yang akan menyebabkan
akselerasi pertumbuhan tulang secara longitudinal. Adanya pemendekkan
tulang pada anak-anak dapat ditoleransi dalam ukuran tertentu.
• Rotasi
Deformitas rotasi tidak akan mengalami koreksi spontan pada waktu
penyembuhan fraktur tulang panjang tanpa melihat umur dan lokasi.

6. Terdapat perbedaan dalam komplikasi


Beberapa komplikasi fraktur pada anak-anak mempunyai ciri yang khusus
seperti fraktur epifisis dan lempeng epifisis. Osteomielitis yang terjadi secara
sekunder pada fraktur terbuka atau reduksi terbuka pada suatu fraktur tertutup
biasanya lebih hebat dan dapat menyebabkan kerusakan pada epifisis.
Komplikasi iskemik dan juga miositis ossificans sering ditemukan pada anak-
anak. Komplikasi seperti kekakuan sendi jarang ditemukan pada anak-anak.

7. Berbeda dalam metode pengobatan


Prinsip utama pengobatan pada anak-anak adalah secara konsevatif baik
dengan cara manipulasi tertutup atau traksi kontinu.Walaupun demikian
beberapa fraktur khusus pada anak-anak memerlukan tindakan operasi terbuka
dengan fiksasi interna seperti fraktur bergeser pada leher femur atau fraktur
pada epifisis tertentu.

8. Robekan ligamen dan dislokasi lebih jarang ditemukan


Ligamen pada anak-anak sangat kuat dan pegas. Ligamen ini lebih kuat
dari lempeng epifisis sehingga tarikan ligamen dapat menyebabkan fraktur

5
pada lempeng epifisis dan bukan robekan ligamen, misalnya pada sendi bahu
tidak terjadi dislokasi tetapi akan terjadi fraktur epifisis.

9. Kurang toleransi terhadap kehilangan darah


Jumlah volume darah secara proporsional lebih kecil pada anak-anak
daripada orang dewasa. Pada anak-anak jumlah volume darah diperkirakan 75
ml per kg berat badan, sehingga pada anak dengan berat badan 20 kg
diperkirakan mempunyai jumlah darah 1500 ml. Perdarahan sebesar 500 ml
pada anak-anak akan kehilangan 1/3 jumlah volume darah, sedangkan pada
orang dewasa hanya sebesar 10%.

BEBERAPA FRAKTUR KHUSUS PADA ANAK


Fraktur Epifisis
Fraktur epifisis merupakan suatu fraktur tersendiri dan dibagi dalam :
1. Fraktur avulsi akibat tarikan ligamen
Terutama terjadi pada spina tibia, stiloid ulna, dan basis falangs. Fragmen
tulang masih mempunyai cukup vaskularisasi dan biasanya tidak mengalami
nekrosis avaskuler. Bila terjadi fraktur bergeser, maka jarang terjadi union
karena pembentukkan kalus duhambat oleh jaringan sinovia. Fraktur bergeser
juga menghambat gerakan dan juga menyebabkan sendi menjadi tidak stabil.
Pada keadaan ini diperlukan reduksi yang akurat dan mungkin diperlukan
tindak operasi.

2. Fraktur kompresi yang bersifat kominutif


Jarang terjadi karena lempeng epifisis berfungsi sebagai shock absorber
pada tulang.

3. Fraktur osteokondral
Sering ditemukan pada distal femur, patela atau kkaput radius. Fraktur
bergeser akan menyebabkan gangguan menyerupai benda asing dalam sendi.
Fragmen yang besar sebaiknya dikembalikan dan yang kecil dapat dilakukan
eksisi.

6
Fraktur Lempeng Epifisis
Lempeng epifisis merupakan suatu diskus tulang rawan yang terletak di
antara epifisis dan metafisis. Fraktur lempeng epifisis merupakan 1/3 dari seluruh
fraktur pada anak-anak.
Pembuluh darah epifisis masuk ke dalam permukaan epifisis dan apabila
ada kerusakan pembuluh darah maka akan terjadi gangguan pertumbuhan.
A. Anatomi, histologi dan fisiologi
Tulang rawan lempeng epifisis lebih lemah daripada tulang. Daerah yang
paling lemah dari lempeng epifisis adalah zona transformasi tulang rawan pada
daerah hipertrofi dimana biasanya terjadi garis fraktur.

B. Diagnosis
Secara klinis, kita harus mencurigai adanya fraktur lempeng epifisis pada
seorang anak dengan fraktur pada tulang panjang di daerah ujung tulang pada
dislokasi sendi serta robekan ligamen. Diagnosis dapat ditegakkan dengan
melakukan pemeriksaan röntgen dengan dua proyeksi dan membandingkannya
dengan anggota gerak yang sehat.

C. Klasifikasi
Klasifikasi fraktur lempeng epifisis menurut Salter-Harris :
• Tipe I :
Terjadi pemisahan total lempeng epifisis tanpa adanya fraktur pada tulang,
sel-sel pertumbuhan lempeng epifisis masih melekat pada epifisis. Fraktur ini
terjadi oleh karena adanya shearing force dan sering terjadi pada bayi baru
lahir dan pada anak-anak yang lebih muda. Pengobatan dengan reduksi
tertutup mudah oleh karena masih ada perlekatan periosteum yang utuh dan
intak. Prognosis biasanya baik bila direposisi dengan cepat.

• Tipe II :
Merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan. Garis fraktur melalui
sepanjang lempeng epifisis dan membelok ke metafisis dan akan membentuk
suatu fragmen metafisis yang berbentuk segitiga yang disebut tanda Thurston-

7
Holland. Sel-sel pertumbuhan pada lempeng epifisis juga masih melekat.
Trauma yang menghasilkan jenis fraktur ini biasanya terjadi karena trauma
shearing force dan membengkok dan pada umumnya terjadi pada anak-anak
yang lebih tua. Periosteum mengalami robekan pada daerah konveks tetapi
tetap utuh pada daerah konkaf. Pengobatan dengan reposisi secepatnya tidak
begitu sulit kecuali bila reposisi terlambat harus dilakukan tindakan operasi.
Prognosis biasanya baik, tergantung kerusakan pembuluh darah.

• Tipe III :
Fraktur lempeng epifisis tipe III merupakan frkatur intra-artikuler. Garis
fraktur mulai permukaan sendi melewati lempeng epifisis kemudian sepanjang
garis lempeng epifisis. Jenis fraktur ini bersifat intra-artikuler dan biasanya
ditemukan pada epifisis tibia distal. Oleh karena fraktur ini bersifat intra-
artikuler dan diperlukan reduksi yang akurat maka sebaiknya dilakukan
operasi terbuka dan fiksasi interna dengan menggunakan pin yang halus.

• Tipe IV :
Fraktur tipe ini juga merupakan fraktur intra-artikuler yang melalui
permukaan sendi memotong epifisis serta seluruh lapisan lempeng epifisis dan
berlanjut pada sebagian metafisis. Jenis fraktur ini misalnya fraktur kondilus
lateralis humeri pada anak-anak. Pengobatan dengan operasi terbuka dan
fiksasi interna karena fraktur tidak stabil akibat tarikan otot. Prognosis jelek
bila reduksi tidak dilakukan dengan baik.

• Tipe V :
Merupakan fraktur akibat hancurnya epifisis yang diteruskan pada
lempeng epifisis. Biasanya terjadi pada daerah sendi penopang badan yaitu
sendi pergelangan kaki dan sendi lutut. Diagnosis sulit karena secara
rediologik tidak dapat dilihat. Prognosis jelek karena dapat terjadi kerusakan
sebagian atau seluruh lempeng pertumbuhan.

8
D. Penyembuhan
Setelah reduksi dari fraktur epifisis tipe I, II, dan III akan terjadi ossifikasi
endokondral pada daerah metafisis lempeng pertumbuhan dan dalam 2-3 minggu
ossifikasi endokondral ini telah mengalami penyembuhan. Sedangkan tipe IV dan
tipe V mengalami penyembuhan seperti pada fraktur daerah tulang kanselosa.

Fraktur Akibat Trauma Kelahiran


Fraktur akibat trauma kelahiran biasanya terjadi pada saat persalinan yang
sulit yaitu pada bayi besar, letak sungsang atau ekstraksi bayi dengan alat forsep.
Daerah yang biasanya mengalami fraktur adalah humerus, femur dan klavikula.
Fraktur dapat berdiri sendiri tanpa adanya kelainan neurologis yaitu kelumpuhan
plexus brachialis.
A. Gambaran Klinis
Biasnya anak menangis setiap digerakkan atau teraba adanya fraktur pada
daerah yang dimaksud. Pemeriksaan radiologis diperlukan untuk memastikan
diagnosis.

B. Pengobatan
Fraktur pada bayi sembuh dalam 1-3 minggu sehingga hanya diperlukan
pemasangan bidai sementara untuk mengurangi nyeri.

Fraktur Akibat Penyiksaan (Child Abuse)


A. Defenisi
Merupakan suatu kelainan dimana fraktur pada bayi dan anak-anak terjadi
akibat penyiksaan oleh orang tua penderita. Child abuse biasanya dilakukan oleh
orang tua sehubungan dengan masalah emosional dan penyiksaan dilakukan
secara berulang.
B. Diagnosis
Ditemukan kebiruan pada badan anak. Pada pemeriksaan radiologis
ditemukan fraktur multiple pada iga, anggota gerak, tengkorak serta fraktur di
daerah epifisis. Mungkin hanya ditemukan reaksi periostel di beberapa tempat.

9
C. Pengobatan
Diperlukan pencegahan dan pemeriksaan psikiatri orang tua. Apabila
ditemukan adanya fraktur, maka pengobatan seperti biasanya pada fraktur anak-
anak.

Fraktur Patologis

A. Penyebab :
A. Kelainan tulang lokal; kista tulang soliter, fibroma non-ossifying
B. Kelemahan tulang yang umum; kelainan neuromuskuler, poliomielitis,
distrofi muskuler, paralisis otak, spina bifida.
C. Kelainan tulang yang menyeluruh; misalnya pada osteogenesis imperfecta.

Fraktur Stress
Pada anak-anak, fraktur stress terutama pada 1/3 bagian proksimal tibia, ½
bagian distal fibula, metatarsal, iga, panggul, femur dan humerus. Fraktur jenis ini
biasanya terjadi pada waktu liburan, dimana anak melakukan aktivitas yang
berlebihan. Fraktur stress harus dibedakan dengan kelainan karena keganasan.

FRAKTUR PADA ANAK SECARA REGIONAL


ANGGOTA GERAK ATAS
Fraktur Klavikula
Klavikula merupakan tulang yang pertama kali mengalami osifikasi pada
embrio dan paling sering mengalami fraktur pada anak-anak.

A. Mekanisme Trauma

10
Trauma dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung pada posisi lengan
terputar atau tertarik ke luar(outstretched hand), dimana trauma dilanjutkan dari
pergelangan tangan sampai klavikula.

B. Gambaran Klinis
Biasanya penderita datang dengan keluhan jatuh dari tempat tidur (atau trauma
lain) dan menangis. Kadang kala penderita datang dengan pembengkakan pada
daerah klavikula yang terjadi beberapa hari setelah trauma. Hal ini terjadi setelah
pembentukkan kalus.

C. Pemeriksaan Radiologis
Fraktur pada daerah klavikula pada bagian tengah merupakan bagian yang
paling sering mengalami fraktur green stick atau fraktur total. Mungkin juga
terjadi fraktur pada bagian medial klavikula yaitu pada daerah epifisis.

D. Pengobatan
Pada anak-anak fraktur klavikula tidak memerlukan tindakan khusus,
cukup dengan pemasangan mitela selama 2-3 minggu dan akan sembuh secara
sempurna.

Fraktur Skapula
Fraktur skapula terjadi karena trauma langsung pada daeah skapula.
Dislokasi sendi bahu jarang ditemukan pada anak-anak dan umumnya ditemukan
pada orang dewasa.
A. Gambaran Klinis
Ditemukan pembengkakan atau nyeri pada daerah skapula.
B. Pengobatan
Pengobatan hanya bersifat konservatif.

11
Fraktur Humerus
Dapat terjadi pada :
A. Fraktur epifisis humerus
Adalah fraktur lempeng epifisis tipe II (Salter-Harris)
A. Mekanisme Trauma
Biasanya terjadi pada anak-anak yang jatuh dalam posisi hiper-
ekstensi, misalnya jatuh pada saat mengendarai sepeda atau kuda.

Klasifikasi fraktur menurut Neer-Horowits :


• Grade I : Pergeseran fraktur kurang daari 5 mm.
• Grade II : Pergeseran epifisis 1/3 terhadap fragmen distal.
• Grade III : Pergeseran 2/3
• Grade IV : Pergeseran melebihi 2/3

B. Pemeriksaan Radiologis
Pada foto röntgen ditemukan adanya pemisahann epifisis dan
metafisis, dimana epifisis bersama-sama dengan sebagian metafisis yanng
tetap terletak dalam ruang sendi, sedang kan bagian distal tertarik ke
proksimal.
C. Pengobatan
Fraktur yang masih baru tererutama graade I tidak memerlukan
reposisi. Pada grade II reposisi dapat dilakukan dengan mudah denngan
pembiusan umum adn setelah itu dipasang mitela.
Pada fraktur humerus grade III dan IV harus dilakukan reposisi dengan
pembiusan umum dan apabila tidak berhasil dilakukan operasi terbuka
dengan fiksasi interna dengan menggunakan pin kecil.

B. Fraktur metafisis humerus


Fraktur metafisis biasanya tidak mengalami pergeseran an pada keadaan
ini terapi konservatif merupakan pilihan pengobatan.

12
Fraktur metafisis dengan pergeseran yang jauh biasanya bagian distal
menembus ke arah muskulus deltoid sampai subkutan. Pada keadaan ini
biasanya perlu dilakukan tindakan operasi untuk melepaskan fragmen.

C. Fraktur diafisis humerus


Terjadi karen adanya trauma langsung atau trauma putar pada daerah
humerus.
D. Gambaran Klinis
Terdapat pembengkakan dan nyeri pada daerah humerus. Harus
diperhatikan apakah fraktur humerus ini disertai kelumpuhan nervus
radialis (jaarang ditemukan pada anak-anak).
E. Pengobatan
Pengobatan dengan pemasangan gips sirkuler atau gips bentuk U,
dipertahankannn selama beberapa minggu.

Fraktur Sekitar Sendi Siku


Fraktur sekitar sendi siku pada :
I. Humerus
I.1. Fraktur suprakkondiler huneri
A. Mekanisme Trauma
Tipe ekstensi biasnya terjadi pada saat sendi siku berada dalam posisi
hiperekstensi atau sedikit fleksi serta pergelngan tangan dalam posisi dorso
fleksi. Sedangkan tipe fleksi terjadi bila penderita jatuh dan terjadi trauma
langsung sendi siku pada distal humeri.
B. Klasifikasi

13
• Tipe I : Terdapat fraktur tanpa adanya pergeseran dan hanya berupa retak
yang berupa garis.
• Tipe II : Tidak ada pergeseran fragmen, hanya terjadi perubahan sudut
antara humerus dan kondilus lateralis (normal 40°).
• Tipe III : Terdapat pergeseran fragmen tetapi korteks posterior masih utuh
serta masih ada kontak antara kedua fragmen.
• Tipe IV : Pergeseran kedua fragmen dan tidak ada kontak sama sekali.

14
I.2. Fraktur epikondilus medialis (fraktur epifisis medialis)
A. Mekanisme Trauma
Terjadi fraktur pada saat sendi siku dalam regangan (strain) ke arah valgus
yang menyebabkan tekanan pada epikondilus medialis melalui otot-otot fleksor
yang melekat pada tulang ini.
B. Klasifikasi
• Tipe 1 : Terdapat fraktur epifisis tanpa pemisahan.
• Tipe 2 : Sedikit terdapat pemisahan.
• Tipe 3 : Terdapat pemisahan yang disertai dislokasi atau tanpa dislokasi
pada sendi siku.
• Tipe 4 : Terdapat pemisahan epifisis disertai jebakan dalam sendi tanpa
dislokasi.
• Tipe 5 : Terdapat pemisahan epifisis, dislokasi dan jebakan pada sendi siku.

I.3. Fraktur kondilus lateralis humeri


Fraktur ini biasanya terjadi karena trauma tidak langsung dimana tangan
dalam keadaan out-stretched dan lengan bawah dalam keadaan abduksi, sendi
siku dalam keadaan ekstensi.
A. Diagnosis
Terdapat nyeri pada bagian lateral distal humerus, pembengkakan dan
kebiruan. Dengan pemeriksaan röntgen dapat dilihat adanya pusat ossifikasi.
B. Pengobatan
Fraktur tanpa pemindahan fragmen cukup dengan istirahat dan pemakaian
mitela.
C. Komplikasi
1. Non union
2. Kubitus valgus
3. Paralisis nervus ulnaris karena valgus
4. Nekrosis avaskuler kapitulum

15
II. Radius
II.1. Fraktur kaput radius (fraktur epifisis) dan fraktur leher radius
Mekanisme terjadinya fraktur adalah tangan dalam keadaan out-stretched, sendi
siku dalam posisi ekstensi dan lengan bawah dalam posisi supinasi.
Fraktur ini dibagi dalam tiga tipe :
- Tipe 1 : pergeseran 0-30°
- Tipe 2 : pergeseran 30-60°
- Tipe 3 : pergeseran 61-90°
• Komplikasi
1. Malunion
2. Fusi dini dari epifisis radius
3. Nekrosis avaskuler
4. Pembentukkan tulang baru yang mengganggu pergerakan sendi siku
5. Sinostosis antara radius proksimal dan ulna
II.2. Pulled Elbow
Adalah suatu kelainan yang paling sering ditemukan pada anak-anak
terutama di bawah umur 4 tahun. Lebih sering pada anak laki-laki daripada anak
perempuan.
A. Mekanisme Trauma
Biasanya disebabkan oleh adanya traksi longitudinal yang mendadak
sewaktu sendi siku dalam posisi ekstensi dan lengan bawah dalam keadaan
pronasi.
B. Diagnosis
Segera setelah terjadi trauma, anak merasa nyeri pada daerah sendi
siku. Mungkin terdengar adanya bunyi klik. Terdapat nyeri tekan pada
daerah radius proksimal. Pemeriksaan radiologis biasanya normal.
C. Pengobatan
Biasanya terjadi reduksi spontan. Apabila masih terdapat subluksasi,
dapat dilakukan reposisi dengan atau tanpa pembiusan. Kemudian dapat
dilakukan mobilisasi dengan mitela selama satu minggu.

16
III. Ulna
III.1. Fraktur 1/3 proksimal ulna (Fraktur Monteggia)
Fraktur 1/3 proksimal ulna disertai dengan dislokasi radius proksimal
disebut sebagai fraktur Monteggia. Leboh sering ditemukan pada anak-anak
daripada orang dewawa (2:1).
Fraktur dapat bersifat terbuka atau tertutup. Biasanya ditemukan pada umur
termuda 4 tahun, laki-laki 5 kali lebih sering daripada perempuan.
A. Mekanisme Trauma
Fraktur dapat terjadi akibat trauma langsung atau terjadi karena hiperpronasi
dengan tangan dalam keadaan out-stretched.
B. Klasifikasi
Menurut Bado (1962) :
- Tipe 1 : Dislokasi kaput radius ke depan disertai angulasi ulna ke arah
yang sama. Insidensnya sebanyak 60-65% (tipe ekstensi).
- Tipe 2 : Dislokasi kaput radius ke belakang disertai angulasi ulna ke arah yang
sama, insidensnya sebanyak 15% (tipe fleksi).
- Tipe 3 : Dislokasi ke samping kaput radius disertai angulasi ulna ke arah yang
sama, dengan fraktur ulna tepat di distal prosesus koronoid, insidensnya sebanyak
20%.
- Tipe 4 : Dislokasi kaput radius ke depan disertai angulasi ulna ke arah yang
sama dengan tipe 1, bersama-sama fraktur radius di sebelah distal tuberositas
bisipitalis. Insidens sebanyak 5%.
C. Gambaran Klinis
Penderita biasanya mengeluh nyeri dan bengkak pada lengan bawah dan
datang dengan tangan dalam posisi fleksi dan pronasi.
D. Pengobatan
Pada fraktur terbuka sebaiknya segera dilakukan tindakan operasi disertai
dengan fiksasi ulna. Pengobatan fraktur tertutup pada anak-anak dicoba
dengan reposisi tertutup karena angka keberhasilannya sebesar 50%.
E. Komplikasi

17
1. Lesi saraf perifer; lesi nervus radialis dan nervus ulnaris.
2. Nonunion tulang ulna.
3. Ankilosis radiohumeral.
4. Sinostosis radioulnar.
5. Dislokasi kaput radius yang berulang-ulang.
6. Miositis ossificans.

III.2. Fraktur olekranon dan epifisis ulna


Fraktur olekranon terjadi karena trauma langsung pada sendi siku atau tidak
langsung karena tarikan otot triseps yang tiba-tiba.
Gambaran Klinis
Terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada daerah olekranon.
Pengobatan
Pada fraktur yang tidak bergeser cukup dengan pemasangan mitela. Pada fraktur
yang bergeser dilakukan operasi dengan fiksasi interna.
Komplikasi
1. Gangguan ekstensi sendi siku.
2. Gangguan nervus ulnaris yang bersifat dini atau lanjut.

Fraktur Diafisis Ulna dan Radius


Fraktur tulang ulna dan radius dapat terjadi pada 1/3 proksimal, 1/3 tengah, atau
1/3 distal. Fraktur dapat terjadi pada salah satu tulang ulna atau radius saja dengan
atau tanpa dislokasi sendi.
Mekanisme Trauma
Trauma biasanys terjadi sewaktu tangan dalam keadaan out-stretched.
Klasifikasi
Fraktur dapat bersifat green-stick (tidak total), kompresi (buckle atau torus) atau
total.
Gambaran Klinis
Dapat ditemukan nyeri, pembengkakan atau adanya krepitasi serta deformitas
pada daerah lengan bawah.

18
Pengobatan
Prinsip pengobatannya adalah reposisi tertutup.
1. Reduksi yang baik dapat dipertahankan lebih lama daripada suatu reduksi yang
kurang baik.
2. Aposisi korteks dengan korteks tanpa adanya rotasi.
3. Immobilisasi fraktur sesuai dengan lokalisasi fraktur.
4. Dapat dilakukan rekoreksi sebelum terjadi fraktur secara klinis (3 minggu).
Kemungkinan dapat dilakukan operasi serta fiksasi interna terutama pada anak di
atas usia 10 tahun.
5. Keluarga penderita perlu diperingatkan bahwa ada kemungkinan dilakukan
remanipulasi.
Komplikasi
1. Refraktur terjadi apabila union belum solid
2. Gangguan vaskularisasi karena pemasangan gips yang ketat
3. Trauma saraf yaitu pada nervus medianus, ulnaris atau interosseus posterior
4. Sinostosis
5. Malunion

Fraktur Radius, Ulna Distal Dan Fraktur Epifisis


Fraktr radius, ulna distal dan fraktur epifisis merupakan fraktur yang sering
ditemukan pada anak-anak di lengan bawah (82%). Hal ini disebabkan karena
daerah metafisis pada anak-anak relatif masih lemah.
Mekanisme Trauma
Terjadi pada saat tangan dalam keadaan out-stretched dimana pergelangan tangan
dalam keadaan hiperekstensi.
Gambaran Klinis
Terdapat trauma dengan mekanisme seperti di atas dengan pembengkakan dan
nyeri tekan di sekitar pergelangan tangan.
Pemeriksaan Radiologis
Dengan pemeriksaan radiologis dapat ditentukan jenis-jenis fraktur

19
1. Fraktur green stick Terjadi apabila ada robekan periosteum dan korteks pada
derah konveks dari deformitas. Fraktur dapat mengenai salah satu tulang baik
radius atau ulna saja, tetapi kebanyakan pada kedua tulang.
Mekanisme Trauma
Terjadi karena kompresi longitudinal dan torsional. Ada dua jenis fraktur green
stick yaitu :
a. Angulasi volar, lebih sering ditemukan.
b. Angulasi ke dorsal, lebih jarang ditemukan.
Pengobatan
Tidak semua fraktur green stick perlu dilakukan reduksi tertutup terutama bagian
distal dekat sendi. Pada umumnya angulasi kurang 20° pada usia 10-12 tahun
tidak memerlukan reduksi dan hanya pemasangan gips di atas siku dengan posisi
pronasi selama 3-4 minggu, karena dapat terjadi koreksi angulasi secara spontan.
2. Fraktur epifisis
Fraktur epifisis radius distal paling sering ditemukan terutama pada anak umur 6-
12 tahun. Pada umumnya adalah tipe I atau II (Salter-Harris) dan sangat jarang
ditemukan tipe III dan tipa IV (Salter-Harris). Fraktur epifisis ulna jarang
ditemukan.
Pengobatan

20
Reposisi tertutup sangat mudah dilakukan dan diimmobilisasi dengan gips sirkuler
di bawah siku selama 3 minggu. Operasi dilakukan apabila fraktur sudah terjadi
beberapa hari dan terdapat pergeseran yang hebat.
3. Fraktur torus
Disebut juga fraktur buckle terjadi pada korteks di daerah metafisis 2-3 cm di atas
lempeng epifisis.
Pengobatan
Pemasangan gips sirkuler di bawah siku selama 3 minggu.
4. Fraktur total
Fraktur total pada radius dan ulna biasanya saling menyamping dan sulit untuk
mempertahankannya sehingga dilakukan reposisi.
Pengobatan
Tetap dilakukan usaha untuk reposisi tertutup dan apabila gagal maka dilakukan
reposisi terbuka dengan fiksasi interna serta diperkuat dengan gips sirkuler selama
4 minggu tergantung umur penderita. Fraktur terbuka radius atau ulna sering
ditemukan dan dapat menyebabkan salah satu tulang proksimal menonjol. Pada
keadaan ini fraktur harus dirawat seperti suatu fraktur terbuka dan disertai dengan
debridemen yang baik dan dipertahankan dengan fiksasi interna.
Komplikasi
- Infeksi
- Kontraktur iskemik Volkmann
- Lempeng pertumbuhan yang berhenti
- Malunion
- Refraktur
5. Fraktur Galeazzi

21
Fraktur galeazzi adalah fraktur radius pada 1/3 distal dan dislokasi sendi radio-
ulnar distal. Fraktur ini lebih jarang ditemukan daripada fraktur Monteggia.
Kebanyakan ditemukan pada orang dewasa dan jarang pada anak-anak. Gambaran
Klinis
Terdapat gejala fraktur dan dislokasi pada daerah distal lengan bawah.
Pengobatan
Fraktur bersifat tidak stabil dan terdapat dilokasi sehingga sebaiknya dilakukan
operasi dengan fiksasi interna.

Fraktur Metacarpal Dan Phalangs


Fraktur tulang metacarpal dan phalangs pada anak-anak jarang ditemukan.
Beberapa jenis fraktur yang biasa ditemukan :
1. Fraktur kominutif phalangs distal.
2. Fraktur phalangs tengah.
3. Fraktur metacarpal.
4. Fraktur Bennett.

ANGGOTA GERAK BAWAH


Fraktur Panggul
Panggul merupakan tulang untuk melindungi alat-alat dalam ruang panggul.
Fraktur panggul jarang ditemukan pada anak-anak dibandingkan dengan orang
dewasa. Kebanyakan penyebabnya adalah trauma kecelakaan lalu lintas pada anak
yan berumur 1-8 tahun karena kesadaran berlalu lintas yang kurang. Fraktur
panggul pada anak-anak umumnya merupakan bagian dari satu trauma multipel
pada organ-organ lain seperti kepala, thorax dan anggota gerak.

22
A. Klasifikasi
Klasifikasi fraktur panggul pada anak-anak didasarkan atas aspek klinis
(Quinby,1966) :
1. Tanpa komplikasi. Hamya berupa fraktur sederhana tanpa pergeseran. Tidak
ditemukan syok dan tidak diperlukan transfusi darah. Tidak ditemukan komplikasi
abdominal atau urologis.
2. Fraktur dengan trauma pada organ-organ lain disertai dengan perdarahan dan
syok. Pada keadaan ini diperlukan transfusi darah yang segera dan eksplorasi
untuk mengatasi kerusakan yang lain.
3. Fraktur dengan perdarahan yang masif dan segera. Terdapat pergeseran sendi
sacroilliaca, denyut arteri pada satu tungkai menghilang karena adanya robekan
pada salah satu cabang arteri illiaca interna. Penderita masuk dalam keadaan syok
dan diperlukan transfusi masif sampai 8 liter.

B. Gambaran Klinis
Pada seorang anak yang mengalami kecelakaan lalu lintas dengan fraktur
panggul yang biasanya disertai perdarahan, disamping gejala fraktur panggul itu
sendiri, mungkin juga ditemukan adanya tanda-tanda perdarahan serta kerusakan
organ lain.
Pemeriksaan Radiologis
Diagnosis dapat ditegakkan dengan bantuan foto röntgen panggul.
C. Pengobatan
Fraktur panggul biasanya merupakan satu bagian trauma multipel. Urutan
tindakan disesuaikan dengan penanganan trauma multipel. Pengobatan frakturnya
sendiri disesuaikan dengan klasifikasi seperti pada fraktur pangggul orang
dewasa.

23
Dislokasi Panggul
A. Insidens
Dislokasi panaggul umumnya ditemukan pada umur di bawah 5 tahun.
Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak permpuan.

B. Mekanisme Trauma
Pada anak di bawah umur 5 tahun, sebagian besar acetabulum terdiri dari
tulang rawan lunak dan terdapat kerenggangan pada sendi termasuk sendi
panggul. Apabila otot mengalami relaksasi, maka dengan trauma yang ringan
dapat terjadi dislokasi panggul.
Mungkin juga terdapat perbedaan antara ruang panggul dan caput femur
dibandingkan pada anak-anak di negara lain. Dengan bertambahnya umur, sendi
panggul menjadi lebih kuat, sehingga dislokasi hanya dapat terjadi bila terkena
trauma yang lebih besar. Dislokasi tipe posterior terjadi akibat trauma hebat pada
lutut dan anggota gerak dalam posisi fleksi. Dislokasi anterior biasanya terjadi
karena jatuh dari ketinggian. Dislokasi sentral terjadi karena trauma langsung
pada trochanter mayor atau jatuh dari ketinggian.

C. Klasifikasi
Dislokasi panggul traumatik dibagi dalam tiga tipe :
1. Tipe posterior
Tipe ini paling sering ditemukan.
Iliaka; kepala femur berada di posterior dan superior sepanjang aspek lateral
ilium.
Ischial; kaput femur bergeser ke postero-inferior dan berada di dekat greater
sciatic notch.
2. Tipe anterior
Caput femur berada di daerah membran obturator.
Pubik; kaput femur bergeser ke antero-superior sepanjang ramus superior os
pubis.

24
3. Tipe sentral
Pada keadaan ini ditemukan fraktur kominutif bagian sentral acetabulum dimana
terjadi perpindahan caput femur dan fragmen acetabulum ke dalam panggul.

D. Gambaran Klinis
Penderita datang setelah mengalami trauma misalnya jatuuh dari pohon,
sepeda atau karena kecelakaan lalu lintas.
• Pada tipe I (dislokasi posterior) terlihat tungkai dalam keadaan fleksi,
rotasi interna dan adduksi.
• Pada tipe II (dislokasi anterior) terlihat tungkai atas dalam keadaan
abduksi, rotasi eksterna dan sedikit fleksi.
• Pada tipe III (dislokasi sentral) yang disertai fraktur acetabulum, tidak
terlihat gambaran deformitas pada tungkai bawah, hanya terdapat
gangguan pergerakan pada sendi panggul karena adanya spasme otot.
• Pemeriksaan röntgen akan menentukan tipe dislokasi.

E. Komplikasi
1. Jebakan fragmen intra-artikuler
Biasanya terjadi karena reduksi yang tidak lengkap akibat adanya ganjalan
fragmen tulang rawan acetabulum.
2. Dislokasi rekuren
Dislokasi rekuren jarang terjadi kecuali pada penderita sindroma Down.
3. Nekrosis avaskuler
Insidens kelainan ini diperkirakan 10%. Apabila direposisi dalam waktu 6 jam
setelah trauma biasanya tidak ditemukan komplikasi ini.

Fraktur Leher Femur


Fraktur leher femur pada anak-anak jarang ditemukan. Lebih sering pada
anak laki-laki daripada anak perempuan (3:2). Insidens tersering usia 11-12 tahun.
A. Mekanisme Trauma
Trauma biasanya terjadi karena kecelakaan, jatuh dari ketinggian atau jatuh
dari sepeda dan biasanya disertai trauma pada tempat lain.

25
B. Klasifikasi
Fraktur leher femur pada anak-anak diklasifikasikan sesuai dengan lokasi
anatomis dan dibagi dalam 4 tipe :
- Tipe I
Tipe ini disebut juga transepifisial
- Tipe II
Tipe ini disebut juga transervikal; Fraktur melalui bagian tengah leher femur.
- Tipe III
Tipe ini disebut juga servikotrokanterik; fraktur melalui basis leher femur.
- Tipe IV
Tipe ini disebut juga pertrokanterik; fraktur antara basis leher femur dan trokanter
minor.

C. Gambaran Klinis
Fraktur leher femur biasanya disertai trauma hebat dan nyeri di daerah
panggul sehingga penderita tidak dapat berjalan. Pada pemeriksaan ditemukan
adanya rigiditas dan gangguan pergerakan sendi panggul. Bila fraktur disertai
pergeseran, maka penderita tidak dapat menggerakkan sendi panggulnya. Selain
itu, ditemukan pula nyeri tekan di daerah panggul.

D. Pemeriksaan Radiologis
Dengan pemeriksaan röntgen dapat ditentukan jenis-jenis fraktur serta
pergeserannya.

E. Pengobatan
Pengobatan tergantung dari jenis dan pergeseran fraktur :
1. Konservatif :
- Traksi kulit
- Spika panggul
Dilakukan pada penderita dengan fraktur yang pergeserannya sangat minimal.
2. Tindakan operasi
Operasi dilakukan apabila terjadi pergeseran fraktur.

26
F. Komplikasi
1. Nekrosis avaskuler
2. koksa vara
3. Fusi epifisis yang dini
4. Delayed union dan nonunion

Fraktur Diafisis Femur


Fraktur Diafisis Femur sering ditemukan pada anak-anak dan harus dianggap
sebagai suatu fraktur yang dapat menimbulkan perdarahan dan syok.
A. Mekanisme Traume
Fraktur terjadi karena suatu trauma hebat dan lokalisasi yang palling sering
aadalah pada 1/3 tengah diafisis femur.
B. Klasifikasi
- Subtrokanterik - Abduksi
- Adduksi - Klasik
Posisi fraktur terjadi karena tarikan dan lokalisasi fraktur. Pada frktur
femur 1/3 proksimal, fragmen proksimal tertarik dalam posisi fleksi karena
tarikan m. Iliopsoas, abduksi oleh m. Gluteus medius dan minimus, serta rotasi
eksterna oleh otot rotator pendek dan m. Gluteus maksimus. Fraktur dapat bersifat
oblik, transversal dan jarang bersifat kominutif.
C. Gambaran Klinis
Penderita biasanya datang dengan gejala trauma hebat disertai
pembengkakan pada daerah tungkai atas dan tidak dapat menggerakan tungkai.
Terdapat deformitas, pemendekkan anggota gerak, dan krepitasi. Pemeriksaan
harus dilakukan secara hati-hati agar tidak menambah perdarahan.

D. Pengobatan
1. Konservatif
- anak usia 0-2 tahun: traksi kulit menurut Bryant (Gallow).
- anak usia 2 tahun ke atas; traksi kulit menurut Hamilton-Russel.

27
- Anak yang lebih besar dapat dilakukan traksi tulang melalui kondilus femoralis
dengan menggunakan bidai dari Thomas dan penyangga Pearson.
2. Operatif
Terapi operatif dilakukan dengan menggunakan K-nail atau plate yang kecil
terutama pada anak yang lebih besar dengan indikasi tertentu.

E. Komplikasi
1. Tungkai yang tidak sama panjang setelah sembuh.
2. Mikrorotasi atau deformitas anguler
3. Pembentukkan spur yang menonjol pada otot yang engganggu pergerakan.
4. Kontraktur quadriceps.

Daftar Pustaka

1. Apley & Salomon's System of Orthopaedics and Trauma 10th


edition.Section 3 : Trauma

2. John.C. Thompson. Netter Concise Orthopaedic Anatomy 2nd edition

3. Robert B. Salter. Textbook of Disorders and Injuries of the


Muskuloskeletal System.3rd edition.

4. Helmi 2 N. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta. Salemba


Medika.

5.Rasyad C. Pengantar Ilmu bedah Orthopedi 6th. Jakarta:286-288

28

Anda mungkin juga menyukai