Oleh:
Berliana Ayu Prawesti Permatasari 021611133032
Ayu Vania Adityani 021611133033
Anindita Daraninggar 021611133034
Nadya Innasa Khairani 021611133035
Nia Nur Haliza 021611133036
Tiffany Josephine Hidayat 021611133037
Shantya Reztika Hermanto 021611133038
Jihan Sanuria Firmansyah 021611133039
Cahyo Pulunggono 021611133040
Nidya Pramesti Olifia Asyhari 021611133041
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penulisan Tugas Mandiri Anatomi I yang berjudul “Dislokasi
Temporomandibular Joint (TMJ)” dengan tepat waktu. Keberhasilan penulisan
Tugas Mandiri Anatomi I ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. An'nisaa Chusida, drg., M.Kes.,sebagai dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan sehingga Tugas Mandiri Anatomi I ini dapat terselesaikan
tepat waktu.
2. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan motivasi, dorongan dan
semangat kepada penulis.
Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari makalah
ini. Karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi ilmu yang
berguna bagi kita sesama, bangsa, dan negara.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR…………………………………………….. ii
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………. 1
iii
iv
4.1 Kesimpulan…………………………………………… 28
4.2 Saran…………………………………………………. 28
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………… 29
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
Mengetahui definisi dislokasi Temporomandibular Joint (TMJ).
Mengetahui mekanisme kerja Temporomandibular Joint (TMJ).
Mengetahui upaya penanganan dislokasi Temporomandibular Joint (TMJ).
1.4 Manfaat
Memberikan pemahaman mengenai definisi dislokasi Temporomandibular
Joint (TMJ).
Memberikan pemahaman mengenai mekanisme kerja Temporomandibular
Joint (TMJ).
Memberikan pemahaman mengenai upaya penanganan dislokasi
Temporomandibular Joint (TMJ).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1 Skema temporomandibular joint pada gerak rotasi dan translasi saat
membuka dan menutup mulut(Suhartini,2011)
TMJ merupakan salah satu sendi yang paling kompleks pada tubuh dan
merupakan tempat dimana mandibular berartikulasi dengan kranium .Artikulasi
tersebut memungkinkan terjadinya pergerakan sendi, yang disebut sendi
ginglimoid dan pada saat bersamaan terjadi juga pergerakan lancar yang
diklasifikasikan sebagai sendi arthrodial. TMJ terletak di bawah telinga,
merupakan sendi yang menyatukan rahang bawah (mandibula) dengan rahang atas
(tulang temporal). Sendi ini merupakan persendian yang unik karena bersifat
bilateral. Mandibula merupakan kesatuan tulang yang berhubungan dengan tulang
temporal pada dua tempat, dan bersifat simetris. Ujung dari mandibula ini
membulat yang disebut kondil (Anggraini,2002).
Kondil tidak berkontk langsung dengan permukaan tulang temporal, tetapi
dipisahkan oleh diskus yang halus, disebut meniscus atau diskus artikulare.
Diskus ini tidak hanya berperan sebagai pembatas tulang keras tetapi juga sebagai
bantalan yang menyerap getaran dan tekanan yang ditransmisikan melalui sendi
(Pedersen,1996).
5
Gambar 2.2 Anatomi TMJ (A) TMJ tampak inferior.(B) TMJ tampak inferior tanpa
condylus. (C) TMJ tampak lateral. (D) Condylus tanpa basis cranii tampak inferior
(Elsevier,2007).
2.3.1 Arteri
Arteri utama yang memperdarahi struktur luar wajah adalah arteri
facialis,cabang dari ateri carotis externa, yang keluar pada trigonum
carotis. Setelah mengeluarkan percabangan ke beberapa struktur bagian dalam
pada leher dan glandula submandibularis, arteri berjalan melewati tepi bawah
mandibula, di depan m. masseter untuk masuk ke wajah. Pada wajah, arteri
facialis berjalan ke atas dank e depan, ke samping hidung, terletak kira-kira
setengah inci dari sudut mulut. Arteri berjalan berkelok-kelok di antara otot
wajah. Sepanjang perjalanannya, arteri berganti-ganti melintasi mandibula, m.
buccinator, maxilla,dan m. levator anguli oris, jauh ke dalam platysma, m.
risorius, zygomaticus dan levator labii superioris. Bagian terminalnya
kadang-kadang disebut juga sebagai arteri angularis, yangberjalan di dalam
substansi muscullus levator labii superioris alaque nasi dan berakhir dengan
anastomosis terhadap cabang arteri opthalmica pada sudut medial mata.
Sepanjang perjalanannya, arteri facialis mengeluarkan beberapa cabang
kecil yang berjalan kebelakang pipi, dan cabang besar yang berjalan ke
depan bibir. Arteri yang terakhir ini, yaitu arteri labialis inferior dan superior,
terletak jauh di dalam tiap bibir di antara musculus orbicularis orisdan membrane
mukosa. Seringkali arteri fascialis mengeluarkan cabang nasalis lateralis untuk
memperdarahi bagian samping hidung.Arteri temporalis superficialis adalah salah
satu cabang terminal dari arteri carotis externa. Arteri ini masuk ke glandula
parotidea dan keluar dari glandulapada tepi atasnya bersama dengan nervus
auriculotemporalis. Setelah keluardari glandula, arteri akan berjalan
melintasi arcus zygomaticus di depan auricular dimana denyutannya dapat
diraba, dan berlanjut ke atas pada fascia temporalis untuk memperdarahi kulit
kepala melalui arteri temporalis media dan ramus frontalis. Dengan masih tetap
7
Ketebalan diskus sesuai antara zona anterior dan posterior pada zona
intermediat. Zona posterior sedikit lebih tebal dibandingkan zona anterior. Diskus
artikularis terletak di antara kepala kondilus dan fossa artikularis. Pada keadaan
normal, permukaan artikular kondilus terletak pada zona intermediat diskus
artikularis, dan dibatasi oleh ketebalan bagian anterior dan
posterior(Epstein,2001).
Perlekatan pada bagian posterior diskus artikularis terletak pada jaringan
ikat longgar yang memiliki lebih banyak pembuluh darah dan persarafan. Hal ini
dikenal dengan retrodiskal tissue atau perlekatan posterior. Bagian atas disebut
juga lamina superior, mengandung lebih banyak elastin. Lamina superior melekat
pada plat timpani. Bagian bawah perlekatan posterior ini juga disebut lamina
inferior(Epstein,2001).
1. Gerak membuka
Seperti sudah diperkirakan, gerak membuka maksimal umumnya lebih
kecil daripada kekuatan gigitan maksimal (menutup). Muskulus
pterygoideus lateralis berfungsi menarik prosessus kondiloideus ke
depan menuju eminensia artikularis. Pada saat bersamaan, serabut
posterior muskulus temporalis harus relaks dan keadaan ini akan
diikuti dengan relaksasi muskulus masseter, serabut anterior muskulus
temporalis dan muskulus pterygoideus medialis yang berlangsung
cepat dan lancar. Keadaan ini akan memungkinkan mandibula berotasi
di sekitar sumbu horizontal, sehingga prosessus kondilus akan
bergerak ke depan sedangkan angulus mandibula bergerak ke
belakang. Dagu akan terdepresi, keadaan ini berlangsung dengan
dibantu gerak membuka yang kuat dari muskulus digastricus,
muskulus geniohyoideus dan muskulus mylohyoideus yang
berkontraksi terhadap os hyoideum yang relatif stabil, ditahan pada
tempatnya oleh muskulus infrahyoidei. Sumbu tempat berotasinya
tidak dapat tetap stabil selama gerak membuka, namun akan bergerak
15
3. Protrusi
Pada kasus protrusi bilateral, kedua prosesus kondiloideus bergerak ke
depan dan ke bawah pada eminensia artikularis dan gigi geligi akan
tetap pada kontak meluncur yang tertutup. Penggerak utama pada
keadaan ini adalah muskulus pterygoideus lateralis dibantu oleh
muskulus pterygoideus medialis.Serabut posterior muskulus temporalis
merupakan antagonis dari kontraksi muskulus pterygoideus lateralis.
Muskulus masseter, muskulus pterygoideus medialis dan serabut
anterior muskulus temporalis akan berupaya mempertahankan tonus
kontraksi untuk mencegah gerak rotasi dari mandibula yang akan
memisahkan gigi geligi Kontraksi muskulus pterygoideus lateralis juga
akan menarik discus artikularis ke bawah dan ke depan menuju
eminensia artikularis. Daerah perlekatan fibroelastik posterior dari
diskus ke fissura tympanosquamosa dan ligamen capsularis akan
berfungsi membatasi kisaran gerak protrusi ini.
4. Retusi
Selama pergerakan, kaput mandibula bersama dengan discus
artikularisnya akan meluncur ke arah fosa mandibularis melalui
kontraksi serabut posterior muskulus temporalis. Muskulus
pterygoideus lateralis adalah otot antagonis dan akan relaks pada
keadaan tersebut. Otot-otot pengunyahan lainnya berfungsi
mempertahankan tonus kontraksi dan menjaga agar gigi geligi tetap
pada kontak meluncur. Elastisitas bagian posterior discus articularis
dan capsula articulatio temporomandibularis akan dapat menahan agar
diskus tetap berada pada hubungan yang tepat terhadap caput
mandibula ketika prosesus kondiloideus bergerak ke belakang.
5. Gerak lateral
Pada saat rahang digerakkan dari sisi yang satu ke sisi lainya untuk
mendapat gerak pengunyahan antara permukaan oklusal premolar dan
molar, prosesus kondiloideus pada sisi tujuan arah mandibula yang
17
bergerak akan ditahan tetap pada posisi istirahat oleh serabut posterior
muskulus temporalis sedangkan tonus kontraksinya akan tetap
dipertahankan oleh otot-otot pengunyahan lain yang terdapat pada sisi
tersebut. Pada sisi berlawanan prosesus kondiloideus dan diskus
artikularis akan terdorong ke depan ke eminensia artikularis melalui
kontraksi muskulus pterygoideus lateralis dan medialis, dalam
hubungannya dengan relaksasi serabut posterior muskulus temporalis.
Jadi, gerak mandibula dari sisi satu ke sisi lain terbentuk melalui
kontraksi dan relaksasi otot-otot pengunyahan berlangsung bergantian,
yang juga berperan dalam gerak protrusi dan retrusi Pada gerak lateral,
caput mandibula pada sisi ipsilateral, ke arah sisi gerakan, akan tetap
ditahan dalam fosa mandibularis. Pada saat bersamaan, caput
mandibula dari sisi kontralateral akan bergerak translasional ke depan.
Mandibula akan berotasi pada bidang horizontal di sekitar sumbu
vertikal yang tidak melintas melalui caput yang ‘cekat’, tetapi melintas
sedikit di belakangnya. Akibatnya, caput ipsilateral akan sedikit ke
lateral, dalam gerakan yang dikenal sebagai gerak BennetSelain
menimbulkan pergerakan aktif, otot-otot pengunyahan juga
mempunyai aksi postural yang penting dalam mempertahankan posisi
mandibula terhadap gaya gravitasi. Bila mandibula berada pada posisi
istirahat, gigi geligi tidak beroklusi dan akan terlihat adanya celah atau
freeway space diantara arkus dentalis superior dan inferior.(Universitas
Sumatera Utara,2009)
bergantung dan hanya gigi geligi posterior yang dapat berkontak.Pada dislokasi
yang unilateral, juga terlihat gigitan terbuka tetapi garis tengah dari dagu deviasi
25
26
4.1 Kesimpulan
Temporo mandibular joint adalah anugerah yang luar biasa dari
Tuhan.Dengan memiliki persendian tersebut, manusia dapat berkomunikasi dan
mencukupi kebutuhan nutrisi melalui makanan. Tetapi, tidak semata-mata
persendian itu akan tetap pada tempatnya. Dislokasi kerap ditemui pada pasien
dokter gigi, bisa terjadi pada satu sisi maupun dua sisi. Terjadinya dislokasi bisa
karena berbagai macam, mulai dari membuka mulut terlalu lebar dan dipukul
sangat keras. Perbaikan dislokasi yang dilakukan harus melewati pemeriksaan
klinis dan memakan waktu.
4.2 Saran
Beberapa hal untuk mengurangi terjadinya dislokasi pada temporo
mandibular joint antara lain, masyarakat harus berhati-hati dalam membuka-tutup
mulut. Kurangi membuka mulut terlalu lebar dan lama serta berikan waktu untuk
merenggangkan persendian agar tidak terjadi dislokasi.Ingat bahwa mencegah
lebih baik daripada mengobati dan tetap hati-hati dalam melakukan apa saja.
Semoga untuk kedepannya, masyarakat dapat lebih waspada akan terjadinya
dislokasi dan bagaimana cara mengatasinya. Hal ini dapat dilakukan dengan
edukasi mulai dari bangku sekolah dasar.
28
DAFTAR PUSTAKA
Coulthart P,.et al. 2003. Oral and Maxillofacial Surgery, Radiology, Pathology and Oral
Medicine. London: Churchill livingstones.
Dixon A D. Anatomi untuk kedokteran gigi. 5th ed. Alih bahasa. Lilian yuwono. Jakarta:
Hipokrates, 1993: 350-51.
Epstein, J.B. et al. 2001. The Utility of Panoramic The temporomandibular Joint in
Patients with Temporomandibular Disorders. Oral Surgery, Oral Medicine, Oral
Pathology, Oral Radiology, and Endodontics: Vol.1992, no.2: 236-239.
Kardos,T & Kieser Jules. 2000. Clinical Oral Biology. 2nd Ed.Unigraphics ITS. Dunedin,
hal 33-37, 53-62,93-101.
29
30
Norton N S. Temporomandibular joint. In: Netter’s head and neck anatomy for dentistry.
Nebraska: Saunders Elsevier, 2007: 256-65.
Suhartini. 2011. Kelainan pada Temporo Mandibular Joint (jurnal). Jember: Universitas
Negeri Jember.