Anda di halaman 1dari 19

1. Jelaskan mengenai karies gigi D1-D6!

Ada beberapa klasifikasi karies gigi. Menurut GV Black, karies di


klasifikasikan menggunakan lokasi spesifik dari lesi karies yang terjadi pada gigi.
Dibagi menjadi kelas I hingga kelas VI. Sedangkan menurut GJ Mount, karies
diklasifikasikan berdasarkan lesi yang terjadi pada permukaan gigi beserta ukuran
kavitasnya yang terdiri atas site I, site II dan site III.






Gambar 1. Klasifikasi karies gigi menurut GV Black.

Karies gigi diklasifikasikan oleh ICDAS berdasarkan kedalamannya, pembagiannya
adalah sebagai berikut:
- D1 : white spot yang terlihat jika gigi dikeringkan
- D2 : white spot yang terlihat tanpa gigi dikeringkan
- D3 : karies email (terdapat lesi minimal pada permukaan email gigi)
- D4 : karies dentin terbatas (Lesi email lebih dalam, tampak bayangan
gelap dentin atau lesi sudah mencapai bagian dentino enamel junction/DEJ)
- D5 : karies dentin luas (Lesi telah mencapai dentin)
- D6 : karies mencapai pulpa (Lesi telah mencapai pulpa)

Gambar 2. Klasifikasi Karies Gigi menurut I CDAS




2. Apa antibiotik dan analgetik untuk penyakit pada gigi untuk wanita hamil?
Perubahan dalam Metabolisme terjadi pada ibu hamil, pada tubuhnya, termasuk dalam
rongga mulut. Akibatnya mereka sering mengalami masalah gigi, baik itu
mengeluhkan sakit gigi maupun gusi mudah berdarah dan bengkak. Bagi sebagian
besar dokter gigi keadaan ini menjadi sulit, disatu sisi perlu dilakukan tindakan
khusus namun kondisi fisik ibu hamil cendrung tidak memungkinkan melakukan hal
tersebut, namun disisi lain medikasi menjadi dilematis mengingat perlunya
pembatasan pemakaian obat-obatan pada ibu hamil. Oleh sebab itu pengetahuan
tentang obat yg aman bagi ibu hamil menjadi hal yang wajib bagi para praktisi
kesehatan khususnya dokter gigi. Berikut jenis obat-obatan yang dianggap aman
untuk ibu hamil.

Anastetikum
Dalam setiap tindakan utamanya pencabutan dalam kedokteran gigi selalu
membutuhkananastetikum. Pada dasarnya anastetikum yang diberikan secara lokal
ataupun intravena aman bagi ibu hamil. Termasuk golongan Novocaine dan lidocaine.
Akan tetapi penambahan epinephrine pada anastetikum tersebut ( untuk menambah
masa kerja) cendrung kurang aman bagi ibu hamil. Diduga
penggunaan epinephrine merangsang kontraksi uterus sehingga berisiko tinggi
melahirkan premature (aborsi).Oleh sebab itu perlu hati-hati dalam setiap
penggunaannya. Jadi jika anda seorang dokter gigi maka pertimbangkan
penggunaanepinephrine, sebaiknya konsultasi terlebih dahulu pada ahli kandungan
pasien.

Obat Anti Nyeri (Analgetik)
Asetamenofen, dalam hal ini lebih dikenal dengan nama
generiknyaParacetamol dianggap anti nyeri yang paling aman untuk ibu hamil.
Sejauh ini belum ada penelitian yang mengemukakan adanya pengaruh analgetik ini
terhadap ibu hamil.
Ibuprofen, salah satu obat golongan Non-steroid dipercaya aman buat ibu
hamil sampai kehamilan 32 minggu. Pada kasus nyeri hebat yang membutuhkan
penambahan obat anti nyeri yang kuat maka analgetik golongan Narkotik dapat
digunakan namun dalam jangka waktu yg pendek (kurang dari 1 minggu). Selama
mengkomsumsi obat ini, janin mungkin akan tertidur. Akan tetapi metabolism sang
ibu akan cepat menghilangkan obat ini dari sirkulasi janin. Sehingga apabila obat
golongan ini digunakan dalam jangka waktu yg lama kemungkinan dapat
menyebabkan kematian pada bayi.

Antibiotik
Dokter gigi cenderung sering menggunakan antibiotik untuk mengobati
maupun mencegah infeksi. Untuk ibu hamil sendiri, golongan penicilin dan
cephalosporin cendrung dianggap aman. Pada infeksi berat seperti abses, golongan
metronidazole dapat digunakan tapi tiidak dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan
penggunaan obat golongan tetracyclin sangat tidak disarankan mengingat dapat
mempengaruhi pertumbuhan tulang dan gigi janin.

Fluoride
Meskipun floride dapat melindungi gigi dari karies, namum penggunaan
suplemen fluoride salam kehamilan masih dianggap kontroversial. beberapa
penelitian menemukan bahwa anak yang ibunya menkomsumsi suplemen fluoride
selama hamil cendrung mudah terkena demam


3. Sebutkan inervasi rahang dan gigi dan sebutkan regio-regio dari nervus
trigeminus ?

Gambar 3. Percabangan dari Nervus Trigeminus
Nervus sensori pada rahang dan gigi berasal dari cabang nervus cranial ke-V
atau nervus trigeminal pada maksila dan mandibula. Persarafan pada daerah orofacial,
selain saraf trigeminal meliputi saraf cranial lainnya, seperti saraf cranial ke-VII, ke-
XI, ke-XII.

NERVUS MAKSILA
Cabang maksila nervus trigeminus mempersarafi gigi-gigi pada maksila,
palatum, dan gingiva di maksila. Selanjutnya cabang maksila nervus trigeminus ini
akan bercabang lagi menjadi nervus alveolaris superior. Nervus alveolaris superior ini
kemudian akan bercabang lagi menjadi tiga, yaitu nervus alveolaris superior anterior,
nervus alveolaris superior medii, dan nervus alveolaris superior posterior. Nervus
alveolaris superior anterior mempersarafi gingiva dan gigi anterior, nervus alveolaris
superior medii mempersarafi gingiva dan gigi premolar serta gigi molar I bagian
mesial, nervus alveolaris superior posterior mempersarafi gingiva dan gigi molar I
bagian distal serta molar II dan molar III.

NERVUS MANDIBULA
Cabang awal yang menuju ke mandibula adalah nervus alveolar inferior.
Nervus alveolaris inferior terus berjalan melalui rongga pada mandibula di bawah
akar gigi molar sampai ke tingkat foramen mental. Cabang pada gigi ini tidaklah
merupakan sebuah cabang besar, tapi merupakan dua atau tiga cabang yang lebih
besar yang membentuk plexus dimana cabang pada inferior ini memasuki tiap akar
gigi.
Selain cabang tersebut, ada juga cabang lain yang berkonstribusi pada
persarafan mandibula. Nervus buccal, meskipun distribusi utamanya pada mukosa
pipi, saraf ini juga memiliki cabang yang biasanya di distribusikan ke area kecil pada
gingiva buccal di area molar pertama. Namun, dalam beberapa kasus, distribusi ini
memanjang dari caninus sampai ke molar ketiga. Nervus lingualis, karena terletak di
dasar mulut, dan memiliki cabang mukosa pada beberapa area mukosa lidah dan
gingiva. Nervus mylohyoid, terkadang dapat melanjutkan perjalanannya pada
permukaan bawah otot mylohyoid dan memasuki mandibula melalui foramen kecila
pada kedua sisi midline. Pada beberapa individu, nervus ini berkontribusi pada
persarafan dari insisivus sentral dan ligament periodontal.












Gambar 4. Distribusi Nervus Trigeminus

4. Apa perbedaan antara pulpitis reversible dan pulpitis irreversible?
Pulpitis adalah peradangan pada pulpa gigi yang menimbulkan rasa nyeri. Pulpa adalah
bagian gigi paling dalam, yang mengandung saraf dan pembuluh darah. akibat karies yang
tidak diobati, trauma, atau restorasi beberapa.
Pulpitis di klasifikasikan sebagai berikut
1. Berdasarkan sifat eksudat yang keluar dari pulpa, pulpitis terbagi atas:
a) Pulpitis akut. Secara struktur, jaringan pulpa sudah tidak dikenal lagi, tetapi sel-selnya
masih terlihat jelas. Pulpitis akut dibagi menjadi pulpitis akut serosa parsialis yang hanya
mengenai jaringan pulpa di bagian kamar pulpa saja dan pulpitis akut serosa totalis jika telah
mengenai saluran akar.
b) Pulpitis akut fibrinosa. Banyak ditemukan fibrinogen pada pulpa.
c) Pulpitis akut hemoragi. Di jaringan pulpa terdapat banyak eritrosit.
d) Pulpitis akut purulenta. Terlihat infiltrasi sel-sel masif yang berangsur berubah menjadi
peleburan jaringan pulpa. Bergantung pada keadaan pulpa, dapat terjadi pernanahan dalam
pulpa.

2. Berdasarkan ada atau tidak adanya gejala, pulpitis terbagi atas:
a) Pulpitis simtomatis. Pulpitis ini merupakan respons pe-radangan dari jaringan pulpa
terhadap iritasi, dengan proses eksudatif memegang peranan. Rasa sakit timbul karena adanya
peningkatan tekanan intrapulpa. Rasa sakit ini berkisar antara ringan sampai sangat hebat
dengan intensitas yang tinggi, terus-menerus, atau berdenyut.
Yang termasuk dalam pulpitis simtomatis adalah:
Pulpitis akut
Pulpitis akut dengan periodontitis apikalis akut/kronis
Pulpitis subakut.
Gambaran radiografi memperlihatkan adanya karies yang luas dan dalam, kadang-kadang
terjadi sedikit pelebaran ligamen periodontal. Pada pulpitis simtomatis yang disertai
periodontitis apikalis terjadi kepekaan terhadap perkusi. Rangsangan panas akan
menyebabkan rasa sakit, sebaliknya rasa sakit berkurang dengan adanya rangsangan dingin.
Pada stadium awal, gigi menunjukkan kepekaan yang tinggi terhadap tes elektrik, selanjutnya
kepekaan ini berkurang sejalan dengan keparahan penyakit.
b) Pulpitis asimtomatis. Merupakan proses peradangan yang terjadi sebagai mekanisme
pertahanan dari jaringan pulpa terhadap iritasi dengan proses proliferasi berperan di sini.
Tidak ada rasa sakit karena adanya pengurangan dan keseimbangan tekanan intrapulpa.
Yang termasuk pulpitis asimtomatis adalah:
Pulpitis kronis ulseratif
Pulpitis kronis hiperplastik
Pulpitis kronis yang bukan disebabkan oleh karies (prosedur operatif, trauma, gerakan
ortodonti).

3. Berdasarkan gambaran histopatologi dan diagnosis klinis, pulpitis terbagi atas:
a) Pulpitis reversibel, yaitu vitalitas jaringan pulpa masih dapat dipertahankan setelah
perawatan endodonti.
Yang termasuk pulpitis reversibel adalah:
Peradangan pulpa stadium transisi
Atrofi pulpa
Pulpitis akut.
b) Pulpitis ireversibel, yaitu keadaan ketika vitalitas jaringan pulpa tidak dapat
dipertahankan, tetapi gigi masih dapat dipertahankan di dalam rongga mulut setelah
perawatan endodonti dilakukan.
Yang termasuk pulpitis ireversibel adalah:
Pulpitis kronis parsialis tanpa nekrosis
Pulpitis kronis parsialis dengan nekrosis
Pulpitis kronis koronalis dengan nekrosis
Pulpitis kronis radikularis dengan nekrosis
Pulpitis kronis eksaserbasi akut.

Penjelasan :
Pulpitis Reversible
Pulpitis reversible merupakan proses inflamasi ringan yang apabila penyebabnya dihilangkan
maka inflamasi menghilang dan pulpa akan kembali normal. Faktor-faktor yang
menyebabkan pulpitis reversible, antara lain stimulus ringan atau sebentar seperti karies
insipient, erosi servikal, atau atrisi oklusal, sebagian besar prosedur operatif, kuretase
periodontium yang dalam dan fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka.

Gejala
Pulpitis reversible bersifat asimtomatik dapat disebabkan karena karies yang baru muncul dan
akan kembali normal bila karies dihilangkan dan gigi direstorasi dengan baik, apabila ada
gejala (bersifat simtomatik) biasanya berbentuk pola khusus. Aplikasi stimulus dingin atau
panas, dapat menyebabkan rasa sakit yang tajam. Jika stimulus ini dihilangkan, nyeri akan
segera reda. Stimulus panas dan dingin menimbulkan nyeri yang berbeda pada pulpa normal.
Ketika panas diaplikasikan pada gigi dengan pulpa yang tidak terinflamasi, respon awal yang
langsung terjadi (tertunda), namun jika stimulus panas ditingkatkan maka intensitas nyeri
akan meningkat. Sebaliknya, jika stimulus dingin diberikan, pulpa normal akan segera terasa
nyeri dan menurun jika stimulus dingin dipertahankan. Berdasarkan observasi hal ini, respon
dari pulpa sehat maupun terinflamasi tampaknya sebagian besar disebabkan oleh perubahan
dalam tekanan intrapulpa.


Pulpitis Irreversible
Pulpitis irreversible merupakan inflamasi parah
yang tidak akan bisa pulih walaupun
penyebabnya dihilangkan dan lambat atau cepat
pulpa akan menjadi nekrosis. Pulpa irreversible
ini seringkali merupakan akibat atau
perkembangan dari pulpa reversible. Dapat pula
disebabkan oleh kerusakan pulpa yang
parah akibat pengambilan dentin yang luas
selama prosedur operatif, trauma atau
pergerakan gigi dalam perawatan ortodontic
yang menyebabkan terganggunya aliran darah
pulpa.

Gejala
Pada awal pemeriksaan klinik pulpitis irreversibel ditandai dengan suatu paroksisme
(serangan hebat), rasa sakit dapat disebabkan oleh hal berikut: perubahan temperatur yang
tiba-tiba, terutama dingin; bahan makanan manis ke dalam kavitas atau pengisapan yang
dilakukan oleh lidah atau pipi; dan sikap berbaring yang menyebabkan bendungan pada
pembuluh darah pulpa. Rasa sakit biasanya berlanjut jika penyebab telah dihilangkan, dan
dapat datang dan pergi secara spontan, tanpa penyebab yang jelas. Rasa sakit seringkali
dilukiskan oleh pasien sebagai menusuk, tajam atau menyentak-nyentak, dan umumnya
adalah parah. Rasa sakit bisa sebentar-sebentar atau terus-menerus tergantung pada tingkat
keterlibatan pulpa dan tergantung pada hubungannya dengan ada tidaknya suatu stimulus
eksternal. Terkadang pasien juga merasakan rasa sakit yang menyebar ke gigi di dekatnya, ke
pelipis atau ke telinga bila bawah belakang yang terkena. Menentukan lokasi nyeri pulpa
lebih sulit dibandingkan nyeri pada periapikal/periradikuler dan menjadi lebih sulit jika
nyerinya semakin intens.Stimulus eksternal, seperti dingin atau panas dapat menyebabkan
nyeri berkepanjangan.

Nyeri pada pulpitis irreversible berbeda dengan pulpa yang normal atau sehat. Sebagai
contoh, aplikasi panas pada inflamasi ini dapat menghasilkan respon yang cepat dan aplikasi
dingin, responnya tidak hilang dan berkepanjangan. Walaupun telah diklaim bahwa gigi
dengan pulpitis irreversible mempunyai ambang rangsang yang rendah terhadap stimulasi
elektrik, menurut Mumford ambang rangsang persepsi nyeri pada pulpa yang terinflamasi dan
tidak terinflamasi adalah sama.

5. Apa yang dimaksud dengan fokal infeksi dan apa saja yang menjadi fokal
infeksi rongga gigi dan mulut ?
Pengertian fokal infeksi gigi, adalah penyakit gigi merupakan / sebagai sumber suatu
penyakit umum yang dapat diderita oleh pasien.
Sumber (fokus infeksi) yaitu pusat atau suatu daerah didalam tubuh dari mana kuman
tau basil basil dari kuman tersebut dapat menyebar jauh ketempat lain dalam tubuh
dan bisa menyebabkan penyakit. Jadi apabila dikatakan gigi sebagi sumber (fokus)
infeksi berarti bahwa pusat atau sumber infeksi dari salah satu organ tubuh berasal
dari gigi. Adapun salah satu jalan penjalaran kuman dari pusat infeksi sampai keorgan
tubuh tersebut, dibawa melalui aliran darah / limfe atau dapat pula secara kontaminasi
(Moestopo, 1982).
Fokal infeksi merupakan suatu tempat yang dinyatakan sebagai pusat
penyebaran suatu infeksi yang dapat mempengaruhi / mengganggu organ lain dalam
tubuh bila kondisi jaringan setempat memungkinkan. Hipotesa fokal infeksi dan
infeksi lokal sampai saat ini masih bersifat kontrofersial. Sebab tinjauan laboratorium
masih belum dapat menunjukkan hasil yang memuaskan akan tetapi pengalaman
klinis maupun pengamatan klinis sering kali mendukung dugaan tersebut (Nawawi,
1992).
Teori fokal infeksi pada dasarnya tidak lepas dari adanya patogenik mikrobial
yang berkembang biak disatu tempat yang pada akhirnya menyebar kebagian tubuh
lainnya apabila kondisi memungkinkan. Infeksi mikroba ini dari jenis stretococcus
terutama s. viridans dan hemoloticus. Pusat penyebaran infeksi terletak pada satu
jaringan yang berisi bakteri patogen yang ada umumnya tidak menunjukkan
manifestrasi klinik, sedangkan bila fokus infeksi terletak pada rongga mulut maka
perhatian kita ditujukan pada jaringan pula yang mengalami kematian dan jeringan
periodontal beserta deposit oral terutama plak gigi yang penuh dengan koloni
bakteria.
Jumlah bakteri di rongga mulut mencapai ratusan juta. Xiajing Li dkk (2000)
dalam Kusumawardani (2011) mencatat lebih dari 1011 bakteri dalam setiap miligram
plak gigi. Memang tidak semua bakteri rongga mulut membahayakan. Sebagian besar
justru dibutuhkan sebagai flora normal mulut. Bakteri yang potensial menimbulkan
penyakit gigi, dan banyak pula dijumpai pada penyakit sistemik.
Rongga mulut merupakan cermin dari tubuh kita sehingga setiap perubahan
didalamnya dapat dipakai sebagai indikator akan kesehatan tubuh kita. Rongga mulut
dan isinya sangat mudah terpengaruh oleh tekanan mekanis, chemis dan
mikrobakterium beserta produknya sehingga kelainan yang timbul didalam mulut
mungkin dapat berasal dari gangguan di dalam mulut sendiri ataupun akibat
manifestasi metastatik dari gangguan organ didalam tubuh.
Rongga mulut yang selalu basah oleh saliva merupakan media yang cukup
layak untuk perkembangbiakan mikroba didalamnya. Semenjak manusia lahir
mikroba telah terdapat didalam mulut seseorang, sekitar 30 spesies dapat diisoler dari
mulut, dan pada umumnya merupakan flora mulut yag apatogen. Bakateri
streptokokus viridans paling mendominir didalam mulut dan banyak dikaitkan dengan
penyebab infeksi dalam rongga mulut dan saluran pernafasan (Sabiston, 1976).
Organisme didalam mulut dapat tinggal didalamnya karena terikat oleh suatu ikatan
yang dapat berupa ikatan mekanis, khemic yang berasal dari polimer saliva ataupun
produk dari jaringan setempat, adesi antar bakteri yang berbeda spesies, sedang
mikroba yang berafinitas rendah terhadap struktur jaringan mulut pada umumnya
bersifat mobile dan dapat ikut tertelan bersama air ludah dan bolus makanan. Mikroba
yang ikut tertelan apakah dapat berkembangbiak didalam lambung merupakan
masalah tersendiri karena seperti telah kita ketahui asam lambung merupakan barier
pertama terhadap aktifitas mikrobakterium.
Sumber (fokus) infeksi dalam rongga mulut, terutama yang berhubungan erat
dengan gigi dapat berada di jaringan jaringan (Moestopo, 1982) :
1. Periodontium, yaitu jaringan untuk mengikat gigi didalam tulang alveolus, kalau
serabut periodontium ini rusak, gigi akan goyang, dan kuman kuman akan lebih
mudah mencapai daerah ujung akar gigi dan masuk saluran darah. Keadaan ini yang
biasa disebut pyorhoeayaitu gejala keluarnya nanah dari saku gusi yang berasal dari
peradangan karena rusaknya periodontium.
2. Periapikal, yaitu ujung akar gigi
3. Pulpa gigi.

Bahkan dapat berasal dari kuman kuman penyakit didaerah gusi, juga sisa
sisa fragmen gigi yang tertinggal, gigi dan lubang lubang baru setelah pencabutan,
bekas akar gigi (socket) dapat pula merupakan fokus infeksi.
Cara dari kuman kuman tersebut dapat menembus masuk kedalam aliran
darah, haruslah melalui lubang / perlukaan pada pembuluh darah atau kelenjar limfe
(getah bening), yaitu melalui lesi (kerusakan) yang ditimbulkan oleh trauma mekanis,
misalnya pada tindakanpencabutan gigi, gerakan mengunyah pada gigi yang rusak
dan goyang, sehingga pada keadaan ini selain terjadi trauma mekanis juga timbul
gerakan memompa yang dengan sendirinya akan mempermudah penularan dengan
memompakan kuman kuman dari sekeliling akar gigi ke dalam aliran darah dan
kelenjar getah bening melalui pembuluh darah (Moestopo, 1982).

Penyakit umum yang disebut sebut disebabkan fokal infeksi dari gigi, diantaranya :
Demam rheumatik
Rheumatoid arthritis (rematik pada persendian)
Poly arthritis, ini empunyai gejala ngilu gi banyak persediaan, sehingga sering
dikacaukan dengan syphilis stadium kedua yang mempunyai gejala sama.
Sub-acute bacterial endocarditis (infeksi pada katup jantung).
Penyakit tertentu pada saluran pencernaan.
Beberapa penyakit mata.

Meskipun penyakit penyakit tersebut belum tentu sebab utamanya adalah
dari gigi.Salah satu akibat yang berat dari fokus infeksi gigi yang telah banyak
diselidiki dan diketahui bahwa kuman kuman dari gigi infeksi dapat menjadi sumber
infeksinya, yaitu penyakit infeksi katup jantung (sub-acute bacterial endocarditis),
biasanya penyakit ini terjadi karena didalam rongga mulut ada gigi yang busuk atau
terinfeksi sehingga kuman kumannya tersebar melalui aliran darah.
Biasanya kuman yang sering terdapat pada penyakit ini adalah streptoccocus
viridans, disamping beberapa macam lainnya yang tumbuh subur dalam rongga mulut.
Penyakit endocarditis ini merupakan suatu infeksi yang cukup berbahaya dengan
angka kematian yang tinggi meskipun telah mendapat pengobatan yang cukup,
terutama bila menyerang penderia dalam usia lanjut. Pada orang yang kena
penyakit jantung bawaan mempunyai resiko yang tinggi untuk terkena penyakit
endocarditis ini dan selain diberi pengobatan haruslah pusat infeksinya diberantas
juga.
Penyakit lain yang dapat disebabkan karena fokus infeksi dari gigi,
yaitu sinusitis maxillaris (peradangan dari rongga tulang rahang atas). Ini biasanya
merupakan akibat dari pembusukkan atau infeksi dari gigi rahang atas, dan ini
disebabkan karena sinus maxillaris ini letaknya sangat dekat dengan ujung akar gigi
atas, terutama akar dari gigi molar (geraham) pertama dan premolar kedua yang
berada tepat dibawah dasar dari sinus maxillaris. B ila rongga ini kecil, tulang antara
akar gigi dan dasar rongga cukup tebal, tidak mudah tertembus infeksi, tetapi kadang
kadang rongga ini besar sekali, sehingga akar gigi menonjol mendesak kedalam
rongga tersebut, dimana tulang yang membatasi rongga tersebut tipis sekali, bahkan
kadang kadang tidak ada tulang sama sekali, dengan demikian sangat mudah terjadi
peradangan sinus yang berasal dari gigi yang busuk. Disamping itu pembuluh balik
dari rongga tulang rahang atas ini ada hubungan dengan rongga rongga lain dari
tengkorak sehingga ada bahaya bahwa infeksi tersebut menjalar kerongga rongga
lain dari tengkorak.
Infeksi gigi dapat menyebabkan pembengkakan dari daerah ujung akar gigi ke
tulang rahang dan bisa meluas sampai ke peradangan tulang sumsum atau
osteomyelitis atau ke daerah leher dan bila sampai terjadi pembengkakan di daerah
leher akan terjadi penyumbatan kerongkongan, sehingga orang susah bernapas.
Kuman kuman penyakit dari infeksi yang ikut aliran darah dapat sampai ke
alat alat dalam tubuh yang lain, misalnya ginjal menyebabkan radang ginjal.
Pernah pula terjadi pada pembusukan dan peradangan gigi gigi atas
menyebabkan gangguan dan kebutaan pada mata, mulai dari kabur sampai tidak dapat
melihat dan penyakit ini berangsur angsur sembuh setelah gigi yang menjadi focus
infeksi dicabut.
Belum dapat dibuktikan secara mutlak kalau setiap penyakit umum
disebabkan oleh gigi, tetapi perlu juga diperhatikan bahwa gigi dapat menjadi
penyebab dari penyakit umum lainnya
Kemajuan dalam klasifikasi dan identifikasi kuman rongga mulut dan bidang
imunologi, semakin meyakinkan adanya peran penting infeksi gigi terdapat berbagai
penyakit sistemik seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit paru,
penyakit gula, stroke, kankerdsb. Juga menjadi semakin jelas gigi dan rongga mulut
dapat menjadi tempat asal bagi desiminasi mekroorganisme penyebab penyakit
kebagian tubuh lain. Radang gusi dan jaringan pendukung gigi merupakan suatu
faktor resiko bagi penyakit sistemik.


6. Sebutkan macam-macam obat kumur !
Obat kumur merupakan larutan atau cairan yang digunakan untuk membilas rongga
mulut dengan sejumlah tujuan antara lain untuk menyingkirkan bakteri perusak, bekerja
sebagai penciut, untuk menghilangkan bau tak sedap, mempunyai efek terapi dan
menghilangkan infeksi atau mencegah karies gigi. Obat kumur dikemas dalam dua bentuk
yakni dalam bentuk kumur dan spray.
Masing-masing obat kumur merupakan kombinasi unik dari senyawa-senyawa yang
dirancang untuk mendukung higiena rongga mulut. Beberapa bahan-bahan aktif beserta
fungsinya secara umum dapat dijumpai dalam obat kumur, antara lain:

a) Bahan antibakteri dan antijamur, mengurangi jumlah mikroorganisme dalam rongga
mulut, contoh: hexylresorcinol, chlorhexidine, thymol, benzethonium,
b) Bahan oksigenasi, secara aktif menyerang bakteri anaerob dalam rongga mulut dan
busanya membantu menyingkirkan jaringan yang tidak sehat, contoh: hidrogen
peroksida, perborate
c) Astringents (zat penciut), menyebabkan pembuluh darah lokal berkontraksi dengan
demikian dapat mengurangi bengkak pada jaringan, contoh: alkohol, seng klorida,
seng asetat, aluminium, dan asam-asam organik, seperti tannic, asetic, dan asam sitrat
d) Anodynes, meredakan nyeri dan rasa sakit, contoh: turunan fenol, minyak eukaliptol,
minyak watergreen
e) Bufer, mengurangi keasaman dalam rongga mulut yang dihasilkan dari fermentasi sisa
makanan, contoh: sodium perborate, sodium bicarbonate
f) Deodorizing agents (bahan penghilang bau), menetralisir bau yang dihasilkan dari
proses penguraian sisa makanan, contoh: klorofil
g) Deterjen, mengurangi tegangan permukaan dengan demikian menyebabkan bahan-
bahan yang terkandung menjadi lebih larut, dan juga dapat menghancurkan dinding
sel bakteri yang menyebabkan bakteri lisis. Di samping itu aksi busa dari deterjen
membantu mencuci mikroorganisme ke luar rongga mulut, contoh: sodium laurel
sulfate.


Beberapa bahan inaktif juga terkandung dalam obat kumur, antara lain:
a. Air, penyusun persentasi terbesar dari volume larutan
b. Pemanis, seperti gliserol, sorbitol, karamel dan sakarin
c. Bahan pewarna
d. Flavorings agents (bahan pemberi rasa).
Contoh obat kumur antiseptik :
LISTERIN
Listerin dipasarkan dengan merek dagang Listerin, merupakan antiseptik yang efektif
sebagai anti plak. Uji coba klinis antara 760 hari menunjukkan adanya hambatan
pembentukan plak dan radang gingiva bila digunakan untuk membantu kontrol plak
secara mekanis. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Lamser dkk. selama 6
bulan, yang menunjukkan bahwa listerin dapat mengurangi penimbunan plak dan
menurunkan derajat keradangan gingiva.
Gordon melakukan penelitian untuk membuktikan pengaruh listerin terhadap
pembentukan plak dan gingivitis. Pada penelitian ini dilibatkan 144 mahasiswa
kedokteran gigi dan staf Fakultas Kedokteran Gigi di Dickinson, umur antara 1854
tahun. Orang percobaan kumur-kumur dengan larutan listerin 2 kali sehari sebanyak 20
ml tiap kali kumur selama 30 detik. Selama 6 bulan penggunaan obat kumur diawasi
oleh petugas kecuali hari libur dan 3 bulan terakhir. Evaluasi dilakukan pada bulan 1, 3,
6, 9. Hasilnya menunjukkan penurunan skor plak yang bermakna pada bulan 1, 3 dan 6
bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (kumur dengan air) sebesar 12,1%, 18,3%,
18% pada bulan 1, 3 dan 6. Pada 3 bulan terakhir hanya 85 orang percobaan dievaluasi.
Hasil evaluasi menunjukkan adanya penurunan indeks plak yang bermakna yaitu
sebanyak 15,5%, 20,9%, 23,7% dan 19,5% pada bulan 1, 3, 6 dan 9.
Terhadap radang gingiva, didapat penurunan indeks radang sebanyak 0,9%, 7,9%,
10,4% pada bulan 1, 3 dan 6. Bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (kumur dengan
air) maka penurunan indeks radang ini tidak bermakna. Pada bulan ke 9, 85 orang dan
144 orang percobaan dievaluasi perubahan indeks radang gingivanya; hasilnya didapat
penurunan indeks radang gingiva sebanyak 5,1%, 9,0%, 20,8% dan 23,9% pada bulan 1,
3, 6, dan 9. Bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (kumur dengan air) hasil ini
menunjukkan perbedaan yang bermakna.
Penelitian 1ain melibatkan 131 orang percobaan yang pada akhir percobaan tinggal
103 orang. Orang percobaan dibagi dalam 3 kelompok yaitu kelompok I kumur dengan
listerin 4 kali sehari. kelompok II kumur dengan listerin 2 kali sehari dan kelompok III
kumur dengan air/plasebo 2 kali sehari. Penelitian dilakukan selama 2 minggu dan
menunjukkan hasil sebagai berikut: Pada kelompok kumur 4 kali sehari terjadi
penurunan indeks plak sebanyak 48,2%, kelompok 2 kali kumur sebanyak 38,8%. Bila
dibandingkan dengan kelompok kontrol didapatkan perbedaan yang bermakna.
Hasil evaluasi radang gingiva mendapatkan penurunan indeks radang gingiva
sebanyak 59,6% pada kelompok kumur 4 kali sehari dan 56,4% pada kelompok kumur 2
kali sehari. Bila dibandingkan dengan kelompok kontrol maka didapatkan perbedaan
yang bermakna; namun bila kelompok kumur 4 kali sehari dibandingkan dengan
kelompok kumur 2 kali sehari tidak didapatkan perbedaan yang bermakna.

POVIDONEIODINE
Povidone Iodine 1 % sebagai obat kumur yang dipasarkan dengan merek dagang
Betadine (untuk selanjutnya kami sebut betadine) sebagai antiseptik mempunyai sifat
antibakteri. Obat kumur ini dapat dipakai untuk mengurangi bakteremia
setelah pencabutan gigi atau setelah perawatan bedah. Efek betadine terhadap bakteri
rongga mulut sangat cepat dan pada konsentrasi yang tinggi dapat mematikan bakteri
rongga mu1ut. Bila dibandingkan dengan chlorhexidine, betadine hanya sedikit
mempunyai sifat anti p1ak.
Addy dkk. mengadakan penelitian untuk membuktikan pengaruh povidone iodine
(Betadin) terhadap pembentukan plak dan jumlah bakteri dalam ludah. Penelitian
dilakukan terhadap 18 orang percobaan yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
yang kumur dengan betadin dan kelompok lain kumur dengan plasebo/air. Masing-
masing orang percobaan kumur-kumur dengan betadine/plasebo 2 kali sehari sebanyak 10
ml tiap kali kumur selama 1 menit. Percobaan dilakukan selama 10 hari dengan kontrol
pada hari 2,4,5,6,9. Hasil evaluasi sampai akhir percobaan menunjukkan tidak adanya
perbedaan bermakna dari indeks plak antara kedua kelompok, namun didapatkan
penurunan jumlah bakteri dalam ludah sebanyak 39,2% bakteri aerob dan 31,3% bakteri
anaerob. Penurunan terjadi 12 jam setelah kumur-kumur. Bila dibandingkan dengan
chlorhexidine penurunan jumlah bakteri jauh berkurang. Penelitian menyimpulkan bahwa
povidon iodin tidak dianjurkan untuk membantu kebersihan mulut dan perawatan
gingivitis karena tidak dapat menurunkan terjadinya penumpukan plak sehingga radang
gusi akan terus berlangsung.
HEXETIDINE
Hexetidine sebagai obat kumur dipasarkan dengan merek dagang Bactidol termasuk
golongan antiseptik dan merupakan derivat piridin. Mempunyai sifat antibakteri,
bermanfaat untuk bakteri Gram positif dan Gram negatif, dan dapat digunakan untuk
mengurangi terjadinya keradangan. Hexetidine merupakan antibakteri dengan spektrum
luas dengan konsentrasi rendah bermanfaat untuk mikroorganisme rongga mu1ut.
Hexetidine dapa digunakan pada penderita dengan radang rongga mulut dan nasopharynx.
Pernyataan ini dibuktikan pada percobaan dengan larutan 0,1 % hexetidine sebagai obat
kumur pada orang-orang Anglo di Amerika yang menderita radang rongga
mulut; ternyata radang dapat sembuh dengan baik. Hal ini berarti hexetidine akan
bermanfaat untuk penderita dengan kelainan periodontal yang disebabkan oleh
mikroorganisme. Penelitian 1ain membuktikan bahwa hexetidine dapat mengikat
protein mukosa mulut sehingga dapat menguntungkan hexetidine sebagai antibakteri.
Pendapat ini diperkuat oleh Bourgonetyang mengatakan bahwa hexetidine dapat
memperpanjang efek antibakteri karena adanya ikatan dengan protein mukosa. Ikatan
protein tersebut akan menghambat metabolisme mikroorganisme yang berada pada
permukaan mukosa dan plak. Ikatan dengan mukosa dan plak ini terjadi selama 7 jam
setelah kumur.Penelitian menggunakan larutan 0,1% hexetidine sebagai obat kumur pada
orang-orang percobaan selama 14 hari dapat menurunkan radang gingiva sampai 34%
pada hari ke 7 dan 38% pada hari ke 15, tergantung dari keparahan keradangan maka rata-
rata akan sembuh selama 4 minggu.Hexetidine juga dapat menghambat pertumbuhan
plak, tetapi kurang efektif bila dibandingkan dengan chlorhexidine.
Penelitian dengan menggunakan larutan 0,1% hexetidine sebagai obat kumur yang
dipakai 2 kali sehari sebanyak 10 ml tiap kali kumur selama 3060 detik, menyebabkan
penurunan indeks plak sebanyak 25% pada hari ke 3 dan 52% pada hari ke 7.
Bila dibandingkan dengan plasebo penurunan terjadinya akumulasi plak tidak ada
berbeda bermakna.


7. Jelaskan mengenai metode-metode atau cara menyikat gigi!
Ada beberapa metode yang disarankan para Ahli gigi antara lain :
- SCRUB yaitu menggerakkan sikat gigi secara horisontal, ujung bulu sikat
diletkkan pada area batas gusi dan gigi, kemudian digerakkan maju
mundur berulang-ulang.
- ROLL yaitu menyikat gigi dengan memutar mulai dari gigi geraham
paling belakang, gusi dan seluruh permukaan gigi sisanya. Bulu sikat gigi
diletakkan pada area batas gusi dan gigi dengan posisi paralel dengan
sumbu tegaknya gigi.
- BASS yaitu meletakkan bulu sikatnya pada area batas gusi dan gigi sambil
membentuk sudut 45 derajat dengan sumbu tegak gigi. Sikat gigi
digetarkan ditempat tanpa mengubah-ubah posisi bulu sikat.
- STILLMAN yaitu dengan cara menekan bulu sikat dari arah gusi ke gigi
secara berulang. Setelah sampai di permukaan kunyah, bulu sikat
digerakkan memutar. Bulu sikat diletakkan pada area batas gusi dan gigi
sambil membentuk sudut 45 derajat dengan sumbu tegak gigi seperti pada
metode BASS.
- FONES yaitu dengan mengerakkan secara horisontal sementara gigi
ditahan pada posisi menggit (oklusi). gerakkan sikat gigigi dilakukan
memutar dan mengenai seluruh permukaan gigi atas dan bawah.
- CHARTERS yaitu meletakkan bulu sikat dan menekan gigi dengan arah
bulu sikat menghadap permukaan kunyah / oklusal gigi. Arahkan 45
derajat pada daerah leher gigi. Tekan pada daerah leher gigi dan sela-sela
gigi kemudian getarkan minimal 10 kali pada tiap-tiap area dalam mulut.
-
Secara umum para ahli menyimpulkan bahwa cara sikat gigi yang paling EFEKTIF
adalah dengan mengkombinasikan metode-meoe tersebut. Khusus bagi anak-anak
disarankan memulai menyikat gigi dengan metode SCRUB dan dilanjutkan dengan
metode BASS.
Yang perlu diperhatikan ketika menggosok gigi adalah:
(1) Cara menyikat harus dapat membersihkan semua deposit pada permukaan gigi dan
gusi secara baik, terutama saku gusi dan ruang interdental (ruang antar gigi);
(2) Gerakan sikat gigi tidak merusak jaringan gusi dan mengabrasi lapisan gigi
dengan tidak memberikan tekanan berlebih;
(3) Cara menyikat harus tepat dan efisien (metode kombinasi).
(4) Frekuensi menyikat gigi maksimal 3 X sehari (setelah makan pagi, makan siang
dan sebelum tidur malam), atau minimal 2 X sehari (setelah makan pagi dan sebelum
tidur malam)
(5) Selain menyikat gigi dianjurkan untuk membersihkan / menyikat seluruh
permukaan lidah, terutama bagian atas lidah.

Telah kita ketahui bahwa frekuensi menggosok gigi adalah sehari 3 X, setiap sehabis
makan dan sebelum tidur. Kenyataannya menggosok gigi 3 X sehari tidak selalu dapat
dilakukan, terutama ketika seseorang berada di sekolah, kantor atau tempat lain.
Manson (1971) berpendapat bahwa menggosok gigi sehari cukup 2 X, setelah makan
pagi dan sebelum tidur malam.





Daftar Pustaka

Endah Kusumawardani (2011) ; Buruknya Kesehatan Gigi dan Mulut.
Heasman, P., 2003, Master Dentistry: Restorative Dentistry, Paediatric Dentistry, and
Louis I. Grosssman, dkk. 1995. Ilmu Endodontik Dalam Praktek. Jakarta: EGC.
Moestopo (1982); Pemeliharaan Gigi dimulai dari Kandungan sang Ibu
Orthodontics, vol. 2, Churchill Livingstone, Edinburgh
Stanley J. Nelson and Major M. Ash. Wheelers Dental Anatomy, Physiology, and
Occlusion. 9th Ed. Missouri : Saunders Elsevier. 2010:256-8
Sutomo Nawawi (1992); Kedokteran Gigi Pencegahan bidang Studi Periodontologi.
FKG UGM Yogyakarta
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25049/4/Chapter%20II.pd diakses
pada hari kamis tanggal 19 april 2012 jam 15.10.

Anda mungkin juga menyukai