Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEGAWATDARURATAN

‘TRISMUS

DISUSUN OLEH

HARIYANTI / NIM PO714261192.006

ROSLIN HASAN /NIM PO714261192.023

WIRADYANTI.M / NIM PO714261192.028

KELAS .ALIH JENJANG KELAS C

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI

TAHUN 2020
KATAPENGANTAR
Puji syukur Penulis limpahkan kehadirat Tuhan YME, karena atas
pertolongan Nya, penulis dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktu
yang telah direncanakan sebelumnya. Tak lupa salam Penulis haturkan kepada
keluarga dan sahabat, semoga selalu dapat menuntun Penulis pada ruang dan
waktu yang lain.
Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas dengan judul :“ TRISMUS“
Untuk menyelesaikan makalah ini adalah suatu hal yang mustahil apabila
penulis tidak mendapatkan bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak, Ibu, Kakak dan Adik tercinta yang telah memberikan dorongan
moril maupun materil, dan sebagai semangat untuk membuka semangat baru.
2. Bapak Asriawal,S.SiT.,M.MKes, selaku dosen mata kuliah Rekam medik
dipoltekkes Kemenkes Makassar.
3. Rekan-rekan Poltekkes Kemenkes Makassar Alih Jenjang Kelas C
Penulis berharap semoga Makalah ini bermanfaat bagi semua pihak dan bila
terdapat kekurangan dalam pembuatan laporan ini penulis mohon maaf, karena
penulis menyadari Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan

Makassar, 11 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................


KATA PENGANTAR ............................................ .............................. i
DAFTAR ISI ............................................................................ .ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................... ................ 1

A. LATAR BELAKANG ......................................................................... 1


B. RUMUSAN MASALAH......................................................... ..............1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 4

A. PENGERTIAN..................................................................................... 4
B. ETIOLOGI........................................................................................... 5
C. PENYEBAB........................................................................................ 6
D. AKIBAT DARI TRISMUS ................................................................. 13

‘E. TANDA-TANDA TRISMUS.............................................................. 14

‘F.TERAPI................................................................................................. 16

‘G.PENCEGAHAN................................................................................... 17
BABIIIPENUTUP...................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Temporomandibular joint menghubungkan rahang bawah (mandibula) ke


tulang pada sisi kepala (tulang temporal). Karena sendi-sendi ini bersifat fleksibel,
rahang dapat bergerak naik, turun, dan ke samping secara halus. Sendi ini juga
memungkinkan kita untuk bicara, mengunyah, dan menguap. Otot-otot menempel
dan mengelilingi sendi rahang, mempertahankan posisi dan pergerakannya.
Ketika kita membuka mulut, ujung yang bulat dari rahang bawah (kondilus), bergerak
meluncur sepanjang fossa sendi pada tulang temporal. Kondilus akan kembali ke
posisi semula ketika kita mengatupkan mulut. Agar gerakan tetap halus, terdapat
diskus yang lunak di antara kondilus dan tulang temporal. Diskus ini meredam
kejutan (shockbreaker ) sendi rahang akibat mengunyah dan pergerakan lain.\
Temporomandibular joint berbeda dengan sendi-sendi lain dalam tubuh
manusia. Kombinasi gerakan meluncur ke satu arah (hinge and sliding motions
) membuat sendi ini merupakan sendi yang paling rumit di dalam tubuh. Selain itu,
jaringan yang membentuk TMJ juga  berbeda dengan sendi-sendi lain yang
menahan bebean tubuh, seperi sendi lutut atau pinggul. Karena pergerakannya
yang kompleks dan unik, sendi rahang dan otot-otot yang mengendalikannya
dapat menyulitkan baik untuk pasien maupun dokter ketika bermasalah.

B. Rumusan Masalah
Mengetahui pengertian, penyebab, gejala dan teraphy dari trismus

3
BAB II
PEMBAHASAN

Trismus adalah ketidakmampuan untuk membuka mulut. Dalam Dorlands’


Medical Dictionary dikatakan bahwa trismus merupakan gangguan motoric dari
nervus Trigeminus, terutama spasme otot-otot mastikasi dengan kesulitan
membuka mulut, sebagai karakteristik dari gejala awal tetanus.

Normalnya, jarak antar insisal gigi rahang atas dan rahang bawah ketika
membuka mulut ialah 40-60 mm, namun terdapat beberapa ahli menentukan jarak
yang lebih kecil yakni 35 mm. Ditemukan beberapa bukti yang mendukung bahwa
gender menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi gerakan membuka
mandibula, dimana umumnya laki-laki menunjukkan jarak membuka mulut yang
lebih lebar. (P.J.Dhanrajani And O.Jonaidel, 2002)

Beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi terjadinya trismus ialah infeksi,


trauma, dental treatment, TMD, tumor dan oral care, obat-obatan, radioterapi dan
kemoteapi, masalah kongenital dan miscellaneous disorders.

A. PENGERTIAN TRISMUS

Trismus didefinisikan sebagai suatu kontraksi tonik dari otot mastikasi.


Dahulu istilah trismus digunakan untuk menggambarkan gejala klinis dari tetanus,
yaitu lock jauh tau rahang yang terkunci, yaitu suatu gejala klinis yang disebabkan
oleh toksin tetanus terhadap kontraksi otot mastikasi tau pengunyahan

Saat ini istilah trismus digunakan untuk menggambarkan setiap bentuk


keterbatasan dalam membuka mulut, termasuk didalamnya akibat dari trauma
,pembedahan dan radiasi .

 Trismus atau dalam bahasa umumnya biasa dikatakan sebagai rahang atau
mulut yang terkunci dapat di defenisikan sebagai suatu kontraksi otot-otot
pengunyahan dan bersifat sementara.

4
 Trismus adalah suatu gejala, di mana terjadi kekakuan sendi yang
menyebabkan gangguan membuka mulut secara permanen.
 Trismus didefinisikan sebagai pembatasan menyakitkan dalam membuka
mulut karena kejang otot,namun juga dapat merujuk pada pembukaan
mulut yang terbatas dari penyebab apa pun
 Trismus berasal dari kata Yunani trigmos/Trismos yang berarti
jeritan,penggilingan,serak atau kertakan
 Trismus adalah ketidakmampuan untuk membuka mulut.
B. ETIOLOGI

Hambatan dari pergerakan rahang tersebut secara garis besar di sebabkan oleh
trauma, terapi radiasi, pembedahan dan berbagai gangguan pada sambungan
rahang lainnya, hal ini akibat kerusakan pada kerusakan otot rahang, sambungan
rahang, pertumbuhan jaringan ikat yg terlalu cepat. Berdasarkan proses di atas
maka etiologi dari trismus di bagi 3 yaitu

1. Faktor eksternal
Neoplasma pada rahang, infeksi akut, miositis, penyakit sistematik
,pseudoankylosis, luka bakar, atau berbagai trauma lainya yang mengenal
otot otot rahang
2. Faktor internal
Ankylosis tulang pada sambungan rahang, ankylosis jaringan ikat pada
sambungan rahang, artristis, trauma, mikro trauma, gangguan SPP(tetanus,
lesi pada nervus trigeminal dan keracunan obat)
3. Faktor latrogenik
1. Gigi molar ketiga rahang bawah sering memiliki gangguan erupsi,
seperti gigi impaksi. Gigi impaksi dapat diakibatkan adanya halangan
gigi tetangga, lapisan tulang yang padat atau jaringan lunak yang tebal.
Gigi impaksi dapat mengganggu fungsi pengunyahan dan sering
menyebabkan berbagai komplikasi. Oleh karena itu, diperlukan
tindakan pembedahan yang disebut odontektomi. Tindakan

5
odontektomi sering menyebabkan komplikasi post odontektomi berupa
perdarahan, trismus, edema,dry socket dan paraestesi
Paska ondetektomi molar ketiga, molar ketiga terpendam merupakan
gigi yg paling sering mengalami infaksi di antara gigi geligi yg lain.
Pengambilan gigi molar ketiga bahwa infaksi biasanya di lakukan
dengan lokal anestesi.pasca pengambilan gigi molar ketiga terpendam
secara odontektomi antara lain dapat menimbulkan pembengkakan dari
trismus.trismus yg timbul dapat bersifat sementara atau permanen.
Trismus bersifat sementara atau permanen, trismus bersifat sementara
hanya di sebabkan oleh peradangan dan gangguan reflleks saraf
motorik otot otot pengunyah, sedangkan trismus yg permanen biasanya
karena gangguan pada sendi temporomandibular.
2. Injeksi yang dilakukan saat anestesi
Trismus terjadi sebagai akibat komplikasi anestesi yg menggunakan
jarum dalam menganestesi mandibular dan pada infiltrasi regio
posterior pada rahang atas. Dimana kedua teknik ini melibatkan
penetrasi jarum ke otot otot mastikasi dan deposisi larutan anestesi ke
jaringan yg banyak vaskularisasinya.
C. PENYEBAB

Beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi terjadinya trismus ialah infeksi,


trauma, dental treatment, TMD, tumor dan oral care, obat-obatan, radioterapi dan
kemoteapi, masalah kongenital dan miscellaneous disorders.

a. Infeksi
Infeksi yang dapat menimbulkan trismus ialah infeksi odontogenik dan
non-odontogenik. Sumber utama infeksi odontogenik ialah infeksi pulpa,
infeksi periodontal dan infeksi pericoronal. Infeksi odontogenik dapat
menimbulkan trismus sebab infeksi ini dapat menyebabkan keradangan
pada otot mastikasi. Jika tidak ditangani, infeksi ini dapat berkembang ke
berbagai spasia wajah dan dapat menjurus ke komplikasi serius seperti
cervical cellulitis. Sedangakan, infeksi no-odontogenik seperti tonsillitis,

6
tetanus, meningitis, abses parotid dan abses otak dapat menyebabkan
trismus.
b.Trauma
Fraktur, terutama pada mandibula dapat menyebabkan keterbatasan
membuka mulut. Fraktur mandibula dapat terjadi di beberapa lokasi
tergantung tipe injuri dan arah dari kekuatan trauma yang dapat
menyebabkan hipomobilitas mandibula.
Fraktur pada arkus zigomatikus dan zygomaticomaxillary complex (ZMC)
dapat mengganggu pergerakan prosesus koronoideus.

c. Akibat Perawatan Gigi


Prosedur pembedahan mulut dapat mnyebabkan keterbatasan membuka
mulut. Ekstraksi gigi, terutama odontektomi dapat menimbulkan trismus
karena pasca pembedahan terjadi peradangan pada otot mastikasi ataupun
otot sekitar TMJ.
Tindakan perawatan lain yang dapat menimbulkan trismus ialah akibat
injeksi anestesi local. Trismus umumnya timbul 2-5 hari setelah anestesi
blok mandibula. Hal ini dapat terjadi karena ketidakakuratan posisi jarum
saat memberikan anestesi blok nervus inferior.
d.Temporomandibular Joint Disorders (TMD)
Trismus temporomandibular joint merupakan gangguan
temporomandibular merupakan istilah umum yang meliputi rasa sakit dari
terjadinya disfungsi otot-otot pengunyahan dan sendi temporomandibular
yang menghubungkan rahang bawah dengan tengkorak.Trismus
Temporomandibular joint ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti
infeksi, peradangan, trauma, pasca kecelakaan, dan pascacabut gigi. Ada
tiga gangguan temporomandibular yang paling sering, yaitu nyeri
miofasial, internal dearrangement, dan osteoartrosis. Nyeri miofasial
adalah gangguan yang tersering ditemukan.

7
TMD dapat dikelompokkan menjadi extracapsular dan intracapsular
problem. Intracapsular problem biasanya timbul karena trauma, misalnya
disc displacement.
Trismus dapat disebabkan edema pasca operasi, pembentukan hematoma
atau peradangan jaringan lunak. Pasien dengan arthritis traumatik sendi temporo
mandibular Join juga dapat memiliki keterbatasan membuka mulut (gerakan
mandibula)

Komplikasi Pasca Tindakan


Operatif
1) TRISMUS
Trismus biasanya terjadi pada kasus ekstraksi M3 rahang bawah, ditandai
dengan adanya keterbatasan dalam membuka mulut karena spasme otot
pengunyahan. Spasme ini merupakan akibat injuri pada otot pterigoideus medius
oleh karena jarum (karena injeksi berulang saat melakukan inferior alveolar nerve
block) atau trauma pada area pembedahan. Faktor kausa lainnya antara lain adalah
inflamasi pada luka post ekstraksi, hematoma, dan edema post ekstraksi.
Trismus dapat disebabkan oleh edema pascabedah.3 Hal ini didukung oleh
pendapat Osmani (2001) bahwa edema di sekitar bekas pembedahan molar ketiga
akan menyebabkan perubahan jaringan disekitarnya dan muskulus pengunyahan

8
mengalami kontraksi sehingga akan menimbulkan trismus.22 Vriezen
menjelaskan hal berbeda, menurut Vreizen trismus tidak terjadi karena
meningkatnya volume dari muskulus karena edema dan infiltrate, tetapi lebih
disebabkan karena reaksi atas rasa sakit yang disebabkan oleh gerakanrahang.3
Trismus merupakan gangguan fungsi (functio laesa) pada proses peradangan,
gangguan fungsi ini disebabkan karena penumpukan cairan pada tempat cedera
jaringan dan karena rasa nyeri yang mengurangi mobilitas pada daerah cedera.22
Gbotolorun dkk (2007) pada penelitiannya menjelaskan bahwa sebagian besar
peneliti setuju komplikasi pascaoperasi lebih sering . dikaitkan dengan penilaian
tingkat kesulitan pencabutan gigi impaksi.

Perawatan: Penatalaksanaan trismus tergantung pada faktor penyebabnya.


Bila faktor penyebabnya adalah inflamasi akut atau hematoma, maka
perawatannya adalah penggunaan obat kumur hangat dan antibiotik. Terapi
lainnya di antaranya:
a) Terapi panas, kompres hangat diletakkan pada ekstra oral kira-kira 20
menit setiap jam sampai gejala mereda.
b) Pijatan pada daerah sendi temporomandibular.
c) Penggunaan obat-obatan analgesik, obat anti-inflamasi, dan obat relaksan
otot.
d) Fisioterapi selama 3-5 menit setiap 3-4 jam, berupa gerakan membuka
dan menutup mulut, dengan gerakan lateral, yang bertujuan untuk
memperbesar jarak membuka mulut.
e) Penggunaan obat sedatif (bromazepa (Lexotanil): 1,5-3 mg, 2 kali
sehari).
 

9
Gambar 1. Keterbatasan Membuka Mulut Pada Pasien Trismus
 

1. INTRA ARTIKULER

a. Angkylosis
Terjadi akibat dari trauma ke dagu, infeksi dari imobilisasi
berkepanjangan setelah fraktur condilus
b. Atritis sinotritis
Merupakan peradangan pada persendian

10
c. Kelainana patologis pada diskus.

2. EKSTRA ARTIKULER

o INFEKSI ODONTOGENIK
Merupakan salah satu infeksi yang paling umum terjadi dari rongga
mulut. Penyebaran infeksinya melalui foramen apikal berawal dari
kerusakan gigi atau caries kemudian terjadiproses inflamasidisekitar
periapikal di daerah membran periodontal berupa suatu periodontitis
apikalis.
Bagian yang biasa terinfeksi yakni
a. Pulpa
b. Periodental
c. Perikoronal

o INFEKSI NON ODONTOGENIK


a. Peritonsiler
Merupakan komplikasi tonsiitis ketika infeksi menyebar ke bagian
belakang amandel yang terjadi akibat sekumpulan nanah terbentuk
dan infeksi menyebar di luar tonsil
b. Abses parotis
Berupa tumor jinak yang muncul di kelenjar ludah parotis dan tidak
ganas menimbulkan gejala berupa benjolan di pipi atau rahang
bawah dan apabila mengalami infeksi dapat menimbulkan rasa sakit
c. Meningitis
d. Infeksi di cordatimpani
e. Tetanus
Bahaya yang didapat setelah terserang penyakit tetanus adalah
adanya kekakuan rahang sehingga sulit untuk membuka mulut
o TRAUMA
a. Fraktur mandibular
b. Fraktur zigoma

11
c. Adanya benda asing
o FAKTOR LATROGENIK
a. POST EKTRAKSI
 Lokasi anestesi
 Temporo mandibular disease
 Trauma
 Miofasialmuscle spasmus
 Internal disarangement
b. TUMOR
 Tumor pada ephiparingeal
 Tumor parotis
 Tumor pada TMJ

c. OBAT-OBATAN
 Suncciny chocholin, fenotiazin,Anti depresantrisiklik
menyebabkan trismus sebagai efek sekunder
 Trismus dapat dilihat dari efek samping ekstra piramid dan
metoclopromide, phenotiazine dan obat-obetan lainnya
d. RADIO TERAPI / KEMOTERAPI

12
 Osteoradionekrosis dapat menyebabkan rasa sakit, trismus, nanah
dan kadang-kadang luka berbau busuk
 Ketika otot pengunyahan berada dalam bidan radiasi, itu
mengarah ke fibrosis dan mengakibatkan pembukaan mulut
berkurang
 Sel mukosa oral memiliki tingkat tingkat pertumbuhan yang
tinggi dan rentan terhadap efek toksik dari kemoterapi, yang
mengarah pada stomatitis
e. KONGINITAL
 Hypertropy prosesus koronoid menyebabkan gangguan koronoid
terhadap margin anteromedial lengkung zjgomatik. Pengobatan
yang dapat dilakukan adalah coronoidectomy
 Sindrom Trismus pseudo camtodactily adalah kombinasi langka
kelainan tangan, kaki dan mulut dan trismus

f. PSIKIS
 Pasien histeria : melalui mekanisme konversi, konflik emosional
diubah menjadi gejala fisik misalnya trismus
 Scleroderma : suatukondisi yang ditandai oleh edema dan
indurasi kulit yang melibatkan daerah wajah dapat menyebabkan
trismus
D. AKIBAT - AKIBAT TERJADINYA TRISMUS :
1. Gangguan pengunyahan
2. Gangguan nutrisi
3. Gangguan fungsi bicara
4. Menurunya kesehatan umum
5. Masalah kebersihan mulut
6. Esthetika
Pemeriksaan :

13
Bila penderita dengan bukaan mulut kurang dari 20 mm sudah dapat
dikategorikan sebagai trismus.
Cara sederhana untk mengethui bahwa penderita dengn bukaan mulut normal
ialah apabila penderita dapat memasukkan 3 jari secar vertikal ke dalam mulut di
antara gigi gigi insisivusnya.

E. TANDA - TANDA TRISMUS

Secara umum ialah:

a. Sulit membuka mulut

14
b. Rasa sakit
c. Serostomia
d. Sakit pada gigi
e. Rasa terbkar
f. Sakit pada daerah telinga
g. Sakit pada gerakan membuka mulut
h. Daerah sekitar mulut akan terasa keram
i. Bau mulut yang tidak enak
j. Mulut terasa kering
k. Sulit mengunyah dan menelan
l. Sulit untuk berbicara dan meludah

Rasa sakit yg di timbul yang di sebakan oleh trismus karena terjadinya


kontraksi dari otot - otot temporalis

Perawatan :
1. Faktor intra artikuler biasanya dengan operasi struktur sendi
2. Dengan pemberian obat obatan
3. Dengan latihan : dgn program 777
4. 7 kali buka mulut
5. 7 detik
6. 7 periode

Terapi tambahan :

Pemberian kompres hangat, dengan alat pembuka mulut,dengan diatermi

F. TERAPY
Terapy trismus bervariasi tergantung penyebabnya.Kompres
panas/penyinaran dengan soluks atau kumur - kumur dengan normal saline
hangat dapat mengurangi rasa sakit pada kasus ringan tapi pada kasus lain

15
kadang kadang diperlukan pemberian antibiotik,anti inflamasi atau
analgetika yang mengandung muscle ralaxan , neurotropik vitamin.
Berikut ini ada beberapa contoh langkah pengobatan yang dapat dilakukan
yaitu
1. Melakukan pergerakan pasif yang dilakukan beberapa kali sehari seperti
terapi otot rahang perlahan ,hal ini kan lebih efektif dibandingkan dengan
melakukan peregangan secara statis
2. Melakukan pijat perlahan dengan menggunakan jari tangan untuk
membuat otot sekitar rahang sedikit menjadi lentur dan mampu
menggerakkan otot mulut sedikit demi sedikit
3. Konsultasi kedokter gigi untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat
4. Biasa dokter akan memberikan beberapa terapy seperti terapy buka tutup
mulut dengan menggunakan beberapa alat
5. Tindakan medis seperti pemberian obat oleh doter sesuai dengan kondisi
penderitanya sebagai obat penghilang rasa nyeri
6. Tindakan sementara dirumah yaitu dengan mengompres daerah pipi dan
rahang dengan air hangat
7. Atau dengan menggunakan kompres es batu untuk menghlangkan rasa
kaku dan keram
8. Operasi sendi jika memang kondisi sudah sangat buruk dan parah

16
G. PENCEGAHAN

Agar dapat mencegah gejala dan dampak yang timbul akibat dari trismus dapat
dilaukan beberapa langkah berikut sehingga dapat terhindar dari penyakit yang
semakin parah sebagai berikut :

1. Menjaga kondisi kesehatan mulut serta daerah sekitarnya lebih sehat dan
bersih
2. Rutin melakukan perawvatan gigi seperti menggosok gigi 3 kali dalam
sehari agar terhindar dari masalah penyakit gigi dan mulut
3. Rutn berkumur kumur dengan obat kumur yang aman dan anti bakteri dan
kuman
4. Hindari kebiasaan sering mengotak atik kondisi gigi agar tidak
menimbulkan infeksi dan luka
5. Perbanyak komsumsi air putuh agar kondisi tubuh menjadi fit
6. Hindari benturan pada bagian rahang gigi dan juga mulut
7. Apabila terjadi infeksi pada daerah sekitar mulut dan gigi segera obati agar
tidak menimbulkan rahang menjadi keram dan kaku
8. Jaga kesehatan gusi dengan menghindari makanan kerasdan pencetus
masalah pada gigi
9. Rajin berkonsultasi pada doter gigi untuk setiap kasus yang dialam

17
BAB III

PENUTUP

Trismus adalah ketidakmampuan untuk membuka mulut. Dalam Dorlands’


Medical Dictionary dikatakan bahwa trismus merupakan gangguan motoric dari nervus
Trigeminus, terutama spasme otot-otot mastikasi dengan kesulitan membuka mulut,
sebagai karakteristik dari gejala awal tetanus.
Normalnya, jarak antar insisal gigi rahang atas dan rahang bawah ketika membuka
mulut ialah 40-60 mm, namun terdapat beberapa ahli menentukan jarak yang lebih kecil
yakni 35 mm. Ditemukan beberapa bukti yang mendukung bahwa gender menjadi salah
satu faktor yang mempengaruhi gerakan membuka mandibula, dimana umumnya laki-laki
menunjukkan jarak membuka mulut yang lebih lebar. (P.J.Dhanrajani And O.Jonaidel,
2002)
Beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi terjadinya trismus ialah infeksi,
trauma, dental treatment, TMD, tumor dan oral care, obat-obatan, radioterapi dan
kemoteapi, masalah kongenital dan miscellaneous disorders.

18
DAFTAR PUSTAKA

Kedokteran Gigi .net. 2002. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut (Gordon W Pdersen)

Exodontia dasar-dasar ilmu pencabytan gigi tahun 2012( Rini Sitanaya)

PELAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TEMPOROMANDIBULA


JOINT SINISTRA DI RSUD SALATIGA
( Aisya Nur Meiliyani, 2014, 45 halaman)

Perawatan Perikoronitis Regio Molar 1 Kanan Bawah pada anak laki-laki usia 6
tahun laporan ksus
(laili Kadarwati, Ike S Indiarti )

HUBUNGAN TINGKAT KESULITAN DENGAN KOMPLIKASI


POST ODONTEKTOMI GIGI IMPAKSI MOLAR KETIGA RAHANG
BAWAH
PADA PASIEN DI INSTALASI GIGI DAN MULUT RSUDZA BANDA ACEH
Fakhrurrazi, Rachmi Fanani Hakim, Rizki Rifani
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala
HUBUNGAN TINGKAT KESULITAN DENGAN KOMPLIKASI
POST ODONTEKTOMI GIGI IMPAKSI MOLAR KETIGA RAHANG
BAWAH
PADA PASIEN DI INSTALASI GIGI DAN MULUT RSUDZA BANDA ACEH
Fakhrurrazi, Rachmi Fanani Hakim, Rizki Rifani
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala

The infrared radiation effect to the trismus recovery after odontectomy


Arian Reza Marwan, Endang Syamsudin, Tis Karasutisna
Department of Oral and Maxillofacial Surgery Faculty of Dentistry Universitas
Padjadjaran
Hasan Sadikin Hospital–Bandung, West Java, Indonesia
COMPLICATION AFTER EXTRATION OFIMPACTED THIRD MOLARS
LITERATURE REVIEW
Elisa G Deliverka, Milena Vetcova

19

Anda mungkin juga menyukai