Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH TUTORIAL

SKENARIO 1 BLOK 14

TUTOR:
Drg. Hilda Ayu S

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5:

AM Della Namira Agnina 1711111320001


Dhya Aurellia Salsabila Karno 1711111220011
Aldo Giovanni 1711111310003
Rizky Yoga Wardana 1711111310024
Asphia Rahmah 1711111110004
Syifa’ Ennisa 1711111220034
Stevani 1711111120022
Adhimas Rilo Pambudi 1711111210002
Isty Assadjadah Noormahmudah Saleh 1711111220014
Serenada Audria Sundah 1711111220031
Ismi Natasya Salwa 1711111120012

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya kami selaku kelompok lima dapat menyelesaikan makalah hasil
dari tutorial pertama dan kedua skenario pertama di blok empatbelas Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat tahun ajaran 2019/2020.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pembaca dan untuk pembelajaran
selanjutnya.
Kami selaku kelompok lima mengucapkan terima kasih, terutama kepada
drg. Hilda Ayu S., selaku pembimbing tutorial kelompok lima. Kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan pada penulisan makalah ini. Oleh
karena itu, dengan terbuka kami memohon maaf atas segala kekurangan kami dan
kami bersedia menerima saran dan masukkan dari pembaca. Atas perhatiannya
kami ucapkan terima kasih.

Banjarmasin, Februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................ ii


Daftar Isi ................................................................................................................ iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................................1
1.3 Identifikasi dan Klarifikasi Istilah Asing ...........................................................1
1.4 Identifikasi dan Analisis Masalah ......................................................................1
1.5 Problem Tree ......................................................................................................3
1.6 Sasaran Belajar ...................................................................................................3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Fraktur Kondilus Mandibula ................................................................4
2.2 Etiologi Fraktur Kondilus Mandibula ................................................................4
2.3 Epidemiologi Fraktur Kondilus Mandibula .......................................................5
2.4 Klasifikasi Fraktur Kondilus Mandibula............................................................5
2.5 Manifestasi Klinis Fraktur Kondilus Mandibula................................................8
2.6 Pemeriksaan Fraktur Kondilus Mandibula.......................................................10
2.7 Penatalaksanaan Fraktur Kondilus Mandibula.................................................13
2.8 Komplikasi Fraktur Kondilus Mandibula ........................................................16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................17
3.2 Saran .................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makalah ini disusun berdasarkan skenario:
Pasien datang dengan keluhan terasa ada hambatan saat membuka mulut dan
timbul nyeri pada daerah dekat telinga kiri saat membuka mulut disertai
perubahan gigitan terbuka di sisi sebelah kiri. Pasien mengalami hal tersebut sejak
1 minggu yang lalu setelah terjatuh dari sepeda motor dan terbentur pada dagu
bawah ke kanan. Pasien dalam kondisi sadar sesaat terjatuh dan lansung pergi ke
klinik dokter umum dan dilakukan perawatan pada luka di dagu kanan bawah.
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat penyakit sistemik dan alergi obat.

1.2 Tujuan Penulisan


a. Mengetahui definisi fraktur kondilus mandibular.
b. Mengetahui etiologi fraktur kondilus mandibula.
c. Mengetahui epidemiologi fraktur kondilus mandibula.
d. Mengetahui klasifikasi fraktur kondilus mandibula.
e. Mengetahui manifestasi klinis fraktur kondilus mandibula.
f. Mengetahui pemeriksaan fraktur kondilus mandibula.
g. Mengetahui penatalaksanaan fraktur kondilus mandibula.
h. Mengetahui komplikasi fraktur kondilus mandibula.

1.3 Identifikasi dan Klarifikasi Istilah Asing


Tidak ditemukan istilah asing dalam skenario tersebut.

1.4 Identifikasi dan Analisis Masalah


a. Apa diagnosa pada skenario?
Analisis: Fraktur mandibular yang disebabkan oleh trauma.
b. Mengapa pasien merasakan nyeri di sisi bagian kiri padahal trauma mengenai
sisi bagian kanan pasien?
Analisis: Adanya beban berlebih pada salah satu sisi, dan adanya parastesi.

1
2

c. Mengapa pasien tidak bisa membuka mulut ke arah kanan?


Analisis: Karena fraktur pada daerah kanan mengakibatkan adanya gangguan
pada TMJ.
d. Apa pertolongan pertama yang dapat diberikan pada pasien?
Analisis: Melakukan fiksasi kepala, menerapkan prinsip pertolongan ABCDE
(airway observation, breathing rate, circulation and haemorrhage control,
disability and neurological status observation, dan exposure and environment).
Kemudian dilanjutkan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, jika perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang, dan pemberian analgesik.
e. Perawatan apa yang dapat dilakukan oleh seorang dokter gigi?
Analisis: MMF/IMF, pemberian antibiotic, dan teknik close reduction.
f. Apa yang bisa didapatkan dari keterangan adanya gigitan terbuka?
Analisis: Terjadi perubahan oklusi yang merupakan salah satu tanda adanya
fraktur.
g. Apa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan?
Analisis: Rontgenografi, CT-Scan, MRI.
h. Bagaimana prognosis perawatan?
Analisis: Tergantung pada keadaan pasien, usia, dan jenis fraktur.
i. Apa manifestasi yang dapat muncul pada diagnosa di skenario?
Analisis: Nyeri, trismus, deformitas, hematom, ekimosis, laserasi, parastesi,
dan penumpukan kalkulus.
j. Apa komplikasi yang dapat muncul pada diagnosa di skenario?
Analisis: Maloklusi, malnutrisi, penurunan kondisi OH, dan pseudoartritis.
k. Apa saja klasifikasi pada diagnosa di skenario?
Analisis: fraktur bilateral, unilateral, comminuted, simple, compound, dan
greenstick. Jika sesuai anatomi, dapat diklasifikasikan sebagai fraktur ramus,
kondilus, dan corpus.
3

1.5 Problem Tree

Pasien dengan keluhan nyeri saat membuka


mulut ke kanan, nyeri pada telinga kiri, ada
gigitan terbuka, setelah kecelakaan

Fraktur Kondilus Mandibula

Definisi Epidemio- Manifes- Penatalak-


logi tasi Klinis sanaan

Etiologi Klasifikasi Pemerik- Kompli-


saan kasi

1.6 Sasaran Belajar


a. Menjelaskan definisi fraktur kondilus mandibular.
b. Menjelaskan etiologic fraktur kondilus mandibula.
c. Menjelaskan epidemiologi fraktur kondilus mandibula.
d. Menjelaskan klasifikasi fraktur kondilus mandibula.
e. Menjelaskan manifestasi klinis fraktur kondilus mandibula.
f. Menjelaskan pemeriksaan fraktur kondilus mandibula.
g. Menjelaskan penatalaksanaan fraktur kondilus mandibula.
h. Menjelaskan komplikasi fraktur kondilus mandibula.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Fraktur Kondilus Mandibula


Fraktur adalah patahnya bahan yang rapuh baik sebagian maupun total,
misalnya gigi, tulang, resin, atau logam (Ireland, 2014). Fraktur juga dapat
didefinisikan sebagai hilangnya kontinuitas pada tulang (Russel & Watts, 2013).
Fraktur mandibular merupakan kondisi diskontinuitas tulang mandibula yang
diakibatkan oleh trauma wajah ataupun keadaan patologis (Reksodiputro, 2017).
Salah satu fraktur mandibular yang paling sering terjadi adalah fraktur kondilus
mandibular. Kondilus merupakan bagian dari mandibula yang berada pada puncak
vertikal ramus mandibula dan membentuk persendian dengan tulang temporal
melalui fossa glenoid (Maulani, 2017). Oleh karena itu, fraktur kondilus
mandibular dapat diartikan sebagai hilangnya diskontinuitas tulang pada bagian
kondilus mandibular akibat trauma atau keadaan patologis.

2.2 Etiologi Fraktur Kondilus Mandibula


Fraktur mandibula dapat diakibatkan oleh faktor traumatik maupun
kondisi patologis, sebagai berikut:
a. Faktor traumatik (96%): kecelakaan kendaraan bermotor, terjatuh, kekerasan
atau perkelahian, kecelakaan kerja, kecelakaan saat berolahraga, dan
kecelakaan lainnya.
b. Kondisi patologis (4%): kista, tumor tulang, osteogenesis imperfekta,
osteomielitis, osteoporosis, atropi ataupun nekrosis tulang (Reksodiputro,
2017; Hadira, 2016).
Fraktur kondilus umumnya disebabkan oleh kekuatan tidak langsung yang
dikirim ke kepala kondilus mandibula. Penyebab fraktur kondilus dapat dibagi
menjadi frakutr eksternal dan internal. Fraktur eksternal adalah penyebab paling
umum seperti kecelakaan, kekerasan, jatuh, olahraga, dan luka tembak.
Sedangkan faktor internl berupa osteomyelitis, tumor (jinak/ganas), dan kejang
otot selama perawatan sengatan listrik atau electric shock treatment (Choi et al.,
2012).

4
5

2.3 Epidemiologi Fraktur Kondilus Mandibula


Fraktur mandibula meliputi 40% – 62% dari seluruh fraktur wajah,
perbandingan pria dan wanita, yaitu 3:1 – 7:1, tergantung dari penelitian dan
negara populasi. Rentang usia yang sering mengalami fraktur mandibular berada
pada rentang usia 21-30 tahun. Epidemiologi fraktur mandibula dapat
dikelompokan ke dalam beberapa bagian seperti berikut:
a. Berdasarkan jenis trauma
1) Secara tunggal atau tidak disertai dengan diagnosis lainnya sebanyak
57,3%.
2) Jenis trauma multiple sebanyak 43,7%
b. Berdasarkan jumlah garis fraktur
1) 1 garis fraktur: 68,6%
2) 2 garis fraktur: 30,5%
3) 2 garis fraktur: 1%
c. Berdasarkan kelompok usia
1) Balita (< 5 Tahun): 2,4%
2) Anak (6-11 Tahun): 1,9%
3) Remaja (12-17 Tahun): 25,7%
4) Dewasa (18-40 Tahun): 59,2%
5) Tua (41-65 Tahun): 10,7%
6) Manula (> 65 Tahun): 0 (Reksodiputro, 2017) , (Putri, 2015)
Dari seluruh kejadian fraktur mandibula persentase fraktur kondilus adalah
sekitar 26-27%. Fraktur kondilus lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan
perempuan dengan rasio (3 : 1). Persentase tertinggi terjadinya fraktur kondilus
tertinggi adalah pada kelompok umur 20-40 tahun. Sebanyak 84% yang terjadi
adalah fraktur kondilus unilateral. Sedangkan berdasarkan bagian yang sering
terjadi fraktur, subkondilus memiliki persentase tertinggi, yaitu sebesar 62%,
diikuti oleh leher kondilus (24%) dan intrakapsular (14%). (Maulani, 2017;
Awalu, 2016).

2.4 Klasifikasi Fraktur Kondilus Mandibula


Fraktur mandibular dapat diklasifikasan berdasarkan pada:
6

a. Berdasarkan lokasi anatomi


Lokasi anatomi menunjukkan regio-regio pada mandibula, yaitu: corpus,
simfisis, angulus, ramus, processus coronoideus, processus condylaris. Fraktur
dapat terjadi pada satu, dua atau lebih pada region mandibula tersebut.

b. Fraktur unilateral
Biasanya tunggal, tetapi kadang terjadi lebih dari satu fraktur yang dapat
dijumpai pada satu sisi mandibula dan bisa hal ini terjadi, sering didapatkan
pemindahan fragmen secara nyata.
c. Fraktur bilateral
Merupakan kombinasi kecelakaan langsung dan tidak langsung. Umumnya
akibat mekanisme yang menyangkut angulus dan bagian bagian leher kondilar
yang berlawanan atau daerah gigi kaninus dan angulus yang berlawanan.
d. Multiple fraktur
Umumnya fraktur ini terjadi karena trauma tepat mengenai titik tengah dagu
yang menyebabkan fraktur pada simfisis dan kedua kondilus.
e. Fraktur kominutif
Fraktur ini hampir selalu disebabkan oleh kecelakaan langsung yang cukup
keras pada daerah fraktur, seperti pada kasus terkena peluru saat perang.
f. Fraktur tertutup
7

Fraktur yang tidak memiliki luka terbuka terhadap lingkungan (mukosa,


gingiva, gigi).
g. Fraktur terbuka (compound)
Fraktur yang memiliki luka terbuka terhadap lingkungan (mukosa, gingiva,
gigi).
h. Fraktur greenstick
Fraktur yang menyebabkan satu korteks patah dan korteks lainnya bengkok.
i. Fraktur terimpaksi
Fraktur dengan saty fragmen mengenai fragmen lainnya (Cahyanti, 2019;
Budihardja et al., 2018).
Fraktur kondilus juga memiliki beberapa klasifikasi yang berbeda-beda.
Klasifikasi tersebut terbagi menjadi ke dalam beberapa kelompok sebagai berikut:
a. Menurut Lindahl
Lindahl mengemukakakn klasifikasi fraktur kondilus berdasarkan lokasi
anatomi fragmen fraktur dan hubungan antara kondilus dengan mandibula dan
fossa glenoid.
b. Berdasarkan tinggi fraktur
1) Kepala kondilus/intrakapsular
2) Leher kondilus
3) Subkondilus
c. Berdasarkan hubungan kondilus dengan mandibular
1) Tidak terdapat pergeseran
2) Adanya deviasi, hubungan processus kondilus dengan fragmen mandibula
utama membentuk sudut kecil tanpa overlap.
3) Adanya pergeseran fragmen kondilus dengan overlap medial.
4) Adanya pergeseran fragmen kondilus dengan overlap lateral.
5) Adanya pergeseran fragmen kondilus dengan overlap anterior atau
posterior.
6) Tanpa kontak antara fragmen fraktur.
d. Berdasarkan hubungan kepala kondilus dengan fossa glenoid
1) Tidak ada pergeseran fragmen.
2) Adanya pergeseran fragmen.
8

3) Dislokasi
e. Menurut MacLennan
Klasifikasi yang dibuat oleh MacLennan berdasarkan hubungannya dengan
mandibula.
1) Tipe I: No displacement fracture.
2) Tipe II: Deviation fracture, terdapat sudut yang kecil antara kondilus dan
mandibula.
3) Tipe III: Displacement fracture, terdapat overlap antara kondilus dengan
mandibula.
4) Tipe IV: Dislocation fracture, kepala kondilus keluar dari fossa artikulari.
f. Menurut Lund
1) Tipe I: Dislokasi kondilus dengan atau tanpa pergeseran fragmen fraktur,
dan tidak lebih dari 60o.
2) Tipe II: Dislokasi kondilus dengan sudut sama atau lebih dari 90o.
3) Subtipe A: Fraktur tinggi.
4) Subtipe B: Fraktur rendah.
g. Menurut Spiessl dan Schroll
1) Fraktur tanpa dislokasi.
2) Fraktur leher kondilus rendah dengan displacement.
3) Fraktur leher kondilus tinggi dengan displacement.
4) Fraktur leher kondilus dengan displacement.
5) Fraktur leher kondilus tinggi dengan dislokasi.
6) Fraktur kapitulum (Maulani, 2017; Budihardja et al., 2018).

2.5 Manifestasi Klinis Fraktur Kondilus Mandibula


Manifestasi klinis yang mungkin timbul akibat fraktur mandibular antara
lain adanya nyeri, susah membuka mulut, hematoma, bahkan pendarahan telinga.
Penjelasan manifestasi klinis fraktur mandibular sebagai berikut:
a. Rasa nyeri rerus menerus, pendarahan oral, fungsi berubah, terjadi
pembengkakan pada bagian yang mengalami trauma dan bagian yang fraktur,
krepitasi, sepsis pada fraktur terbuka dan palpasi pada tepi mandibula dapat
menunjukan deformitas apabila edema dan hematom tidak parah.
9

b. Sering terdapat gangguan oklusi dari ringan sampai berat.


c. Gerak membuka mulut pada fraktur subkondilar unilateral mengakibatkan
penyimpangan ke arah bagian yang cedera karena ketidakseimbangan kerja
otot pterygoideus lateralis.
d. Pada kasus fraktur subkondilar bilateral, sering terjadi gigitan terbuka pasca-
trauma.
e. Penyebab hal ini adalah karena memendeknya ramus mandibulae dalam arah
vertikal, sehingga capitulum mandibulae sering bergeser ke arah anteromedial
dan memungkinkan pergeseran bagian ramus yang mengalami fraktur
(bilateral) dalam arah posterior/superior. Penyebab gigitan terbuka pasca
fraktur adalah pergeseran dari segmen distal ke arah posterior, yakni yang
dimuati gigi-gigi.
f. Kesulitan atau ketidakmampuan untuk mengunyah (Pedersen, 2012).
Manifestasi klinis pada fraktur kondilus mandibular disebabkan oleh
adanya tekanan tidak langsung dari musculus pterygoideus lateralis ke arah
medial dan anterior, hal tersebut menyebabkan sumbu rahang bawah menjadi
lebih pendek. Memendeknya sumbu rahang tersebut mengakibatkan gigitan
terbuka pada bagian yang tidak terkena fraktur. Gigitan terbuka anterior akan
tercipta jika bagian yang fraktur mencakup kedua sisi kondilus. Kondisi gigitan
terbuka akan mengarah kepada disfungsi TMJ yang akan menyebabkan nyeri
akibat dari musculus yang terus berkontraksi. Beberapa manifestasi klinis lain
yang dapat ditemukan pada fraktur kondilus mandibular antara lain:
a. Terdapat trauma wajah, khususnya pada mandibula dan simphysis.
b. Rasa sakit dan pembengkakan pada daerah TMJ.
c. Pembukaan mulut yang terganggu dan terbatas.
d. Pembukaan mulut yang mengalami devoasi ke arah sisi yang terlibat.
e. Open bite posterior pada sisi yang normal jika terjadi fraktur unilateral.
f. Perdarahan pada canalis audiotrius eksternal dikarenakan pada fraktur kondilus
dengan dislokasi, ujung yang tajam dari leher kondilus dapat menusuk dinding
anterior meatus acusticus externus. Pergeseran ke posterior kondilus dapat
merobek kartilago kanal atau fraktur plat tympani
g. Selama protrusi, mandibula deviasi ke arah sisi terlibat.
10

h. Kesulitan untuk bergerak ke lateral.


i. Open bite anterior pada fraktur kondilus bilateral (Maulani, 2017; Budihardja
et al., 2018; Cahyanti, 2019).

2.6 Pemeriksaan Fraktur Mandibula


Sebelum dilakukan pemeriksaan klinis, ada beberapa tanda klinis yang
dapat membantu menegakkan diagnosa fraktur mandibular. Tanda klinis tersebut
terbagi menjadi tanda klinis pasti (displacement, pergerakan rahang tidak normal,
dan krepitasi) dan tanda klinis tidak pasti (gangguan oklusi, hematoma, bengkak,
nyeri, trismus, parastesi, dan perdarahan dari telinga). Pada kasus trauma,
pemeriksaan harus mengikuti kadiah ATLS (Advance Trauma Life Support) yang
terdiri dari primary survey berupa airway, breathing, circulation, disability. Harus
diperhatikan adanya kemungkinan obstruksi jalan napas yang bisa diakibatkan
oleh fraktur ataupun adanya perdarahan intraoral. Pemeriksaan fraktur mandibular
dibagi menjadi pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang.
a. Pemeriksaan klinis
1) Pemeriksaan subjektif
11

Dilakukan anamnesa guna mengetahui bagaimana terjadinya,


(spontan/trauma), sifatnya (akut/kronis), berbagai gangguan menyertai
dislokasi, dan riwayat perawatan dan pengobatan sebelumnya. Curigai
adanya nyeri, pembengkakan, oklusi abnormal, mati rasa pada distribusi
saraf mentalis, hematoma, perdarahan dari soket gigi, trismus, dan lain-lain.
Keluha biasanya disertai riwayat trauma seperti kecelakaan ataupun riwayat
penyakit patologis.
2) Pemeriksaan objektif
Dilakukan inspeksi untuk melihat wajah penderita agar dapat menilai
asimetri wajah dan devisiasi rahang, lokasi dan arah dislokasi, pembukaan
dan penutupan mulut maksimal, gerakan fungsional yang mampu dilakukan
penderita, kondisi gigi-geligi, mukosa, dan gingiva, serta luka dan
pembengkakan. Kemudian dilakukan palpasi untuk mengetahui jenis, arah
ataupun posisi dislokasi, adanya fraktur kondilus mandibula, dan adanya
abnormalitas fungsi pergerakan kondilus. Pemeriksaan palpasi bimanual
kondilus selama pembukaan dan penutupan mulut dapat mendeteksi adanya
pembengkakan, kekenyalan atau tidak adanya kondilus. Dapat juga
dilakukan dengan meletakkan jari diatas TMJ tepat didepan tragus atau
dengan memasukkan ujung jari secara hati-hati kedalam canalis auditorius
externus pada tiap sisi. Pada kasus fraktur unilateral yang biasanya
disebabkan impak unilateral, maka midline dagu dan gigi rahang bawah
menyimpang ke sisi yang terlibat sehingga terdapat open bite posterior
pada sisi sebelahnya dan pasien tidak dapat menutup mulut. Pada fraktur
kondilus bilateral karena impak simetrikal, tidak menunjukkan pergeseran
midline dagu tetapi terdapat mandibula yang protrusif sehingga terjadi open
bite anterior Pemeriksaan trauma juga dilakukan di tempat lain seperti
kepala, torak, abdomen, traktus, urinarius dan pelvis.
3) Pemeriksaan komplikasi
Pemeriksaan komplikasi fraktur seperti neurovaskular bagian distal fraktur
yang berupa pulsus arteri, warna kulit, temperatur kulit, dan pengembalian
darah ke kapiler
b. Pemeriksaan penunjang
12

Berbagai macam tehnik radiologi dapat dipakai untuk memperoleh


diagnosa yang akurat dan mengetahui lokasi injuri kondilus dengan tepat.
Tehnik radiologi juga dapat mengetahui struktur dan keadaan dari TMJ.
Tehnik foto yang dipakai dalam penanganan fraktur kondilus antara lain:
1) Foto panoramik /OPG (Orthopantomografi) dan lateral oblique mandibula.
OPG menjadi foto standar yang dapat melihat seluruh mandibula dan
dilakukan dalam keadaan mulut terbuka. Lateral oblique dipakai jika tidak
ada fasilitas OPG dengan fokus di ramus vertikal.
2) Reverse Townne’s view dan PA mandibular.
Memberikan gambaran pada fraktur proximal dan distal dalam bidang
medio-lateral serta memperlihatkan kepala kondilus yang lebih jelas,
dibanding foto PA yang menunjukkan gambaran saling menumpuk dengan
dasar tengkorak.
3) Transcranial view TMJ.
Dapat melihat hubungan fraktur kondilus dan fossa glenoid, serta
menggambarkan bentuk fraktur intrakapsular.
4) Tomografi
Digunakan tanpa melakukan manipulasi wajah pasien, yang biasanya sulit
dilakukan pada pasien trauma. Biasanya tomografi sagital atau koronal.
5) CT Scan
CT Scan dilakuakan untuk melihat hubungan kondilus dengan fossa lebih
akurat.
6) MRI
Dapat memperlihatkan sobekan atau degeneratif meniskus, osteokhondritis
atau fraktur transkranial kondilus, serta perubahan pada bone marrow
kondilus. Dapat juga menunjukkan otot-otot mastikasi dengan baik.
7) Arthrografi
Dihasilkan dengan memasukan bahan kontras pada ruang bagian atas dan
bawah. Dapat juga dikombinasikan dengan memakai MRI (Magnetic
Resonance Imaging) untuk mendapatkan gambaran yang lebih dinamik
(Maulani, 2017; Budihardja et al., 2018; Fonseca et al., 2013; Balaji,
2009).
13

2.7 Penatalaksanaan Fraktur Kondilus Mandibula


Sebelum melakukan penatalaksanaan atau perawatan terhadap fraktur
mandibular, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a. Reposisi dan reduksi
Mengembalikan letak fragmen ke posisi secara anatomis. Dilakukan dengan
berbagai instrument operasi, seperti manual dengan tangan, dengan
raspatorium, tang reposisi Rowe.
b. Retensi
Retensi yang biasa digunakan adalah miniplat, sekrup, dan kawat (jarang
digunakan).
c. Fiksasi
Fiksasi dilakukan agar fragmen yang telah direposisi dan mendapat retensi
tidak bergerak selama masa awal penyembuhan. Fiksasi dapat menggunakan
metode MMF (splin, arch bar, ligature kawat, miniscrew).
d. Mobilisasi
Mobilisasi bertujuan untuk mencegah ankilosis sendi rahang pada kasus fraktur
kondilus dan juga untuk mengembalikan jalan napas orofaring.
Terapi fraktur mandibula dapat dibedakan menjadi close reduction dan open
reduction, serta terapi konservatif dan terapi operatif. Terapi konservatif tidak
memerlukan intervensi bedah dan perawatan yang rumit, contohnya penggunaan
ligatur dan splin dental, arch bar, splin protesa, dan head-chin splint. Sedangkan
terapi operatif diartikan sebagai terapi yang memerlukan penanganan bedah.
Close reduction adalah perawatan fraktur mandibular yang tidak memerlukan
pengamatan secara langsung ke tulang dan fraktur. Sedangkan open reduction
adalah terapi yang memerlukan insisi untuk pembedahan sebagai cara untuk
mengamati fraktur, tulang, dan jaringan sekitarnya secara langsung. Pemberian
antibiotik juga diberikan untuk mencegah infeksi (Budihardja et al., 2018).
Terapi fraktur kondilus mandibular dilakukan dengan cara konservatif-
fungsional, menggunakan hypomochlion, aktivator, dan operatif. Proses terapi
fraktur kondulus mandibular memiliki akses-akses yang harus diperhatikan untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan.
a. Terapi konservatif-fungsional
14

Terapi ini dilakukan dengan mengimobilisasi mandibular menggunakan MMF


(maxillomandibular fixation), baik kawat maupun karet seperti arch bar,
ligature (ligature Ernst), ataupun miniscrew. Lamanya imobilisasi yang
dilakukan bergantung pada lokasi fraktur dan derajat displacement fragmen.
b. Hypomochlion
Penggunaan hypomochlion diperlukan pada kasus fraktur kondilus dengan
displacement yang mengakibakan terjadinya pemendekan sumbu rahang.
Hypomochlion dapat dibuat dengan bahan resin komposit (teknik etsa dan
bonding) pada gigi yang paling posterior di daerah fraktur (pada fraktur
bilateral dipasang pada kedua sisi) dengan menggunakan kawat sebagai ligatur
untuk mencegah aspirasi/tertelan. Penggunaan hypomochlion diharapkan dapat
mengurangi pemendekan vertical sumbu rahang.
c. Aktivator
Sebelumnya perlu dilakukan pencetakan dari maksila dan mandibula,
pengambilan gigitan, dan pengukuran dengan menggunakan busur wajah
menggunakan artikulator. Tujuan penggunaan aktivator adalah untuk menuntun
mandibula ke arah yang benar saat oklusi.
d. Terapi operatif
Terapi operatif dilakukan dengan reposisi fragmen tulang untuk
mengembalikan posisi tulang. Fragmen tulang yang telah direposisi akan di
fiksasi dengan bahan osteosintesis. Bahan osteosintesis yang umum digunakan
adalah miniplat, mikroplat, dan juga lagscrew. Indikasi terapi fraktur kondilus
dengan operasi antara lain:
1) Luksasi yang parah (hilangnya relasi kondilus-diskus dan fosa).
2) Displacement yang parah (>30° dan atau pemendekan dimensi vertical >4
mm atau 5-6 mm).
3) Displacement tulang ke jaringan lunak sekitar.
4) Maloklusi yang tidak dapat direposisi dengan terapi konservatif.
e. Kondilektomi
Interfensi bedah untuk mengurangi keluhan sakit pada TMJ diindikasikan
hanya bila terapi konservatif gagal dan dari pemeriksaan radiologi tampak
gambaran kerusakan kondilus yang berat. Prinsip dari kondilektomi adalah
15

reduksi kepala kondilus secara bedah, sehingga menghilangkan iritasi


permanen dan tekanan pada saraf TMJ. Kemudian jaringan ikat longgar yang
mengandung banyak pembuluh darah, pembuluh saraf dan saraf tepi diletakkan
di posterior kepala kondilus, yang akan mengikat diskus artikularis di posterior
dari kapsul. Kerugian terbesar dari prosedur kondilektomi adalah deformitas
fasial dan oklusal karena prosedur ini menahan pergerakan ke depan dan
membuang faktor penghalang. Maka, otot pterigoid lateral dikorbankan,
mengakibatkan pergerakan hanya rotasi tanpa translasi. Hal tersebut
mengakibatkan ramus memendek, sehingga mengakibatkan open bite dan
retrusi mandibula. Operasi ini merupakan pilihan terakhir setelah operasi
lainnya gagal.
Akses ke kondilus yang umum digunakan saat ini adalah submandibular
(akses Risdon), retromandibula, retroaurikular, dan preaurikular. Selain itu, akses
ke kondilus juga dapat dilakukan intraoral dengan menggunakan teknik
endoskopi. Akses bedah pada fraktur kondilus cenderung sulit dan memiliki
resiko terhadap syaraf kranial VII dan arteri maksilaris, maka Zide dan Kent
membuat indikasi absolut dan indikasi relatif terhadap perawatan fraktur kondilus
dengan pendekatan bedah.
a. Indikasi absolut
1) Fraktur kondilus dengan displacement ke bagian medial fossa kranial
2) Tidak memungkinkan mendapatkan oklusi yang normal melalui reduksi
tertutup karena terhalang fragmen kondilus.
3) Dislokasi fraktur lateral dari kondilus.
4) Adanya benda asing (luka tembak), fraktur kondilus compound.
b. Indikasi relatif
1) Fraktur kondilus bilateral pada pasien edentulous.
2) Fraktur kondilus unilateral atau bilateral, dimana tidak dapat dilakukan
penggunaan splinting karena alasan status kesehatannya.
3) Fraktur kondilus bilateral yang berhubungan dengan fraktur wajah tengah
comminuted.
4) Fraktur kondilus bilateral yang berhubungan dengan masalah gnathologik
(Maulani, 2017; Budihardja et al., 2018).
16

2.8 Komplikasi Fraktur Kondilus Mandibula


a. Maloklusi
Komplikasi maloklusi pada fraktur mandibular diakibatkan oleh fraktur yang
tidak diterapi, fraktur yang diterapi tetapi tidak adekuat, dan fraktur yang
diterapi adekuat tanpa adaptasi baik dari musculus, dental, dan TMJ. Maloklusi
paling sering terjadi pada fraktur kondilus bilateral.
b. Hipomobilitas mandibular akibat ankilosis TMJ. Didefinisikan jika jarak
interinsisal saat membuka mulut sebesar <35 mm atau <40 mm. Komplikasi ini
dapat dicegah dengan mempersingkat penggunaan MMF.
c. Cedera iatrogenik akibat rusaknya nervus facialis pasca perawatan fraktur
kondilus terbuka.
d. Kerusakan jaringan periodontal akibat penggunaan wire yang tidak tepat.
e. Ankylosis TMJ, gangguan perkembangan gigi akibat imobilisasi yang terlalu
lama.
f. Avaskular nekrosis (AVN) karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu
yang bisa menyebabkan nekrosis tulang (Maulani, 2017; Budihardja et al.,
2018; Cahyanti, 2019)
17

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa fraktur kondilus
mandibular adalah hilangnya diskontinuitas kondilus mandibular akibat trauma
seperti kecelakaan, kekerasaan, dan olahraga, atau akibat keadaan patologis
seperti kista. Fraktur kondilus mandibular lebih sering terjadi pada pria
dibandingkan wanita dengan rata-rata rasio 3:1. Fraktur kondilus merupakan salah
satu klasifikasi fraktur mandibular berdasarkan posisi anatomis. Fraktur kondilus
sendiri diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok berdasarkan derajat luksasi,
discplacement, dan letak ketinggian fraktur. Tanda klinis dari fraktur kondilus
mandibula adalah adanya displacement. Pergerakan rahang tidak normal,
gangguan oklusi open bite, dan nyeri akibat adanya tekanan pada musculus
pterygoideus lateralus dan TMJ. Pemeriksaan kasus ini dilakukan dengan
melakukan anamnesa, pemeriksaan klinis berupa palpasi pada border mandibular
dan inspeksi intraoral, serta pemeriksaan penunjang menggunakan rontgenografi
OPG, CT-scan, MRI, dan sebagainya. Fraktur kondilus mandibular dapat
ditangani dengan konservatif-fungsional, penggunaan hypomochlion, aktivator,
terapi operatif, dan yang paling akhir adalah kondilektomi, jika semua terapi gagal
dilakukan. Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh kasus ini adalah maloklusi,
hipomobilitas mandibular, cidera iatrogenik, kerusakan jaringan periodontal,
ankilosis TMJ, dan avaskular nekrosis.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan agar para pembaca
senantiasa menjaga dan memerhatikan kesehatan tubuhnya maupun orang-orang
terdekatnya. Kemudian, penulis mengharapkan jika pembaca memiliki simptom
atau gejala fraktur kondilus mandibular maupun klasifikasi fraktur mandibular
lainnya, maka dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menghindari
gangguan lanjutan yang bisa membahayakan pasien. Selain itu, diharapkan
pembaca dapat meningkatkan edukasi dirinya tentang kesehatan. .
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Habibi Awalu. September 2016. Deskripsi Fraktur Mandibula Pada px


RSUD Ulin Banjarmasin. Dentino Jurnal Kedokteran Gigi; Vol 1(2).

Balaji S.M. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. Elsevier. 2009

Cahyanti LN. 2019. Laporan Asuhan Keperawatan Pada Sdr. S dengan Fraktur
Mandibula. Karya Tulis Ilmiah. Program Diploma III Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

Choi KY et al. Current Concepts in the Mandibular Condyle Fracture


Management Part I: Overview of Condylar Fracture. Archives of Plastic
Surgery. July 2012; 39 (4).

Fonseca RJ, et al. 2013. Oral and Maxillofacial Trauma: Fourth Edition. China:
Elsevier.

Hadira, Syamsudin E, Zulkifli BF. Penatalaksanaan Fraktur Mandibula Pada ana


dengan Cedera Kepala Sedang. MKGK. April 2016; 2 (1): 7-12.

Ireland R. 2014. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC.

Joseph L. Russell, Tammara Watts. 2013. Mandible Fractures: Evaluation and


Management. Texas: Grand Rounds Presentation, Department of
Otolaryngology The University of Texas Medical Branch (UTMB Health).

Maulani IR. 2017. High Condylectomy Pada Kasus Fraktur Kondilus. JITEKGI
(Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi) FKG UPDM. 13 (1). Hal
27-32.

Pedersen GW. 2012. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC.

Reksodiputro MH, Aldino N. 2017. Penatalaksanaan Fraktur Simfisis Mandibula


Dengan Dua Perpendicular Mini-Plates. ORLI. 47 (2). Hal 186.

Anda mungkin juga menyukai