Anda di halaman 1dari 7

Penerapan Pola Pikir Kritis

dalam Keterbatasan Tenaga Medis

Pendahuluan
Latar belakang
Dalam menerapkan sesuai dengan yang diharapkan dalam pola berpikir kritis, yang
akan kami bahas di bagian ini adalah bagaimana kita sebagai mahasiswa kedokteran memiliki
pemahaman yang jitu akan masalah yang diberikan dan dapat menyelesaikan dengan
menggunakan pola pemikiran kritis. Seperti khasus yang kelompok kami dapat yaitu tenaga
medis dan penanganan medis disuatu daerah terpencil yang sangat minim yaitu di Kepulauan
Riau. Itu dikarnakan adanya penyebaran tenaga medis yaitu dokter yang tidak merata
diseluruh daerah Indonesia, terutama didaerah terpencil. Dan bagaimana kita sebagai
mahasiswa kedokteran berpikir kritis untuk dapat menyelesaikan khasus tersebut dengan cara
yang kongkrit dan dapat memecahkan masalah tersebut.
Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas PBL yang dimana
didalamnya mengandung makna supaya kita sebagai mahasiswa/ mahasiswi kedokteran dapat
berpikir secara kritis dalam khasus yang kami dapat dimana kepulauan Riau yang memiliki
cukup banyak populasi penduduk dan ketika seorang penduduk tersebut membutuhkan
pertolongan medis ditangani oleh bebrapa tenaga medis yang kurang memadai. Jadi orang
yang membutuhkan pertolongan tersebut harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk dapat
mendapatkan pertolongan medis. Dan lebih parahnya mereka harus menempuh jarak yang
sangat jauh dengan biaya transportasi yang tidak murah juga yaitu senilai Rp 1.000.000 sekali
dalam perjalanan. Jadi bagaimana cara kita menangani khasus tersebut.

Harapan penulis
Dalam makalah ini saya berharap, kelompok kami berharap, kami semua berharap
agar setiap skenario PBL yang kami dapat dan kemudian kami diskusikan dapat berguna dan
bermanfaat bagi kami semua khususnya memiliki pola pikir kritis dalam penanganan suatu
masalah. Dan mengerti apa yang harus dilakukan sehinga berdampak positif untuk
lingkungan khususnya orang-orang sekitar.

Isi

1|Page
Berpikir kritis Berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau
mengevaluasi informasi. Informasi tersebut didapat dari hasil pengamatan, pengalaman, akal
sehat atau komunikasi. Menurut Halpen (dalam Achmad, 2007) menyatakan bahwa berpikir
kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan.
Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu
langsung kepada sasaran-merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka
memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan
membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam
konteks dan tipe yang tepat.1

Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi-mempertimbangkan


kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa faktor pendukung untuk
membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir
langsung kepada fokus yang akan dituju. R. Matindas (dalam Sarwono, 2009) menyatakan
bahwa:

“Berpikir kritis adalah aktivitas mental yang dilakukan untukmengevaluasi kebenaran sebuah
pernyataan. Umumnya evaluasi berakhir dengan putusan untuk menerima, menyangkal, atau
meragukan kebenaran pernyataan yang bersangkutan”.2

Berpikir kritis atau critical thinking, didefinisikan sebagai cara berpikir yang
sistematis dan mandiri, yang akan menghasilkan suatu interpretasi, analisis, atau kesimpulan
terhadap suatu hal atau permasalahan. Menurut John Dewey, seorang filsuf, psikolog dan
edukator, berpikir kritis adalah berpikir dengan pertimbangan yang aktif, persistent (terus-
menerus) dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima
begitu saja dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-
kesimpulan lanjutan yang menjadi kecenderungannya.4,5
Tujuan awal berpikir kritis adalah menyingkapkan kebenaran dengan menyerang dan
menyingkirkan yang semua yang salah, supaya kebenaran akan terlihat. Hal ini penting untuk
mencegah penggunaan bahasa, konsep, dan argumentasi salah yang yang sembarangan.3
Berpikir kritis juga digunakan untuk menggali makna suatu maslah secara lebih
mendalam, berpikiran terbuka terhadap pendekatan dan pandangan yang berbeda-beda, dan
menetapkan pada diri sendiri hal-hal yang akan diyakini atau dilakukan. Jadi, berpikir kritis
merupakan aspek penting dalam penalaran sehari-hari.6
Sayangnya dalam masyarakat sekarang orang berpikir bahwa berpikir kritis hanya ada
dimata kuliah filsafat dan retorika diperguruan tinggi dan bukan sebuah kebiasaan berpikir
yang seharusnya ditanamkan sejak usia dini. Namun, pemikiran kritis bukanla sesuatu yang
sulit dan esoteris yang hanya bisa dilakukan oleh mereka yang memiliki IQ berkategori
jenius. Sebaliknya, berpikir kritis merupakan sesuatu yang dapat dilakukan oleh semua
orang.7

Selanjutnya mengidentifikasi 12 indikator berpikir  kritis, yang


dikelompokkannya dalam lima besar aktivitas sebagai berikut :

1) Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi:


memfokuskanpertanyaan, menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta
menjawabpertanyaan tentang suatu penjelasan atau pernyataan.

2|Page
2) Membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas mempertimbangkan
apakah sumber dapat dipercaya atau tidak dan mengamati serta
mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi.

3) Menyimpulkan, yang terdiri atas kegiatan mendeduksi atau


mempertimbangkan hasil deduksi, meninduksi atau
m em pe rt i mb a ng ka n ha s i l i nd uk s i , d an m em bu at s er ta m en en tu ka n
nilai pertimbangan.

4) Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas mengidentifikasi istilah-istilah


dan definisi pertimbangan dan juga dimensi, serta mengidentifikasi asumsi.

5) Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas menentukan tindakandan


berinteraksi dengan orang lain.

Indikator-indikator tersebut dalam prakteknya dapat bersatu


padumembentuk sebuah kegiatan atau terpisah-pisah hanya beberapa indikator
saja. Penemuan indikator keterampilan berpikir kritis dapat diungkapkan
melaluiaspek-aspek perilaku yang diungkapkan dalam definisi berpikir kritis.
Menurut beberapa definisi yang diungkapkan terdahulu, terdapat beberapa
kegiatan atauperilaku yang mengindikasikan bahwa perilaku tersebut merupakan
kegiatan-kegiatan dalam berpikir kritis. Angelo mengidentif ikasi lima perilaku
yangsistematis dalam berpikir kritis.

Skenario B
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kepri (Kepulauan Riau) Tjeptjep Yudiana, tenaga
dan peranan dokter keluarga sangat dierlukan di pulau terpencil. Contohnya pulau Tujuh,
yang menjadi salah satu pulau terdepan di Kepri. Masyarakat di sana jika terkena penyakit
dan ingin berobat, harus menempuh waktu 7-8 jam menggunakan perhu bermotor untuk
mencapai lokasi kesehatan. Jika hanya penyakit biasa, mungkin masi bisa diselamatkan.
“Tapi bagaimana dengan pasien yang gawat darurat, apakah masi bisa bertahan,” jelas
Tjepjep, kemarin.
Bukan hanya itu kata Tjepjep lagi, permasalahan financial juga akan membelenggu
pasien ketika biaya mencapai Rp 1 juta untuk transportasi laut. Biaya itu akan bertambah lagi
ketika keluarga pasien juga membutuhkan biaya tambahan ketika mereka menjaga pasien.
(sumber berita dari Batam Pos)
Rumusan masalah
Krisis tenaga medis dan tidak ada nya fasilitas kesehatan.
Analisis masalah dan pembahasan

3|Page
Kurangnya tenaga medis di pulau terpencil, dapat dibahas dalam segi cara pola
berpikir kritis, dan dengan adanya kesinambungan antara religius world view. Dimana
kurangnya tenaga medis dipulau terpencil menciptakan cara pola pikir berpikir secara
kritis dan adanya kesinambungan dengan religius world view itu sendiri. Dimana yang
artinya adalah pandangan dari segi keagamaan terhadap kasus yang didapat dalam
skenario yang kelompok kami buat.

 Dengan pola berpikir kritis

- Pembahasan khasus – 5W1H (who, what, when, why, where, how)


1. Who ( siapa yang terlibat dalam khasus tersebut ?)
Yang terlibat dalam kasus yang kelompok kami dapat adalah skenario B dimana
dalam khasus tersebut yang terlibat adalah warga kepulauan Riau (Kepri), dan juga termasuk
yaitu Kepala Dinas Kesehatan Kepulauan Riau yaitu Tjeptjep Yudiana. Dan yang
bertanggung jawab dalam bidang medis dan kesehatan adalah para dokter yang harusnya
bisa dimaksimalkan dalam bidang medis didaerah terpencil tersebut.
2. What (apa masalah yang sedang terjadi ?)
Masalah yang sedang terjadi adalah dimana warga kepulauan Riau sangat
membutuhkan tenaga medis yang memadai. Karena disana belum terdapat tenaga medis yang
siap sedia membantu warga sekitar ketika sedang membutuhkan pertolongan. Dalam kasus
yang kelompok kami dapat seorang pasien yang belum dalam keadaan gawat darurat. Namun
sangat tersiksa apabila sakit harus menempuh perjalanan yang sangat jauh dengan biaya yang
tidak semua warga sana dapat memenuhinya. Dengan kata laihn daerah kepulaan Riau sangat
membutuhkan tenaga medis dan juga fasilitas-fasilitasnya.
3. When (Kapan peristiwa itu terjadi?)
Tidak dijelaskan dalam skenario kasus kelompok kami.
4. Why ( mengapa hal tersebut dapat terjadi? )
Hal tersebut atau peristiwa tersebut dapat terjadi karena kurangnya pemerataan tenaga
medis diseluruh Indonesia. Terutama daerah-daerah terpencil seperti Pulau Tujuh dalam
Kepulauan Riau yang sangat membutuhkan tenaga medis tetapi sayangnya pemerataan tenaga
medis tidak tersalurkan dengan baik. Dan sebenarnya itu adalah tugas pemerintah kesehatan
daerah untuk dapat menangani permasalahan kesehatan warga didaerahnya dan sekitarnya.
Pemerataan tenaga medis ke seluruh daerah sebenarnya dapat dilaksanakan dengan baik,
karena kita tahu setiap tahunnya bermunculan dokter-dokter baru katakanlah didaerah Jawa
dan sekitarnya dengan jumlah yang bisa diblang cukup banyak kurang lebih berjumlah 600
orang dokter yang disumpah setiap tahunnya. Tetapi pemerataan tersebut tidak berjalan
dengan baik, karena tidak se mua dokter baru au ditempatkan didaerah terpencil dan jauh dari
tempat tinggalnya karena berbagai faktor. Dan akibatnya terjadi penumpukan tenaga medis
dikota-kota besar dan SDM mereka tidak digunakan secara maksimal karena daya saing yang
ketat. Sedangkan didaerah terpencil jauh disana mereka sangat membutuhkan tenaga medis.
Jadi hal tersebut terjadi karena pemerataan tenaga medis yang tidak berjalan sesuai dengan
yang diharapkan.
5. Where ( Dimana hal tersebut terjadi ?)

4|Page
Dalam kasus yang kami dapat, terjadinya hal tersebut disuatu daerah terpencil di
kepulauan Riau yang bernama pulau Tujuh.
6. How ( Bagaimana cara menangani hal terswebut ?)
Cara menanggulangi dan menangani hal tersebut adalah dengan membangun orientasi
yang baik, penyediaaan fasilitas medis disetiap daerah terpencil, dan juga dengan pemerataan
sumber tenaga medis disetiap daerah, supaya tidak terjadi penumpukan tenaga medis dikota-
kota besar yang pada akhirnya tidak memaksimalkan sumber daya tersebut dengan sebaik-
baiknya.
- Membuat dan menilai argumentasi
Dalam khasus diceritakan menurut Dinas Kesehatan Kepri (Kepulauan Riau) Tjeptjep
Yudiana, tenaga dan peranan dokter keluarga sangat diperlukan dipulau terpencil. Yang
menjadi masalah adalah masyarakat disana apabila terkena penyakit dan ingin berobat, harus
menempuh waktu 7-8 jam menggunakan perahu bermotor untuk mencapai lokasi medis.
Kalau kondisinya tidak dalam keadaan darurat mungkin masih bisa tertolong, tetapi
bagaimana apabila dalam keadaan sangat emergency dan sangat darurat? Apakah bisa
tertolng dengan cepat? Ini yang menjadi pusat penilaian kepada masyarakat kesehatan sekitar
terutama pemerintah kota daerah, apakah yang harus segera ia lakukan untuk menangani hal
tersebut.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa terjadinya ketidakmerataan tenaga medis
dan fasilitas-fasilitas medis terjadi disebagian daerah terpencil di Indonesia. Minimnya
kesadaran untuk ditempatkan didaerah terpencil oleh para tenaga medis adalah salah satu
kendala hal tersebut dapat terjadi. Namun kita tidak bisa memaksakan hal tersebut karena
seorang dokter bukanlah sebuah profesi saja namun juga sebuah panggilan dimana ia harus
mengobati orang yang sakit dan sangat membutuhkan pertolongannya.
Penumpukan tenaga medis disebagian daerah dan dikota-kota besar juga terjadi. Ini
menyebabkan tidak dapat berfungsinya secara maksimal suatu tenaga medis disuatu tempat
apabila terjadinya penumpukan tersebut karena daya saing itu pasti ada. Dan dalam
penanganan orang sakit dikota-kota besar pasti tidak ada masalah. Yang menjadi masalah
adalah didesa-desa terpencil yang membutuhkan perhatian dan penanganan khusus tidak
dapat berjalan sebagaimana mestinya.

- Membuat keputusan
Membuat keputusan adalah dimana seseorang atau organisasi memutuskan atau
menetapkan suatu kebijakan dalam masalah yang dialaminya, dan itu adalah merupakan
tindak penyelesaian kasus yang ada. Dalam khasus yang kelompok kami terima, dimana
belum ada kepastian apa yang harusnya dilakukan oleh pemerintah. Disini kita harus
memberikan kepastian dan keputusan akan penindaklanjutan masalah tersebut supaya dapat
ditanggulangi dengan cepat.

 Religius world view


Adalah bagaimana sikap dan pandangan kita dari segi keagaamaan terhadap suatu
tindakan yang kita ambil dan berdampak bagi kehidupan kedepannya. Dalam menerapkan
religius world view ada beberapa yang harus diperhatikan dan dipahami diantaranya adalah :

5|Page
1. Membentuk orientasi hidup
Membentuk suatu orientasi hidup yaitu dengan bagaimana meyakinkan kepada para
tenaga medis (dokter) untuk dapat bersedia ditempatkan di daerah-daerah terpencil yang
dimana daerah tersebut sangat minim sekali tenaga medisnya. Dengan orientasi hidup yang
baik maka akan terjadi keserasian dalam hidup yang berdampak baik pula. Misalnya
membentuk gaya hidup yang sehat maka akan tercipta tubuh dan jiwa yang sehat pula.
Seperti di desa terpencil, apabila penduduk tahu akan pentingnya menjaga kesehatan ia akan
melaksanakannya, untuk itu dari pemerintah perlu dilakukan penyuluhan kesehatan kepada
masyarakat daerah. Melihat minimnya tenaga medis yang ada didaerah terpencil.
2. Membangun kemandirian
Membangun kemandirian dimulai dari sudut pandang seorang dokter yang harusnya
mau ditempatkan didaerah terpencil. Kalau biasanya ia terbiasa hidup dirumah sakit kota
dengan fasiltas yang memadai dan lengkap, ia harus lebih bisa memikirkan dengan masak
tindakan yang tepat apabila tidak disertai dengan fasilitas-fasilitas yang lengkap. Dan sebagai
masyarakat jangan sampai menderita penyakit yang begitu parah. Sebelum sakit maka dari itu
marilah mencegah hal tersebut untuk dapat terjadi dengan menjaga kesehatan dan memiliki
pola hidup yang sehat.
3. Membangun komunitas yang sehat
Sama dengan halnya yang diatas yaitu membangun kemandirian, dengan membangun
suatu komunitas yang sehat maka pola hidup yang sehat akan masyarakat lain lakukan dan
berdampak positif bagi kehidupan masyarakat yang lain. Sehingga taraf kehidupan
masyarakat yan sehat disuatu daerah terpencilpun akan tercipta dengan sendirinya. Maka dari
itu membangun komunitas yang sehat harus dimulai dari diri pribadi.
Penutup
Kesimpulan
Berpikir kritis merupakan cara efektif untuk mengawali menyelesaikan sebuah
masalah. Dengan berpikir kritis, kita akan mampu memahami dan menggali lebih
dalam mengenai sebuah masalah. Berpikir kritis juga membantu kita mencari solusi
dari sebuah masalah tersebut. Dari kasus di atas,setelah saya mencoba
menyelesaikannya dengan metode berpikir kritis, kurangnya tenaga medis di pulau
terpencil dapat diselesaikan dengan cara membangun orientasi pada pihak medis. Kita
harus bisa mencari tahu alasan mengapa mereka tidak mau ditempatkan di pulau
terpencil dan kita harus bisa meyakinkan mereka agar mau ditempatkan di pulau
terpencil. Lalu kita juga harus memperbaiki dan melakukan penyediaan fasilitas
kesehatan. Terakhir kita jangan lupa untuk membangun kesadaran diri dari sisi
masyarakat pulau kecil juga tentang kesehatan.
Dengan demikian dapat dicapailah penyelesaian masalah dan diperoleh hasil
yang dinginkan, yaitu meningkatnya kualitas hidup masyarakat di pulau kecil serta
terbentuknya lingkungan yang mandiri. Jadi, mulailah menerapkan berpikir kritis
untuk menyelesaikan sebuah masalah karena hal itu sangat membantu.

Daftar Pustaka

6|Page
1. Achmad A. Memahami Berpikir Kritis. 2007. Diunduh dari
http://www.pendidikannetwork , 30 Oktober 2012.

2. Matindas R. Berpikir kritis directer thinking.2009 Diunduh dari


http://www.pendidikannetwork , 30 Oktober 2012.

3. Bono ED. Revolusi berpikir. London: Penguin Books; 1993.

4. Satrisno J. Bagaimana membiasakan berpikir kritis.2012. Diunduh dari


http:/www.erlangga.co.id/pendidikan/7255-bagaimana-membiasakan-anak-berpikir-
kritis.

5. Fisher A. Berpikir kritis sebuah pengantar.Jakarta: Erlangga;2009.

6. Santrock JW. Andolen scence perkembangan remaja.Jakarta: Erlangga; 2003.

7. Johnson EB. Contextual teaching and learning: menjadikan belajar mengajar


mengasyikan dan bermakna.Bandung: MLC;2002.

7|Page

Anda mungkin juga menyukai