Pendahuluan
Latar Belakang
Anamnesis
Anamnesis adalah cara pemeriksaan yang harus dilakukan dengan wawancara, baik
secara langsung dengan pasien (autoanamnesis)mmaupun kepada orang tua atau sumber lain
(aloanamnesis). Pada seorang pasien, terutama pasien anak, sebaagian besar data yang
diperlukan untuk menegakkan diagnosis diperoleh dari anamnesis. Namun, hambatan dapat
dijumpai saat pembuatan anamnesis pasien anak. Hal ini dikarenakan data tentang keadaan
anak yang didapat mungkin berdasarkan asumsi orang tua atau pengantar.1
1
Dalam anamnesis dapat ditanyakan:
Pemeriksaan Fisik.
Inspeksi
2
Inspeksi dada dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang dinding dada, bentuk
dasar dada, simetri dada, gerakan dada pada pernapasan, terdapatnya deformitas, penonjolan,
pembengkakan, serta kelainan-kelainan lokal lainnya. Bentuk dada bayi hampir bulat dan
dalam pertumbuhannya dada akan membesar pada diameter transversal. Lingkaran dada pada
bayi kurang dari 2 tahun lebih kecil atau sama dengan lingkaran kepala. Sebaliknya, pada
umur lebih dari 2 tahun lingkaran dada lebih besar daripada lingkaran kepala.1
Palpasi
Perkusi
Perkusi paru dapat dilakukan dengan 2 cara, ialah perkusi langsung dan perkusi tidak
langsung. Perkusi langsung dilakukan dengan mengetukkan ujung jari tengah atau jari
telunjuk langsung ke dinding dada. Sedangkan perkusi tidak langsung dengan meletakkan 1
jari pada dinding dada dan mengetuknya dengan jari tangan yang lain. Pada bayi/anak,
perkusi tidak boleh terlalu keras, karena dinding dada pada anak masih tipis dan otot-otot
masih kecil.1
Suara perkusi paru normal ialah sonor. Bunyi perkusi yang abnormal dapat berupa
hipersonor atau timpani yang terjadi bila udara dalam peru atau pleura bertambah, misalnya
emfisema paru atau pneumotoraks. Suara abnormal lain ialahredup atau pekak, bila terdapat
konsolidasi jaringan paru (pneumonia lobaris,atelektasis, tumor) dan cairan dalam rongga
pleura.1
Auskultasi
3
Auskultasi paru dilakukan untuk menilai suara napas dasar dan suara napas tambahan.
Auskultasi harus dilakukan pada seluruh dada dan punggung, termasuk daerah aksila.
Adapun suara napas dasar adalah sebagai berikut
a) Vesikular, Ini adalah suara napas normal yang terjadi karena udara masuk dan keluar
melalui jalan napas. Suara inspirasi lebih keras dan lebih panjang dari suara ekspirasi.
Suara vesikular melemah bila terdapat penyempitan atau keadaanyang menyebabkan
ventilasi berkurang. Suara vesikular mengeras bila bertambahnya ventilasi.1
b) Bronkial, Terdengar pada bronkus besar kanan dan kiri, di daerah parasternal atas.
Bila suara bronkial terdengar ditempat lain, berarti terdapat konsolidasi yang
luas,seperti pneumonia lobaris.1
c) Amforik, Suara napas ini menyerupai bunyi tiupan di atas mulut botol kosong, dapat
didengar pada kaverne.1
d) Cog-wheel breath sound, Istilah ini dipakai untuk menyatakan terdapatnya suara
napas yang terputus-putus, tidak kontinu, baik pada fase inspirasi maupun pada fase
ekspirasi. Keadaan ini mungkin disebabkan oleh adhesi pleura atau kelainan bronkus
kecil. Terdapat misalnya pada tuberkulosis dini.1
Pemeriksaan penunjang
1. Uji Tuberkulin
Tuberkulin adalah komponen protein kuman TB sifat antigenik yang kuat. Uji
tuberkulin merupakan alat diagnosis TB yang mempunyai nilai diagnostik yang tinggi
terutama pada anak, dengan sensitivitas dan spesifisitas lebih dari 90%.2
Pada anak dibawah 5 tahun dengan uji tuberkulin positif , proses tuberkulosis biasanya
masih aktif meskipun tidak menunjukkan kelainan klinis dan radiologis, demikian pula
halnya kalau terdapat konversi uji tuberkulin. Pengukuran uji tuberkulin dilakukan
berdasarkan timbulnya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein karena adanya infeksi.3
Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin yaitu cara Moro dengan salep, dengan
goresan disebut patch test cara von Pirquet, cara Mantoux dengan penyuntikan intrakutan dan
“multiple puncture method” dengan 4-6 jarum berdasarkan cara Heaf dan Tine.3
Sampai sekarang uji Mantoux masi dianggap sebagai cara yang paling dapat
dipertanggung jawabkan karena jumlah tuberkulin yang dimasukkan dapat diketahui
4
banyaknya.3 Cara Mantoux dilakukan dengan menyuntikkan 0,1 ml PPD (purified
proteinderivative) tuberkulin dari Biofarma RT-23 2TU atau PPD S 5TU, secara intrakutan
dibagian volar lengan bawah dan dibaca 48-72 jam setelah penyuktikan. Pengukuran
dilakukan terhadap indurasi yang timbul, bukan hiperemi/eritemanya. Perlu dinilai ukuran
indurasi (diameter dalam millimeter), tebal tipisnya, dan dicatat ditemukan vesikel hingga
bula.2
Uji tuberkulin positif dapat dijumpai pada tiga keadaan sebagai berikut :2
a. Infeksi TB alamiah
Infeksi TB tanpa sakit sakit TB (infeksi TB laten)
Infeksi TB dan sakit TB
TB yang telah sembuh
b. Imunisasi BCG (infeksi TB buatan)
c. Infeksi Mycobacterium atipik
Uji tuberkulin negative dapat dijumpai pada tiga keadaan berikut:2
5
Anergi.
Anergi adalah keadaan penekanan sistem imun oleh beberpa keadaan, sehingga tubuh
tidak memberikan reaksi terhadap tuberkulin walaupun sebenarnya terinfeksi TB. Beberapa
keadaan tersebut adalah misalnya gizi buruk, keganansan, penggunaan steroid jangka
panjang, pertusis, varisela, TB berat.
2. Radiologi
Pada anak dengan uji tuberkulin positif dilakukan pemeriksaan radiologi. Walaupun
gambaran foto toraks pada TB tidak khas, kelainan-kelainan radiologi pada TB dapat juga
dijumpai pada penyakit lain. Pemeriksaan radiologi paru saja tidak dapat digunakan untuk
membuat diagnosis TB, kecuali gambaran milier.2
3. Uji interferon
Pada infeksi TB, respon imun selular lebih memegang peranan, sehingga pemeriksaan
diagnostic yang lebih representatif adalah uji tubekulin. Oleh karena itu, telah dikembangkan
suatu pemeriksaan imunitas selular yang lebih praktis yaitu dengan memeriksa spesimen
darah, dan diharapkan dapat membedakan infeksi TB dan sakit TB. Pemeriksaan yang
dimaksud adalah uji interferon (interferon gamma release asaas ,IGRA). Terdapat dua jenis
IGRA, yaitu:2
Early secretory antigen target-6 (ESAT-6) dan Culture filtrate protein-10 (CFP-
10) Merangsang limfosit T dengan antigen dari kuman TB maka limfosit T akan
6
menghasilkan interferon gamma. Antigen spesifik yang digunakan adalah
ESAT-6dan CFT-10.
Enzyme-linked immune spot
Cara kerja dengan kalkulasi interferon gamma dihasilkan oleh sel T CD4 dan
CD8. Pemeriksaan ini dapat membedakan antara hasil positif yang disebabkan
oleh infeksi M. tuberculosis, oleh BCG, dan oleh infeksi M. atipik. Namun
belum dapat membedakan infeksi TB dan sakit TB.
4. Mikrobiologi
Working diagnosis
TB paru
7
sugestif TB, dan foto toraks yang mengarah pada TB, merupakan dasar untuk menyatakan
anak sakit TB.2
Differential diagnosis
Asma bronkial
Manifestasi Klinis, wheezing, dyspneu dengan lama ekspirasi, batuk kering karena
sekret kental dan lumen jalan napas sempit, tachypnea, orthopnea, gelisah, nyeri abdomen
karena terlibatnya otot abdomen dalam pernapasan, fatigue, intoleransi aktivitas, perubahan
tingkat kesadaran, cemas, serangan tiba-tiba/ berangsur-angsur.4
Pneumonia
Pneumonia atau paru-paru basah adalah peradangan jaringan di salah satu atau kedua
paru-paru yang biasanya disebabkan oleh infeksi. Pada saat menderita pneumonia,
sekumpulan kantong-kantong udara yang kecil di ujung saluran pernapasan dalam paru-paru
akan bengkak dan penuh cairan. Gejala umum pneumonia meliputi batuk, demam dan
kesulitan bernapas. Pneumonia paling umum ditemukan dan berpotensi untuk bertambah
parah pada bayi dan anak-anak (terutama, di bawah usia dua tahun), manula (terutama, di atas
65 tahun), orang dengan masalah kesehatan lain, seperti penyakit paru-paru atau sistem
kekebalan tubuh yang lemah, serta perokok. Mereka cenderung memiliki risiko tinggi untuk
memerlukan perawatan di rumah sakit.4
Bronkitis
8
Bronkitis adalah infeksi atau peradangan yang terjadi pada saluran udara utama yang
ke paru-paru atau yang disebut bronkus. Bronkitis pada anak bisa terjadi ketika virus
penyebab flu, batuk, dan sinusitis menyebar sampai ke bronkus dan berkembang biak di
sana.3
Ketika kuman tersebut sudah berdiam dan berkembang biak dalam bronkus, maka
saluran udara akan membengkak, meradang, dan dipenuhi lendir. Selain virus, bronkitis pada
anak juga bisa disebabkan oleh beberapa hal, yaitu alergi, infeksi bakteri, dan iritasi oleh
karena asap polusi, asap rokok, dan debu.4
Epidemiologi
Penyakit ini menyerang semua golongan umur dan jenis kelamin, serta mulai
merambah tidak hanya pada golongan sosial ekonomi rendah. WHO menyatakan 22 negara
dengan beban TBC tertinggi di dunia 50%-nya berasal dari negara Afrika dan Asia serta
Amerika (Brasil). Hampir semua negara ASEAN masuk dalam kategori 22 negaratersebut
kecuali Singapura dan Malaysia.6
Anak yang pernah terinfeksi TBC mempunyai risiko menderita penyakit ini sepanjang
hidupnya sebesar 10%.6
Laporan mengenai TB pada anak diperkirakan jumlah kasus TB anak per tahun adalah
5-6% dari total kasus TB. Infeksi pada anak terjadi sesudah inhalasi droplet pernapasan yang
terkontaminasi (dari batuk atau bersin) dari sekresi saluran napas yang terinfeksi berat.
Infeksi pada anak khususnya merupakan akibat kontak erat yang lama dengan individu yang
memiliki sputum positif, aktif, berkaverna, dan tidak diobati. Masa inkubasi dari infeksi
sampai terjadinya uji kulit tuberkulin positif adalah 2-6 minggu.4
9
Etiologi
Dengan kandungan lipid yang tinggi menyebabkan organisme ini bersifat “tahan asam”
pada pewarnaan (resisten terhadap perubahan warna dengan asam-alkohol), seperti digunakan
pada metode pewarnaan Ziehl-Neelsen atau knyoun yang digunakan untuk mengidentifikasi
organisme ini, sehingga sering disebut basil tahan asam (BTA).4
Bakteri tuberkulosis juga tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat dorman dan
aerob. Bakteri tuberkulosis ini mati pada pemanasan 100oC selama 5-10 menit atau
pemanasan 60oC selama 30 menit, dengan alcohol 70-95% selama 15-30 detik. Bakteri ini
tahan selama 1-2 jam diudara terutama di tempat yang lembab dan gelap.6
10
2. Golongan skotokromogen, misal M. scrofulaceum yang dapat menyebabkan
adenitisservikalis pada anak.
3. Golongan nonfotokromogen, misal M. intracellulare (Battey strains), yang dapat
menyebabkan penyakit paru seperti tuberkulosis.
4. Golongan rapid growers, misal M. fortuitum dapat menyebabkan abses
M.smegmantes merupakan saprofit pada smegma.
Patofisiologi
Infeksi primer biasanya terjadi dalam paru. Hal ini disebabkan penularan sebagianbesar
melalui udara dan mungkin juga karena jaringan paru mudah kena infeksi tuberkulosis.3
Basil tuberkulosis yang terhirup akan terbawa melalui saluran pernapasan ke daerah
dekat di bawah permukaan paru. Di tempat tersebut, TB akan menetap dan berkembang biak
secara perlahan-lahan dan akan terjadi eksudasi dan konsolidasi yang terbatas dan disebut
fokus primer. Bersamaan dengan itu, TB akan menyebar dengan cepat melalui saluran getah
bening menuju kelenjar regional yang kemudian akan mengadakan reaksi eksudasi. Dalam
waktu 4 hingga 8 minggu, akan muncul daerah-daerah kecil di tengah-tengah proses tersebut
di mana terdapat jaringan tubuh yang mati (perkijuan). Fokus primer, limfangitis, dan
kelenjar getah bening regional yang membesar, membentuk kompleks primer. Bersamaan
dengan terbentuknya kompleks primer, terjadi hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein
yang dapat diketahui dari uji tuberkulin.3,4
Apa yang terjadi kemudian tergantung dari kemampuan sang anak untuk melawan
perkembangbiakan kuman dan untuk membatasi perkijuan yang terjadi. Kemampuan tersebut
berbeda-beda pada berbagai usia, dan juga dapat dipengaruhi oleh keadaan gizi. Keadaan gizi
yang buruk akan menurunkan kekebalan tubuh.3,4
TB dapat menyebar lebih lanjut dan dapat menimbulkan komplikasi. TB dapat meluas
dalam jaringan paru sendiri. Selain itu, TB dapat masuk ke dalam aliran darah langsung atau
melalui kelenjar getah bening. Melalui aliran darah, kuman TB dapat mencapai alat tubuh
11
lain. Dalam alat tubuh tersebut, TB dapat segera menimbulkan penyakit, tetapi dapat juga
menjadi tenang dulu dan setelah beberapa waktu menimbulkan penyakit.3
Kebanyakan fokus primer tidak berkembang menjadi lebih dari 10 mm. Namun,
terkadang ada yang menjadi lebih besar. Fokus yang besar itu dapat memecah ke arah
permukaan paru, sehingga bahan perkijuan dan kuman memasuki rongga pleura. Cairan efusi
umumnya diserap kembali dengan mudah. Namun, kadang bula terdapat kuman di dalamnya,
cairan efusi dapat menjadi purulen, sehingga membentuk empiema tuberkulosis.4
Kuman TB dapat mengalir langsung ke kelenjar getah bening yang terletak di dekat
saluran napas (bronkus). Pada anak-anak yang masih sangat kecil, kelenjar getah bening
dapat menghimpit dan mempersempit sakuran napas yang lunak sehingga menyebabkan
kolaps dari bagian paru terkait. Pada anak yang lebih besar, kelenjar getah bening dapat
memecah dan menembus dinding brunkus.4
Kuman TB juda dapat lolos ke dalam aliran darah. Hal ini terjadi karena terkisisnya
pembuluh darah. Kuman TB terbawa aliran darah ke bagian-bagian tubuh yang lebih jauh.
Seperti hati, limpa, tulang, otak, dan ginjal. Proses ini akan berhenti bersamaan dengan
sembuhnya anak tersebut dari fokus primer dan kelenjar getah bening terkait, tetapi juga
dapat berlanjut selama berbulan-bulan. Kebanyakan dari kuman tersebut, sekalipun
membentuk tuberkel kecil, tidak menimbulkan gejala klinis. Namun hal ini tergantung dari
kekebalan tubuh si anak sendiri. Pada anak-anak yang masih sangat kecil yang kekebalan
tubuhnya lemah, ataupun pada anak-anak yang kekebalan tubuhnya menurun, infeksi primer
dapat segera diikuti tuberkulosis milier dan TB meningitis. Lesi kronis dapat ditimbulkan
setelah beberapa bulan atau beberapa tahun, seperti tuberkulosis pada ginjal, tulang,
sendi,dan sebagainya.4
Manifestasi klinik
12
Manifestasi klinis TB sangat bervariasi dan bergantung pada beberapa faktor. Faktor
yang berperan adalah kuman TB, pejamu, serta interaksi antar keduanya. Faktor kuman
bergantung pada jumlah dan virulensi kuman, sedangkan faktor pejamu bergantung pada
usia, dan kompetensi imun serta kerentanan pejamu pada awal terjadinya infeksi. Anak kecil
seringkali tidak menunjukkan gejala walaupun sudah tampak pembesaran kelenjar hilus pada
fototoraks. Manifestasi klinis TB terbagi menjadi dua yaitu manifestasi sistemik dan
manifestasi spesifik organ/lokal.2
1. Manifestasi sistemik
Gejala yang bersifat umum dan tidak spesifik karena dapat disebabkan oleh berbagai
penyakit atau keadaan lain. Sebagian besar anak dengan TB tidak memperlihatkan gejala dan
tanda selama beberapa waktu. Keluhan sistemik ini diduga berkaitan dengan peningkatan
tumor necrosis faktor-α(TNF-α). Gejala umum pada TB anak adalah sebagai berikut:2
Demam lama ≥ 2 minggu dan /atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifoid,
infeksi saluran kemih (ISK), malaria, dll) yang dapat disertai keringat malam. Demam
umumnya tidak tinggi.
Batuk lama > 3 minggu, dan sebab lain telah disingkirkan. Biasanya batuk kering,
sehingga sulit untuk memperoleh sputum. Anak-anak yang menderita tuberkulosis hampir
tidak pernah batuk darah atau ditemukan darah pada liurnya. Semua biasanya telah mengenai
anak tersebut beberapa minggu sebelum akhirnya anak tersebut berobat.5
Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan
denganpenanganan gizi yang adekuat.
Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan BB tidak naik
denganadekuat.
Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan baku diare.
13
Manifestasi klinik spesifik organ bergantung pada organ yang terkena, misalnya
kelenjar limfe, susunan saraf pusat (SSP), tulang, dan kulit. 2
Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang sering terkena adalah kelenjar limfe
kollianterior atau posterior, aksila, inguinal, submandibula, dan supraklavikula. Karakteristik
kelenjar biasanya multiple, unilateral, tidak nyeri tekan, tidak hangat pada perabaan, mudah
digerakkan dan dapat saling melekat satu sama lain. Perlekatan ini terjadi akibat adanya
inflamasi pada kapsul kelenjar limfe.2
Gejala klinis yang terjadi berupa nyeri kepala, penurunan kesadaran, kaku kuduk,
muntah proyektil, dan kejang.2
c. Sistem skeletal.
Gejala yang umum ditemukan pada TB sistem skeletal adalah nyeri, bengkak pada
sendi yang terkena, dan gangguan atau keterbatasan gerak. Tuberkulosis sistem skeletal yang
sering terjadi pada anak daripada dewasa. Manifestasi klinis TB sistem skeletal baisanya
muncul secara perlahan dan samar sehingga sering lambat terdiagnosis.2
d. Kulit.
Mekanisme terjadinya manifestasi TB pada kulit dapat melalui dua cara, yaitu inokulasi
langsung (infeksi primer) seperti tuberculous chancre, dan akibat limfadenitis TB yang pecah
menjadi skrofuloderma (TB pasca primer). Skofuloderma adalah yang paling sering dijumpai
ditemukan di leher dan wajah, di tempat yang mempunyai kelejar getah bening, misalnya
daerah protis, submandibula, supraklavikula, dan lateral leher.2
Penatalaksanaan
14
Medikamentosa
INH (isoniazid)
Bekerja secara bakterisidal terhadap basil yang berkembang aktif ekstraseluler dan basil
di dalam makrofag. Dosis INH adalah 5 mg/ kgbb/ hari peroral, dapat diberikan selama 18-24
bulan.3 Isoniazid mempunyai dua efek toksik utama, yaitu hepatotoksik dan neuritisperifer.2
Rifampisin
Bekerja bakterisid pada intrasel dan ekstrasel, dapat memasuki semua jaringan, dan
dapat membunuh kuman semidorman yang tidak dapat dibunuh oleh isoniazid. Rifampisin
diberikan dalam bentuk oral dengan dosis 10-20 mg/kgbb/hari, dosis maksimal 600mg/hari.
Jika diberikan bersamaan isoniazid, dosis rifampisin tidak melebihi 15mg/kgbb/hari dan
isoniazid 10 mg/kgbb/hari. Efek samping adalah perubahan warna urin, ludah, keringat,
sputum, air mata menjadi warna orange kemerahan. Selain itu gangguan gastroimtestinal dan
hepatotoksisitas.2
Streptomisin
Bekerja bakterisidal hanya terhadap basil yang tumbuh aktif ekstraseluler. Diberikan
secara intramuskular dengan dosis 30-50 mg/kgbb/hari, dengan maksimum 750 mg/ hari,
diberikan selama 1-3 bulan kemudian dapat diberikan 2-3 kali seminggu selama 1-3 bulan
lagi.3
15
Pirazinamid
Aman pada anak, kira-kira 10% pada orang dewasa mengalami efek samping berupa
artarlgia, arthritis, atau gout akibat hiperurisemia. Efek samping lainnya hepatotoksisitas,
anoreksia, dan iritasi salurancerna.2
Etambutol
Belum jelas apakah bekerja secara bakterisidal atau bakteriostatik. Diberikan dengan
dosis 20mg/kgbb/hari peroral pada waktu lambung kosong sama sekali. Jarangdiberikan pada
anak karena potensi toksisitasnya pada mata.3
Hanya bekerja secara bakteriostatik. Obat ini jarang dipakai karena dosisnya yang
tinggi dan kurang disukai penderita. Biasanya diberikan selama 1 tahun.3
Pada anak-anak yang tidak menunjukkan gejala penyakit dan yang diketahui telah
mengalami infeksi primer, tujuan pengobatannya adalah menyingkirkan risiko penyebaran
dari lesi dan membunuh kuman tuberkulosis pada fokus primer dan kelenjar getah bening
terkait. Pengobatan terdiri atas 5 mg/kgbb isoniazid (INH) satu kali sehari selama minimal 6
bulan. Sedangkan pada anak dengan gejala dapat diberikan INH dan rifampisin, bersama
dengan pirazinamid.4
16
Pada anak yang menderita tuberkulosis, diperhatikan juga gizi dan makanannya. Anak
yang sakit sangat berat dan kurang gizi mungkin menolak untuk makan, karena itu berikanlah
makanan dalam jumlah sedikit tapi sering. NGT dapat digunakan jika memang perlu sampai
nafsu makan pulih.4
Panduan obat TB
Pengobatan TB dibagi menjadi 2 fase intensif, yaitu fase intensif (2 bulan pertama) dan
sisanya sebagai fase lanjutan. Prinsip dasar pengobatab TB adalah minimal tiga macam obat
pada fase intensif (2 bulan pertama) dan dilanjutkan dengan dua macam obat pada fase
lanjutan (4 bulan atau lebih). Pemberian panduan obat ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya resistensi obat dan untuk membunuh kuman intraseluler dan ekstraseluler. Obat
anti Tuberkulosis pada anak diberikan setiap hari, bukan dua atau tiga kali dalam
seminggu.Hal ini bertujuan untuk mengurangi ketidakteraturan menelan obat yang lebih
sering terjadi jika obat tidak ditelan setiap hari. Saat ini obat baku yang dipakai pada kasus
TB anak adalah rifampisin, isoniazid, dan pirazinamid, sedangkan pada fase lanjutan hanya
diberikan rifampisin dan isoniazid.2
Non-Medika mentosa
1. Pendekatan DOTS
17
Perlu dicari sumber penularan yang menyebabkan anak tersebut tertular TB. Sumber
penularan adalah orang dewasa yang menderita TB aktif dan kontak erat dengan anak
tersebut. Bila ditemukan sumbernya, perlu pula dilakukan pelacakan sentrifugal, yaitu
mencari anak lain sekitarnya yang mungkin tertular, dengan cara uji tuberkulin.2
Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh tuberkulosis adalah penyakit tuberkulosis lain
yang menyebabkan komplikasinya tersendiri. Seperti tuberkulosis kelenjar getah bening
dapat mengalami komplikasi lagi, seperti bronkopenumoni tuberkulosis, sumbatan bronkus
lobus oleh pembesaran kelenjar getah bening, dan sebagainya.
Prognosis
Dipengaruhi oleh banyak faktor seperti umur anak, berapa lama telah mendapat infeksi,
luasnya lesi, keadaan gizi, keadaan sosial ekonomi keluarga, diagnosis dini, pengobatan
adekuat dan adanya infeksi lain seperti morbili, pertusis, diare berulang dan lain-lain.3
Pencegahan
Imunisasi BCG diberikan pada usia sebelum 2 bulan. Pemberian BCG meninggikan
daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberkulosis yang virulen. Imunitas timbul 6-8
18
minggu setelah pemberian BCG. Pemberian BCG dapat mengurangi morbiditas sampai
74%.3
b. Kemoprofilaksis
Kesimpulan
Daftar Pustaka
19
1. Latief A, Tumbelaka AR, Matondang CS, Chair I, Bisanto J, Abdoerrachman MH, et
al.Diagnosis fisik pada anak. Anamnesis. Jakarta: Fakultas kedokteran universitas
indonesia: Jakarta; 1991. Hal 3-7,11-7,74-80.
2. Basir D, Rahajoe NN, Makmuri MS, Kartasasmita CB. Pedoman nasional
tuberkulosispada anak. Edisi ke-2.UKK Respirologi PP IDAI: Jakarta; 2007. Hal 3-65.
3. Hassan R, Alatas H, Latief A, Napitupulu PM, Pudjiadi A, Ghazali M, et al, editor.
Ilmukesehatan anak. Jilid ke-2. Bagian ilmu kesehatan anak fakultas kedokteran
universitas indonesia: Jakarta; 2007. Hal 573-83,632-7,646-8.
4. Crofton J, Horne N, Miller F. Tuberkulosis klinis. Edisi ke-2. Widya Medika: Jakarta;
2002. Hal 31-91.
5. Behrman RE, Kliegman RM. Esensi pediatri Nelson. Edisi ke-4. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta; 2010. Hal 431-6;445-7.
6. Widoyono. Penyakit tropis epidemiologi, penularan, pencegahan & pemberantasannya.
Erlangga: Jakarta; 2008. Hal 13-8,34-36,103-108,139-141.
20