Anda di halaman 1dari 34

Tugas Mandiri Anatomi I

DISLOKASI TEMPOROMANDIBULAR JOINT (TMJ)

Oleh:
Berliana Ayu Prawesti Permatasari 021611133032
Ayu Vania Adityani 021611133033
Anindita Daraninggar 021611133034
Nadya Innasa Khairani 021611133035
Nia Nur Haliza 021611133036
Tiffany Josephine Hidayat 021611133037
Shantya Reztika Hermanto 021611133038
Jihan Sanuria Firmansyah 021611133039
Cahyo Pulunggono 021611133040
Nidya Pramesti Olifia Asyhari 021611133041

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS AIRLANGGA
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penulisan Tugas Mandiri Anatomi I yang berjudul “Dislokasi
Temporomandibular Joint (TMJ)” dengan tepat waktu. Keberhasilan penulisan
Tugas Mandiri Anatomi I ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. An'nisaa Chusida, drg., M.Kes.,sebagai dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan sehingga Tugas Mandiri Anatomi I ini dapat terselesaikan
tepat waktu.

2. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan motivasi, dorongan dan
semangat kepada penulis.

3. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan Tugas Mandiri


Anatomi I ini.

Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari makalah
ini. Karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi ilmu yang
berguna bagi kita sesama, bangsa, dan negara.

Surabaya,19 Desember 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR…………………………………………….. ii

DAFTAR ISI………………………………………………………. iii

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang………………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah …………………………………….. 2

1.3 Tujuan …………………………………………………. 2

1.4 Manfaat ………………………………………………… 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA…………………………………… 3

2.1 Definisi Temporo Mandibular Joint……………………. 3

2.2 Anatomi Temporo Mandibular Joint …………………… 4

2.3Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula…………… 5

2.3.1 Arteri …………………………………………………. 6

2.3.2 Vena ………………………………………………….. 7

2.3.3 Struktur Nervus ……………………………………… 8

2.4 Sendi Temporomandibular ……………………………. 12

2.4.1 Prosesus Kondoloideus ……………………………… 13

2.4.2 Fisiologi Pergerakan Sendi Temporomandibula …….. 14

iii
iv

2.5 Dislokasi TMJ …………………………………………. 17

2.5.1 Macam-macam Dislokasi TMJ ……………………… 18

2.5.2 Penanganan Terjadinya Dislokasi TMJ………………. 19

BAB 3 PEMBAHASAN …………………………………………… 25

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN…………………………… 28

4.1 Kesimpulan…………………………………………… 28

4.2 Saran…………………………………………………. 28

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………… 29
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Temporomandibular Joint (TMJ) belum banyak dikenal orang awam, padahal
bila sendi ini terganggu dapat memberi dampak yang cukup besar terhadap
kualitas hidup. Sendi Temporomandibular Joint (TMJ) adalah suatu persendian
yang sangat kompleks di dalam tubuh manusia. Selain gerakan membuka dan
menutup mulut, sendi Temporomandibular Joint (TMJ) juga bergerak meluncur
pada suatu permukaan (ginglimoathrodial). Selama proses pengunyahan sendi
Temporomandibular Joint (TMJ) menopang tekanan yang cukup besar. Oleh
karena itu, sendi Temporomandibular Joint (TMJ) mempunyai diskus artikularis
untuk menjaga agar cranium dan mandibula tidak bergesekan. Sendi
Temporomandibular Joint (TMJ) mempunyai peranan penting dalam fungsi
fisiologis dalam tubuh manusia. Identifikasi anatomi maupun radioanatomi dari
struktur persendian ini merupakan suatu hal yang sebaiknya dapat dipahami
secara baik. (Yusro, 2014)
Dislokasi Tempor Temporomandibular Joint (TMJ) adalah suatu gangguan
yang sering ditemukan dalam praktek dokter gigi sehari-hari. Penderita dengan
gangguan ini akan merasa tidak nyaman walaupun gangguan ini jarang disertai
dengan rasa sakut yang hebat. (Newton, 2001)
Pada sebagian besar kasus, dislokasi terjadi secara spontan saat membuka
mulut terlalu lebar, misalnya menguap, berteriak, atau pada saat perawatan gigi.
Penderita dengan Fossa mandibula yang dangkal dan kepala Condillus tidak
berkembang dengan baik, merupakan faktor prediposisi terjadinya dislokasi.
Dislokasi dapat pula terjadi saat manipulasi airway dalam tindakan anesthesia,
dan pada kasus trauma pada rahang yang umumnya terjadi oleh karena kekuatan
benturan ke arah bawah dari Mandibula pada saat membuka mulut sebagian.
(Gazali and Kasim, 2004)

1
2

Melihat semakin meningkatnya dislokasi Temporomandibular Joint (TMJ),


maka kami akan membahas kelainan yang ditemukan pada Temporomandibular
Joint (TMJ) tersebut dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimana definisi dislokasi Temporomandibular Joint (TMJ)?
 Bagaimana mekanisme kerja Temporomandibular Joint (TMJ)?
 Bagaimana upaya penanganan dislokasi Temporomandibular Joint (TMJ)?

1.3 Tujuan
 Mengetahui definisi dislokasi Temporomandibular Joint (TMJ).
 Mengetahui mekanisme kerja Temporomandibular Joint (TMJ).
 Mengetahui upaya penanganan dislokasi Temporomandibular Joint (TMJ).

1.4 Manfaat
 Memberikan pemahaman mengenai definisi dislokasi Temporomandibular
Joint (TMJ).
 Memberikan pemahaman mengenai mekanisme kerja Temporomandibular
Joint (TMJ).
 Memberikan pemahaman mengenai upaya penanganan dislokasi
Temporomandibular Joint (TMJ).
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Temporo Mandibular Joint

Gerakan pengunyahan merupakan interaksi dari beberapa komponen yang


terdiri dari gigi geligi, otot-otot pengunyahan dan sendi rahang
(temporomandibular joint/TMJ).TMJ merupakan persendian yang
menghubungkan antara rahang bawah (mandibula) dengan rahang atas
(maksila).(Okeson,1998). Salah satu organ yang berperan penting sebagai
penanggung jawab pergerakan membuka dan menutup rahang, mengunyah serta
berbicara dalam sistem stomatognatik yang letaknya di bawah depan telinga
adalah sendi Temporo Mandibular Joint.(Pedersen,1996). Dalam pergerakannya,
di TMJ terdapat dua gerakan utama yaitu gerak rotasi dan gerak meluncur atau
translasi. Gerak rotasi adalah gerakan berputar pada sumbunya yang terjadi antara
permukaan superior kondilus dengan permukaan inferior diskus artikularis.
Berdasarkan porosnya dibagi atas horizontal, frontal dan sagittal. Sedangkan
gerakan meluncur atau translasi merupakan suatu gerakan di mana setiap titik dari
obyek bergerak serempak dengan kecepatan dana rah yang sama. Di dalam sistim
pengunyahan, translasi terjadi ketika rahang (bawah) bergerak maju, lebih
menonjol sehingga gigi, kondilus dan ramus semua pindah ke arah dan derajat
inklinasi yang sama.(Davitt,1989)
4

Gambar 2.1 Skema temporomandibular joint pada gerak rotasi dan translasi saat
membuka dan menutup mulut(Suhartini,2011)

2.2 Anatomi Temporo Mandibular Joint

TMJ merupakan salah satu sendi yang paling kompleks pada tubuh dan
merupakan tempat dimana mandibular berartikulasi dengan kranium .Artikulasi
tersebut memungkinkan terjadinya pergerakan sendi, yang disebut sendi
ginglimoid dan pada saat bersamaan terjadi juga pergerakan lancar yang
diklasifikasikan sebagai sendi arthrodial. TMJ terletak di bawah telinga,
merupakan sendi yang menyatukan rahang bawah (mandibula) dengan rahang atas
(tulang temporal). Sendi ini merupakan persendian yang unik karena bersifat
bilateral. Mandibula merupakan kesatuan tulang yang berhubungan dengan tulang
temporal pada dua tempat, dan bersifat simetris. Ujung dari mandibula ini
membulat yang disebut kondil (Anggraini,2002).
Kondil tidak berkontk langsung dengan permukaan tulang temporal, tetapi
dipisahkan oleh diskus yang halus, disebut meniscus atau diskus artikulare.
Diskus ini tidak hanya berperan sebagai pembatas tulang keras tetapi juga sebagai
bantalan yang menyerap getaran dan tekanan yang ditransmisikan melalui sendi
(Pedersen,1996).
5

Gambar 2.2 Anatomi TMJ (A) TMJ tampak inferior.(B) TMJ tampak inferior tanpa
condylus. (C) TMJ tampak lateral. (D) Condylus tanpa basis cranii tampak inferior
(Elsevier,2007).

2.3 Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula


Di belakang meniskus ada suatu kelompok jaringan ikat longgar yang
banyak berisi pembuluh darah dan nervus. Suplai darah yang utama pada sendi ini
oleh arteri maksilaris interna terutama melalui cabang aurikular. Arteri maksilaris
merupakan cabang terminal dari arteri karotis eksterna yang mensuplai struktur di
bagian dalam wajah dan sebagian wajah luar. Awalnya berada di kelenjar parotis,
berjalan ke depan di antara ramus mandibula dengan ligamen sphenomandibula,
kemudian ke sebelah dalam dari muskulus pterigoideus eksternus menuju fosa
pterigoideus
Arteri ini terbagi atas 3 bagian yaitu: Pars mandibularis yang berjalan
mulai dari bagian belakang kolum mandibula sampai ke fosa infratemporalis, Pars
pterigoideus yang berada di dalam fosa infratemporalis, Pars pterygopalatinus
6

yang berada di dalam fosa pterigopalatina. Daerah sentral meniskus, lapisan


fibrous dan fibrokartilago umumnya tidak memiliki suplai darah sehingga
metabolismenya tergantung pada difusi tulang yang terletak di dalam dan cairan
sinovial.

2.3.1 Arteri
Arteri utama yang memperdarahi struktur luar wajah adalah arteri
facialis,cabang dari ateri carotis externa, yang keluar pada trigonum
carotis. Setelah mengeluarkan percabangan ke beberapa struktur bagian dalam
pada leher dan glandula submandibularis, arteri berjalan melewati tepi bawah
mandibula, di depan m. masseter untuk masuk ke wajah. Pada wajah, arteri
facialis berjalan ke atas dank e depan, ke samping hidung, terletak kira-kira
setengah inci dari sudut mulut. Arteri berjalan berkelok-kelok di antara otot
wajah. Sepanjang perjalanannya, arteri berganti-ganti melintasi mandibula, m.
buccinator, maxilla,dan m. levator anguli oris, jauh ke dalam platysma, m.
risorius, zygomaticus dan levator labii superioris. Bagian terminalnya
kadang-kadang disebut juga sebagai arteri angularis, yangberjalan di dalam
substansi muscullus levator labii superioris alaque nasi dan berakhir dengan
anastomosis terhadap cabang arteri opthalmica pada sudut medial mata.
Sepanjang perjalanannya, arteri facialis mengeluarkan beberapa cabang
kecil yang berjalan kebelakang pipi, dan cabang besar yang berjalan ke
depan bibir. Arteri yang terakhir ini, yaitu arteri labialis inferior dan superior,
terletak jauh di dalam tiap bibir di antara musculus orbicularis orisdan membrane
mukosa. Seringkali arteri fascialis mengeluarkan cabang nasalis lateralis untuk
memperdarahi bagian samping hidung.Arteri temporalis superficialis adalah salah
satu cabang terminal dari arteri carotis externa. Arteri ini masuk ke glandula
parotidea dan keluar dari glandulapada tepi atasnya bersama dengan nervus
auriculotemporalis. Setelah keluardari glandula, arteri akan berjalan
melintasi arcus zygomaticus di depan auricular dimana denyutannya dapat
diraba, dan berlanjut ke atas pada fascia temporalis untuk memperdarahi kulit
kepala melalui arteri temporalis media dan ramus frontalis. Dengan masih tetap
7

beradadi dalam glandula parotidea, arteri temporalis superficialis


mengeluarkan arteri transversa facialis. Arteri ini berjalan ke depan menuju
bagian ataspipi antara arcus zygomaticus di bagian atas dan ductus
parotideus di bagian bawah dan diikuti dengan rami zygomatici dari nervus
facialis. (Ductus parotideus terletak satu jari di bawah arcus zygomaticus).
Sejumlah arteri kecil kelihatan pada wajah disertai dengan cabang terminal nervus
trigeminus. Arteri ini beranastomosis dengan cabang arteri facialis dan arteri
transversa facialis pada jaringan yang menutupi rangka wajah, yaitu:
a. Arteri lacrimalis, supraorbitalis, supratrochlearis, dan
infratrochlearis di sekitar tepi orbita. Arteri-arteri ini adalah
cabang dari arteri ophthalmica.
b. Arteri infraorbitalis, cabang arteri maxillaris.
c. Arteri bbucalis dan mentalis, cabang arteri maxillaries dan arteri
alveolaris inferior.
2.3.2 Vena

Vena facialis keluar pada sudut medial mata melalui penggabungan


venasupraorbitalis dan supratrochlearis dan sebuah cabang yang
berhubungan dengan vena ophthalmica di dalam orbita (penting pada
penyebaran infeksi). Vena berjalan ke bawah pada angulus antara hidung dan pipi
dan kemudian ke bawah dan ke belakang melintasi otot wajah, terletak di
belakang arteri facialis. Sepanjang perjalanannya, vena facialis menerima vena
dari samping hidung dan bibir dan berhubungan dengan vena mentalis dan
infraorbitalis pada wajah dengan plexus pterygoideus sampai ke ramus
mandibulae. Hubungan ini terjadi melalui vena facialis profunda yang berjalan
bersama nervus buccalis cabang nervus mandibula. Plexus pterygoideus sendiri
berhubungan dengan sinus cavernosus melalui vena emissaria. Setelah
melintasi tepi bawah mandibula, venafacialisbergabung pada leher
dengan cabang anterior vena retromandiibularisuntuk membentuk vena
facialis communis. Vena ini bergabung dengan vena jugularis interna pada tepi
anterior musculus sternocleidomastoideus di bawah angulus mandibulae. Vv.
Temporales superficiales berjalan bersama dengan arteritemporalis
8

superficialis dan mendrainase kulit kepala, auricular, meatus acusticus externus


dan bagian posterior wajah. Tepatdi atas arcus zygomaticus vena ini
bertemu dengan vena temporalis media mendrainase musculus temporalis dan
kemudian, tepat di bawah arcus zygomaticus, vena transversa facialis berjalan
dari sisi wajah. Vena masuk ke permukaan atas glandula parotidea, daerah dimana
vena akan bergabung dengan vv. Maxillares, mendrainase plexus
pterygoideus, untuk membentuk vena retromandibularis. Vena ini berjalan
melalui glandula dan kemudian terbagi menjadi dua bagian, antara lain:
a. Cabang anterior, berjalan ke bawah dan ke depan untuk
menembus capsula facialis dari glandula parotidea. Di sini cabang anterior
bergabung dengan vena facialis untuk membentuk venafacialis communis
yang masuk ke vena jugularis interna.
b. Cabang posterior, berjalan ke belakang, menembus fascia yang
membungkus glandula parotidea dan bertemu pada permukaan musculus
sternocleidomastoideus dengan vena auricularis posterior yang
mendrainase kulit kepala di belakang telinga. Penggabungan vena-vena
iniakan membentuk vena jugularis externa, berjalan turun pada bagian
samping leher untuk bergabung dengan vena subclavia di atas clavicula.

2.3.3 Struktur Nervus


Nervus yang menjadi bagian dari mandibular berasal dari nervus kranial
inervasi dari TMJ. Nervus masseter dan temporal posterior mensarafi daerah
medial dan anterior sendi, nervus aurikulotemporal mennervusi daerah posterior
dan lateral sendi(Pedersen, 1996).
Nervus maseterikus bercabang lagi di depan kapsul dan meniskus. Nervus
aurikulotemporal dan nervus maseterikus merupakan serabut-serabut proprioseptif
dari impuls sakit nervus temporal anterior dan posterior melewati bagian lateral
muskulus pterigoideus, yang selanjutnya masuk ke permukaan dari muskulus
temporalis, saluran spinal dari nervus trigeminus. Permukaan fibrous artikular,
fibrokartilago, daerah sentral meniskus dan membran sinovial tidak ada
persarafannya(Pedersen, 1996).
9

Persarafan sensorik pada sendi temporomandibula yang terpenting


dilakukan oleh nervus aurikulotemporal yang merupakan cabang pertama
posterior dari nervus mandibularis. Nervus aurikulotemporal adalah nervus utama
yang menginervasi posterior lateral kapsul, ligamen temporomandibular dan
pembuluh darah kapsul.Nervus aurikulotemporal juga memberikan cabangnya ke
membrana timpani, auditori meatus eksternal, kulit pelipis dan kulit kepala,
bagian sentral diskus tidak berinervasi(Pedersen, 1996).
Nervus kranial yang terlibat dengan TMJ yaitu:
1. Cabang nervusnya berasal dari segmen C1-C3

Gambar 2.3 Saraf Cervical (Pearson, 2010 )

2. Nervus trigeminus (N. V)i


Nervus trigeminus adalah nervusotak yang terbesar, merupakan nervus
sensorik yang melayani sebagian besar kulit kepala dan wajah juga melayani
selaput lendir mulut, hidung, sinus paranasalis serta gigi dengan perantaraan
sebuah cabang motorik kecil, mensarafi otot-otot pengunyah. N. trigeminus
terbagi menjadi tiga cabang utama yaitu: n. oftalmikus, maksilaris dan
mandibularis yang berfungsi menampung sensibilitas dari berbagai daerah
10

wajah, mulut, gigi dan sebagian tengkorak juga menyediakan serabut-serabut


sensorik pengecap. Cabang yang ke mandibula bercabang menjadi nervus
aurikulotemporalis yang berjalan disisi medial kaput kondilus mandibula dan
mengirimkan cabang sensoriknya ke sendi temporomandibularis. Nervus
aurikulotemporalis adalah sensorik untuk nyeri dan sensasi umum pada bagian
atas wajah.
N. trigeminus keluar dari otak di sisi spons melalui radiks motoris dan
sensoris. Radiks sensoris ini membawa ganglion trigeminalis yang terdiridari
badan sel akson sensoris dan terletak pada lekukan os. temporal petrosa.
Radiks ini kemudian terbagi menjadi 3 cabang nervus, yaitu :
a.N. optalmikus
Perjalanan dan Percabangan N. optalmikus ( Nervus V / 1) Melintasi
sinuskavernosus dan memasuki orbita melalui fisura orbitalis superior di
manaterjadi percabangan menjadi :
1) N. frontalis
N. frontalis terletak tepat di bawah atap orbita dan terbagi menjadi
n.supraorbitalisdan n. supratroklearis, yang keluar dari orbita
sertamempersarafi kulit kepala bagian depan.
2) N. lakrimalis
N. lakrimalis terletakdi sebelah lateral dan mempersarafi kulit
kelopakmata serta wajah. Selain itu, saraf ini jua membawa serabut
parasimpatissekremotoris dari ganglion sfenopalatinum menuju glandula
lakrimalis.
3) N. nasosiliaris
N. nasosiliaris menyilang n. optikus dan berjalan sepanjang dindingmedial
orbita untuk keluar di wajah sebagai n.infratroklearis. Saraf inimemberi
cabang n. etmodalis menuju sinus etmoidalis dan n. siliarislongus menuju
mata yang membawa serabut sensoris dari kornea.
b. N. maksilaris
Meninggalkan rongga tengkorak melalui foramen
rotundumdanmemasuki fosa pterigopalatinus. Terdapat ganglion
11

sfenopalatinum yangmelekat dan membawa serabut parasimpatis menuju


glandula lakrimalismelalui hubungan dengan n. lakrimalis. Cabang-cabang n.
lakrimalis adalahn. palatinamayor dan minor menuju palatum durum
dan molle, n.sfenopalatina menuju kavum nasi dan melalui septum nasi,
menuju fosainsisivus untuk mempersarafi palatum durum.N. dental posterior
superior memasuki bagian belakang maksila danmempersarafi gigi. N.
maksilaris meninggalkan fosa sfenopalatina melaluifisura orbtalis inferior,
berjalan ke dasar orbitalis di mana terbentuk cabangn. dental media dan
anterior superior, dan menuju wajah melalui forameninfraorbitalis sebagai n.
infraorbitalis.
c.N. mandibularis
N. mandibularis meninggalkan ruangan tengkorak melalui foramen
ovaledan langsung terbagi menjadi beberapa cabang, yaitu:
1) N. alveolaris inferior
N. alveolaris inferior ini masuk ke foramen mandibularis untuk
mensarafigigi sebelum memasuki wajah sebagai N. mentalis. Saraf ini
memilikisatu cabang motoris yaitu N. milohioideus,yang mempersarafi
M.milohioideus.
2) N. lingualis
N. lingualis terletak dekat mandibula, tepat di belakang molar ketiga
danberjalan ke depan untuk mempersarafi lidah.
3) N. bukalis
N. bukalis ini membawa serabut sensoris dari wajah.
4) N. aurikulotemporalis
Saraf ini membawa serabut sensoris menuju sisi kulit kepala.
5) N. temporalis profunda
N. temporalis profunda berfungsi untuk mempersarafi M. temporalis.
3. Nervus fasialis (N. VII),
Nervus ini terutama untuk otot-otot mimik (wajah) dan kulit kepala.
Nervus fasialis juga merupakan nervus sensorik yang menghantarkan nervus
pengecap dari lidah.Keluardari otak dekat serebelum dan berjalan ke
12

lateral menujumeatus auditorius interna. Mencapaidinding medial


telinga tengah danberbalik kemudian beralan ke bawah untuk keluar dari
tengkorak melaluiforamen stilomastoideus. Kemudian melintasi glandua
parotis, di mana sarafini terbagi menjadi 5 cabang (tempralis, zigomatikus,
bukalis, mandibularismarginalis, dan servikalis) yang didistribusikan ke otot-
otot ekspresi wajah,m.platisma dan bagian posterior dari m.
digastrikus. Ditelinga tengahterbentuk cabang petrosus mayor yang
membawa serabut parasimpatismenuju ganglion sfenopalatina kemudian
menuju glandula lakrimalis. Ditelingatengah juga muncul korda timpani
yang bergabung dengan n.lingualis dan berjalan bersamanya.
4. Nervus hipoglosus (N. XII)
Nervus ini memberikan cabang motorik ke m.geniohioideus.
5. Nervus glosopharingeus (N IX)
Nervus ini mengandung serabut motorik dan sensorik, serabut motorik menuju
salah satu otot faring sementara sekreto motorik menujukelenjar parotis dan
nervus sensorik menuju ke otot lidah.

2.4 Sendi Temporomandibular


Sendi adalah hubungan antara dua tulang. Sendi temporomandibula
merupakan artikulasi antara tulang temporal dan mandibula.TMJ dibentuk oleh
kondilus yang terletak pada tulang mandibula dan fossa pada tulang temporal.
Kedua tulang ini dipisahkan oleh discus artikularis (epstein,2001). Struktur sendi
temporomandibula terdiri dari fossa glenoidales, processus kondilodeus,
eminentia artikularis, kapsula arikularis, diskus artikularis, dan membran sinovial.
13

Gambar 2.4. Struktur Sendi Temporomandibula

Ketebalan diskus sesuai antara zona anterior dan posterior pada zona
intermediat. Zona posterior sedikit lebih tebal dibandingkan zona anterior. Diskus
artikularis terletak di antara kepala kondilus dan fossa artikularis. Pada keadaan
normal, permukaan artikular kondilus terletak pada zona intermediat diskus
artikularis, dan dibatasi oleh ketebalan bagian anterior dan
posterior(Epstein,2001).
Perlekatan pada bagian posterior diskus artikularis terletak pada jaringan
ikat longgar yang memiliki lebih banyak pembuluh darah dan persarafan. Hal ini
dikenal dengan retrodiskal tissue atau perlekatan posterior. Bagian atas disebut
juga lamina superior, mengandung lebih banyak elastin. Lamina superior melekat
pada plat timpani. Bagian bawah perlekatan posterior ini juga disebut lamina
inferior(Epstein,2001).

2.4.1 Prossesus Kondoloideus

Kondiloideus mandibula adalah bagian yang menonjol dari mandibular


yang meluas ke arah superior dan posterior, berbentuk cembung dengan
panjang20mm medio-lateralis dan 8-10mm ketebalan anterior-
porterior(Petrikowski, 2009).

Permukaan artikulasi tulang temporal terdiri dari dua bagian yaitu


artikularis dan eminensia artikularis.Fosa artikularis cekung dalam arah antero-
posterior medio-lateral.Eminensia artikularis membentuk batas anterior dari fosa
mandibularis yang meluas ke posterior dan dibatasi oleh linggir meatus akustikus
eksternus.Meniskus berbentuk oval yang membagi sendi menjadi dua bagian yang
terpisah, yaitu bagian atas antara meniskus dan permukaan artikularis tulang
temporal dan bagian bawah di antara meniskus dan permukaan kondiloideus.
Bentuk permukaan atasnya cekung-cembung dari depan ke belakang yang
beradaptasi dengan permukaan artikulasi tulang temporal sedangkan
bentukpermukaan bawahnya cekung yang beradaptasi dengan kondiloideus
mandibula. Di bagian depan dan belakang tebal sedangkan tipis di antara ke dua
14

penebalan ini. Ligamen kapsular melekat ke sekeliling meniskus ini, tendon


muskulus pterigoideus eksternus, muskulus maseter dan muskulus temporalis
melekat ke pinggir depan dari meniskus ini melalui ligamen kapsular(Norton,
2007).

Meniskus ini terbentuk dari kolagen avaskuler yang berfungsi untuk


menstabilisasi kondilus terhadap permukaan artikularis tulang temporal.Fungsi
lapisan lemak yang terdapat di muskulus pterigoideus lateralis adalah untuk
memungkinkan terjadinya gerakan rotasi pada saat membuka mulut. Daerah ini
mengandung pleksus vena sehingga didapati jaringan lunak yang
fleksibel(Petrikowski,2009).

2.4.2Fisiologi Pergerakan Sendi Temporomandibula


Gerak mandibula dalam hubungannya dengan rahang atas dapat
diklasifikasikan sebagai berikut yaitu :

1. Gerak membuka
Seperti sudah diperkirakan, gerak membuka maksimal umumnya lebih
kecil daripada kekuatan gigitan maksimal (menutup). Muskulus
pterygoideus lateralis berfungsi menarik prosessus kondiloideus ke
depan menuju eminensia artikularis. Pada saat bersamaan, serabut
posterior muskulus temporalis harus relaks dan keadaan ini akan
diikuti dengan relaksasi muskulus masseter, serabut anterior muskulus
temporalis dan muskulus pterygoideus medialis yang berlangsung
cepat dan lancar. Keadaan ini akan memungkinkan mandibula berotasi
di sekitar sumbu horizontal, sehingga prosessus kondilus akan
bergerak ke depan sedangkan angulus mandibula bergerak ke
belakang. Dagu akan terdepresi, keadaan ini berlangsung dengan
dibantu gerak membuka yang kuat dari muskulus digastricus,
muskulus geniohyoideus dan muskulus mylohyoideus yang
berkontraksi terhadap os hyoideum yang relatif stabil, ditahan pada
tempatnya oleh muskulus infrahyoidei. Sumbu tempat berotasinya
tidak dapat tetap stabil selama gerak membuka, namun akan bergerak
15

ke bawah dan ke depan di sepanjang garis yang ditarik (pada Keadaan


istirahat) dari prosessus kondiloideus ke orifisum canalis
mandibularis(Dixon,1993).
2. Gerak menutup
Penggerak utama adalah muskulus masseter, muskulus temporalis, dan
muskulus pterygoideus medialis.Rahang dapat menutup pada berbagai
posisi, dari menutup pada posisi protrusi penuh sampai menutup pada
keadaan prosesus kondiloideus berada pada posisi paling posterior
dalam fosa glenoidalis.Gerak menutup pada posisi protrusi
memerlukan kontraksi muskulus pterygoideus lateralis, yang dibantu
oleh muskulus pterygoideus medialis. Caput mandibula akan tetap
pada posisi ke depan pada eminensia artikularis. Pada gerak menutup
retrusi, serabut posterior muskulus temporalis akan bekerja bersama
dengan muskulus masseter untuk mengembalikan prosesus
kondiloideus ke dalam fosa glenoidalis, sehingga gigi geligi dapat
saling berkontak pada oklusi normal. Pada gerak menutup cavum oris,
kekuatan yang dikeluarkan otot pengunyahan akan diteruskan terutama
melalui gigi geligi ke rangka wajah bagian atas. Muskulus
pterygoideus lateralis dan serabut posterior muskulus temporalis
cenderung menghilangkan tekanan dari caput mandibula pada saat
otot-otot ini berkontraksi, yaitu dengan sedikit mendepresi caput
selama gigi geligi menggeretak. Keadaan ini berhubungan dengan
fakta bahwa sumbu rotasi mandibula akan melintas di sekitar ramus, di
daerah manapun di dekat orifisum canalis mandibular. Walaupun
demikian masih diperdebatkan tentang articulatio temporomandibula
merupakan sendi yang tahan terhadap stres atau tidak.Hasil-hasil
penelitian mutakhir dengan menggunakan model fotoelastik dan
dengan cahaya polarisasi pada berbagai kondisi beban menunjukkan
bahwa artikulasio ini langsung berperan dalam mekanisme stress.
16

3. Protrusi
Pada kasus protrusi bilateral, kedua prosesus kondiloideus bergerak ke
depan dan ke bawah pada eminensia artikularis dan gigi geligi akan
tetap pada kontak meluncur yang tertutup. Penggerak utama pada
keadaan ini adalah muskulus pterygoideus lateralis dibantu oleh
muskulus pterygoideus medialis.Serabut posterior muskulus temporalis
merupakan antagonis dari kontraksi muskulus pterygoideus lateralis.
Muskulus masseter, muskulus pterygoideus medialis dan serabut
anterior muskulus temporalis akan berupaya mempertahankan tonus
kontraksi untuk mencegah gerak rotasi dari mandibula yang akan
memisahkan gigi geligi Kontraksi muskulus pterygoideus lateralis juga
akan menarik discus artikularis ke bawah dan ke depan menuju
eminensia artikularis. Daerah perlekatan fibroelastik posterior dari
diskus ke fissura tympanosquamosa dan ligamen capsularis akan
berfungsi membatasi kisaran gerak protrusi ini.
4. Retusi
Selama pergerakan, kaput mandibula bersama dengan discus
artikularisnya akan meluncur ke arah fosa mandibularis melalui
kontraksi serabut posterior muskulus temporalis. Muskulus
pterygoideus lateralis adalah otot antagonis dan akan relaks pada
keadaan tersebut. Otot-otot pengunyahan lainnya berfungsi
mempertahankan tonus kontraksi dan menjaga agar gigi geligi tetap
pada kontak meluncur. Elastisitas bagian posterior discus articularis
dan capsula articulatio temporomandibularis akan dapat menahan agar
diskus tetap berada pada hubungan yang tepat terhadap caput
mandibula ketika prosesus kondiloideus bergerak ke belakang.
5. Gerak lateral
Pada saat rahang digerakkan dari sisi yang satu ke sisi lainya untuk
mendapat gerak pengunyahan antara permukaan oklusal premolar dan
molar, prosesus kondiloideus pada sisi tujuan arah mandibula yang
17

bergerak akan ditahan tetap pada posisi istirahat oleh serabut posterior
muskulus temporalis sedangkan tonus kontraksinya akan tetap
dipertahankan oleh otot-otot pengunyahan lain yang terdapat pada sisi
tersebut. Pada sisi berlawanan prosesus kondiloideus dan diskus
artikularis akan terdorong ke depan ke eminensia artikularis melalui
kontraksi muskulus pterygoideus lateralis dan medialis, dalam
hubungannya dengan relaksasi serabut posterior muskulus temporalis.
Jadi, gerak mandibula dari sisi satu ke sisi lain terbentuk melalui
kontraksi dan relaksasi otot-otot pengunyahan berlangsung bergantian,
yang juga berperan dalam gerak protrusi dan retrusi Pada gerak lateral,
caput mandibula pada sisi ipsilateral, ke arah sisi gerakan, akan tetap
ditahan dalam fosa mandibularis. Pada saat bersamaan, caput
mandibula dari sisi kontralateral akan bergerak translasional ke depan.
Mandibula akan berotasi pada bidang horizontal di sekitar sumbu
vertikal yang tidak melintas melalui caput yang ‘cekat’, tetapi melintas
sedikit di belakangnya. Akibatnya, caput ipsilateral akan sedikit ke
lateral, dalam gerakan yang dikenal sebagai gerak BennetSelain
menimbulkan pergerakan aktif, otot-otot pengunyahan juga
mempunyai aksi postural yang penting dalam mempertahankan posisi
mandibula terhadap gaya gravitasi. Bila mandibula berada pada posisi
istirahat, gigi geligi tidak beroklusi dan akan terlihat adanya celah atau
freeway space diantara arkus dentalis superior dan inferior.(Universitas
Sumatera Utara,2009)

2.5 Dislokasi Temporo Mandibula Joint


Dislokasi mandibula adalah suatu gangguan yang sering ditemukan dalam
praktek dokter gigi sehari-hari. Penderita dengan gangguan ini akan merasa tidak
nyaman walaupun gangguan ini jarang disertai dengan rasa sakit yang hebat.
Dislokasi didefinisikan sebagai pergerakan kondilus mandibula kearah
depan dari eminensia artikulare yang memerlukan beberapa bentuk manipulasi
18

untuk mereduksinya. Dislokasi berbeda dengan subluksasi dimana pasien dapat


mengembalikan kondilus ke dalam fosa secara normal. (Tucker MR, 2003) .
Dislokasi dapat terjadi satu sisi (unilateral) atau dua sisi (bilateral) dan
dapat bersifat akut atau emergensi, kronis atau long-standing serta kronis yang
berifat rekuren yang dikenal dengan dislokasi habitual, sehingga penderita akan
mengalami kelemahan yang sifatnya abnormal dari kapsula pendukung dan
ligament. (Newton E, 2001)
Pada sebagian besar kasus, dislokasi terjadi secara spontan saat membuka
mulut terlalu lebar, misalnya menguap, berteriak, makan, bernyanyi, atau pada
saat perawatan gigi.Penderita dengan fosa mandibula yang dangkal dan kepala
kondilus tidak berkembang dengan baik, merupakan faktor predisposisi terjadinya
dislokasi. Dislokasi dapat pula terjadi pada saat manipulasi airwaydalam tindakan
anesthesia, dan pada kasus trauma pada rahang yang umumnya terjadi oleh karena
kekuatan benturan kearah bawah dari mandibula pada saat membuka mulut
sebagian.

2.5.1 Macam-macam Dislokasi Temporo Mandibula Joint


Dislokasi mandibula dapat diklasifikasikan menjadi 4 :
1. Dislokasi ke arah anterior, dimana kondilus bergerak ke anterior dari
eminensia artikulare. Dislokasi ke arah ini paling sering terjadi dan
merupakan pergerakan sendi yang patologis.
2. Dislokasi ke arah posterior, dimana merupakan implikasi dari adanya
fraktur dasar tengkorak atau dinding depan tulang meatus.
3. Dislokasi kea rah lateral, terbagi atas 2 tipe :
 Tipe 1, merupakan subluksasi lateral
 Tipe 2, merupakan keadaan dimana kondilus tertekan ke lateral dan
masuk ke fosa temporal.
4. Dislokasi ke arah superior, merupakan dislokasi kea rah fosa kranialis
bagian tengah yang biasanya berhubungan dengan adanya frakturpada fosa
glenoidale.
19

Menurut Newton E (2001), meskipun sendi TMJ ini mempunyai


pergerakan yang bebas, dislokasi secara umum akan terjadi secara langsung ke
anterior, sebab ke arah posterior maupun superior dibatasi oleh tulang melalui
fosa glenoidale dan dislokasi ke arah ini mungkin terjadi jika benturan yang
mengenai mandibula sangat keras dan menyebabkan fraktur pada tulang temporal.
Sedangkan dislokasi ke arah anterior terjadi jika ligament kolateral dan ligament
temporomandibula mengalami gangguan sehingga memungkinkan kondilus
bergerak lebih kedepan dari eminensia artikulare dan ke superior pada saat
membuka mulut. Kontraksi dan spasme pada otot masseter dan otot pterygoid
selanjutnya akan mengunci kondilus sehingga menyebabkan gerakan menutup
mulut menjadi terhalang.
Jika dislokasi terjadi secara bilateral, mandibula berpegang pada posisi

bergantung dan hanya gigi geligi posterior yang dapat berkontak.Pada dislokasi

yang unilateral, juga terlihat gigitan terbuka tetapi garis tengah dari dagu deviasi

kearah yang normal. (Sarnat BG, 1992)

2.5.2 Penanganan Terjadinya Dislokasi TMJ


Penananganan dalam menghadapi kasus dislokasi ini harus dilewati
pemeriksaan klinis dan beberapa penunjang, seperti :
1. Anamnesa
Dari anamnesa perlu diketahui riwayat apakah pasien sering
merasa tidak nyaman pada rahang setelah gerakan membuka mulut
yang lebar, misalnya saat berteriak.Keadaan ini kadang disertai
dengan ketidak-mampuan untuk menutup mulut serta adanya rasa
sakit.Pada anamnesa ini dapat pula diketahui apakah pasien
mempunyai riwayat benturan pada rahang yang tanpa disadarinya
telah terjadi perubahan posisi kondilus.Kecuali pada keadaan fraktur
pada kondilus dan diserti dengan fraktur multiple, dimana penderita
dating dengan tanda-tanda klinis adanya trauma pada wajah atau
20

rahang.Hal yng perlu diketahui apakah pasien sebelumnya pernah


mengalami keadaan seperti yang merupakan suatu petunjuk
kemungkinan adanya suatu dislokasi yang rekuren.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan ini tergantung pada lamanya dislokasi, apakah
terjadinya bersamaan dengan suatu fraktur dan dislokasinya bilateral
atau unilateral.
a. Dislokasi unilateral :
Mandibula miring dan pada bagian yang terkena lebih ke bawah
posisinya.Biasanya disertai pembengkakan, lunak jika ditekan serta
dengan palpasi kelainannya terjadi disekitar sendi TMJ. Gigi-gigi
tidak dapat dioklusikan, bik secara aktif maupun pasif.
b. Dislokasi bilateral :
Jika dislokasi terjadi pada dua kondilus mandibula, pasien akan
terlihat prognati dan terdapat pembengkakan bilateral serta lunak
jika ditekan pada kedua sisi TMJ. Gigi-gigi pun tidak dapat
dioklusikan, baik secara aktif maupun pasif, karena adanya
hambatan mekanis.Biasanya spasme otot masseter bilateral dapat
teraba.Pada keadaan yang disertai dengan fraktur pada basis
kondilus, akan menyebabkan mandibula meluncur kedepan, dan
akan menyebabkan rasa sakit yang lebih hebat dibandingkan
dengan dislokasi yang biasa.
3. Pemeriksaan Penunjang
Untuk melengkapi pemeriksaan fisik pada penegakan diagnosa
dislokasi pada sendi temporomandibula, diperlukan pemeriksaan
penunjang berupa :
a. Foto rontgen konvensional mandibula. Dari gambarn bilateral
oblique, terlihat posisi kondilus berada di anterior eminensia
artikulare.
b. Foto panuramik sangat akurat mendeteksi dan mengenali fraktur
mandibula dan letak dislokasi.Jika diperlukan dapat pula digunakan
21

CT scan dan MRI yang dapat menunjukkan dislokasi namun tidak


diindikasikan pada kasus-kasuk sederhana. MRI khusus digunakan
untuk melihat struktur TMJ pada kasus rsa sakit yang kronis pada
rahang yang berhubungan dengan sindroma TMJ.
4. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan klinis
dan pemeriksaan penunjang yang menunjukan adanya suatu dislokasi
mandibula, dan menentukan apakah dislokasi ini merupakan dislokasi
akut dan terjadi secara insidentil atau merupakan dislokasi kronis yang
terlambat dilakukan reposisi. Dislokasi yang sering terjadi dengan
frekwensi kejadian yang cukup tinggi yng disebut rekuren, pada
penatalaksanannya akan berbeda dengan dislokasi yang akut atau
kronis (long-standing) (Laksin DM, 1992).
5. Penatalaksanaan dan Terapi
Penatalaksanaan dislokasi TMJ tergantung pada kejadian dislokasi,
apakah bersifat akut atau kronis.Pada keadaan akut yang masih
memungkinkan untuk dilakukan reposisi secara manual sebaiknya
sesegera mungkin sebelum spasme otot bertambah dalam. Sedangkan,
pada dislokasi yang kronis rekuren diperlukan prosedur pembedahan
dan non bedah lainnya untuk menghindari redislokasi.
Menurut Schwartz L (1960), prosedur terapi manual merupakan
metode reduksi yang telah diperkenalkan oleh Hippocrates pada abad
ke-5 SM dan telah bertahan selama berabad-abad dan masih digunakan
hingga saat ini.

Tahapan dalam prosedur ini :

1. Operator berada di depan pasien


2. Letakkan ibu jari pada daerah retromolar pad (dibelakang gigi molar
terakhir) pada kedua sisi mandibula dan jari-jari yang lain memegang
permukaan bawah dari mandibula
22

3. Berikan tekanan pada gigi-gigi molar rahang bawah untuk


membebaskan kondilus dari posisi terkunci didepan eminensia
artikulare.
4. Dorong mandibula kebelakang untuk mengembalikan ke posisi
anatominya
5. Reposisi yang berhasil diketahui dengan gigi-gigi kembali beroklusi
dengan cepat karena spasme dari otot masseter
6. Pemasangan barton head bandage, untuk mencegah redislokasi dan
mencegah pasien untuk tidak membuka mulut terlalu lebar dalam 24-
48 jam
7. Pemberian obat berupa analgetik dan pelemas otot (jika perlu)

Gambar 2.4 Operator mereposisi TMJ pasien

Gambar 2.5 Pemasangan head bandage.


23

Pada keadaan tertentu dimana reposisi terlambat dilakukan dan spasme


otot semakin kuat, beberapa penulis menganjurkan untuk terlebih dahulu
memberikan anastetikum lokal yang disuntikkan pada daerah sendi, untuk
mengurangi spasme otot pterygoideus lateralis serta masseter dan mengurangi
rasa sakit pada daerah disekitar kapsul sendi. Dapat pula diberikan injeksi
diazepam intra vena untuk merelaksasikan otot-otot yang spasme dan jika
diperlukan relaksasi yang lebih luas, dapat dilakukan reposisi dengan narkose
umum.

Menurut Bradley (1994) terapi dislokasi kronis dalam pengertian telah


berlangsung lama (long-standing) atau terlambat dalam penatalaksanaannya,
yaitu:

a. Reduksi secara manual


b. Reduksi secara tidak langsung dengan penarikan melalui sudut, sigmoid
notch, atau procesus coronoideus serta penekanan pada kondilus.
c. Reduksi secara langsung, melalui pembedahan pad sendi
d. Condylotomy, condylectomy, dan osteotomy.

Pada dislokasi rekuren, penatalaksanaanya dpat secara konservatif, dengan


immobilisasi menggunakan interdental wiring selama 4-6 minggu atau dengan
menggunakan cairan sklerosing yang disuntikkan intra articular. Penatalaksanaan
dislokasi rekuren dengan pembedahan berdasarkan lima metode dasar bedah,
yaitu:

1) Pengencangan mekanis dari kapsul


2) Mengikat bagian sendi atau mandibula ke struktur yang terfiksasi
3) Membuat hambatan mekanis pada jalur kondilus
4) Mengurangi gangguan pada jalur kondilus
5) Mengurangi tarikan dari otot

Prosedur pembedahan yng dapat dilakukan diantaranya augmentasi


eminensia, blocking hipertlanslasi kondilus, myotomy otot pterygoideus lateralis
dan eminoplasty.Jika dislokasi disebabkan oleh trauma, maka reposisi harus
24

diikuti dengan tindakan untuk penatalaksanaan fraktur yang mengakibatkan


dislokasi tersebut.Untuk semua penatalaksanaan yang membutuhkan tindakan
pembedahan dan dengan adanya riwayat trauma, sebaiknya dirujuk kepada ahli
bedah mulut.
BAB 3
PEMBAHASAN

Temporo Mandibular Junction atau yang biasa disebut TMJ merupakan


sendi yang menghubungkan tulang rahang bawah dengan rahang atas (mandibula
dengan maksila).TMJ merupakan sendi yang cukup kompleks, karena sendi ini
juga berperan sebagai tempat dimana mandibula berartikulasi dengan cranium.
Sebagai suatu bagian dari tubuh manusia, tentunya TMJ ini bekerja sejalan
dengan bantuan sistem tubuh lainnya, termasuk sistem peredaran darah, sistem
persarafan, dan otot-otot yang melekat pada sendi tersebut.

Sistem peredaran darah yang langsung berhubungan dengan TMJ adalah


sistem peredaran darah pasa regio facei, seperti suplai darah yang utama pada
sendi ini oleh arteri maksilaris interna terutama melalui cabang aurikular.Berbeda
dengan persarafan, nervus yang menjadi bagian dari mandibular berasal dari
nervus kranial inervasi dari TMJ.Persarafan sensorik pada sendi
temporomandibula yang terpenting dilakukan oleh nervus aurikulotemporal yang
merupakan cabang pertama posterior dari nervus mandibularis.Nervus
aurikulotemporal adalah nervus utama yang menginervasi posterior lateral kapsul,
ligamen temporomandibular dan pembuluh darah kapsul.

TMJ ini berperan penting dalam pergerakan membuka dan menutup


rahang.Dalam kehidupan sehari-hari, kita melakukan aktivitas seperti mengunyah
dan berbicara yang bergantung pada kondisi TMJ.Terdapat dua macam
pergerakan yang dapat dilakukan oleh sendi TMJ, yaitu rotasi dan translasi.Kedua
pergerakan tersebut tentunya dilakukan pada saat kita mengunyah dan juga
berbicara.

Terdapat beberapa gangguan yang dapat terjadi pada temporo mandibular


junction yang salah satunya adalah dislokasi. Diskloasi TMJ dapat didefinisikan
sebagai pergerakan kondilus mandibula kearah depan dari eminensia artikulare
yang memerlukan beberapa bentuk manipulasi untuk mereduksinya. Beberda
dengan subluksasi yang dapat mengembalikan kondilus ke dalam fossan secara

25
26

normal.Terdapat beberapa macam dislokasi yang dapat dibedakan berdasarkan


tempat terjadinya dan juga tingkat keakutannya.Berdasarkan letak terjadinya,
terdapat dislokasi unilateral dan bilateral.Unilateral yang berarti terjadi pada satu
sisi saja, bilateral yang berarti terjadi pada dua sisi.Berdasarkan tingkat
keakutannya, terdapat dislokasi akut, dislokasi kronis, dan dislokasi kronis yang
bersifat rekuren atau yang biasa disebut dislokasi habitual.Dislokasi dapay
menyebabkan penderita mengalami kesulitan dalam berbicara dan juga
mengunyah, walaupun dislokasi TMJ jarang disertai rasa sakit.

Dislokasi TMJ biasanya disebabkan oleh membuka mulut terlalu lebar,


dan bisa juga disebabkan oleh trauma.Pergeseran rahang dapat terjadi saat kita
tertawa, menguap, bisa juga saat mendapat pukulan di wajah saat mulut kita
terbuka.Dislokasi TMJ juga bisa terjadi pada keadaan dimana terdapat
kelonggaran pada rahang atau biasa disebut hypermobility, yaitu gangguan pada
sendi temporo mandibular. Penderita biasanya akan merasa nyeri atau sakit pada
bagian bawah telinga, dan kesulitan menutup mulutnya. Mulut penderita akan
terlihat sedikit terbuka dan rahang kemungkinan tergeser atau terdislokasi pada
satu atau dua sisi. Penderita juga bisa mengalami kesulitan dalam menelan
sehingga saliva akan terlihat menetes dari sudut bibir karena mulut penderita tidak
bisa tertutup dengan sempurna. Pada saat pemeriksaan juga dapat terlihat lekukan
pada sendi rahang.

Dalam penanganannya, dislokasi tidak bisa ditangani secara normal seperti


pada kasus subluksasi,melainkan harus melewati pemeriksaan klinis dimulai dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis, dan
penatalaksanaan serta terapi. Dari anamnesa, dokter harus mengetahui beberapa
hal, seperti apakah penderita merasakan ketidaknyamanan pada rahang saat
membuka mulut yang lebar, apakah pasien mempunyai riwayat benturan pada
rahang yang tanpa disadarinya telah terjadi perubahan posisi kondilus, dan apakah
penderita pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya yang dapat menjadi
petunjuk adanya suatu dislokasi yang rekuren. Pada pemeriksaan fisik, dapat
ditinjau kondisi dislokasi pasien dan ditentukan penatalaksanaannya.Untuk
27

melengki pemeriksaan fisik, dilakukannya pemeriksaan penunjang seperti foto


rontgen dan panoramic.Dari rontgen dan panoramic tersebut dapat terlihat dengan
jelas fraktur mandibula dan letak dislokasinya. Jika diperlukan dapat juga
dilakukan CT scan atau MRI yang bisa menunjukkan dislokasi namun tidak
diindikasikan pada kasus yang tidak kronis. Setelah dilakukan anamnesa dan
pemeriksaan-pemeriksaan tersebut, dapat ditarik diagnosa dari dislokasi tersebut,
dan dapat ditentukan jenis dari dislokasinya.Dengan diketahui jenis dislokasi
tersebut pada pasien, dokter dapat mementukan jenis terapi yang dapat dilakukan
untuk menangani dislokasi yang diderita pasien tersebut dengan tepat.
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Temporo mandibular joint adalah anugerah yang luar biasa dari
Tuhan.Dengan memiliki persendian tersebut, manusia dapat berkomunikasi dan
mencukupi kebutuhan nutrisi melalui makanan. Tetapi, tidak semata-mata
persendian itu akan tetap pada tempatnya. Dislokasi kerap ditemui pada pasien
dokter gigi, bisa terjadi pada satu sisi maupun dua sisi. Terjadinya dislokasi bisa
karena berbagai macam, mulai dari membuka mulut terlalu lebar dan dipukul
sangat keras. Perbaikan dislokasi yang dilakukan harus melewati pemeriksaan
klinis dan memakan waktu.

4.2 Saran
Beberapa hal untuk mengurangi terjadinya dislokasi pada temporo
mandibular joint antara lain, masyarakat harus berhati-hati dalam membuka-tutup
mulut. Kurangi membuka mulut terlalu lebar dan lama serta berikan waktu untuk
merenggangkan persendian agar tidak terjadi dislokasi.Ingat bahwa mencegah
lebih baik daripada mengobati dan tetap hati-hati dalam melakukan apa saja.
Semoga untuk kedepannya, masyarakat dapat lebih waspada akan terjadinya
dislokasi dan bagaimana cara mengatasinya. Hal ini dapat dilakukan dengan
edukasi mulai dari bangku sekolah dasar.

28
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, W. 2002. Tinjauan Anatomi Nyeri Intrakapsular dan Ekstrakapsular pada


TMJ. Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi. Edisi Khusus FORIL Oktober

Coulthart P,.et al. 2003. Oral and Maxillofacial Surgery, Radiology, Pathology and Oral
Medicine. London: Churchill livingstones.

Dixon A D. Anatomi untuk kedokteran gigi. 5th ed. Alih bahasa. Lilian yuwono. Jakarta:
Hipokrates, 1993: 350-51.

Elsevier. 2007. Anatomy of The TemporoMandibular Joint (jurnal). Ultrasound CT and


MRI.

Epstein, J.B. et al. 2001. The Utility of Panoramic The temporomandibular Joint in
Patients with Temporomandibular Disorders. Oral Surgery, Oral Medicine, Oral
Pathology, Oral Radiology, and Endodontics: Vol.1992, no.2: 236-239.

Kardos,T & Kieser Jules. 2000. Clinical Oral Biology. 2nd Ed.Unigraphics ITS. Dunedin,
hal 33-37, 53-62,93-101.

Mc.Davitt.1989. Functional Anatomy of the Masticatory System. Butterworth:


Heinemann Ltd.

Newton E. Dislocation mandible, at http://www.e.Medicine.com.Inc. Accesed:


April 20, 2001.

29
30

Norton N S. Temporomandibular joint. In: Netter’s head and neck anatomy for dentistry.
Nebraska: Saunders Elsevier, 2007: 256-65.

Okeson. 2008. Management of Temporomandibula Disorders and Occlusion.6th ed.


Amerika Serikat:Mosby Inc.

Pedersen. 1996. Buku Ajar Bedah Mulut. Jakarta:EGC.

Petrikowski C G. Diagnostic Imaging of the temporomandibular joint. In: White S C,


Pharoah M. Oral radiology: Principles and interpretation, 4th ed. London: Mosby
Elsevier, 2009: 480-82, 93, 98-500

Suhartini. 2011. Kelainan pada Temporo Mandibular Joint (jurnal). Jember: Universitas
Negeri Jember.

Yusro A, at http://docshare01.docshare.tips/files/22172/221726983.pdf. Accesed:


Desember 19, 2016.

Anda mungkin juga menyukai