Pendahuluan
• TRISMUS adalah hambatan bukaan mulut yang berat, dimana merupakan problem
yang sering dihadapi dan menjadi tantangan bagi seorang dokter gigi.
• Hal ini sangat penting dimana dokter gigi dituntut untuk familiar dengan dd dari
keterbatasan bukaan mulut ini.
• Perawatan trismus sendiri bisa jadi sangat mudah atau bahkan komplek. Hal ini
penting mengingat banyak hal yang bisa berpotensi menjadi penyebab adanya trismus.
• Trismus dapat menyebabkan gangguan makan, penurunan kebersihan mulut, juga
kesulitan aksen untuk perawatan gigi serta berpengaruh pada kemampuan bicara dan
penampilan secara estetik wajah
• Trismus diggambarkan sebagai distribusi motorik dari saraf trigeminus, secara spesifik
ditandai kekakuan otot pengunyahan, dengan manifestasi adanya kesulitan membuka
mulut
• Nama lain: Lockjaw (rahang terkunci), adalah kondisi nyeri dimana otot pengunyahan
menjadi kontraksi dan kadang kala meradang, tidak bisa buka mulut secara penuh
• Pada umumnya, kemampuan membuka mulut maksimal adalah lebih dari 35 mm atau
lebih besar sedikit dari dua jari.
• Ketika kemampuan pergerakan mulut berkurang, banyak masalah yang timbul.
Termasuk pengunyahan dan menelan, kebersihan mulut dan kesulitan bicara juga
• Tetanus adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Clostriduium tetani. Pencegahan
bisa dilakunkan dengan pemberian vaksinasi, merupakan kasus langka di USA
• Namun demikian. Ketika terjadi tetanus, semua otot dapat mengalami kontraksi dan
menyakitkan
• Perlu dicatat, ketika terjadi disekitar leher kepala, itulah yang akan menyebabkan
trismus.
Berapakah normal bukaan mulut ?
• Evidensi jika berpengaruh, dimana pada umumnya laki-laki dapat membuka mulut
lebih lebar
• Gerakan ke lateral anatar 8 – 12 mm
Infeksi
- Oral surgival → ekstraksi gigi dapat menyebabkan trismus oleh karena inflamasi dari
otot mastikasi atau trauma lansung (direct) pada TMJ
- Another common cause → mandibular block, dapat bertahan 2-5 hari setelahnya.
Biasanya dikarenakan posisi yang kurang akurat dari jarum ketika melakukan inverior
nerve block
TMJ Disorder
- Tertutup akut (acute closed) → kondisi terkunci dapat terjadi ketika meniscus dislokasi
anteromedial ke kondilus. Pasien biasanya memiliki riwayat paroxysmal clicking dan
ketidaknyamanan.
- Primary atau metastatic pada regio epipharingeal, kelenjar parotid, rahang atau TMJ
- Rarely, trismus dengan gejala dari nasopharyngeal atau tumor infratemporal atau
fibrosis dari pemasangan temporalis tendon, sehingga pergerakan rahang terbatas.
Terapi obat
1. Trauma
2. Oral surgery
3. Temporomandibular joint disorder (TMJD)
4. Radiasi dari kanker kepala leher
Kasus kongenital
- Dilaporkan trismus sebagai akibat hipertropi prosesus coromnoid yang melibatkan tepi
anteromedial dari zygomatic arch
Gejala
Cara diagnosis
Differential diagnosis
Pilihan perawatan
Trismus lebih umum bersifat sementara daripada permanen. Tetapi semakin dini Anda
memulai pengobatan, semakin baik peluang untuk pemulihan yang lebih besar. Beberapa
opsi perawatan yaitu:
a. terapi panas
➔ Terapi panas terdiri dari menempatkan handuk panas lembab di daerah yang
terkena selama 15-20 menit setiap jam
b. analgesik
c. diet lunak
d. relaksan otot
e. untuk mengelola fase awal dari kejang otot.
- Trismus bisa terasa sakit, biasanya bersifat sementara dan berespons baik terhadap
pengobatan maupun terapi fisik.
- Jika Anda menjalani pembedahan gigi atau radiasi atau pembedahan untuk kanker
kepala atau leher, bicarakan dengan dokter Anda tentang cara-cara untuk mengurangi
risiko mengembangkan kondisi Anda.
- Semakin dini Anda menerima pengobatan, semakin baik hasilnya, jadi jangan ragu
untuk segera mencari bantuan jika Anda melihat gejala trismus.
- Bersama dengan intervensi medis, ada hal-hal yang dapat dilakukan di rumah untuk
membantu meringankan trismus dan mencegahnya memburuk, dua atau tiga kali
sepanjang hari.
- Pijat. Temukan area rahang yang menyakitkan dan, gerakkan jari dalam gerakan
memutar, pijat area tersebut selama sekitar 30 detik.
- Gerakkan rahang kiri ke kanan, tahan selama beberapa detik, lalu gerakkan ke kanan
ke kiri.
- Gerakkan rahang dengan gerakan memutar. Buat 5 lingkaran ke kiri, dan 5 ke kanan.
- Buka mulut selebar mungkin, tahan posisi ini untuk meregangkannya selama beberapa
detik.
- Regangkan leher. Selipkan dagu ke dada dan tahan selama 30 detik, lalu bawa kepala
kembali dan tahan selama 30 detik. Demikian pula, gerakkan kepala ke kiri dan
kemudian ke kanan. Akhirnya, gerakkan kepala dengan gerakan memutar.
- Hindari mengepal rahang tertutup atau menggiling gigi bersama.
Kesimpulan
Definisi dental
- Maloklusi molar Klas II adalah relasi antara M1 atas dan bawah dengan cusps
mesiolabial dari M1 atas beroklusi secara mesial dengan groove mesiolabial dari M1
bawah
- Masalah orthodontis
Klasifikasi
Maloklusi molar klas II sangat sarang terjadi karena molar rahang bawah yang bergerak ke
distal secara spontan. Biasanya terjadi karena pergerakan mesial, mersioversi, atau rotasi
mesial dari molar rahang atas. Menurut diskrepansi dento-alveolar, maloklusi klas II dapat
normal, dengan crowding, atau dengan spacing.
Skeletal Klas II
Maloklusi klas II divisi 1 umum diindikasikan untuk pemakaian alat removable. Kasus
ini penting untuk diseleksi dengan hati-hati. Alat removable tidak baik untuk digunakan pada
kasus maloklusi klas II divisi 1 yang berat, terutama dengan pola skeletal.
Seleksi Kasus
1. Bertambah besarnya overjet karena proklinasi insisivus atas dan bukan karena gerakan
bodily ke depan. Menegakkan insisivus atas yang telah normal hanya dapat dilakukan
tilting ke lingual beberapa derajat saja sebaliknya insisivus yang proklinasi dapat
dilakukan tilting lebih besar ke lingual.
2. Posisi gigi individual seperti alat removable dapat memanage gerakan gigi yang
diperlukan. Harus diingat bahwa malposisi apical, rotasi atau inklinasi gigi caninus
yang tidak diharapkan adalah kontra indikasi
3. Lengkung bawah seharusnya mendapat perawatan yang sederhana atau sama sekali
tidak dirawat lengkung bawah yang sudah baik tidak dirawat, atau dirawat dengan
ekstraksi saja jika derajat crowding dan inklinasi gigi memungkinkan. Penggunaan alat
cekat mungkin membantu walaupun beberapa operator berpendapat bahwa
merupakan indikasi pemakaian alat cekat pada kedua lengkung.
Ruang Yang Diperlukan
Lengkung bawah mungkin memerlukan ekstraksi karena adanya crowding. Lengkung atas
juga perlu dikurangi crowdingnya dan tambahan ruang yang didapat untuk mengakomodasi
gigi depan jika overjet berkurang.
Penilaian Kasus
Kita telah menetapkan tipe hubungan insisivus yang merespon perawatan dengan alat
removable. Harus diingat bahwa luasnya variasi maloklusi klas II divisi 1 dapat terjadi dengan
hubungan tersebut dan gambaran maloklusi ini akan menentukan rencana perawatan.
Pada beberapa kasus klas II divisi 1 gigi molar dapat mempunyai hubungan klas I
dengan lengkung bawah tidak crowded dan besarnya overjet dikarenakan proklinasi dan
adanya ruang pada gigi anterior atas. Hal ini dapat disertai dengan atau tanpa overbite
yang besar. Kemungkinan dapat menggunakan alat removable tanpa ekstraksi pada
perawatan kasus ini. Extra oral anchorage dapat digunakan untuk mencegah terjadinya
anchor loss.
Keadaan ini biasanya diikuti oleh lengkung bawah yang baik, tetapi ada pergeseran
kedepan dari satu atau dua segmen bukal atas. Kekurangan ruang akan ada baik pada
overjet yang besar maupun kombinasi overjet yang kecil dengan gigi-gigi yang tak teratur.
Perawatan melibatkan pemakaian gaya extra oral untuk mengoreksi hubungan molar
menjadi klas I diikuti dengan pemakaian alat removable untuk mengurangi overjet dan
mengatur gigi anterior. Koreksi hubungan molar dapat dilakukan dengan penambahan
ekstraksi molar 2 atas. Bila ada crowding unilateral pemakaian screw dapat membantu
gaya extra oral dapat digunakan. Pendekatan ini mirip pada kasus klas I dengan
hubungan insisivus yang normal tetapi terjadi crowding pada kaninus atas dikarenakan
gerakan kedepan dari segmen bukal atas.
Tujuan perawatan
Tujuan perawatan adalah mencapai reduksi overjet dan overbite menjadi normal.
Pengaturan lengkung atas dan bawah untuk mengurangi crowding. Jika memungkinkan molar
harus dalam hubungan klas I atau klas II. Kaninus harus dalam hubungan klas I. Idealnya tidak
terjadi sisa ruang pada akhir perawatan tetapi hal ini jarang bisa dicapai
Contoh kasus
1. menghilangkan crowding
2. pengaturan segmen labial atas dan bawah
3. reduksi overbite dan overjet untuk menghasilkan hubungan insisivus yang normal.
4. koreksi dari crossbite yang ada pada premolar atas
5. mempertahankan hubungan molar tetap klas I
6. sisa ruang ekstraksi dibuat simetri.
Rencana perawatan
Alat removable didesain untuk meretraksi kaninus atas menjadi klas I dengan
mengantisipasi posisi dari kaninus bawah. Alat ini juga menggunakan spring untuk
mengkoreksi premolar yang crossbite, dan pemakaian bite plane untuk mereduksi
overbite
2. Sediakan alat atas yang kedua untuk mempertahankan posisi retraksi kaninus dan
mereduksi overbite insisivus, dengan spring untuk meretraksi dan mengatur insisivus.
3. Buat ketentuan untuk menahan posisi gigi yang baru tumbuh
4. Antsipasi perkembangan dari lengkung bawah yang spontan
Retensi
Adams klamer digunakan pada gigi molar. Retensi anterior perlu dibuat untuk
menahan base plate tetap berkontak dengan palatum. Hal ini akan menghasilkan anchorage
dan juga meyakinkan alat tetap terpakai dengan baik. Jika insisivus atas proklinasi, labial bow
yang pas pada insisivus sentral akan menghasilkan retensi ekstra yang cukup. Derajat
proklinasi seperti ini menyebabkan adams klamer tidak sesuai Komponen aktif Canine
retraction spring. Bila memungkinkan spring palatal dibuat sebagai buccal spring.
Pada kasus ini tidak ada perubahan pada bukal dari kaninus atas kanan karena itu
tidak ada alasan untuk menyeleksi selain palatal spring. Pada sisi kiri kaninus memerlukan
pemakaian buccal spring. “T” spring untuk mengkoreksi premolar yang crossbite. Spring ini
sangat berguna jika digunakan dengan alat pertama sehingga premolar dapat dikoreksi
selama retraksi kaninus
Kasus Klas II divisi 2 mempunyai proporsi yang kecil diantara semua maloklusi, hanya
sedikit yang dapat dilakukan dengan alat removable. Karena itu pengamatan harus ekstra
hati-hati sebelum melakukan perawatan
Gambaran Klinis
1. Overbite Ada overbite yang besar pada insisivus terutama ada mukosa palatal dapat
terjadi oleh insisivus bawah dan pada kasus yang berat insisivus atas dapat melukai
mukosa labial bawah.
2. Retroklinasi insisivus Secara tipikal terdapat retroklinasi insisivus lateral atas. Hal ini ada
hubungannya dengan besarnya overbite. Retroklinasi insisivus bawah juga umum
dijumpai
3. Posisi insisivus lateral atas. Kedua gigi tersebut proklinasi. Tetapi dapat juga terjadi
unilateral.seringkali proklinasi insisivus lateral rotasi mesiolabial. Kadang-kadang
insisivus sentral atau kaninus juga proklinasi
4. Pola skeletal Umumnya tidak begitu diperhatikan seperti pada maloklusi kals II divisi1.
Keparahan maloklusi berkaitan dengan hubungan tulang basal yang menutupinya.
Ada reduksi tinggi muka bawah yang di refleksikanpada besarnya overbite.
5. Morfologi bibir Bibir competent dan garis bibir terletak tinggi diatas mahkota gigi
insisivus atas. Secara klasik nampak wajah yang dished in pada pertengahan muka
dengan ditandai dengan lipatan labio mental.
6. Crowding. Pada klas II divisi 2 beberapa rahang atas nampak crowding. Segmen bukal
pada hubungan molar menunjukkan lebih kedepan dan gigi- gigi anterior retroklinsi
7. Oklusi premolar
8. Premolar satu atas seringkali terletak ke bukal dan kemungkinan menjadi oklusi bukal.
Kasus ini kadang-kadang terjadi pada premolar dua
Kasus
Untuk memudahkan rencana perawatan, maloklusi klas II divisi 2 dapat dibagi menjadi
beberapa tipe tergantung keparahannya
• Maloklusi minimal
Lengkung bawah teratur dengan baik. Hubungan segmen bukal adalah separo unit klas II atau
kurang dan overbite juga kecil. Tipikalnya pasien mengeluh adanya proklinasi dari insisivus
lateral atas. Pada kasus ini ekstraksi premolar dihindari.
Lengkung atas crowding dan lebih parah dan perawatan dapat didasarkan pada ekstraksi
premolar atas, hal ini terutama pada premolar yang beroklusi bukal Situasi lengkung 33
bawah dapat bervariasi:
1. Ada sedikit crowding dan karena nya relasi molar nampak seperti klas II. Pencabutan
tidak dilakukan pada kasus ini
2. Lengkung bawah crowding. Segmen bukal atas dan bawah dengan hubungan molar
yang kedepan nampak sebagai klas I. Ekstraksi lengkung bawah dianjurkan
Adanya overbite yang besar yang sering disertai dengan retroklinasi insisivus yang berat.
Ekstraksi dilakukan atau tidak tujuannya adalah untuk mengurangi overbite yang
menyebabkan gerakan ke lingual dari akar gigi, untuk mengurangi sudut interinsisial dan hal
ini hanya dapat dikerjakan dengan alat cekat.
Kasus
Overbite.
Overbite yang besar adalah salah satu hal yang secara klinik sering terjadi pada
maloklusi klas II divisi 2. Besarnya overbite berhubungan dengan penambahan besar sudut
interinsisal yang menghalangi terbentuknya oklusi yang normal antara tepi insisal bawah dan
cingula atas. Insisivus oleh karenanya menjadi bebas untuk erupsi dan menambah besarnya
overlap pada bidang vertical. Meskipun reduksi overbite seringkali lambat, dapat dilakukan
dengan bite plane seperti pada maloklusi klas II divisi 1.. Pada klas II divisi 1 insisivus atas
mungkin tilting kelingual ke posisi berkontak dengan bawah, sehingga menstabilkan reduksi
overbite. Pada klas II divisi 2 insisivus atas sudah terlanjur retoklinasi dan kontak dengan bawah
hanya dapat dicapai dengan menggerakkan ke palatal apeks insisivus atas untuk mengurangi
sudut interinsisal Gerakan gigi ini diluar kemampuan alat removable. Alat removable tidak
dapat mereduksi overbite secara permanen pada kasus klas II divisi 2. Kemungkinan akan
dapat membantu reduksi overbite dengan meretraksi insisivus lateral atas yang proklinasi dan
membiarkan oklusi dengan bawah
Ekstraksi premolar satu bawah dapat menyebabkan collapse insisivus bawah. Gerakan
ke lingual gigi insisivus bawah adalah kecil dan hanya kira-kira sebesar 1 mm. Pada deep
tetapi dengan overbite yang kecil maka gerakan lingual akan menambah besarnya sudut
interinsisal yang dapat memungkinkan over erupsi dari gigi insisivus dan dapat menyebabkan
trauma gingival. Pada kasus ini ekstraksi bawah dilakukan dengan hati-hati
Perawatan
Sebelum gigi insisivus diatur, kita perlu mendapatkan ruang cukup pada lengkung atas.
Ruang dapat diperoleh dengan 2 cara:
1. Ekstraksi jika lengkung atas crowding dan relasi molar adalah setengah unit klas II atau
lebih, ekstraksi dari lengkung yang sama dapat dianjurkan. Jika kualitas molar satu
jelek premolar satu atau dua dapat merupakan pilihan dan akan mendapatkan ruang
yang cukup. Jika lengkung bawah yang crowding ekstraksi premolar dapat disarankan.
2. Gerakan ke distal dari segmen bukal dengan ekstraksi molar satu atau dua jika
diperlukan. Gigi bukal akan bergerak ke distal dengan pemakaian gaya ekstra oral
Pengaturan insisivus.
Bila ruang telah tersedia dari gerakan ke distal, atau ekstraksi premolar , alat
removable dapat digunakan untuk mengatur gigi anterior. Base plate dengan anterior bite
plane digunakan untuk mereduksi overbite. Posisi ke depan dari insisivus lateral biasanya
berarti palatal finger spring akan memegang kaninus dengan kuat. Spring bukal jika
dikombinasikan akan mengkoreksi insisivus lateral bila telah tersedia ruang. Spring tersebut
membantu retensi sehingga adams klamer hanya akan dibutuhkan pada molar satu
Finishing
Karena elemen retroklinasi dari gigi insisivus atas, pada akhir perawatan kaninus akan
tetap ke depan dalam hubungan klas I dengan lengkung bawah.Oklusi kaninus atas akan
nampak disebelah bukal. Selektif grinding dan solder auxiliary spring diperlukan dan akan
menambah baik penampakan. Jika ekstraksi tidak dilakukan pada lengkung akan nampak
gigi kaninus ke bukal yang tidak sesuai dengan interdigitasi. Maka selektif grinding perlu
dilakukan supaya terjadi hubungan yang stabil di bagian bukal
Retensi
Foto kasus
Ameloblastoma
• Ameloblastoma adalah tumor jinak odontogenik yang paling sering terjadi pada
rahang, diperkirakan jumlahnya 1% dari tumor dan kista rongga mulut (Gardner,
1996).
• Bangsa Amerika berkulit hitam dan penduduk Afrika Barat jauh lebih sering menderita
ameloblastoma dan diketahui jumlahnya 6% atau lebih banyak dari tumor rongga
mulut (Soames, 1998).
• Ameloblastoma tumbuh lambat, tetapi bersifat agresif dan destruktif dengan
kemampuan mencapai ukuran yang luas, dapat mengikis tulang dan menginvasi
jaringan di sekitarnya (Gunggum dan Hosrogen, 2005; Chen dkk., 2000).
• Tempat terjadinya ameloblastoma lebih sering pada mandibula dibandingkan dengan
maksila.
• 95,8 % ameloblastoma terjadi pada mandibula, dengan lokasi paling banyak di
korpus mandi- bula (60,6%), sedang pada maksila hanya 4,2% (Kim, 2001).
• Hasil penelitian yang dilakukan di RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun
2011 menunjukkan bahwa 97,14% kasus ameloblastoma terjadi di mandibula, dan
angka kejadian pada daerah ramus mandibula sebesar 54,41% (Yulvie dkk., 2011).
• Reseksi rahang merupakan perawatan pilihan yang utama pada tumor rahang /
ameloblastoma mandibula dengan destruksi tulang yang luas.
• Tindakan reseksi pada mandibula akan menyebabkan gangguan stabilitas pada
mandibula akibat adanya bagian tulang yang hilang.
• Gangguan fungsi mandibula bervariasi dari gangguan yang ringan sampai berat,
berupa deviasi mandibula ke arah sisi yang direseksi karena tidak adanya perlawanan
terhadap tarikan otot mastikasi yang masih ada, kontraktur jaringan lunak dan
pembentukkan skar.
o Tidak boleh menimbulkan deformitas sekunder kecuali tidak ada pilihan lain;
o Prosedur rekonstruksi yang lama sebaiknya tidak dilakukan bila dapat diganti dengan
prostese dengan hasil yang memuaskan.
Rekonstruksi Rahang
a. Alloplast:
Kirschner wire dan Steinmann pins, mesh cribs, plate rekonstruksi
b. Tandur tulang: non-vaskular atau dengan vasku- larisasi.
2. sulit mengunyah
4. plat exposed bila kulit dan otot tidak bisa menutup plat rekonstruksi
5. fistula / infeksi pasca operasi bila ada kebocoran jahitan pada regio intra oral
6. plat terlepas dari kondilus
9. paraestesi / defisit sensoris, kesemutan rasa kebas pada bibir dan pipi
VI. Pengepasan
Tumpatan diinsersikan ke kavitas preparasi
Diperhatikan :
1. Bagian tepi tumpatan harus tepat pada garis terluar bevel dan menempel rapat pada gigi
(di cek dengan bantuan sonde)
2. Permukaan tumpatan /kontur tidak menekan gingiva
3. Dilakukan penyesuaian oklusi ( tdk ada traumatik oklusi.)
VII. Sementasi
1. Isolasi dan disinfeksi gigi yang telah dipreparasi
2. Sementasi pada gigi menggunakan bahan sik tipe lutting
3. Ulasi seluruh permukaan bagian dalam inlei dan seluruh permukaan kavitas preparasi
4. Segera dioklusikan dengan gigi antagonisnya
5. Ditunggu sampai berakhirnya setting time semen
6. Ekses /kelebihan semen dibersihkan
Contoh kasus
DATA PASIEN
Jenis kelamin : Wanita
Umur : 42 tahun
Alamat : Nandan RT 07 / RW 39 no. 83, Ngaglik, Sleman
Elemen : 16
Odontogram
Keluhan utama:
Ingin merawat gigi geraham kanan atas karena terdapat benjolan di gusi dan gigi terasa
sakit saat menggigit.
Riwayat perjalanan penyakit
• Pasien saat remaja memiliki riwayat mengerot.
• Gigi kanan atas sakit saat terkena minum dingin
• Gigi sudah ditambal sebanyak 2x tetapi selalu lepas.
• Terkadang muncul benjolan kekuningan di gusi
Keadaan Rongga Mulut
• OHI-S : baik
• Relasi oklusi : Maloklusi Angle kelas I (kanan – kiri)
• Overbite : 1,0 mm
• Overjet : 1,0 mm
Keadaan gingiva
• Warna : coral pink, terdapat fistula di bukal
• Tekstur : halus
• Bentuk : papilla interdental tumpul
• Konsistensi : lunak
Kondisi Gigi 16
• Kavitas hingga kamar pulpa pada mesiooklusal gigi
• Sondasi : (-)
• Perkusi : (+)
• Palpasi : (+)
• CE :(-)
• Mobilitas : (-)
Pemeriksaan radiografis
Radiograf gigi 16 menunjukkan :
terdapat gambaran radiopak berupa tumpatan,
Terdapat area radiolusen pada area periapikal radiks mesiobukal
Gigi belum dilakukan perawatan saluran akar
terdapat pelebaran ligamen periodontal.
Skema temuan masalah
Diagnosis
Gigi 16 karies dentin disertai nekrosis pulpa dan periodontitis apikal simtomatis
Rencana Perawatan
KIE
Perawatan saluran akar
Restorasi onlei metal dengan pasak fiber
Prognosis: Baik
saluran akar gigi 16 relatif lurus, sisa struktur jaringan keras gigi masih dapat direstorasi,
isolasi dapat dilakukan dengan baik, pasien kooperatif.
Kunjungan Pertama
1. Pemeriksaan Subjektif dan Objektif Pengambilan foto klinis dan radiografis
2. Penegakan diagnosa dan rencana perawatan
3. Menjelaskan prosedur dan biaya ke pasien (Informed consent)
4. Menghilangkan seluruh tumpatan lama dengan diamond burr bulat
5. Pembukaan akses kamar pulpa dengan Endo access burr
6. Penghilangan atap kamar pulpa dengan Bur Diamendo
7. Pulp debridement
Irigasi dengan NaOCl 2.5%
8. Kavitas dibiarkan terbuka dan ditutup kapas steril
Instruksi kepada pasien untuk mengganti kapas
Kunjungan Kedua
Pemeriksaan subjektif: Pasien tidak ada keluhan
Pemeriksaan objektif:
Kavitas bersih, tidak terdapat sisa makanan
Perkusi : -
Palpasi : -
Mobilitas : -
1. Gigi dibersihkan
Isolasi gigi menggunakan cotton roll steril
2. Pembuatan dinding artifisial pada area mesiopalatal gigi dengan resin komposit
3. Isolasi gigi dengan rubber dam
4. Irigasi saluran akar dengan NaOCl 2.5%
Saluran akar dikeringkan
5. Pengukuran panjang kerja estimasi
• MB : 18 mm, DB : 18,5 mm, P : 21,5 mm
6. Negosiasi dan eksplorasi saluran akar
MB : 12 mm, DB : 12,5 mm, P : 14,5 mm
7. Pengecekan panjang kerja dengan electronic apex locator
8. Pengambilan radiograf pengepasan panjang kerja
9. Preparasi saluran akar teknik Crown down dengan Protaper for hand use.
Kunjungan Ketiga
Pemeriksaan subjektif:
Pasien tidak ada keluhan
Tidak ada rasa sakit di antara waktu kunjungan
Pemeriksaan objektif:
Tumpatan sementara masih baik
Perkusi : -
Palpasi : -
Mobilitas : -
1. Tumpatan sementara dibuka
Pemasangan rubber dam
2. Penghilangan material dressing Ca(OH)2
Saluran akar dikeringkan dengan paper point
3. Pengepasan gutta percha sesuai dengan file terakhir yang digunakan sesuai panjang
kerja #F2
MB : 18 mm, DB : 18,5 mm, P : 21,5 mm
4. Pemeriksaan radiografis pengepasan gutta percha
Kunjunga Keenam
Malolklusi ini merupakan maloklusi skeletas klas III yang dipengaruhi genetic,
dapat disebabkan karena:
1. Tipe 1
Lengkung gigi atas dan bawah jika dilihat secara terpisah berada dalam
alignment yang normal. Tetapi jika lengkung gigi dibuat beroklusi pasien
menunjukkan alignment insisivus edge to edge, serta lengkung gigi mandibula
bergerak ke depan
2. Tipe 2
Insisivus mandibula berjejal dan berada dalam hubungan lingual terhadap
insisivus maksila
3. Tipe 3
Insisivus maksila berjejal dan dalam posisi crossbite
Clinical overview
1. Pola skeletal mempunyai berbagai jenis relasi dengan berbagai penampakan klinik
dan harus dilihat dari 3 bidang
a. Maksila retrognati, mandibula prognati
b. Maksila normal, mandibula prognati
c. Maksila retrognati, mandibula normal
2. Crossbite insisivus
o Prinsip gambaran maloklusi klas III adalah adanya satu atau beberapa gigi insisivus
yang crossbite
o Meskipun kelihatannya pola skeletal normal tetapi nampak bahwa satu atau
beberapa gigi insisivus beroklusi ke lingual
o Pada diskrepansi skeletal yang parah biasanya terlihat adanya gigi anterior yang
crossbite
3. Overbite gigi insisivus
o Keadalaman insisivus yang crossbite menunjukkan adanya derajat overbite
o Besarnya overbite ini menggambarkan faktor skeletal yang akan mempengaruhi
stabilitas dan prognosis
4. Inklinasi insisivus
o Keadaan ini dapat terjadi pada kedua rahang
o Jika pola skeletal adalah klas I gigi insisivus yang crossbite berkembang sebagai
akibat dari inklinasi insisivus
o Jika pola skeletal klas III insisivus akan crossbite meskipun gigi inklinasi normal
o Pada beberapa kasus dengan pola skeletal klas III, crossbite muncul akibat dari
kombinasi kedua faktor tersebut.
o Dari waktu ke waktu gigi insisivus lateral atas dapat bergerak bodily kea rah
palatum
5. Displacement mandibula
o Jika insisivus crossbite dengan positif crossbite sering menyebabkan pasien
beroklusi dengan posisi insisivus edge to edge, sedangkan posterior tidak beroklusi
o Dengan maksud untuk mencapai posterior yang diharapkan, pasien akan
menggerakkan mandibulanya ke depan
o Hal ini menimbulkan kebiasaan yang ditunjukkan dengan diskrepansi
anteroposterior
o Jika gigi insisivus tidak berkontak maka tidak akan terjadi pergerakan mandibula
o Situasi ini akan dijumpai jika tidak ada overbite atau karena adanya diskrepansi
anteroposterior yang mencegah terjadinya kontak insisivus
6. Buccal crossbite
o Maloklusi klas III dengan diskrepansi pada basis dental seperti kurang
harmonisnya panjang dan lebar lengkung
o Crossbite pada segmen bukal sering dijumpai
o Dapat terjadi Bersama dengan displacement dari mandibula atau terjadi bilateral
tanpa displacement
7. Crowding lengkung atas
Hal ini sering terjadi, menggambarkan basis / lengkung rahang atas yang kecil
8. Crowding lengkung bawah
o Secara alami maloklusi klas III degan crowding pada rahang bawah relative jarang
terjadi
o Terutama terjadi pada kasus parah dengan lengkung bawah yang lebih besar dari
lengkung atas
9. Efek pertumbuhan
o Pasien yang tumbuh dengan maloklusi klas III harus mendapatkan perhatian
o Crossbite insisivus pada skeletal yang normal harus dirawat sejak gigi bercampur
o Maloklusi yang lebih parah harus dilihat sesudah pubertal growth spurt dan
sesudah gigi permanen erupsi
• Overbite yang positif akan membuat stabil insisivus atas setelah crossbite terkoreksi
sehingga perawatan dapat diselesaikan dengan insisal overlap yang cukup baik.
• Alat removable menyebabkan gerakan tilting pada gigi incisivus, diharapkan
dapat membentuk overbite yang sesuai
• Pada deep overbite, gigi kemungkinan berakhir dengan overbite yang normal
setelah perawatan.
• Sedangkan jika awalnya overbite mendekati normal, maka akan berkurang, atau
bahkan menjadi kecil setelah perawatan.
Rencana perawatan
1. Crowding
• Jika insisivus bergerak ke depan akan menambah radius lengkung sehingga
menghasilkan ruang tambahan.
• Ruang tambahan ini akan sangat membantu pengaturan gigi-gigi.
2. Gerakan ke distal dari gigi-gigi bukal
• Jika proklinasi akan menghasilkan ruang yang cukup, maka gerakan ke
distal dari gigi bukal bisa diharapkan.
• Alat yang memungkinkan gigi anterior bergerak ke depan akan juga
menggerakkan gigi bukal ke distal.
• Alat dengan screw akan membuat gigi insisivus atas ke depan, jika gigi
kaninus teratur baik
• Tetapi jika kaninus terletak di sebelah bukal maka screw bilateral akan
mengakibatkan gigi gigi bukal ke distal supaya membuat insisivus ke depan.
• Pada contoh ini digunakan gaya ekstra oral yang menguntungkan untuk
perawatan klas III.
• Head gear yang diaplikasikan pada tube pada molar clasp akan membantu
gerakan ke distal dari gigi posterior.
• Aktivasi screw akan mempertahankan insisivus pada posisi ke depan.
• Kadang-kadang ekstraksi molar dua diperlukan untuk menghasilkan
gerakan ini.
3. Ekstraksi
• Jika crowding sangat parah maka diperlukan ekstraksi dari gigi premolar.
• Kadang perlu menggerakkan gigi yang lain selain gigi insisivus.
• Sebagai contoh , kaninus dapat digerakkan ke distal.
4. Koreksi insisivus
Jika ruangan tersedia , hubungan insisivus dapat segera dikoreksi dengan alat
removable atas untuk menggerakkan gigi ke depan
5. Desain base plate
• Secara normal tidak perlu menambah bite plane pada bagian posterior
untuk membentuk relief bagian insisal selama koreksi memanfaatkan free
way space
• Pada kebanyakan kasus gerakan gigi dimungkinkan karena displacement
dari mandibula ke depan sampai pasien dapat menghindari kontak edge
to edge dan membawa mandibula ke oklusi dengan gerakan kondilus.
• Base plate yang sederhana cukup digunakan, walaupun pada beberapa
kasus yang menunjukkan adanya reverse overbite.
• Kasus tersebut tidak perlu memisahkan gigi posterior untuk mengurangi
overbite.
• Jika diperlukan, posterior bite planes sedapat mungkin dibuat tetap rendah.
6. Retensi alat
• Spring yang terletak pada permukaan palatal dari insisivus atas
memberikan gaya pada alat.
• Perlu retensi yang baik pada alat terutama bagian anterior.
• Selain itu ada tambahan clasp pada molar satu atau dua .
• Kadang-kadang molar satu dan kaninus desidui dapat diberikan clasp 0.6
mm.
Spring: Z spring atau palatal finger spring dapat digunakan untuk
menggerakkan gigi ke anterior
Rencana perawatan
• Secara umum maloklusi klas III harus dirawat setelah gigi permanent erupsi.
• Kadang-kadang satu atau beberapa gigi anterior bawah erupsi di labial
daripada gigi atas sedangkan gigi insisivus bawah oklusi normal.
• Pada kasus ini pasien tidak mungkin menggerakkan mandibula untuk
mencegah trauma.
• Jika perawatan dipaksakan maka insisivus akan goyang dan ditandai dengan
resesi pada gingival margin.
• Umumnya insisivus lateral atas erupsi di sebelah lingual pada lengkung atas
yang crowded.
• Ekstraksi kaninus susu akan menghasilkan ruang sehingga dapat mengkoreksi
gigi tersebut sesegera mungkin.
• Jika hal ini tak dapat dilakukan pada stage awal, perkembangan kaninus
permanen akan menghalangi gerakan sampai premolar diekstraksi dan
kaninus digerakkan ke distal.
Intrusi insisivus
• Perawatan maloklusi kelas III sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada periode
tumbuh kembang.
• Pada periode tumbuh kembang, ketika muncul gejala dan tanda-tanda
maloklusi, dapat segera dilakukan perawatan interseptif.
• Perawatan ortodonti interseptif pada kasus klas III sangat dianjurkan untuk:
- mencegah maloklusi berkembang lebih lanjut
- memacu dan mengarahkan pertumbuhan yang benar
- mencegah tindakan pembedahan di kemudian hari.
• Salah satu alat lepasan yang dapat digunakan adalah bionator dikombinasikan
dengan chin cap untuk meningkatkan keberhasilan perawatan.
• Bionator merupakan penyederhanaan dari aktivator.
Laporan kasus
Pasien laki-laki berusia 12 tahun datang dengan keluhan gigi bawah yang lebih maju
dari gigi atas. Pasien merasa kurang percaya diri dengan penampilannya. Pasien
berasal dari kondisi sosial ekonomi yang kurang dan tidak memiliki biaya untuk
memperoleh fixed orthodontic treatment seperti yang disarankan. Tidak ada anggota
keluarga yang memiliki kondisi gigi yang menyerupai. Pemeriksaan ekstraoral
menunjukkan wajah yang konkaf dengan bibir atas yang mundur dan bibir bawah
yang maju.
Hasil perawatan
Relaps
Why?
OKLUSI
MALOKLUSI STABIL
DIRUBAH KESTABILAN
KESTABILAN
BARU
TIDAK
RELAPS
Penyebab relaps TERCAPAI
Tekanan Otot
Adaptasi Tulang
Gigi molar ketiga muncul terkahir di masa 1. Incisal edges dari insisivus RB harus
pertumbuhan gigi geligi. Pada banyak diletakkan pada garis A-P atau 1
kasus, gigi molar ketiga erupsi sekitar usia mm di depannya
18 sampai 21 tahun. Pada usia itu, 2. Apical insisivus RB harus melebar ke
kebanyakan pasien umumnya telah arah distal dari mahkota
menyelesaikan perawatan ortodonti 3. Apex caninus RB harus terletak pada
mereka. Tekanan yang dihasilkan karena distal mahkotanya
erupsi gigi molar ketiga ini dianggap 4. Keempat insisivus RB harus ada di
sebagai penyebab ketidakteraturan labiolingual plane yang sama
susunan gigi anterior yang rentan relaps 5. Apex caninus RB harus terletak
sedikit ke arah bukal daripada
mahkota
6. Insisivus RB harus meramping
(lurus) sesuai kebutuhan
Kebiasaan buruk
Permanent retention
• Midline diastema
• Severe rotations
• Arch expansion
• Class II div 2 with deep bite cases Problem retainer
• Pasien yang menunjukkan otot-otot
abnormal atau kebiasaan buruk 1. Desain salah
lidah 2. Pembuatan tidak presisi
• Expanded arches in cleft patients 3. Tidak dipakai
Removable retainer
1. Hawley’s appliance
2. Begg’s retainer
3. Clip-on retainer / spring aligner
4. Wrap around aligner 500 GRAM
5. Kesling tooth positioner
6. Invisible retainer
TEKANAN LIDAH
Fibertomy
Kasus
From this
To this
A. Identitas pasien
- Jenis kelamin: Pria
- Umur: 23 tahun
- Alamat: Yogyakarta
- Elemen: 36
B. Odontogram
C. Pemeriksaan subyektif
o Ingin menambalkan ulang gigi geraham kiri bawah yang sudah dilakukan
perawatan saraf.
o Tambalan gigi tersebut lepas sebagian sehingga pasien merasa tidak
nyaman karena sering kemasukan makanan.
o Pasien pernah merawatkan saluran akar gigi tersebut dengan drg spesialis
konservasi gigi kurang lebih 2 tahun yang lalu.
o Tambalan gigi tersebut lepas kurang lebih 1 bulan yang lalu.
o Pasien akan pindah ke luar kota dalam waktu singkat dan ingin segera
giginya ditambal.
D. Pemeriksaan objektif
• Crown ferrule: formed by walls and margins of the crown – encasing the sound
tooth structure
Furule mahkota: dibentuk oleh dinding dan tepi mahkota, yang mana menutup
struktur gigi yang sehat
Fungsi: melindungi gigi dari fraktur vertical, meningkatkan retensi dan resistensi.
• Requirement (memerlukan):
Cores
• Supragingival portion that replaces the missing coronal tooth structure – acts as
a miniature crown
Bagian supragingival yang menggantikan struktur gigi coronal – bertindak
sebagai miniature mahkota
• Requirements (membutuhkan):
d. Biocompatible
e. Ease of manipulation
A. Amalgam core
o Indication: Posterior tooh with adequate coronal structure (gigi posterior
dengan struktur koronal yang adekuat)
o Good physical and mechanical properties
(sifat fisik dan mekanis yang baik)
o Needs anti-rotational structure, such as pins
(membutuhan struktur anti-rotasi, seperti pin)
o Placement is difficult when there is minimal coronal tooth structure –
preparation should be delayed until final setting
(penempatan sulit ketika ada struktur gigi koronal minimal – persiapan harus
ditunda sampai penganturan akhir)
o Esthetic problems - amalgam tattoo on cervical gingiva
(masalah estetika – tato amalgam pada gingiva servical
B. GIC
o Indication: tooth with adequate coronal structure
Indikasi: gigi dengan struktur koronal yang adekuat
o Lack of strength and fracture toughness
Kurangnnya kekuatan dan ketangguhan patah
o Soluble and sensitive to moisture
Larut dan peka terhadap kelembaban
C. Composite resins (Resin Komposit)
o Indication: tooth with adequate coronal structure
Indikasi: gigi dengan struktur koronal yang adekuat
o Bonded to many current posts – increased retention
Terikat ke banyak pos yang ada – meningkatkan retensi
o No preparation delay – immediate setting after light-curing
Tanpa penundaan preparasi – setingnya langsung setelah di-light-curing
o High tensile strength and fracture resistance
Kekuatan Tarik tinggi dan ketahanan terhadap fraktur
o Aesthetics
Estetik
o Disadvantages: polymerization shrinkage, requires strict isolation
Kekurangan: penyusutan polimerisasi, membutuhkan isolasi yang ketat
D. Cast Core
o Better retention – core is an integral extension of the post
Retensi lebih baik – core adalah ekstensi integral dari post
o High strength, better fit in flared/elliptical canals
Kekuatan tinggi, lebih cocok di saluran yang suar/elips
o Disadvantage: complex procedure, sometimes needs more tooth removal to
create path of insertion/withdrawal
Kekurangan: prosedur kompleks, terkadang membutuhkan lebih banyak
pembuangan untuk membuat alur insersi/penarikan
Post
Bahan restorasi rigid yang diletakkan di dalam akar gigi yang nonvital
Post Diameter
Post Design
b. Preservation of tooth structure (menjaga struktur gigi)
Minimal removal of radicular dentin
Pembuangan dentin radicular yang minimal
Minimal post space means a post should be strong to withstand
functional and parafunctional forces
Ruangan post yang minimal, post harus kuat untuk fungsi
pengangkatan dan kekuatan parafungsional
c. Furule effect
o Klasifikasi post
a. Prefabricated
Metal (gold, platinum alloys, Co-Cr-Mo, stainless steel, titanium alloys)
Carbon/quartz/glass fiber
Zirconia
Plastic
b. Custom made
Cast metal post and core (gold, platinum-palladium, base metal, Co-
Cr-Mo, Ni-Cr)
Ceramic
c. Active posts
Engage the canal walls - retentive
Might generate stresses
d. Passice or cemented posts
Do not engage the canal walls
Lower stresses risk
o Posts Design
- Smooth
- Serrated
- Parallel
• More retentive
• Less stresses – less root fracture risk
• More dentin removal
- Tapered
• More stresses - wedging effect
• Less dentin removal
- Combination of above
A. Prefabricated Metal Posts
Kelebihan:
a. Less time consuming → lebih menghemat waktu
b. Easy retrieval (passive) → pengambilan mudah
c. Retentive (serrated and parallel) → retentive (bergerigi dan parallel)
d. Cost effective → harga efektif
Kekurangan:
Kelebihan:
2. Less rigid than ceramic and metal, modulus of elasticity similar to dentin
3. Easy retrieval
4. Good retention
Kekurangan:
1. Poor aesthetics
2. Radiolucent
Kekurangan:
a. Lack of adhesion
b. Brittle – rapuh
c. Expensive
Kekurangan:
Kekurangan:
C. Pemeriksaan subjektif
• Keluhan utama → Ingin merawatkan gigi geraham kiri bawah yang
berlubang dan pernah sakit tanpa sebab.
• Riwayat penyakit:
a. Gigi geraham pasien awalnya terlihat ada garis kehitaman
b. Gigi geraham kiri bawah berlubang tapi tidak dilakukan perawatan
c. Gigi terasa nyeri spontan
D. Pemeriksaan objektif
• Keadaan rongga mulut:
1. OHI-S: sedang
2. Relasi oklusi: Relasi kelas II Caninus (kanan), Maloklusi Angle kelas I (kiri)
3. Overbite: -1,0
4. Overjet: -10 mm
• Keadaan gingiva:
1. Warna: coral pink
2. Tekstur: stippling
3. Bentuk: papilla interdental meruncing
4. Konsistensi: kenyal
• Kondisi gigi 36
1. Kavitas dengan pulpa terbuka pada lingual dan oklusal gigi
2. Sondasi: -
3. Perkusi:-
4. Palpasi: -
5. CE: -
6. Mobilitas: -
E. Pemeriksaan OHI-S
F. Pemeriksaan saliva
G. Pemeriksaan intraoral
H. Pemeriksaan radiografis
Setiap pergantian file dilakukan irigasi dengan NaOCl 2.5% dan saline
Irigasi akhir dengan NaOCl 2.5%, saline, dan EDTA cair 17%
N. Kunjungan II – 5 Oktober 2017
Pemeriksaan subjektif:
• Pasien tidak ada keluhan
• Tidak ada rasa sakit di antara waktu kunjungan
Pemeriksaan objektif:
• Perkusi : -
• Palpasi : -
• Mobilitas : -
O. Kunjungan II – 19 Oktober 2017
Pemeriksaan subjektif:
• Pasien tidak ada keluhan
• Tidak ada rasa sakit di antara waktu kunjungan
Pemeriksaan objektif:
• Tumpatan sementara masih baik
• Perkusi : -
• Palpasi : -
• Mobilitas : -
P. Kunjungan IV – 26 Oktober 2017
Pemeriksaan subjektif:
• Pasien merasa puas
• Tidak ada keluhan terhadap hasil perawatan dan restorasi
Pemeriksaan objektif:
• Perkusi -
• Palpasi –
Definisi
Teknik untuk melindungi gigi dari kontaminasi cairan oral saat dilakukan tindakan bedah atau
prosedur restorasi, biasanya menggunakan aplikasi rubber dam atau alat lainnya.
Objektif
Rubber dam
Pada tahun yang sama, Dr. Delous Palmer mengenalkan satu set metal clamps yang
bisa digunakan untuk berbagai gigi. The Quality Assurance Guidelines of the American
Associations of Endodontists mengatakan bahwa “cleaning, shaping, disinfection and
obturation of all canals are accomplished using an aseptic technique with dental dam isolation
whenever possible”
Perawatan restorasi gigi dilakukan untuk memperbaiki kerusakan gigi yang disebabkan
oleh kerusakan gigi atau kecelakaan. Menciptakan penghalang fisik (physical barrier) di sekitar
area perawatan untuk mengurangi kontaminasi situs oleh karena saliva adalah praktik
kedokteran gigi yang sudah biasa. Mengurangi jumlah saliva akan memungkinkan bahan
yang digunakan untuk perawatan agar melekat ke gigi lebih efektif, meningkatkan kinerja dan
pemulihan yang lebih baik. Dapat juga mengurangi paparan bakteri di dalam mulut.
Merupakkan hal yang penting untuk mengontrol kelembaban, akses dan visibilitas
yang baik, serta ruang yang adekuat untuk instrumentasi di sekitar area kerja. Lingkungan
seperti ini lah yang dibutuhkan untuk manipulasi yang lebih mudah (dan baik) serta insersi
material restorative.
Peningkatan efisiensi perawatan dengan menggunakan rubber dam
4. Retraksi dan melindungi jaringan lunak (gingiva, lidah, dan pipi) dari trauma instrument
rotary, hand instrument, dan medikamen endodontic
5. Mengurangi mikroba dari air turbine aerosols yang dihasikan saat meelakukan
prosedur endodontic secara signifikan, dengan demikian dapat mengurangi resiko
cross-infection
1. Pasien asma
2. Pasien dengan alergi latex → bisa diganti dengan yang non latex
3. Alasan phychological
Berbentuk lembaran tipis, tahan robekan, melekat erat di permukaan gigi serta meretraksi
jaringan gingiva dengan baik. Namun umumnya dokter gigi memilih warna gelap sehingga
kontras dengan warna gigi.
Digunakan untuk melubangi rubber dam dengan berbagai diameter (0,7-2 mm)
tergantung dari gigi yang akan diisolasi. Meskipun demikian, perlu untuk memeriksa apakah
pembukaan rubber dam benar benar bulat, tanpa ada bentuk ireguler. Untuk menientukan
ini, cukup dengan membuat lubang pada lembaran rubber dam dan kemudian memperbesar
lubang ini dengan meregangkan lembaran dengan arah yang berbeda. Rubber dam tidak
seharusnya sobek.
Dam clamp
Merupakan sebuah alat yang terbuat dari kromium atau nikel atau plastik yang sesuai dengan
servikal gigi. Dam clamp digunakan untuk menstabilkan dan mengamankan rubber dam
sheet serta meretraksi gingiva selama prosedur operatif. Clamp dapat diklasifikasikan yaitu
dengan sayap atau tanpa sayap. Dokter gigi dapat memilih clamp mana yang dirasa lebih
nyaman untuk pasien. Teknik penempatan posisi sedikit berbeda, tetapi hasil akhirnya sama.
Dam forcep
Suatu instrumen untuk meletakkan, mengatur dan melepaskan dam clamp. Desain dam forcep
yang dipakai salah satunya mempunyai paruh memanjang. Bertujuan untuk mengontrol
pemasangan clamp dengan baik, memberikan tekanan yang lebih besar ke arah akar gigi
pada sulkus gingiva saat meletakkan clamp, menyediakan lebih banyak kebebasan gerak
dalam meletakkan bagian depan atau belakang clamp.
Dam frame
terbuat dari bahan logam dan plastik dengan berbagai ukuran, berguna untuk menahan dan
meregangkan material karet. Dam frame yang digunakan sebaiknya ringan, memberikan
kenyamanan di mulut pasien, bersifat radiolusen dan tidak memerlukan pelepasan ketika
mengambil radiografi.
Types –
2) Plastic ( Nygaard ostby frame , Starlite visiframe , Le Cadre Articule , quick dam ) – Useful
when a radiograph is to be taken without removing the frame.
Lubricant
Sebelum memposisikan rubber dam, sangat sarankan untuk melubrikasi permukaan bagian
dalam dengan Vaseline, atau sabun, sehingga lembaran dam akan insersi lebih mudah ke
kontur gigi, lebih mudah untuk mengatasi area kontak, dan menutup dengan rapat daerah
cervix gigi.
Digunakan untuk menghindari kontak secara langsung antara rubber sheet dan pipi pasien.
Dengan mengabsorb saliva yang terakumulasi di bawah dam dengan aksi kapiler.
Penggunaan tidak wajib, tetapi rubber dam napkins diindikasikan utnuk pasien yang alergi
rubber dam.
Dental floss
Digunakan utnuk menilai (assessing) kondisi kontak mesial dan distal dan untuk facilitating the
passage of the ruber sheet beneath them.
Asisten
Dokter gigi dapat memposisikan rubber dan pada gigi yang dibutuhkan, akan tetapi
dibutuhkan juga bantuan dari asisten.
Sebelum penempatan rubber dam, diawali dengan menjelaskan kepada pasien tentang apa
yang akan dilakukan. Setelah itu, gigi - geligi pasien dibersihkan dari plak, debris, sisa
makanan ataupun kalkulus.
Titik kontak interproksimal diperiksa dengan melewatkan dental flos untuk mendeteksi sudut -
sudut tajam, jika ditemukan maka permukaanya dihaluskan, sehingga tidak menggangu pada
waktu penggunaan rubber dam dan perawatan