Anda di halaman 1dari 14

Dislokasi pada Sendi Rahang

Abstrak

Sendi temporomandibula atau Temporomandibular Joint (TMJ) adalah suatu persendian yang
sangat kompleks di dalam tubuh manusia. Selain gerakan membuka dan menutup mulut, sendi
temporomandibula juga bergerak meluncur pada suatu permukaan. Pada mandibula yang biasa
terjadinya dislokasi pada sendi. Dislokasi tersebut terjadi pada saat membuka maupun menutup
mulut. Pada mandibula juga terjadinya reaksi otot dan kontrasi otot.Pada waktu kontraksi siklus
pengikat dan penekukan jembatan silang menarik filament tipis ke arah dalam. Metabolisme otot
juga berperan pada mandibula.

Kata kunci: mandibula, kontraksi otot, relaksasi otot, metabolism otot

Abstrac

Temporomandibular joint or Temporomandibular Joint (TMJ) is a very complex joint in the


human body. In addition to opening and closing movement of the mouth, temporomandibular
joint also moves sliding on a surface. In normal mandibular dislocation in the joints. The
dislocation occurs when opening or closing the mouth. In the mandible also the reaction time of
muscle contraction and contraction cycles otot.Pada binding and bending cross bridges pull thin
filaments inward. Muscle metabolism also plays a role in the mandible.
Keywords: mandible, muscle contraction, muscle relaxation, muscle metabolism

Skenario

Seorang laki-laki usia 25 tahun diantar temannya ke dokter dengan keluhan tidak bisa dengan
menutup mulutnya sejak 20 menit yang lalu. Dari anamnesis didapatkan bahwa sebelumnya

1
pasien bercanda dengan teman-temannya dan tertawa sambil membuka mulutnya dengan lebar.
Pada pemeriksaan didapatkan dislokasi pada sendi rahang.

Pendahuluan

Temporo Mandibular Joint (TMJ) merupakan salah satu bagian dari tubuh manusia, tulang satu
yang lainnya disusun atau dihubungkan oleh persendihan, persendian dapat diartikan sebagai
pertemuan antara dua atau lebih tulang pembentuk dari rangka tubuh. Lokasi dari persendihan
tempora mandibula berada tepat dibawah telinga kiri dan kanan. Sendi tersebut berfungsi
menghubungkan rahang bawah dan rahang atas. Sendi tempora mandibula merupakan sendi yang
unik karena bilateral dan merupakan sendi yang paling kompleks. Tempora mandibular
merupakan sendi yang sangat aktif dan paling sering digunakaan, yaitu pada waktu berfungsi
berbicara, menguyah, mengigit, menguap dan lain-lain. TMJ juga memungkinkan terjadinya tiga
gerakan fungsi utama yaitu membuka dan menutup , memajukan dan memundurkan, serta
gerakan ke samping.1

Pembahasan

Dalam proses membuka dan menutup mulut, terdapat beberapa struktur anatomi yang berperan yaitu otot
membuka dan menutup mulut, sendi temporomandibula (temporomandibula joint/TMJ). Otot membuka
mulut terdiri dari otot pterygoideus lateralis, dan otot suprahioid. Sedangkan otot yang berfungsi menutup
mulut adalah otot master, otot temporalis, ototp terigoideus medialis. 2

Gambar 1. Struktur anatomi saat membuka mulut

2
Temporomandibular joint ( TMJ ) adalah persendiaan dari kondilus mandibula dengan
fossa gleinodalis dari tulang temporal. Temporomandibula merupakan sendi yang bertanggung
jawab terhadap pergerakan membuka dan menutup rahang mengunyah dan berbicara yang
letaknya dibawah depan telinga.

Gambar 2. Temporomandibular Joint

Membuka dan menutup mulut merupakan gerakan disadari. Sebagaimana diketahui


bersama bahwa terjadinya gerakan merupakan kerja motorik dari otot. Dalam hal ini, yang
berfungsi untuk mengatur pergerakan TMJ dan musculus sekitar TMJ ialah sistem saraf. Inervasi
pada daerah temporomandibula ialah N.Trigeminus (N.V)
Temporo mandibula joint adalah sendi yang kompleks yang dapat melakukan gerakan meluncur
dan rotasi pada saat mandibular berfungsi. Mekanismenya unik karena sendi kiri dan kanan harus
bergerak secara sinkrom pada saat berfungsi sendiri-sendiri. Gerakan yang terjadi pada saat
simulutan ini dapat terjadi bila otot-otot yang mengendalikannya dalam keadaan sehat dan
berfungsi dengan baik. 2

Struktur Anatomi Temporo Mandibular Joint (TMJ)

Temporo mandibular joint merupakan sendi yang bertanggung jawab terhadap pergerakan
membuka dan menutup rahang menguyah dan berbicara yang letaknya dibawah depan telinga.
Sendi tempora mandibular merupakan satu-satunya sendi di kepala, sehingga bila terjadi sesuatu
pada salah satu sendi ini, maka seseorang mengalami masalah yang serius. Masalah tersebut

3
berupa nyeri pada saat membuka, menutup mulut, makan, menguyah, berbicara, bahkan dapat
menyebabkan mulut terkunci.1 Lokasi sendi temporo mandibular joint (TMJ) berada tepat
dibawah telinga yang menghubungkan rahang bawah (mandibula) dengan maksila (pada tulang
temporal). permukaan artikular tulang temporal terdiri dari fossa articulare dan eminensia
articulare. Seperti yang lain sendi temporo mandibular. Otot-otot ini termaksud otot pterygoid
externa, mylomyoid, geniohyoid dan otot digatrikus. Otot-otot ini juga dapat memberikan
pengaruh terhadap fungsi sendi temporomandibular seperti otot leher, bahu dan otot punggung.
Ligament dan tendon berfungsi sebagai pelekat tulang dan otot dan dengan tulang lain.
Kerusakan pada ligament dan tendon dapat mengubah kerja sendi yaitu mempengaruhi gerak
membuka dan menutup mulut.

Gambar 3. Struktur Temporol Mandibular Joint (TMJ)

Otot Penguyah

Otot-otot yang dapat digunakan pada pengunyah dapat dibagi menjadi 2 kelompok:2

Otot pengunyah primer

 M. Masseter
Origo : Arcus zygomaticus pars infero profunda
Insertion : Tuberositas Massetrrica

4
Fungsi : Menutup rahang

Gambar 4.Perlekatan M.Masseter


 M. Temporalis
Origo : Fossa Temporalis
Insertio : P. Coronoideus Mandibulae
Fungsi : menutup rahang dan retrusi mandibula

Gambar 5.Perlekatan M. Temporalis


 M. Pterygodeus Medius
Origo : Facies medialis lamina lateralis procc ptery godeus os. Sphenoidale
Insertion : tuberositas pterygodeus mandibulae
Fungsi : menutup rahang
 M. Pterygodeus Lateralis

5
Origo : Facies medialis lamina lateralis procc ptery godeus os. Sphenoidale
Insertio : Fovea Pterygodea Procc. Condylaris mandibulae
Fungsi : menutup rahang dan retrusi mandibulae

Gambar 6.Perlekatan m. Pterygoideus Medialis dan m. Pterygoideus Lateralis

 M. Digastricus
Origo : venter posterior (incisuramastoidea ossis temporalis, tendo antara pada comu
minus ossis hyoidei) disarafi oleh N. Mandibularis
Insertio : Venter anterior (fossa digastrica mandibulae) disarafi oleh N. Facialis
Fungsi : Menurunkan rahang bawah, memfikasi tulang lidah

Mekanisme Kontraksi dan relaksasi otot

Mekanisme Kontraksi Otot

Dasar untuk mengetahui kontraksi otot adalah Model Pergeseran Filamen yang pertama
kali dikemukakan tahun 1954 oleh Andrew Huxley dan Ralph Niederge dan oleh Hugh Huxley
dan Jean Hanson. Selama kontraksi otot, setiap sarkomer memendek, menyebabkan garis Z
menutup bersama. Tidak ada perubahan pada ukuran daerah A tetapi daerah I dan zona H hampir
tidak terlihat. Perubahan ini diterangkan oleh filamen aktin dan myosin yang bergeser melewati
satu sama lain, sehingga filamen aktin berpindah menuju daerah A dan zona H. Kontraksi otot
dengan demikian akibat dari interaksi diantara filamen aktin dan myosin yang menghasilkan

6
pergerakan yang relatif satu sama lain. Dasar molekuler untuk interaksi ini adalah ikatan myosin
ke filamen aktin menyebabkan myosin berfungsi sebagai penggerak pergeseran filamen.
Tipe myosin yang terdapat pada otot (myosin II) adalah jenis protein yang besar (sekitar
500 kd) yang terdiri dari dua rantai berat yang identik dan dua pasang rantai ringan. Setiap ikatan
gelap terdiri atas gugus kepala globuler dan ujung α-heliks yang panjang. Ujung α-heliks dari
dua rantai berat yang kembar di sekitar satu sama lain di dalam struktur gulungan untuk
membentuk dimer dan dua rantai ringan yang terhubung dengan bagian leher tiap gugus kepala
untuk membentuk molekul myosin yang komplet.
Filamen tebal otot terdiri dari beberapa ribu molekul myosin yang berhubungan dalam
pergiliran pararel disusun oleh interaksi diantara ujung-ujungnya. Kepala globuler myosin
mengikat aktin membentuk jembatan diantara filamen tebal dan tipis. Ini penting dicatat bahwa
orientasi molekul myosin pada filamen tipis berkebalikan pada garis M sarkomer. Polaritas
filamen aktin sama berkebalikan pada garis M sehingga orientasi filamen aktin dan myosin
adalah sama pada kedua bagian sarkomer. Aktivitas penggerak myosin memindahkan gugus
kepalanya sepanjang filamen aktin pada arah ujung positif. Pergerakan ini mengegeser filamen
aktin dari kedua sisi sarkomer terhadap garis M, memendekkan sarkomer dan menyebabkan
kontraksi otot. Penambahan ikatan aktin, kepala myosin mengikat dan kemudian menghidrolisis
ATP yang menyediakan energi untuk menggerakkan pergeseran filamen. Pengubahan energi
kimia untuk pegerakan ditengahi oleh perubahan bentuk myosin akibat pengikatan ATP. Model
ini secara luas diterima bahwa hidrolisis ATP mengakibatkan siklus yang berulang pada interaksi
diantara kepala myosin dan aktin. Selama tiap siklus, perubahan bentuk pada myosin
mengakibtkan pergerakan kepala myosin sepanjang filamen aktin.3
Walaupun mekanisme molekuler masih belum sepenuhnya diketahui, model yang diterima
secara luas untuk menjelaskan fungsi myosin diturunkan dari penelitian in vitro tentang
pergerakan myosin di sepanjang filamen aktin (oleh James Spudich dan Michael Sheetz) dan dari
determinasi struktur 3 dimensi myosin (oleh Ivan Rayment dan koleganya). Siklus dimulai dari
myosin (tanpa adanya ATP) yang berikatan dengan aktin. Pengikatan ATP memisahkan
kompleks myosin-aktin dan hidrolisis ATP kemudian menyebabkan perubahan bentuk di
myosin. Perubahan ini mempengaruhi daerah leher myosin yang terikat pada ikatan terang yang
bertindak sebagai lengan pengungkit untuk memindahkan kepala myosin sekitar 5 nm. Produk
hidrolisis meninggalkan ikatan pada kepala myosin yang disebut “posisi teracung”. Kepala

7
myosin kemudian mengikat kembali filamen aktin pada posisi baru, menyebabakan pelepasan
ADP + Pi yang menggerakkannya.
Kejadian biokimiawi yang penting dalam mekanisme kontraksi dan relaksasi otot dapat
digambarkan dalam 5 tahap yakni sebagai berikut :
 Dalam fase relaksasi pada kontraksi otot, kepala S1 myosin menghidrolisis ATP menjadi
ADP dan Pi, namun kedua produk ini tetap terikat. Kompleks ADP-Pi- myosin telah
mendapatkan energi dan berada dalam bentuk yang dikatakan sebagai bentuk energi
tinggi.
 Kalau kontraksi otot distimulasi maka aktin akan dapat terjangkau dan kepala myosin
akan menemukannya, mengikatnya serta membentuk kompleks aktin-myosin-ADP-Pi.
 Pembentukan kompleks ini meningkatkan Pi yang akan memulai cetusan kekuatan.
Peristiwa ini diikuti oleh pelepasan ADP dan disertai dengan perubahan bentuk yang
besar pada kepala myosin dalam sekitar hubungannya dengan bagian ekornya yang akan
menarik aktin sekitar 10 nm ke arah bagian pusat sarkomer. Kejadian ini disebut cetusan
kekuatan (power stroke). Myosin kini berada dalam keadaan berenergi rendah yang
ditunjukkan dengan kompleks aktin-myosin.
 Molekul ATP yang lain terikat pada kepala S1 dengan membentuk kompleks aktin-
myosin-ATP.
 Kompleks aktin-ATP mempunyai afinitas yang rendah terhadap aktin dan dengan
demikian aktin akan dilepaskan. Tahap terakhir ini merupakan kunci dalam relaksasi dan
bergantung pada pengikatan ATP dengan kompleks aktin-myosin.

8
Gambar 7. Mekanisme Kontraksi Otot

Jadi, hidrolisis ATP digunakan untuk menggerakkan siklus tersebut dengan cara cetusan
kekuatan yang sebenarnya berupa perubahan bentuk kepala S1 yang terjadi setelah pelepasan
ADP.
Kontraksi otot rangka digerakkan oleh impuls syaraf yang merangsang pelepasan Ca2+ dari
retikulum sarkoplasmik (jaringan khusus membran internal yang mirip dengan retikulum
endoplasma yang menyimpan ion Ca2+ dengan konsentrasi yang tinggi). Pelepasan Ca2+ dari
retikulum sarkoplasmik meningkatkan konsentrasi Ca2+ di sitosol kira-kira dari 10-7 menjadi 10-
5
 M. Berikut kerja retikulum sarkoplasma mengatur kadar ion Ca 2+ intraselular dalam otot rangka
:
Dalam sarkoplasma otot yang tengah istirahat, kontraksi ion Ca 2+ adalah 10-7-10-8 mol/L.
Keadaan istirahat tercapai karena ion Ca2+ dipompakan ke dalam retikulum sarkoplasma lewat
kerja sistem pengangkutan aktif yang dinamakan Ca2+ ATPase yang memulai relaksasi.
Retikulum sarkoplasma merupakan jalinan kantong membran yang halus. Di dalam tretikulum
sarkoplasma, ion Ca2+ terikat pada protein pengikat Ca2+ yang spesifik yang disebut
kalsekuestrin. Sarkomer dikelilingi oleh membran yang dapat tereksitasi (sistem tubulus T) yang
tersusun dari saluran transversal (T) yang berhubungan erat dengan retikulum sarkoplasma.

9
Ketika membran sarkomer tereksitasi oleh impuls syaraf, sinyal yang ditimbulkan
disalurkan ke dalam sistem tubulus T dan saluran pelepasan ion Ca2+ dalam retikulum
sarkoplasma di sekitarnya akan membuka dengan cepat serta melepaskan ion Ca2+ ke dalam
sarkoplasma dari retikulum sarkoplasma. Konsentrasi ion Ca 2+ dalam sarkoplasma meningkat
dengan cepat hingga 10-5 mol/L. Tempat pengikatan Ca2+ pada TpC dalam filamen tipis dengan
cepat diduduki oleh Ca2+. Kompleks TpC- 4 Ca2+ berinteraksi dengan TpI dan TpT untuk
mengubah interaksinya dengan tropomyosin ini. Jadi, tropomyosin ini hanya keluar dari jalannya
atau mengubah bentuk F aktin sehingga kepala myosin ADP-Pi dapat berinteraksi dengan F aktin
untuk mengawali siklus kontraksi.
Peningkatan konsentrasi ion Ca2+ memberi sinyal kontraksi otot melalui gerakan prekursor
protein yang terikat pada filamen aktin : tropomyosin dan troponin. Tropomyosin adalah protein
serabut yang terikat di sepanjang alur filamen aktin. Pada otot lurik, tiap molekul tropomyosin
terikat pada troponin yang merupakan komplek 3 polipeptida: troponin C (mengikat Ca2+),
troponin I (inhibitor), dan troponin T (mengikat tropomyosin). Ketika konsentrasi Ca 2+ rendah,
kompleks troponin dengan tropomyosin menghalangi kontraksi aktin dan myosin sehingga otot
tidak berkontraksi. Pada konsentrasi ion Ca2+ tinggi, Ca2+ terikat pada troponin C menggeser
posisi kompleks dengan mengganti posisi inhibisi dan mengakibatkan proses kontraksi terjadi.

Gambar 8. Mekanisme Kontraksi Otot

10
  Mekanisme Relaksasi Otot.
          Relaksasi terjadi kalau :   
 Konsentrasi Ca2+ menurun hingga di bawah 10-7 mol/L sebagai akibat dari pelepasannya
kembali ke dalam retikulum sarkoplasma oleh Ca2+ ATPase.
 TpC- 4 Ca2+ kehilangan Ca2+
 Troponin lewat interaksinya dengan tropomyosin menghambat interaksi selanjutnya
kepala myosin- F aktin.
 Dengan adanya ATP kepala myosin terlepas dari F aktin.
 Dengan demikian ion Ca2+ mengendalikan kontraksi otot lewat mekanisme alosterik yang
diantarai di dalam otot oleh TpC, TpI, TpT, tropomyosin dan F aktin.

Ion Ca2+ Memerankan Peranan Sentral Dalam Pengaturan Kontraksi Otot.


a.    Pengaturan berdasarkan aktin (terdapat dalam otot lurik)
Pengaturan berdasarkan aktin terdapat pada otot rangka serta jantung vertebrata yang
memiliki corak yang sama, lurik. Satu-satunya faktor yang potensial untuk membatasi proses
pengaturan dalam siklus kontraksi otot kemungkinan adalah ATP. Sistem otot rangka dihambat
pada saat istirahat; penghambatan ini dihilangkan untuk mengaktifkan kontraksi. Faktor
penghambat otot lurik adalah sistem troponin yang terikat dengan tropomyosin dan F aktin
dalam filamen tipis. Dalam otot lurik tidak terdapat kontrol kontraksi kecuali sistem troponin-
tropomyosin terdapat bersama-sama dengan filamen aktin dan myosin. Tropomyosin terletak di
sepanjang alur F aktin dan 3 buah kompleks troponin yaitu TpT, TpC, dan TpI. TpI mencegah
ikatan kepala myosin dengan tempat pelekatan F aktin melalui perubahan bentuk F aktin via
molekul tropomyosin atau hanya melalui pengguliran tropomyosin ke dalam posisi yang
merintangi langsung tempat melekatnya kepala myosin pada F aktin. Kedua cara tersebut
mencegah pengaktifan enzim ATPase myosin yang terjadi dengan perantaraan pengikatan kepala
myosin pada F aktin. Dengan cara demikian, sistem TpI menghalangi siklus kontraksi.
b.    Pengaturan berdasarkan myosin (terdapat dalam otot polos)
Otot polos mempunyai struktur molekuler yang serupa dengan struktur molekuler otot
lurik kendati sarkomernya tidak segaris. Otot polos mengandung molekul α-aktinin dan
tropomyosin sebagaiman halnya otot lurik. Otot polos tidak memiliki sistem troponin dan rantai

11
ringan myosin otot polos berbeda dengan otot lurik. Sekalipun begitu, kontraksi otot polos juga
diatur oleh ion Ca2+. Berikut mekanisme kontraksi pada otot polos:
 Fosforilasi rantai tipis-p myosin memulai kontraksi otot polos
Myosin otot polos mengandung rantai ringan-p yang mencegah pengikatan kepala myosin pada F
aktin. Rantai tipis-p harus mengalami fosforilasi dahulu sebelum memungkinkan pengaktifan
myosinATPase oleh F aktin. Kemudian aktivitas ATPase akan menyebabkan hidrolisis ATP.
Fosfat pada rantai ringan myosin dapat membentuk khelasi dengfan ion Ca2+ yang terikat pada
kompleks tropomyosin-TpC-aktin sehingga terjadi peningkatan kecepatan pembentukan
jembatan silang antara kepala myosin dengan aktin. Fosforilasi rantai ringan-p memulai siklus
kontraksi pelekatan-pelepasan pada otot polos.
 Enzim kinase rantai myosin diaktifkan oleh kalmodulin 4 Ca2+ dan kemudian melakukan
fosforilasi rantai tipis-p.Sarkoplasma otot polos mengandung enzim kinase rantai ringan myosin
yang bergantung kalsium. Aktivasi ion Ca2+ pada enzim kinase rantai ringan memerlukan
pengikatan kalmodulin Ca2+. Enzim kinase rantai ringan yang diaktifkan oleh kalmodulin 4
Ca2+ melakukan fosforilasi rantai ringan-p yang kemudian akan berhenti menghambat interaksi
myosin-F aktin. Siklus kontraksi kemudian dimulai.4

Metabolisme Otot

Siklus biokimia dari kontraksi otot terdiri dari 5 tahap: 5

 Dalam miosin : hidrolisis ATP → ADP + Pi, tetapi tidak dapat melepaskan produknya (aktifita
ase)
 Miosin (ADP + Pi) →mengikat F-aktin → terbentuk kompleks Pi-ADP-Miosin-F aktin
 Interaksi tersebut akan melepaskan ADP + Pi + energi
 Kompleks myosin F-aktin → energi digunakan untuk :
- Perubahan konformasi myosin
- Perubahan pada tempat ikatan miosin-aktin
- Pergeseran (sliding) dari filament tebal dan tipis: kontraksi
 Oleh adanya molekul ATP terjadi pelepasan aktin dari miosin : relaksasi

12
Kesimpulan

Dislokasi pada sendi rahang mengakibatkan tidak bisa menutup mulut. Dislokasi tesebut lebih
khusus terjadi pada sendi temporo mandibular joint (TMJ). Bahwa sistem mastika (sistem
pengunyah) makanan sangat berperan penting dalam sistem tubuh manusia. Sistem mastika ini
dilengkapi dengan tulang, sendi, otot pada sistem penguyah, membuka dan menutup mulut.
Sendi dan tulang yang berperang penting pada sistem tersebut adalah tempora mandibula joint
(TMJ). Jika TMJ ini bekerja tidak normal maka dapat menimbulkan berbagai macam gangguan
yaitu dislokasi.

13
Daftar Pustaka

1. Evelyn P. Anatomi dan fisiologi para medis. Jakarta: EGC;2008.


2. Syaifuddin. Anatomi tubuh manusia untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika;2009.
3. Sherwood L. Fisiologi manusia. Jakarta: EGC;2011.
4. Guyton. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC;2012.
5. Dixon. Anatomi untuk kedokteran ggi. Jakarta: EGC;2008.

14

Anda mungkin juga menyukai