BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berpikir bukan merupakan sebuah proses statis berpikir dapat berubah
setiap hari atau setiap jam.karena berpikir sangat dinamis (berubah secara
konstan) dan karena semua tindakan keperawatan memerlukan pemikiran,
maka penting untuk memahami brpikir secara umum. Penting juga untuk
memahami gaya dan pola unik seseorang serta mengidentifikasi tentang apa
yang membantu seseorang untuk dapat berpikir dengan lebih baik.
Setiap pilihan memerlukan model berpikir yang berbeda dan mungkin
bergantung pada kebiasaan masa lalu atau situasi belajar di lihat sebagai
suatu masalah yang harus diselesaikan. Dan kemungkinan besar
memutuskan untuk melakukan suatu hal baru atau berbeda, seperti
membaca sembari mengayuh sepeda statis dan mendengarkan musik. Semua
tindakan yang dilakukan memerlukan pemikiran, tetapi tidak semua
pemikiran sama.
Mengeksplorasi pemikiran seseorang mungkin bukan merupakan
bagian pembelajaran yang diharapkan dalam keperawatan suatu profesi
yang sering kali dihubungkan dengan banyak melakukan sesuatu.
Namun,semua hal yang dilakukan perawat memerlukan pemikiran tingkat
tinggi; tidak ada tindakan yang dilakukan tanpa berpikir kritis.Fokus
berpikir kritis memberikan penekanan yang tepat pada proses keperawatan
dan memungkin kan penggunaan keterampilan intelektual,interpersonal,dan
teknik agar berhasil dalam keperawatan.
Berpikir kritis dalam keperawatan memberikan awal yang baik bagi
perawat yang harus belajar bagaimana bertindak dan bagaimana berpikir
dalam dunia pelayanan kesehatan yang kompleks saat ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalahnya adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan konsep berfikir kritis ?
a. Apa yang dimaksud dengan kritis ?
b. Apa yang dimaksud dengan pasien kritis ?
MODUL KEPERAWATAN KRITIS | SEMESTER VII STIKES MAHARDIKA
74
praktek klinik.
Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep berfikir kritis
dalam keperawatan serta menjelaskan bagaimana penerapan
dalam praktek klinik.
1) Menjelaskan tentang kritis dalam keperawatan
2) Menjelaskan tentang pasien kritis
3) Menjelaskan tentang keadaan atau situasi kritis dalam
b.
keperawatan
4) Menjelaskan tentang keperawatan kritis
5) Menjelaskan tentang berfikir kritis
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang
proses
asuhan
penunjang
yang
74
D. Manfaat Penulisan
1.
Bagi Institusi Pendidikan
a. Terciptanya mahasiswa yang paham tentang konsep berfikir
2.
3.
kritis
b. Terciptanya landasan teori konsep berfikir kritis
Bagi Profesi Keperawatan
a. Terciptanya tenaga kesehatan yang professional
b. Terciptanya rasa nyaman pada setiap pasien yang di rawat
c. Terciptanya SDM yang berintelektual tinggi
Bagi Mahasiswa
a. Bisa memahami konsep berfikir krtis
b. Lebih mengetahui keterampilan dan pengetahuan untuk
menganalisis informasi yang belum di ketahui
c. Bisa memahami model berfikir kritis dalam keperawatan
d. Bisa memahami tingkat berfikir kritis dalam keperawatan
74
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Kritis
1. Pasien kritis
Pasien sakit kritis adalah pasien dengan penyakit atau kondisi
yang mengancam keselamatan jiwa pasien tersebut. Pasien dengan
kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive Care Unit (ICU)
dan biasanya membutuhkan berbagai macam alat kedokteran yang
berguna untuk memantau kondisi dan juga untuk menjaga
kelangsungan hidup pasien tersebut, misalnya ventilator, alat dialisis,
dan masih banyak lainnya. Pengunaan alat-alat ini akan menyebabkan
adanya pengurangan aktivitas dan mobilitas pasien secara signifikan
yang dapat menimbulkan komplikasi seperti trombosis vena dalam
(TVD) (DH Kartadi, 2013).
Pasien kritis erat kaitannya dengan dengan perawatan intensif
karena memerlukan pencatatan medis yang berkesinambungan dan
monitoring serta dengan cepat dapat dipantau perubahan fisiologis
yang terjadi atau akibat dari penurunan fungsi organ-organ tubuh
lainnya. Unit perawatan intensif (Intensive Care Unit) merupakan
salah satu ruang perawatan yang tepat untuk pasien kritis tersebut
karena dilengkapi dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat
dan mengobati pasien dengan perubahan fisiologi yang cepat
memburuk yang mempunyai intensitas defek fisiologi satu organ
ataupun mempengaruhi organ lainnya sehingga merupakan keadaan
kritis yang dapat menyebabkan kematian (Rab, 2007).
Hal ini sesuai dengan Comprehensive Critical Care Department
of Health-Inggris yang merekomendasikan untuk memberikan
perawatan kritis sesuai filosofi perawatan kritis tanpa batas (critical
care without wall), yaitu kebutuhan pasien kritis harus dipenuhi di
manapun pasien tersebut secara fisik berada di dalam rumah sakit
(Jevon dan Ewens, 2009).
2. Berfikir kritis
74
siswa
adalah
untuk
sebuah
proses
merumuskan
sistematis
dan
yang
mengevaluasi
kritis
juga
merupakan
berpikir
dengan
baik,
dan
berpikir
divergent
(berbeda)
untuk
menimbang
74
terjadi
dengan
data
yang
tidak
memadai
dan
74
menelaah
dan
mengakui
kesalahan
atau
74
pilihan
alternatif,
dan
menemukan
74
harus
menggunakan
keterampilan
berpikir
74
yang
baru.
Hal
ini
berdampak
pada
ketentuan
hari
Kehilangan control terhadap lingkungan
Kehilangan peran yang biasa dijalankan
Kehilangan harga diri
Kecemasan
Bosan, frustasi, dan pikiran-pikiran yang negative
Distress spiritual
Berat ringannya efek stressor tersebut dan respon pasien yang
74
merupakan
area
spesialistik
dari
74
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Suku/Bangsa
Alamat
Jenis Kelamin
Status Perkawinan
Ruang/Kelas
No. RM
Diagnosa Media
Tgl Masuk RS
Tgl Pengkajian
Penanggungjawab
74
4) Sesak napas/batuk
Masalah
74
74
mengkaji
pola
yang
mencerminkan
masalah
kesehatan
dan
74
merupakan
metode
tertua
yang
digunakan
untuk
indera
74
pemeriksaan
fisik
dilakukan.
Inspeksi
juga
dan
mobilitas/gerakan
komponen-komponen
74
dalam
abdomen/perut,
dapat
dipalpasi
untuk
cairan
yang
terkumpul
secara
abnormal.
74
74
Suara
Datar
Intensitas
Durasi
Kualitas
Lembut
Pendek
Absolut
Tidak
tajam
(dull)
Mediu
m
Medium
Moderat
Resonan/
gaung
Hiperresonan
Timpani
Rendah
Keras
Sangat
rendah
Tinggi
Sangat
keras
Keras
Moderat/
panjang
panjang
panjang
Lokasi
Normal : sternum,
paha
Abnormal: paru-paru
atelektatik
massa
padat
Seperti
Normal: hati; organsuara
organ lain; kandung
pukulan/jat kencing penuh.
efusi
uh, pendek Abnormal:
pleura, asites
(muffled
thud)
kosong
Normal : paru-paru
berdebam
Seperti
drum
Abnormal
:
emfisema paru-paru
Normal : gelembung
udara lambung
Abnormal : abdomen
distensi udara
74
Pitch (atau frekuensi) adalah jumlah vibrasi atau siklus per detik
(cycles per second/cps). Vibrasi cepat menghasilkan nada dengan
pitch yang tinggi, sedangkan vibrasi lambat menghasilkan nada pitch
yang rendah. Amplitudo (atau intensitas) menentukan kerasnya suara.
Makin besar amplitude, makin keras suara. Durasi adalah panjangnya
waktu di mana suara masih terdengar. Kualitas (atau timbre, harmonis,
atau overtone) adalah konsep subyektif yang digunakan untuk
menggambarkan variasi akibat overtone suara yang tertentu. Prinsip
dasarnya adalah jika suatu struktur berisi lebih banyak udara
(misalnya paru-paru) akan menghasilkan suara yang lebih keras,
rendah dan panjang daripada struktur yang lebih padat (misalnya otot
paha), yang menghasilkan suara yang lebih lembut, tinggi dan pendek.
Densitas jaringan atau massa yang tebal akan menyerap suara, seperti
proteksi akustik menyerap suara pada ruang kedap suara. Ada dua
metode perkusi, langsung (segera) dan tak langsung (diperantarai).
Perkusi diperantarai (tak langsung) adalah metode yang menggunakan
alat pleksimeter untuk menimbulkan perkusi. Dari sejarahnya,
pleksimeter adalah palu karet kecil, dan digunakan untuk mengetuk
plessimeter, suatu obyek padat kecil (biasanya terbuat dari gading),
yang dipegang erat di depan permukaan tubuh. Ini merupakan metode
yang disukai selama hampir 100 tahun, tetapi pemeriksa merasa repot
untuk membawa peralatan ekstra ini. Sehingga, perkusi tak langsung,
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah atau hanya jari tengah satu
tangan bertindak sebagai pleksimeter, yang mengetuk jari tengah
tangan yang lain sebagai plessimeter, berkembang menjadi metode
pilihan sekarang (Rhonda, 2009).
74
74
dengan
stetoskop.
Stetoskop
regular
tidak
74
petunjuk
penting
mengenai
analisis
gejala.
74
Mengikuti
metode
menggunakan
pemeriksaan
auskultasi
sebagai
secara
berurutan
pemeriksaan
dan
terakhir
74
74
b. Kulit
1) Perubahan pada warna, suhu, turgor, tekstur kulit,
c.
d.
e.
f.
g.
kelembaban
2) Pertumbuhan
3) Mengelupas/bersisik
4) Luka memar
5) Perdarahan
6) Lesi (lokasi)
7) Pruritus
8) Eksim
Rambut
1) Alopesia
2) Perubahan dalam distribusi
3) Warna rambut
4) Penggunaan cat rambut
5) Tekstur
Kuku
1) Warna
2) Lekukan
3) Rapuh
Kepala
1) Sakit kepala
2) Trauma kepala
3) Pingsan
4) Pusing
5) Kejang
6) Vertigo
7) Hilang kesadaran
Mata
1) Lensa korektif atau kontak lensa
2) Buta
3) Presbiop
4) Diplopia
5) Miop (pandangan dekat)
6) Hiperopi (pandangan jauh)
7) Perubahan dalam ketajaman
8) Glaucoma
9) Katarak
10) Kabur
11) Pengkajian mata terakhir
Telinga
1) Kehilangan pendengaran
2) Inspeksi telinga
3) Bedah telinga
4) Sakit telinga
5) Tinnitus
6) Vertigo
7) Keluar cairan
74
8) Alat prostetik
h. Hidung
1) Rhinitis
2) Masalah sinus
3) Keluar cairan
4) Epistaksis
5) Secret
6) Fungsi olfaktori
7) Obstruksi
8) Bersin
9) Tetesan postnasal
10) Frekuensi demam
i. Mulut dan Tenggorok
1) Masalah gigi
2) Gusi (berdarah)
3) Ekstraksi saat ini
4) Gigi atau lapisan gigi
5) Pengkajian gigi terakhir
6) Gangguan dalam rasa, menelan, mengunyah
7) Serak atau perubahan suara
8) Sakit tenggorok
j. Leher
1) Nyeri
2) Kaku
3) Gerakan terbatas
4) Pembesaran kelenjar
5) Pembesaran tiroid
6) Gondok
k. Payudara
1) Nyeri
2) Pembesaran
3) Benjolan
4) Keluar cairan
5) Ginekomastria
6) Prosedur pembedahan
7) Pengkajian payudara sendiri
l. Pernapasan
1) Nyeri
2) Napas pendek
3) Dispnea (saat istirahat atau saat kerja)
4) Ortopnea
5) Sputum (jumlah dan karakter)
6) Bronchitis
7) Pneumonia
8) Tuberculosis
9) Pengkajian foto pada terkhir
m. Kardiovaskular
1) Nyeri
74
2) Palpitasi
3) Tekanan darah
4) Edema
5) Napas pendek
6) Intermiten claudication
7) Batuk
8) Ortopneu
9) Penyakit arteri koroner
10) Elektrokardiogram terakhir
n. Gastrointestinal
1) Napsu makan
2) Perubahan dalam berat badan
3) Pola makan (kultur, agama, pembatasan, atau alergi)
4) Mual, muntah
5) Asites
6) Nyeri abdomen
7) Jaundis (kuning)
8) Ulkus
9) Perubahan dalam kebiasaan BAB (diare, konstipasi,
inkontinensia)
10) Ostomi
11) Kondisi rectal (hemoroid, perdarahan, flatus)
12) Perubahan feses
13) Gangguan katarik atau antasida
o. Ginjal dan Genitourinaria
1) Nyeri panggul
2) Pola urinaria
3) Warna urin
4) Poliuria
5) Oliguria
6) Nokturia
7) Disuria
8) BAK tiba-tiba (urgensia)
9) Retensi
10) Frekuensi
p. Inkontinensia
Wanita :
1) Menarche (timbul, pola, jumlah, lamanya)
2) Tanggal periode menstruasi terakhir
3) Dismenorea, cairan vaginal atau gatal
4) Riwayat (gravid dan para, keguguran, aborsi, komplikas)
5) Menopause
6) Tanggal dari papanicolaous smear terakhir dan hasilnya
Pria :
1) Perubahan ukuran scrotal
2) Lesi
3) Masalah prostat
MODUL KEPERAWATAN KRITIS | SEMESTER VII STIKES MAHARDIKA
74
4) Impoten
5) Pangkajian testicular sendiri
Seksual :
1) Tidak nyaman
2) Impoten
3) Dorongan
4) Fertilitas, perubahan atau masalah
5) Metode kontrasepsi
q. Musculoskeletal
1) Nyeri
2) Kram
3) Kaku
4) Perubahan gerak rentang sendi atau keterbatasan
5) Bengkak
6) kelemahan
r. Neurologic
1) Perubahan perilaku
2) Hilang kesadaran
3) Perubahan minat atau efek
4) Status mental
5) Kejang
6) Tremor
7) Gangguan bicara
8) Paralisis
9) Koordinasi
10) Memori
s. Hematopoetik
1) Perdarahan atau kecenderungan luka memar
2) Golongan darah
3) Transfuse dan reaksi
4) Riwayat Rho (D) pemberian imun-globulin (RhoGAM)
5) Anemia
6) Terapi antikoagulan
7) Ketidakseimbangan darah (keadaan umum tak normal
karena adanya toksi dalam darah)
8) Riwayat inspeksi
t. Endokrin
1) Riwayat pertumbuhan
2) Diabetes
3) Karakteristik seksual secara sekunder
4) Penyakit tiroid
5) Distribusi rambut
6) Intoleran suhu
7) Rambut atau kulit kering
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
MODUL KEPERAWATAN KRITIS | SEMESTER VII STIKES MAHARDIKA
74
kebutuhan
dari
pemeriksaan,
permintaan
74
darah
yang
100.000/mcl
berpotensi
untuk
terjadinya
hemopoetik
untuk
jenis
bergranula
(mononuklear),
berfungsi
dalam
sistem
74
74
Urine
Anak
Bayi
BBL
5) Magnesium
Magnesium merupakan elektrolit ion+ (kation),
berada pada cairan ekstra seluler dan sel menempati urutan
terbanyak kedua, diekskresi melalui ginjal dan faeces.
berpengaruh pada peningkatan K, Ca dan protein yang
berperan untuk aktivasi neuromuskuler dan enzim pada
metabolism hidrat arang dan protein. Nilai normal :
Dewasa : 85-135 ml/min.
Makanan sumber Mg : Ikan laut, daging, sayuran
hijau, biji-bijian, dan kacang-kacangan.
c. Pemeriksaan Kadar Gula Darah
1) Pemeriksaan gula darah
Pemeriksaan terhadap kadar gula dalam darah vena
pada saat pasien puasa 12 jam sebelum pemeriksaan
(GDP/Gula Darah Puasa) atau 2 jam setelah makan.
Nilai normal GDP :
Dewasa
: 70-110 mg/dl
Bayi baru lahir
: 30-80 mg/dl
Anak
: 60-110 mg/dl
Nilai normal kadar gula darah 2 jam setelah makan :
Dewasa
: <140 mg/dl/2 jam
Hasil pemeriksaan berulang diatas nilai normal
kemungkinan
menderita
Pemeriksaan
kadar
gula
DM
(Diabetes
darah
Mellitus).
toleransi
adalah
74
tanpa
persiapan
DM
sebelum
dilakukan
pemeriksaan
yang
Warna
Urine
Penyebab
Patologis
1.
Merah
Ada
hemoglobin,
mioglobin (berarti
ada perdarahan pada
saluran kencing)
2.
Jingga
3.
Kuning pekat
4.
Hijau
5.
Biru
6.
Cokelat
7.
Hitam/hampi
r hitam
Penyebab
Non
Patologis
Oleh
karena
obat
tertentu karena zat
warna dari makanan
tertentu misal robarber,
biet.
Obat-obatan: antiseptik
saluran kencing, dan
obat fenotiazin)
Banyak makan wortel,
obat
fenacetin,
nitrofurantoin.
Obat preparat vitamin
dan psikoaktif
Obat diuretika tertentu
Obat-obatan
nitrofurantoin,
levodopa.
Obat
senyawa
fenol.
levodopa,
besi dan
74
74
Jenis
Nilai Normal
Pemeriksaan
1.
Warna
2.
Bau
3.
Konsistensi
4.
Volume
5.
Lendir
Keterangan
Tergantung
Kuning kehijauan
makanan/obat yang
dikonsumsi
Bau busuk, asam,
tengik menunjukkan
adanya
proses
Bau indol, scatol,
pembusukan
asam butirat.
makanan
atau
gangguan
pencernaan.
Agak lunak dan
berbentuk
100-300
gr/hari
(70% air dan 30%
sisa makanan)
Lendir banyak ada
rangsangan. Lendir
bagian luar tinja:
Tidak ada
iritasi usus besar.
Lendir
bercampur
tinja: iritasi usus
halus.
2.
3.
Jenis Pemeriksaan
Tujuan Pemeriksaan
74
perdarahan usus
2. Pemeriksaan Radiologi
a. EKG
74
ke jaringan tubuh
(gelombang
merupakan
74
Mammografi
menggunakan
adalah
sinar-X
pemeriksaan
dosis
radiologi khusus
74
manusia
dengan
menggunakan
medan
magnet
MRI
bertujuan
mengetahui
karakteristik
74
fungsi otak,
untuk
(Neeman, 2007).
f. CTG
Cardiotocography (CTG)
adalah
suatu
alat
yang
74
74
74
operasi
pada
abdomen
diperluas
dengan
74
menaikkan
dinding
abdomen
di
atas
organ
activated
scissors,
scalpel,
perlengkapan
biopsy
forceps;
tru-Cut
biopsy-core
needle,
monopolar electrocautery dissection tools, yang terdiri dari: Lshaped hook dan spade-type dissector/coagulator (Gambar 1e),
74
hook
dissector,
dan
scissors
laparoskopi
bermacam-macam
dapat
pembedahan
dipergunakan
seperti
untuk
laparoscopic
laparoscopic
splenectomy,
laparoscopic
74
merupakan
alat
skrining
yang
pada
polipektomi,
kolonoskopi
dapat
lesi
74
k. ERCP
Endoscopic
Retrograde
Cholangio
Pancreatography
dimasukkan
melalui
mulut,
menyusuri
sepanjang
tindakan
ini
dilakukan.
Cholangio
74
keadaan
ini
menyimpulkan
bahwa
hampir
74
beberapa
indikasi
utama
74
juga
mengangkat
semua
massa
atau
kelainan
yang
Tertutup
Bahan
sedikit/kurang
E. Alat Bantu
1. Alat Bantu Respiratory
a. Ventilator
74
74
(SIMV).
Sehingga
pernafasan
mandatory
74
74
74
Pulse
oksimetri
adalah
metode
non-invasif
yang
74
adalah :
Vacum regulator
Suction contrrollers
Slym zuiger
Alat hisap
Komponen alat
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Motor
Botol penampung cairan
Selang
Suction regulator
Manometer
Over Flow Protection / Pelampung (pengaman cairan
lebih)
7) Foot switch
Blok diagram suction pump:
74
Prinsip Kerja
Motor suction adalah sebuah motor listrik, biasanya hanya
bekerja pada satu tegangan, yaitu tegangan 110 V atau 220 V,
Rpm 145, 50/60 Hz, maka ketika pemilihan motor dilakukan itu
harus sesuai dengan besarnya tegangan yang ada yang didalam
rangkaiannya dapat kita temukan sebuah capasitor yang
memiliki fungsi sebagai starting capasitor (Kemenkes RI, 2010).
Penghisap pada bagian ini ada 2 jenis, yaitu:
1) Jenis Centrifugal Rotary
Yaitu penghisap terdiri dari: beberapa kipas (pisau)
yang berada dalam rumah penghisap dan dihubungkan
dengan motor (bagian yang berputar pada elektromotor).
Pada rumah penghisap bagiaan luar terdapat dua katup
(lubang hisap dan lubang tiup) serta lubang pembuangan
oli. Oli merupakan pelumas dan pendingin pafa bagian
kipas. Manometer yaitu alat yang digunakan untuk
mengetahui samapai seberapa kuat penghisap bekerja.
Skala 0-800 mmHg (Kemenkes RI, 2010).
2) Jenis membran terdiri dari :
Stang kedudukan, karet membran kedudukan katup,
katup hisap dan katup tekan, tutup/rumah penghisap yang
mempunyai
katup/lubang
hisap
hisapnya
dan
lubang
dikontrol
tekan
dengan
74
disesuaikan
dengan
lubang
proft
daan
lendir
dalam
mulut
dan
tenggorokan
74
komparator,
dan
rangkaian
sinyal
referensi
74
alat
ini
dilengkapi
dengan
sistem Alaram,
(suntikan).
Slit; merupakan celah untuk menempatkan syringe.
Slider Hook.
Cluth.
Slider.
74
74
ini
sering
digunakan
untuk
kode
untuk
disampaikan,
menghentikan
74
bentuk pompa
peristaltik .
menggunakan
Klasik,
mereka
berurutan.
Pompa
volume
kecil
biasanya
74
daerah
alat
yang
digunakan
untuk
dinding
tindakan pengobatan
aritmia-hidup,
dada
definitif
fibrilasi
pasien.
untuk
ventrikel
dan
Sedangkan
mengancam
jantung
takikardi
ventrikel
74
74
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berpikir kritis mencakup berpikir diluar solusi tunggal untuk masalah
dan difokuskan pada memutuskan alternatif apa yang terbaik. Berpikir kritis
didasarkan pada pengetahuan, pengalaman, kompetensi berpikir kritis, sikap
dan standar. Proses keperawatan merupakan kompetensi berpikir kritis yang
memandu perawat untuk membuat penilaian tentang perawatan klien.
Tujuan dari proses keperawatan adalah mengidentifikasi kebutuhan
perawatan kesehatan klien, menetapkan rencana asuhan kepewaratan dan
menyelesaikan intervensi keperawatan yang dirancang untuk memenuhi
kebutuhan. Dengan mempunyai sikap yang sesuai selama terlibat dalam
berpikir kritis memastikan pendekatan yang adil, beralasan dan inovatif
terhadap penimbangan.
Model berpikir kritis mencakup lima hal pokok yaitu : ingatan total,
kebiasaan, penyelidikan, ide baru dan kreatifitas, mengetahui bagaimana
anda berpikir.
B. Saran
Modul ini membahas tentang Konsep Keperawatan Kritis. Saran kami
sebagai penulis, kepada para pembaca agar terus memperluas pengetahuan
tentang Konsep Keperawatan Kritis dengan mencari referensi lain baik dari
buku, jurnal terupdate. Diharapkan dari referensi-referensi tersebut dapat
menjadi bahan perbandingan kebenaran informasi oleh para pembaca,
sehingga perlunya suatu analisa data hingga pengujian ilmu, dan mengambil
kesimpulan, yang kemudian dapat diaplikasikan di ruang lingkup dunia
kesehatan.