Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ORAL BIOLOGI II

(NYERI PADA TEMPOROMANDIBULAR JOINT)

FAKULTAS KEDOKTERA GIGI UNIVERSITAS BAITURRAHMAH 2011/2012

KELOMPOK D
Ketua: Ari Sasda Dewi 1110070110087 1110070110063 1110070110067 Sekretaris/Notulis: Elsya Octavianti Moderator: Penyaji: Anggota: Yanes Asri Ravenska Mutia J Igul Hendra M Miftahul Rahmah Izzati Hasan Erva septriana 1110070110049 1110070110051 1110070110053 1110070110055 1110070110057 1110070110059 Uswatun Nisa

Mira Novita Irawan 1110070110061 Maiyani Lestari 1110070110065

Trinanda Akasuma 1110070110069 Fitria Mandasari Menola Astrigiona 1110070110071 1110070110073

Bulan Purnama Sari 1110070110075 Sigit Banu Rohmadi 1110070110077 Muhammad Tawakal1110070110079 Wulan Kurnia Asani 1110070110081 Ulya Rahmi 1110070110083

Wara Riski Cahyani 1110070110087 Jordi Goza Fernando1110070110091 Mardiani Putri 1110070110093

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul NYERI PADA TEMPOROMANDIBULAR JOINT Salawat beserta salam juga tak lupa penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Makalah ini dibuat untuk mendalami materi tentang NYERI PADA TEMPOROMANDIBULAR JOINT Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, khsusnya kepada : Dosen pembimbing mata kuliah Oral Biologi II kelompok D Pembuatan makalah ini tidak lepas dari kesalahan-kesalahan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Penulis menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna di atas muka bumi ini. Untuk itu penulis minta maaf jika ada kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Penulis juga berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan diharapkan juga pembaca dapat memberikan kritik dan sarannya kepada penulis serta memaklumi kekurangan makalah ini.

Padang, 03 oktober 2012

Penulis

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...................................................................................................i DAFTAR ISI.................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...................................................................................................1 B. Tujuan Penulisan................................................................................................2 C. Rumusan Masalah..............................................................................................3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengartian Breket..............................................................................................4 B. Jenis-Jenis Kawat Gigi.......................................................................................5 C. Perbedaan antara Breket Titanium dan Breket Baja Nikarat.............................7 D. Trauma Fisik akibat Penggunaan Breket...........................................................8 E. Cara Mengatasi Reaksi Hipersensitivitas Akibat Baja Nirkarat dan Breket......9 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan.......................................................................................................10 B. Saran.................................................................................................................10 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Nyeri pada disfungsi TMJ dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain: adanya hiperfungsi atau disfungsi dari system musculoskeletal (otot, ligamen) yang berkaitan dengan TMJ, hiperfungsi ini dapat diakibatkan dari kebiasaan-kebiasaan buruk yang dilakukan seseorang seperti mengerat gigi, sering menguap, mengunyah pada satu sisi, faktor degenerasi pada TMJ dapat menimbulkan gangguan fungsi TMJ disebabkan adanya

pembebanan yang terus menerus, faktor maloklusi gigi terutama pertumbuhan gigi geraham belakang yang tidak normal dapat menyebabkan desakan yang terus menerus serta adanya kelainan anatomi rahang dapat berakibat menimbulkan rasa nyeri pada TMJ.

Pada diskus artikularis dapat terjadi aktifitas pergeseran yang meningkat sehingga diskus mengalami over use menyebabkan fleksibilitas diskus menurun, bila hal ini berlanjut dapat menyebabkan terjadinya ruptur atau inflamasi discus yang menyebabkan timbulnya nyeri.

Pada otot terjadi hipertonus sebagai reaksi dari hiperfungsi system musculoskeletal tersebut yang dapat menyebabkan hipertonus / spasme otot atau hipotonus yang dapat menyebabkan terjadinya kelemahan otot dan inflamasi yang dapat menyebabkan timbulnya nyeri. Ligamen-ligamen yang berhubungan dengan TMJ juga akan mengalami kekakuan sebagai akibat penekanan-penekanan dari kontraksi otot yang menyebabkan fleksibilitas dari ligamen-ligamen tersebut akan berkurang atau menurun dapat menimbulkan kekakuan hipomobile yang berakibat terjadi kontraktur serta menimbulkan laxity hipermobile yang berakibat terjadi ruptur dan dapat menimbulkan rasa nyeri.

Pada saraf sensasi nyeri ditimbulkan karena adanya iskhemia lokal sebagai akibat dari adanya hiperfungsi kontraksi otot yang kuat dan terus menerus atau mikrosirkulasi yang tidak adekuat sebagai akibat dari disregulasi sistem simpatik dimana dengan adanya aktifasi

berlebihan pada sistem saraf simpatis akan menimbulkan mikrosirkulasi yang berakibat nutrisi pada jaringan berkurang sehingga menyebabkan iskhemik pada jaringan tersebut maka akan terjadi nyeri.

B. Rumusan Masalah

1. Struktur anatomis apa yang bekerja saat membuka mulut ? 2. Sebutkan penyebab terjadinya gangguan pada TMJ ? 3. Bagaimana pemeriksaan Klinis dan Diagnosis pada gangguan TMJ ? 4. Apa dampak gangguan pada TMJ ? 5. Bagaimana respon imunitas pada rongga mulut ? 6. Bagaimana pencegahan dan penanganan gangguan TMJ ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Struktur anatomis yang bekerja saat membuka mulut 2. Mengetahui penyebab terjadinya gangguan pada TMJ 3. Mengetahui pemeriksaan Klinis dan Diagnosis pada gangguan TMJ 4. Mengetahui dampak gangguan pada TMJ 5. Mengetahui respon imunitas pada rongga mulut 6. Mengetahui pencegahan dan penanganan gangguan TMJ

BAB II PEMBAHASAN A. Struktur Anatomis yang Bekerja Saat Membuka Mulut Dalam proses membuka dan menutup mulut, terdapat beberapa struktur anatomi yang berperan yaitu otot membuka dan menutup mulut, sendi temporomandibula (temporomandibula joint/TMJ). Otot membuka mulut terdiri dari otot pterygoideus lateralis, dan otot suprahioid. Sedangkan otot yang berfungsi menutup mulut adalah otot master, otot temporalis, ototpterigoideus medialis. Seperti yang terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur anatomi saat membuka mulut

Temporomandibular joint ( TMJ ) adalah persendiaan dari kondilus mandibula dengan fossa gleinodalis dari tulang temporal. Temporomandibula merupakan sendi yang bertanggung jawab terhadap pergerakan membuka dan menutup rahang mengunyah dan berbicara yang letaknya dibawah depan telinga (Gambar 2).

Gambar 2. Temporomandibular Joint

Membuka dan menutup mulut merupakan gerakan disadari. Sebagaimana diketahui bersama bahwa terjadinya gerakan merupakan kerja motorik dari otot. Dalam hal ini, yang berfungsi untuk mengatur pergerakan TMJ dan musculus sekitar TMJ ialah sistem saraf. Inervasi pada daerah temporomandibula ialah N.Trigeminus (N.V)

B. Gangguan TMJ

Sendi temporomandibula merupakan satu-satunya sendi di kepala, sehingga bila terjadi sesuatu pada salah satu sendi ini, maka seseorang mengalami masalah yang serius. Masalah tersebut berupa nyeri saat membuka, menutup mulut, makan, mengunyah, berbicara, bahkan dapat menyebabkan mulut terkunci.

Kelainan sendi temporomandibula disebut dengan disfungsi temporomandibular. Salah satu gejala kelainan ini munculnya bunyi saat rahang membuka dan menutup. Bunyi ini disebut dengan clicking yang seringkali, tidak disertai nyeri sehingga pasien tidak menyadari adanya kelainan sendi temporomandibular.

Gangguan temporomandibular (temporomandibular disorder; TMD) adalah istilah yang luas, dengan dibagi menjadi penyakit sendi yang sesungguhnya (true joint disease; TMJ) dan sindroma nyeri / disfungsi miofasial (myofascial pain/ dysfunction syndrome; MPD).

Istilah gangguan sendi temporomandibular (temporomandibular joint; TMJ) secara salah untuk menggambarkan keadaan sendi sendiri bukan merupakan sumber utama disfungsi. Gangguan musculoskeletal, dibandingkan dengan penyakit sendi, lebih sering merupakan sumber gejala dan keluhan di rahang atau daerah pembiasan di kepala dan leher.

Keluhan ini dapat berupa nyeri di wajah, leher, bahu, dan punggung; nyeri kepala; ketidakmampuan menemukan posisi istirahat bagi rahang; kesulitan membuka mulut; dan nyeri pada pengunyahan.Etiologi disfungsi temporomandibula sampai saat ini masih banyak diperdebatkan dan multifaktorial, beberapa penulis menyatakan sebagai berikut.

Stress emosional merupakan penyebab utama disfungsi temporomandibula. Factor-factor etiologi disfungsi sendi dibagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu :

1. Faktor predisposisi

Merupakan factor yang meningkatkan resiko terjadinya dsifungsi sendi. Terdiri dari : a. Keadaan sistemik. Penyakit sistemik yang sering menimbulkan gangguan sendi temporomandibula adalah rematik b. Keadaan structural. Keadaan structural yang mempengaruhi sendi temporomandibular adalah oklusi dan anatomi sendi, meliputi :

1) Hilangnya gigi posterior openbite anterio 2) Impaksi molar 3 3) Overbite yang lebih dari 6-7 mm, dll

2. Faktor inisiasi (presipitasi)

Merupakan

factor

yang

memicu

terjadinya

gejala-gejala

disfungsi

sendi

temporomandibula misalnya kebiasaan parafungsi oral dan trauma yang diterima sendi temporomandibula. temporomandibula. Trauma pada dagu dapat menimbulkan traumatic atritis sendi

Beberapa tipe parafungsi oral seperti kebiasaan menggigit pipi, bibir, dan kuku dapat menimbulkan kelelahan otot, nyeri wajah, dan keausan pada gigi-gigi.

Kebiasaan menerima telepon dengan gagang telepon disimpan antara telinga dan bahu, posisi duduk atau berdiri/berjalan dengan kepala lebih ke depan dapat mengakibatkan kelainan fungsi fascia otot, karena seluruh fascia dalam tubuh saling memiliki keterkaitan maka adanya kelainan pada salah satu organ tubuh mengakibatkan kelainan pada organ lainnya

3. Factor Perpetuasi

Merupakan factor etiologi dalam gangguan sendi temporomandibula yang menyebabkan terhambatnya proses penyembuhan sehingga gangguan ini bersifat menetap, meliputi tingkah laku sosial, kondisi emosional, dan pengaruh lingkungan sekitar.

Adapun tanda dan gejala dari gangguan TMJ adalah sebagai berikut : 1) Sakit atau gangguan yang terasa di rahang 2) Rasa sakit di sekitar telinga 3) Kesulitan menelan atau perasaan tidak nyaman ketika menelan 4) Rasa sakit di sekitar wajah 5) Suara clicking atau perasaan tidak mulus ketika mengunyah atau membuka mulut 6) Rahang terkunci, sehingga mulut sulit dibuka atau ditutup. 7) Sakit kepala 8) Gigitan yang tidak pas 9) Gigi-gigi tidak mengalami perlekatan yang sama karena ada sebagian gigi yang mengalami kontak prematur (lebih awal dari yang lain)

C. Pemeriksaan Klinis dan Diagnosis Gangguan TMJ

Pemeriksaan klinis untuk pasien dengan kemungkinan gangguan fungsi/penyakit TMJ sebagian besar didasarkan atas pengamatan/ pemanfaatan, palpasi dan auskultasi.

1. Oklusi. Gangguan oklusi secara umum bisa langsung diperiksa, yaitu misalnya gigitan silang (crossbite), gigitan dalam (deep overbite), gigi supra erupsi dan daerah tak bergigi yang tidak direstorasi, adanya bruxism.

2. Pembukaan antar insisal Pembukaan antar insisal bervariasi lebarnnya, tetapi biasanya pada orang dewasa sekitar 40 hingga 50 mm.

3. Pergerakan lain Pergeseran lateral juga diukur, biasanya pada titik atau garis tengah, dan dibandingkan kesimetrisannya (angka yang didapat biasanya 8 hingga 10 mm). gangguan internal misalnya dislokasi discus, akan membatasi pergeseran ke sisi yang berlawanan

4. Palpasi Palpasi otot pengunyahan secara bimanual, terutama otot maseter dan temporalis serta otot leher dan bahu.

Dalam mendiagnosis pasien diperlukan riwayat yang menyeluruh. Keluhan utama yang paling sering dirasakan pada penyakit/gangguan fungsi sendi temporomandibula adalah rasa nyeri dan rasa tidak enak, yang disertai dengan kliking atau keluhan sendi lainnya.

1) Rasa sakit/nyeri. Bila pasien merasakan adanya rasa nyeri, maka yang paling penting untuk diketahui adalah lokasi, sifat, dan lama terjadinya rasa nyeri/sakit tersebut.

2) Bunyi sendi. Jika pasien mengeluh adanya bunyi sendi atau kliking (suara berkeretak), maka saat timbulnya dan perubahan pada suara sendi tersebut merupakan informasi yang perlu diketahui. 3) Perubahan luas pergerakan. Penyembuhan kliking seringkali diikuti oleh keluhan baru, yaitu nyeri akut dan berkurangnya luas pergerakan yang nyata, khususnya pada jarak antar insisal, dimana penemuan inimerupakan petunjuk utama terjadinya closed lock. 4) Perubahan oklusi. Beberapa penderita mengeluhkan perubahan gigitan. Keluhan ini dapat merupakan tanda terjadinya perubahan degenerative tingkat lanjut atau spasme otot akut. 5) Informasi keadaan kolateral. Setelah riwayat utama diperiksa secara menyeluruh, selanjutnya dapat dikumpulkan informasi keadaan kolateral. Kondisi-kondisi lain yang mengenai kepala dan leher, seperti sinusitis akut atau kronis, sakit pada telinga, dll. 6) Perawatan sebelumnya. Kronologi perawatan sebelumnya baik pemberian obat, mekanis, maupun secara bedah juga dicatat. 7) Stress. Untuk menentukan dengan tepat keadaan emosional pasien biasanya dibutuhkan beberapa kunjungan dengan kemungkinan pengiriman/rujukan untuk evaluasi psikologis, dan terapi control stress selanjutnya.

D. Dampak Gangguan TMJ

1. Permasalahan dalam proses makan Berkurangnya kemampuan membuka mulut menyebabkan berkurangnya asupan nutrisi penderita trismus. Penderita tidak sanggup memakan makanan dalam porsi yang biasa. Penderita biasanya akan mengalami penurunan berat badan dan mengalami kekurangan gizi. Hal ini perlu diperhatikan bila penderita tersebut membutuhkan suatu proses penyembuhan setelah menjalani proses pembedahan, khemoterapi, atau radiasi. Kehilangan berat badan sebesar 10 % dari berat badan awal memiliki indikasi terjadi intake gizi dan kalori yang kurang pada penderita.

Masalah di atas juga timbul akibat gangguan menelan pada penderita trismus, hal tersebut berhubungan dengan pembentukan bolus makanan yang terganggu akibat proses salivasi dan pergerakan lidah yang tidak sempurna. Selain itu akan banyak ditemukan sisa makanan yang tidak seluruhnya ditelan. Kombinasi dari gangguan pada otot mastikasi, pembentukan bolus yang

tidak sempurna dan peningkatan dari sisa makanan akan menyebabkan aspirasi dari sisa makanan tersebut.

2. Permasalahan dalam kesehatan gigi dan mulut Gangguan dalam membuka mulut akan dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan gigi dan mulut. Kesehatan gigi dan mulut yang jelek akan dapat menimbulkan karies yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi. Infeksi yang lebih lanjut terutama pada mandibula akan menyebabkan terjadinya osteoradionekrosis.

Osteoradionekrosis ini terdapat pada penderita kanker yang menjalani terapi pada mandibula. Meskipun jarang terjadi, gangguan ini dapat mengganggu fungsi rahang dan menjadi fatal. Hal ini terjadi akibat matinya jaringan tulang mandibula oleh radiasi. Pada keadaan ini terapi yang dibutuhkan adalah oksigen hiperbarik.

3. Permasalahan dalam proses menelan dan berbicara. Kebanyakan dari penderita trismus akan mengalami gangguan menelan dan berbicara. Berbicara akan terganggu jika mulut tidak dapat terbuka secara normal sehingga bunyi yang dihasilkan tidak akan sempurna. Proses menelan akan terganggu jika otot mengalami kerusakan, laring tidak akan sanggup dielevasikan secara sempurna saat bolus makanan melaluinya.

4. Permasalahan akibat immobilasi sambungan rahang Meskipun gejala utama trismus adalah ketidakmampuan dalam membuka mulut, hal lain yang sangat perlu mendapat perhatian adalah permasalahan pada temporomadibular joint. Saat temporomadibular joint mengalami immobilisasi, proses degeneratif akan timbul pada sambungan tersebut, perubahan ini hampir mirip dengan perubahan yang terjadi pada proses artritis, dan biasanya akan diikuti oleh nyeri dan proses inflamasi.

Jika tidak ditangani segera proses ini akan terus berlanjut dan kerusakan akan menjadi permanen. Dan juga akan dapat timbul proses degenarasi pada otot-otot pengunyah sehingga jika terus berlanjut akan menimbulkan atropi pada otot tersebut.

E. Respon Imunitas Rongga Mulut

Saat terjadi trismus yang salah satunya disebabkan oleh inflamasi bakteri, tubuh akan merespon dengan respon inflamasi salah satunya edema yang ditunjukkan oleh adanya bengkak. Dimana, edema ini kemungkinan berada pada M.Pterygoideus medialis sehingga menyebabkan trismus

F. Pencegahan dan Penanganan Gangguan TMJ

Dalam melakukan perawatan terhadap gangguan TMJ sangatlah rumit. Namun perawatan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara: Perawatan sendiri/fisioterapi/terapi fisik:Pasien dapat melakukan sendiri kompres dengan lap panas. Caranya : di atas lap diletakkan botol berisi air panas, lama terapi 10-15 menit dilakukan terus-menerus sekurang-kurangnya 3 minggu. Pemijatan sekitar sendi, sebelumnya dengan krim mengandung metal salisilat. Latihan membuka dan menutup mulut secara perlahan tenpa terjadi deviasi, dilakukan di depan cermin.

Caranya: garis median pasien ditandai, lalu pasien disuruh membuka-menutup mulut di depan cermin tanpa terjadi penyimpangan garis median. Fisioterapi dengan alat seperti Infrared yang berguna untuk menghilangkan nyeri, relaksasi otot superficial, menaikan aliran dara superficial, dll. Perawatan dengan Obat Analgetik seperti Aspirin, Asetaminophen, Ibuprofen ; Anti inflamasi seperti Naproxen dan Ibuprofen ; dll.

Memakai alat di dalam mulut Splin oklusal atau Michigan splin. Fungsi splin oklusal adalah menghilangkan gangguan oklusi, mensatbilkan hubungan gigi dan sendi, merlaksasi otot, menghilangkan kebiasaan parafungsi, melindungi abrasi terhadap gigi, mengurangi beban sendi temporomandibula, menghilangkan rasa nyeri akibat disfungsi sendi temporomandibula berikut otot-ototnya, sebagai alat diagnostic untuk memastikan bahwa oklusi lah yang menyebabkan rasa nyeri dan gejala-gejala yang sulit diketahui sumbernya.

Bila gejala-gejala gangguan sendi temporomandibula sudah hilang pada pasien dan posisi kondilus sudah stabil pada tempatnya, otot-otot pengunyahan sudah normal, kondisi psikologik

pasien sudah stabil, postur tubuh sudah normal maka dapat dilakukan perawatan berikutnya yaitu perawatan ortodontik, pembuatan gigi tiruan cekat, pembuatan gigi tiruan lepasan (jika memang dibutuhkan).

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Nyeri pada disfungsi TMJ dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain: adanya hiperfungsi atau disfungsi dari system musculoskeletal (otot, ligamen) yang berkaitan dengan TMJ, hiperfungsi ini dapat diakibatkan dari kebiasaan-kebiasaan buruk yang dilakukan seseorang seperti mengerat gigi, sering menguap, mengunyah pada satu sisi, faktor degenerasi pada TMJ dapat menimbulkan gangguan fungsi TMJ disebabkan adanya

pembebanan yang terus menerus, faktor maloklusi gigi terutama pertumbuhan gigi geraham belakang yang tidak normal dapat menyebabkan desakan yang terus menerus serta adanya kelainan anatomi rahang dapat berakibat menimbulkan rasa nyeri pada TMJ.

Sendi temporomandibula merupakan satu-satunya sendi di kepala, sehingga bila terjadi sesuatu pada salah satu sendi ini, maka seseorang mengalami masalah yang serius. Masalah tersebut berupa nyeri saat membuka, menutup mulut, makan, mengunyah, berbicara, bahkan dapat menyebabkan mulut terkunci

Keluhan ini dapat berupa nyeri di wajah, leher, bahu, dan punggung; nyeri kepala; ketidakmampuan menemukan posisi istirahat bagi rahang; kesulitan membuka mulut; dan nyeri pada pengunyahan.Etiologi disfungsi temporomandibula sampai saat ini masih banyak diperdebatkan dan multifaktorial B. Saran

Memakai alat di dalam mulut Splin oklusal atau Michigan splin. Fungsi splin oklusal adalah menghilangkan gangguan oklusi, mensatbilkan hubungan gigi dan sendi, merlaksasi otot, menghilangkan kebiasaan parafungsi, melindungi abrasi terhadap gigi, mengurangi beban sendi temporomandibula, menghilangkan rasa nyeri akibat disfungsi sendi temporomandibula berikut

otot-ototnya, sebagai alat diagnostic untuk memastikan bahwa oklusi lah yang menyebabkan rasa nyeri dan gejala-gejala yang sulit diketahui sumbernya.

Bila gejala-gejala gangguan sendi temporomandibula sudah hilang pada pasien dan posisi kondilus sudah stabil pada tempatnya, otot-otot pengunyahan sudah normal, kondisi psikologik pasien sudah stabil, postur tubuh sudah normal maka dapat dilakukan perawatan berikutnya yaitu perawatan ortodontik, pembuatan gigi tiruan cekat, pembuatan gigi tiruan lepasan (jika memang dibutuhkan).

DAFTAR PUSTAKA

Jubhari, Eri.H (2002) Proses Menua Sendi Temporomandibula pada Pemakai Gigitiruan Lengkap. Cermin Dunia Kedokteran 137, 42-45. Shulman DH, Shipman B, Willis FB (2009) Treating trismus with dynamic splinting: a case report. Journal of Oral Science 51, 141-144. Dhanrajani PJ, Jonaidel O (2002) Trismus: Aetiology, Differential Diagnosis and Treatment. Dental Update 29, 88-94. Pedersen, Gordon W. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC. 1996. p. 306-309. Kurnikasari, Erna, Perawatan Disfungsi Sendi Temporomandibula Secara Paripurna. FKG Unpad. Louhenapessy J, Kaelani Y. Analisa Kelelahan Material Condylar Prosthesis dari Groningen Temporomandibular Joint Prosthesis Menggunakan Metode Elemen Hingga. ITS Surabaya. Schwartz, MW. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC.2004. Diposkan oleh Khadijah di 21:12

Anda mungkin juga menyukai