Trismus
2.1 Batasan Trismus
Trismus, berasal dari bahasa Yunani "trismus" ("kertakan," seperti pada gigi) mengacu pada
restriksi atau pembatasan terhadap rentang gerak pada rahang. Biasanya disebut sebagai "lockjaw,"
trismus biasanya berasal dari kejang yang terus-menerus dari otot-otot pengunyahan. Meskipun
pembatasan unilateral dapat terjadi, menurut definisi, trismus adalah proses bilateral yang
dihasilkan dari peningkatan “tone” yang dimediasi oleh bagian eferen dari lengkung refleks dari
saraf trigeminal. Trismus umumnya kebanyakan bersifat sementara, dan biasanya sembuh dalam
waktu kurang dari 2 minggu, tetapi trismus permanen juga dapat terjadi. Trismus dapat
mengganggu bicara dan makan normal, termasuk kemampuan untuk menelan secara normal
(Santiago-Rosado and Lewison, 2019).
Pembukaan mulut normal pada orang dewasa berkisar antara 35–55 mm antar insisal.
Trismus atau lockjaw (dari bahasa Yunani Trimos = 'grating', 'grinding’) adalah ketidakmampuan
untuk membuka mulut secara normal biasanya karena kejang otot. Trismus dapat memiliki
konsekuensi termasuk gangguan pengunyahan, kesulitan dalam berbicara, mencapai kebersihan
mulut yang memadai dan akses untuk perawatan mulut. Jika tidak diobati, maka proses degeneratif
pada otot pengunyahan, dengan atrofi yang tidak digunakan, dapat terjadi. Pada beberapa orang,
seperti orang yang telah menerima radiasi ke kepala dan leher, trismus sering terlihat bersamaan
dengan kesulitan menelan. Pada trismus yang disebabkan oleh pengobatan radiasi, hiposalivasi
dan mucositis juga merupakan tantangan yang sering terjadi. Kadang-kadang pada trauma atau
infeksi sendi temporomandibular, dan jarang pada sindrom disfungsi nyeri, sendi dapat menjadi
fibrotik, atau bahkan ankylosed (Scully, 2013).
Gambar 1.5 Penyebab terjadinya trismus akibat infeksi. (Scully, 2013; Santiago-Rosado and
Lewison, 2019)