DISUSUN OLEH
KELOMPOK IX
LASTRY (PO714261191049)
NURUL FITRIA (PO714261191064)
ULVA ANDARI (PO714261191070)
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulis bisa
lebih baik lagi untuk membuat makalah selanjutnya. Penulis juga berharap
makalah ini dapat bermanfaat untuk para pembaca dan dapat dijadikan
referensi untuk masa yang akan datang. Aamiin…..
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I. TRISMUS.................................................................................................. 2
1.1 Pendahuluan............................................................................................2
1.1.1 Dekripsi Bab.......................................................................................2
1.1.2 Tujuan Pembelajaran..........................................................................2
1.1.3 Kompetensi Khusus...........................................................................2
1.2 Penyajian..................................................................................................2
1.2.1 Pengertian ..........................................................................................2
1.2.2 Etiologi Trismus.................................................................................2
1.2.3 Penyebab Trismus..............................................................................4
1.2.4 Akibat-akibat terjadinya trismus......................................................11
1.2.5 Tanda-tanda trismus.........................................................................12
1.2.6 Terapi Trismus.................................................................................13
1.2.7 Pencegahan Trismus.........................................................................14
1.3 Ringkasan...............................................................................................15
1.4 Penutup...................................................................................................15
1.5 Evaluasi..................................................................................................16
1.6 Daftar Pustaka.......................................................................................17
iii
BAB I. TRISMUS
1.1 Pendahuluan
Temporomandibular joint menghubungkn rahang bawah
( mandibula ) ke tulang pada sisi kepala (tulang temporal). Karena sendi-
sendi ini bersifat fleksibel, rahang dapat bergerak naik, turun, dan ke
samping secara halus. Sendi ini juga memungkinkan kita untuk bicara,
mengunyah, dan menguap. Otot-otot menempel dan mengelilingi sendi
rahang, mempertahankan posisi dan pergerakannya.
Ketika kita membuka mulut, ujung yang bulat dari rahang bawah
(kondilus), bergerak meluncur sepanjang fossa sendi pada tulang temporal.
Kondilus akan kembali ke posisi semula ketika kita mengatupkan mulut.
Agar gerakan tetap halus, terdapat diskus yang lunak di antara kondilus
dan tulang temporal. Diskus ini meredam kejutan (shockbreaker) sendi
rahang akibat mengunyah dan pergerakan lain.
Temporomandibular joint berbeda dengan sendi-sendi lain dalam
tubuh manusia. Kombinasi gerakan meluncur ke satu arah membuat sendi
ini merupakan sendi yang paling rumit di dalam tubuh. Selain itu, jaringan
yang membentuk TMJ juga berbeda dengan sendi-sendi lain yang
menahan beban tubuh, seperti sendi lutut atau pinggul. Karena
pergerakannya yang kompleks dan unikm sendi rahang dan otot-otot yang
mengendalikannya dapat menyulitkan baik untuk pasien maupun dokter
keika bermasalah.
1.1.1 Dekripsi Bab
Pada bab ini akan memberikan pengetahuan serta pemahaman
tentang Trismus
1.1.2 Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat
mengetahui dan memahami tentang Trismus.
1.1.3 Kompetensi Khusus
1. Memahami pengertian trismus
1
2. Mengetahui etiologi trismus
3. Mengetahui penyebab trismus
4. Mengetahui akibat-akibat terjadinya trismus
5. Mengetahui tanda-tanda trismus
6. Mengetahui terapy trismus
7. Mengetahui cara pencegahan trismus
1.2 Penyajian
Pada bagian ini akan disajikan tentang Trismus
1.2.1 Pengertian
Trismus adalah gangguan pembukaan mulut yang disebabkan
adanya konstraksi otot-otot pengunyahan dan bersifat sementara.
Trismus adalah suatu gejala, dimana terjadi kekakuan sendi yang
menyebabkan gangguan membuka mulut yang tidak permanen (Ummu
Hanifah Amri,2019).
a) Trismus atau dalam bahasa umumnya biasa dikatakan sebagai
rahang atau mulut yang terkunci dapat di defenisikan sebagai suatu
kontraksi otot-otot pengunyahan dan bersifat sementara.
b) Trismus adalah suatu gejala, di mana terjadi kekakun sendi yang
menyebabkan gangguan membuka mulut secara permanen
c) Trismus didefinisikan sebagai pembatasan menyakitkan dalam
membuka mulut karena kejang otot, namun juga dapat merujuk
Pada pembukaan mulut yang terbatas dari penyebab apapun.
d) Trismus berasal dari kata yunani trigmos/trismos yang berarti
jeritan, penggilingan, serak atau kertakan.
e) Trismus adalah ketidakmampuan untuk membuka mulut.
1.2.2 Etiologi Trismus
2
ikat yang terlalu cepat. Berdasarkan proses di atas maka etiolofi dari
trismus di bagi 3 yaitu :
1. Faktor eksternal
Neoplasma pada rahang, infeksi akut, miositas, penyakit
sistematik, pseudoankylosis, luka bakar, atau berbagai trauma
lainnya yang mengenal otot-otot rahang.
2. Faktor internal
Ankylosis tulang pada sambungan rahang, ankylosis jaringan
ikat pada sambungan rahang, artistis, trauma, mikro trauma,
gangguan SPP (tetanus, lesi pada nervus trigeminal dam
keracunan obat)
3. Faktor latrogenik
1. Gigi molar ketiga rahang bawah sering memiliki gangguan
erupsi, seperti gigi impaksi. Gigi impaksi dapat diakibatkan
adanyan halangan gigi tetangga, lapisan tulang yang padat
atau jaringan lunak yang tebal. Gigi impaksi dapat
mengganggu fungsi pengunyahan dan sering menyebabkan
berbagai komplikasi. Oleh karena itu, diperlukan tindakan
pembedahan yang disebut odontektomi. Tindakan
odontektomi sering menyebabkan komplikasi post
odontektomi berupa perdarahan, trismus, edema, dry socket
dan paraestesi.
Paska ondetektomi molar ketiga, molar ketiga terpendam
merupakan gigi yang paling sering mengalami infaksi di
antara gigi geligi yang lain. Pengambilan gigi molar ketiga
bahwa infaksi biasanya di lakukan dengan lokal anastesi.
Pasca pengambilan gigi molar ketiga terpendam secara
odontektomi antara lain dapat menimbulkan pembengkakan
dari trismus. Trismus yang timbul dapat bersifat sementara
atau permanen. Trismus bersifat sementara atau
3
permanen, trismus bersifat sementara hanya di sebabkan
oleh peradangan dan gangguan refleks saraf motorik otot-
otot pengunyah, sedangkan trismus yang permanen
biasanya karena gangguan pada sendi temporomandibular.
2. Injeksi yang di lakukan saat anastesi
Trismus terjadi sebagai akibat komplikasi anastesi yang
menggunakan jarum dalam menganestesi mandibular dan
pada infilstrasi regio posterior pada rahang atas. Dimana
kedua teknik ini melibatkan penetrasi jarum ke otot
Matikasi dan deposisi larutan anestesi ke jaringan yang
banyak vaskularisasinya.
1.2.3 Penyebab Trismus
a. Infeksi
Infeksi yang dapat menimbulkan trismus ialah infeksi
odontogenik dan non-odontogenik. Sumber utama infeksi
odontogenik ialah infeksi pulpa, infeksi periodontal dan infeksi
pericoronal. Infeksi odontogenik dapat menimbulkan trismus
sebab infeksi ini dapat berkembang ke berbagai spasia wajah
dan dapat menjurus ke komplikasi serius seperti cervical
cellulitis. Sedangkan, infeksi non-odontogenik sepeti tonsilitas,
tetanus, meningitis, abses parotid dan abses otak dapat
menyebabkan trismus
b. Trauma
Fraktur, terutama pada mandibula menyebabkan keterbatasan
membuka mulut. Fruktur mandibula dapat terjadi beberapa
lokasi tergantung tipe injuri dan arah dari kekuatan trauma
4
yang dapat menyebebkan hipomubilitas mandibula. Fraktur
pada arkus zigomatikus dan zygematicomraxillary complex
(ZMC) dapat mengganggu pergerakan proscus koranodeus
c. Akibat perawatan gigi
Prosedur pembecahan mulut dapat menyebabkan katerbatasan
membuka mulut Ekstraksi gigi, terutama odontektomi dapat
manimbulkan trismus karena pasca pembedahan terjadi
peradangan pasca otot mastikası ataupun otot sekitar TMJ
Tindakan perawatan yang dapat menimbulkan trismus ialah
akibat injeksi anestesi local. Trismus umumnya timbul 2-5 hari
setelah anestesi blok mandibula. Hal ini dapat terjadi karena
ketidakakuratan posisi jarum saat memberikan anestesi blok
nervus inferior.
d. Temporomandibular joint disorders ( TMD )
Trismus temporomandibular joint merapakan gangguan
tenperomandibular merupalan istilat umum yang meliputi rasa
sakit dari terjadinya disfungsi otot-otot pengunyahan dan sendi
temporomandibular menghubungkan rahang bawah dengan
tergkorak. Trismus Temporomandibular joint ini disebabkan
oleh beberapa faktor seperti infeksi, peradangan, trauma, pasien
kecelakaan, dan pascacabut gigi. Ada tiga gangguan
temperomandibular yang paling sering, yaitu nyeri miofasial,
internal dearrangement, dan osteoartrosis. Nyeri miofasial
adalah gangguan yang tersering ditemukan
5
arthritis traumatik sendi temporo mandibular join juga dapat
memiliki keterbatasan membuka mulut ( gerakan mandibula.
1) TRISMUS
Trismus biasanya terjadi pada kasis ekstraksi MJ
rahang bawah,ditandai dengan adanya keterbatasan dalam
mebuka mulut karena spame otot pengunyah. spame ini
merupakan akibat injuri pada otot pterigoideus medius oleh
karena jarum (karena injeksi berulang saat melakukan
inferior alveolar nerve block) atau trauma pada area
pembedahan. Faktor kuasa lainnya antara lain adalah
inflamasi pada luka post ekstraksi, hematoma, dan adema
post ekstraksi.
Trismus dapat disebabkan oleh edema pascabedah.
3 hal ini didukung oleh pendapat osmani (2001) bahwa
edema di sekitar bekas pembedahan molar ketiga akan
menyebabkan perubahan jaringan disekitarnnya dan
muskulus pengunyahan mengalami kontraksi sehingga akan
6
menimbulkan trismus. Vriezen menjelaskan hal berbeda,
menurut vreizen trismus tidak terjadi karena meningkatnya
volume dari muskulus karena adema dan infilrate, tetapi
lebih disebabkan karena reaksi atas rasa sakit yang
disebabkan oleh gerakan rahang. Trismus merupakan
gangguan fungsi pada proses peradangan, gangguan fungsi
ini disebabkan karena penumpukan cairan pada tempat
cedera jaringan dan rasa nyeri yang mengurangi mobilitas
pada daerah cedera. Gbotolarun dkk (2007) pada
penelitiannya menjelaskan bahwa sebagian besar peneliti
setuju komplikasi pascaoperasi lebih sering dikaitkan
dengan penilaian tingkat kesulitan pencabutan impaksi.
7
Gambar I. Keterbatasan Membuka Mulut pada Pasien Trismus
1. INTRA ARTIKULER
a. Ankylosis
Terjadi akibat dan trauma ke dagu, infeksi dari imobilisasi
berkepanjangan setelah fraktur condilus.
b. Atritis sinotritis
Merupakan peradagangan pada persendian.
c. Kelainan patologis pada diskus.
2. EKSTRA ARTIKULER
A. INFEKSI ODONTOGENIK
Merupakan salah satu infeksi yang paling umum terjadi dari
rongga mulut.penyebaran infeksinya melalui foramen
apikal berawal dari kerusakan gigi atau caries kemudian
terjadi proses inflamasidi sekitar periapikal di daerah
membran periodental berupa suatu periodontitis apikalis.
Bagian yang terinfeksi yakni :
a. Pulpa
8
b. Periodental
c. Perikoronal
B. INFEKSI NON ODONTOGENIK
a. Peritonsiler
Merupakan komplikasi tonsitis infeksi menyebar ke
bagian belakang amandel yang terjadi akibat
sekumpulan nanah terbentuk dan infeksi menyebar
diluar tonsi
b. Abses parotis
Berupa tumor jinak yang muncul di kalenjar ludah
paroritas dan tidak ganas menimbulkan gejala berupa
benjolan di pipi atau rahang bawah dan apabila
mengalami infeksi dapat menimbulkan rasa sakit
c. Meningitis
d. Infeksi di cordatimpani
e. Tetanus
Bahaya yang didapat setelah terserang tetanus adalah
adanya kekakuan sehingga sulit untuk membuka mulut.
C. TRAUMA
a. Fraktur mandibular
b. Fraktur zigoma
c. Adanya benda asing
D. FAKTOR LATROGENIK
a. POST EKSTRAKSI
a) Lokasi anastesi
b) Temporo mandibular disease
c) Trauma
d) Miofasialmuscle spasmus
e) Internal disaragement
b. TUMOR
a) Tumor pada ephiparingeal
b) Tumor parotis
c) Tumor pada TMJ
c. OBAT-OBATAN
a) Suncciny chocolin,fenotiazin,Anti depresantristik
menyebabkan trimus sebagai efek sekunder
9
b) Trimus dapat dilihat dari efek samping ekstra
piramid dan metoelopromide,phenotiazine dan obat-
obatan lainnya
d. RADIO TERAPI/KEMOTERAPI
a) Osteoradionekosis dapat menyebabkan rasa sakit
,trimus,nanah dan kadang-kadang luka berbau
busuk.
b) Ketika otot pengunyah berada dalam bidan
radiasi,itu mengarah ke fibrosis dan mengakibatkan
pembukaan mulut berkurang
c) Sel mukosa oral memiliki tingkat tingkat
pertumbahan yang tinggi dan rentan terhadap efek
toksik dari kemoterapi,yang mengaruh pada
stomatitis
e. KONGINITAL
a) Hypertopy prosesus koronoid menyebabkan
gangguan koronoid terhadap margin anteromedial
lengkung zjgomatik.pengobatan yang dapat
dilakukakn adalah coronoidectony
b) Sindrom trimus pesudo cantodacily adalah
kombinasi langkah kelainan tangan,kaki dan mulut
dan trismus
f. PSIKIS
a) Pasien histreria :melalui makanisme konversi,konfli
emosional diubah menjadi gejala fisik misalnya
trismus
b) Seleroderma :suatu kondisi yang ditandai oleh
eema dan induksi kulit yang melibatkan daerah
wajah dapat menyebabkan trismus
1.2.4 Akibat-akibat terjadinya trismus
1. Gangguan pengunyahan
10
2. Gangguan nutrisi
3. Gangguan fungsi bicara
4. Menurunya kesehatan umum
5. Masalah kebersihan umum
6. Esthetika
Pemeriksaan
Bila penderita dengan bukan mulut kurang dari 20 mm
sudah dapat dikategorikan sebagai trismus.
Cara sederhana untuk mengetahui bahwa penderita dengan
bukaan mulut normal ialaih apabila penderita dapat
memasukkan 3 jari secara vertikal ke dalam mulut di antara
gigi gigi insivisusnya.
11
1.2.5 Tanda-tanda Trismus
Secara umum ialah :
a. .sulit membuka mulut
b. Rasa sakit
c. Serostomia
d. Sakit pada gigi
e. rasa terbakar
f. Sakit pada daerah telinga
g. Sakit pada gerakan membuka mulut
h. Daerah pada sekitar mulut akan terasa keram
i. Bau mulut terasa tidak enak
j. Mulut terasa kering
k. ulit mengunyah dan menelan
l. Sulit untuk berbicara dan meludah
12
Perawatan :
Terapi tambahan
13
3. Konsultasi kedokter gigi untuk mendapatkan penanganan yang
lebih tepat
4. Biasa dokter akan memberikan beberapa terapy seperti terapy
buka tutup mulut dengan menggunakan beberapa alat.
5. Tindakan medis seperti pemberian obat oleh dokter sesuia
dengan kondisi penderitanya sebagai obat penghilang rasa nyeri.
6. Rindakan sementara dirumah yaitu dengan mengomores daerah
pipi dan rahang dengan air hangat.
7. Atau dengan menggunakan kompres es batu menghilangkan
rasa kaku dan keram
8. Operasi sendi jika memang kondisi sudah buruk dan parah.
1.2.7 Pencegahan Trismus
Agar dapat mencegah gejala dan dampak yang timbul akibat dari
trimus dapat dilakukan beberapa langkah berikut sehingga dapat
terhindar dari penyakit yang semakin parah sebagai berikut :
14
9. Rajin berkonsultasi pada dokter gigi untuk setiap kasus yang
dialam.
1.4 Penutup
15
mempengaruhi gerakan membuka mandibula,dimana umumnya laki-laki
menunjukkan jarak membuka mulut yang lebih lebar.(PJ.Dhanrajani And
O.jonaidel,2002)
Beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi terjadinya trismus ialah
infeksi,trauma,dental tratmental,TMD,tumor dan oral care,obat-obatan
,radioterapi dan kemoterapi,masalah kongerital dan miscellaneous
disorders.
1.5 Evaluasi
1. Dibawah ini penyebab utama terjadinya dari trismus adalah …
a. Tumor pada mulut
b. Infeksi
c. Adanya konstraksi otot-otot pengunyahan
d. Mengonsumsi obat-obatan secara berlebihan
e. Memakan makanan terlalu keras
2. Infeksi yang dapat menimbulkan trismus ialah infeksi odontogenik dan
non-odontogenik. Sumber utama infeksi odontogenik ialah …
a. Infeksi pulpa, infeksi periodontal dan infeksi pericoronal
b. Infeksi jaringan mulut
c. Infeksi mandibular
d. Infeksi gigi dan mulut
e. Infeksi odontogenik
3. Tindakan perawatan yang dapat menimbulkan trismus ialah akibat
injeksi anestesi local. Trismus umumnya timbul sesudah anestesi blok
mandibular setelah ….
a. 3-6 hari
b. 2-5 hari
c. 2-4 hari
d. 1-3 hari
e. 1-4 hari
16
4. Merupakan komplikasi tonsitis infeksi menyebar ke bagian belakang
amandel yang terjadi akibat sekumpulan nanah terbentuk dan infeksi
menyebar diluar tonsi. Merupakan pengertian dari …
a. Meningitis
b. Tetanus
c. Abses parotis
d. Infeksi di cordatimpani
e. Peritonsiler
5. Berupa tumor jinak yang muncul di kalenjar ludah paroritas dan tidak
ganas menimbulkan gejala berupa benjolan di pipi atau rahang bawah
dan apabila mengalami infeksi dapat menimbulkan rasa sakit.
Merupakan ciri-ciri dari ….
a. Meningitis
b. Tetanus
c. Peritonsiler
d. Abses parotis
e. Infeksi di cordatimpani
1.6 Daftar Pustaka
17
HUBUNGAN TINGKAT KESULITAN DENGAN KOMPLIKASI POST
ODONTEKTOMI GIGI IMPAKSI MOLAR KETIGA RAHANG
BAWAH
PADA PASIEN DIINSTALASI GIGI DAN MULUT RZUDZA BANDA
ACEH
Fakhrurrazi,Rachmi Fanani Hakim,Rizki Rifani
Fakultas kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala
18