Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK


“ BERPIKIR KRITIS DALAM MANAGEMEN ANAK SAKIT DAN SEHAT”

KELOMPOK:
1. RIRIH ASTARIYAH NIM: P07120519001
2. EKO MARYANI NIM: P07120519009
3. HERU SRIYANA NIM:P07120519007

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan keterampilan berpikir perawat menguji
berbagai alasan secara rasional sebelum mengambil keputusan dalam asuhan keperawatan.
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan,
pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Kemampuan berpikir
kritis sangat diperlukan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Peningkatan kemampuan
berpikir kritis akan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah cara berpikir kritis dalam menegemen anak sakit ?
C. Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu berpikir kritis dalam menegemen anak sakit
Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu memahami dan mengerti konsep berpikir kritis,anak sakit
Mahasiswa mampu memahami dan mengerti berpikir kritis dalam managemen anak sakit
Mahasiswa mampu memahami dan membuat kasus berpikir kritis
Mahasiswa mampu memahami dan membuat penyelesaian masalah
D. Manfaat
Teori berpikir kritis dalam perawatan dapat diaplikasikan ke pasien saat merawat pasien di
rumah sakit
BAB II
TINJAUAN TEORI
BERPIKIR KRITIS DALAM MANAGEMEN ANAK SAKIT
A. Konsep Berpikir kritis
Elaine Johnson pada tahun 2002 berpendapat bahwa berpikir kritis adalah proses murni
kegiatan otak atau mentality dimana bertujuan untuk memecahkan masalah, mengambil
keputusan, bertujuan mengajak atau persuasif, menganalisa suatu anggapan, serta melakukan
penelitian ilmiah.
Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup
interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Critical berasal dari bahasa Grika yang
berarti : bertanya, diskusi, memilih, menilai, membuat keputusan. Kritein yang berarti to
choose, to decide. Krites berarti judge. Criterion (bahasa Inggris) yang berarti standar, aturan,
atau metode. Critical thinking ditujukan pada situasi, rencana dan bahkan aturan-aturan yang
terstandar dan mendahului dalam pembuatan keputusan (Mz. Kenzie).
Menurut Brunner dan Suddarth (1997), berpikir kritis adalah proses kognitif atau
mental yang mencakup penilaian dan analisa rasional terhadap semua informasi dan ide yang
ada serta merumuskan kesimpulan dan keputusan.
Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen dasar dalam
mempertanggungjawabkan profesi dan kualitas perawatan. Pemikir kritis keperawatan
menunjukkan kebiasaan mereka dalam berpikir, kepercayaan diri, kreativitas, fleksibiltas,
pemeriksaan penyebab (anamnesa), integritas intelektual, intuisi, pola piker terbuka,
pemeliharaan dan refleksi. Pemikir kritis keperawatan mempraktekkan keterampilan kognitif
meliputi analisa, menerapkan standar, prioritas, penggalian data, rasional tindakan, prediksi,
dan sesuai dengan ilmu pengetahuan.
Berpikir kritis merupakan suatu tehnik berpikir yang melatih kemampuan dalam
mengevaluasikan atau melakukan penilaian secara cermat tentang tepat tidaknya atau layak
tidaknya suatu gagasan. Berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir (kognitif) yang
mencakup penilaian analisa secara rasional tentang semua informasi, masukan, pendapat, dan
ide yang ada, kemudian merumuskan kesimpulan.

B. Anak
Anak bukan miniatur orang dewasa. Anak sebagai individu yang unik dan mempunyai
kebutuhan sesuai tahap perkembangan.Untuk dapat memberikan pelayanan keperawatan
dengan tepat harus memandang sesuai pertumbuhan dan perkembangan anak yang
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Bayi : umur 0 bulan – 1 tahun
2. Toddler : umur 1 tahun – 2,5 tahun
3. Pra sekolah : umur 2,5 tahun – 5 tahun
4. Sekolah : umur 5 tahun – 11 tahun
5. Remaja : umur 11 tahun – 18 tahun
Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak berbeda dengan dewasa, dari
struktur fisik anak masih banyak tulang rawannya, dalam proses fisiologis anak dalam
membentuk zat anti bodi, anti peradangan belum sempurna sehingga daya tahan tubuh masih
rentan dan mudah terserang penyakit. Dari aspek kognitif ,pengalaman yang tidak
menyenangkan anak selama di rawat akan direkam sebagai trauma, sehingga harus
meminimalisasi dampak traumatik pada anak. Perawat dalam memberikan asuhan keperwatan
pada anak harus berpusat pada keluarga (family center care) dan mencegah terjadinya trauma
(atraumatik care).
Perawatan berfokus pada keluarga (family center care) merupakan unsur penting dalam
perawatan anak karena anak merupakan bagian dari anggota keluarga, sehingga kehidupan anak
dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga.
Sedangkan atraumatik care adalah semua tindakan keperawatan yang ditujukan kepada
anak tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarga dengan memperhatikan dampak dari
setiap tindakan yang diberikan.Prinsip dari atraumatik care adalah
1. Menurunkan dan mencegah dampak perpisahan dari keluarga,
2. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anak,
3. Mencegah dan mengurangi cidera dan nyeri (dampak psikologis),
4. Tidak melakukan kekerasan pada anak dan
5. Modifikasi lingkungan fisik

C. BERPIKIR KRITIS MANAGEMEN ANAK SAKIT


Berpikir kritis dalam asuhan keperawatan memberikan jaminan keamanan dan
memenuhi standar pelayanan. Berpikir kritis merupakan suatu pengujian yang rasional terhadap
beberapa ide, kesimpulan, prinsip, argumen, penjelasan, persoalan, pernyataan, keyakinan dan
tindakan, serta inti dari praktik keperawatan profesional (Taylor, 2006). Berpikir menjadi
bagian tak terpisahkan dari asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat. Berpikir kritis
penting dilakukan oleh perawat sebelum mengambil keputusan dalam asuhan keperawatan.
Asuhan keperawatan merupakan satu metode ilmiah dalam penyelesaian masalah klien.
Kemampuan perawat mengidentifikasi masalah klien dan memilih solusi intervensi yang tepat
tidak lepas dari kemampuan perawat berpikir kritis, yaitu kemampuan perawat menggali alasan
berdasarkan evidence base dari setiap problem dan solusi yang teridentifikasi. Kemampuan
berpikir kritis dan disposisinya dapat digunakan ketika menyelesaikan masalah keperawatan.
Faktor yang mempengaruhi berpikir kritis perawat adalah lamanya pengalaman klinik dan
tingkat pendidikan.
Ada empat hal pokok dalam berfikir kritis dalam keperawatan, yaitu :
1. Penggunaan bahasa dalam keperawatan
2. Perawat menggunakan bahasa secara verbal maupun nonverbal dalam mengekspresikan
idea, pikiran, informasi, fakta, perasan, keyakinan, dan sikapnya terhadap klien, dan
saat pendokumentasian.
3. Argumentasi dalam keperawatan
4. Pengambilan keputusan
5. Penerapan dalam proses keperawatan
Pada tahap proses keperawatan dari pengkajian sampai evaluasi memerlukan pemikiran
kritis dari perawat

C. Karakteristik Berpikir Kritis


Karakteristik berpikir kritis adalah :
1. Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep. Sedangkan konsep adalah
fenomena atau pandangan mental tentang realitas, pikiran-pikiran tentang kejadian, objek,
atribut, dan sejenisnya.
2. Rasional dan beralasan
Artinya argument yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai dasar kuat dari
fakta fenomena nyata.
3. Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau persepsi dalam berpikir
atau mengambil keputusan tetapi akan menyediakan waktu untuk mengumpulkan data dan
menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu, fakta dan kejadian.
4. Bagian dari suatu sikap
Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir kritis akan selalu menguji
apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk argumentasi yang lain.
5. Kemandirian berpikir
Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif menerima pemikiran dan
keyakinan orang lain menganalisis semua isu, memutuskan secara benar dan dapat dipercaya.
6. Berpikir adil dan terbuka
Yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah dan kurang menguntungkan menjadi
benar dan lebih baik.
7. Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan
Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan kesimpulan, mencipta
suatu pemikiran baru dan argumentasi solusi tindakan yang akan diambil.
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Kasus
Seorang anak “R” usia 2,5 tahun di rawat di PICU rumah sakit X menderita sakit suspec
hepatitis. Kondisi umum: anak sadar,composmentis, tidak demam,ikterik sekali seluruh badan
karena SGOT dan SGPT tinggi sekali,indikasi masuk PICU dikhawatirkan terjadi kejang dan
coma uremikum & hepatikum,terpasang infus ditangan kiri (infus baru ), perut distensi karena
pembesaran hepar. Pasien PICU pindahan dari ruang VIP Anak. Saat mengikuti operan jaga
pagi anak nangis terus tidak mau berhenti, tidak mau didekati perawat maupun dokter. Anak
ditunggui oleh nenek dan ibunya terus meskipun aturan di PICU yang boleh menunggu hanya
orang tuanya (ayah atau ibunya),ibunya mengatakan kalau anaknya tidak bisa tidur semalam,
jatah makan pagi dan susu masih utuh, anak tidak mau makan, monitor haemodinamik
terpantau. Informasi dari ibunya anak takut dengan perawat dan dokter karena saat datang
hanya menyakiti (menyuntik dan mengambil darah untuk pemeriksaan laboratorium). Anaknya
mengatakan tidak sakit pingin segera pulang tidak mau di rumah sakit sambil nangis terus tidak
berhenti.
B. Pembahasan Masalah
Melihat permasalahan tersebut (anak nangis terus) dapat di analisa sebagai berikut :
1. Pasien mengalami traumatik di rawat di PICU,karena banyak dilakukan tindakan invasif
(ambil darah untuk pemeriksaan lab., pasang infus) dan banyak orang yang mendekati
pasien
2. Ruang PICU sangat berisik dari berbagai alat medis
3. Anak mengalami kesakitan perut () meskipun anak tidak mengeluh karena mungkin anak
takut kalau mengeluh kemudian di suntik terbukti dengan perut distensi dan heart rate (HR)
naik di bedside monitor menunjukkan angka di atas range normal
4. Anak rewel karena lapar tidak mau minum susu dan makan
5. Anak rewel karena mengantuk tapi takut tidur kalau mendapat suntikan
6. Anak rewel karena ada peningkatan amoniak yang tinggi sekali,ditakutkan nangis karena
gelisah kondisi badan tidak enak.
Untuk mengatasi langkah penyelesaian masalahnya adalah :
1. Pasien jelas mengalami traumatik di rawat di ruang terbuka dan ramai,banyak orang ,jarak
tempat tidur berdekatan,karena penjelasan ibunya saat di ruang rawat inap tidak rewel.
Perawat usul dengan dokter untuk menempatkan pasien di ruang isolasi biar tenang dan
tetap membolehkan yang nunggui dua orang
2. Melihat dari terapi pengobatan di flowchart belum ada analgetik, jika kemungkinan anak
nyeri, usul dengan dokter untuk diberikan minimal sistenol yang tidak berefek ke
hepatotoksik.
3. Usul untuk dipasang NGT untuk masuk sonde jika anak sudah tenang jika tidak ada kontra
indikasi dan menyarankan orang tua untuk memberikan susu telaten dan bertahap
4. Monitoring balance cairan, tanda-tanda kejang dan penurunan kesadaran.
5. Orientasikan kondisi ruangan dan lakukan pendekatan dengan terapi bermain.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berpikir kritis sangat diperlukan dalam merawat pasien baik anak maupun dewasa.
Kemampuan perawat bisa berpikir kritis dalam merawat pasien sangat dipengaruhi oleh
lamanya bekerja dan caring .

B. Saran
Perawat sangat diperlukan meningkatkan kemampuan berpikir kritis yang dapat dilakukan
melalui saat bekerja,diskusi kasus, ronde keperawatan, pembelajaran aplikasi EBNP pada
praktek klinis dan selalu mengembangkan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan
dalam menganalisa, membuat kesimpulan serta melakukan evaluasi .

DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry,(2009),Fundamental of nursing,7,St.Louis
Rubenfeld, M.G., Scheffer, B.K. (2007). Berpikir kritis dalam keperawatan. Jakarta : EGC
Jurnal Ilmu Keperawatan Indoensia Vol. 10, No. 1, April 2017, file:///D:/dokumen/Downloads/188-25-
289-1-10-20180516.pdf
Jurnal Hubungan antara berpikir kritis perawat dengan kualitas asuhan
keperawatanhttp://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20280242-T%20Aprisunadi.pdf

http://dianhusadaasti.blogspot.com/p/berfikir-kritis-dalam-keperawatan.html
http://myblogrosalindamuklis.blogspot.com/2016/02/berpikir-kritis-dalam-keperawatan.html

Anda mungkin juga menyukai