Anda di halaman 1dari 18

LEMBAR KERJA MAHASISWA

UNIVERSITAS JEMBER KODE


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DOKUMEN
PRODI KEDOKTERAN GIGI
FORM PP-05
LEMBAR KERJA MAHASISWA
Dosen Pengampu Mata kuliah : Dr. drg. Didin Erma Indahyani, M.Kes
Pokok Bahasan : Struktur kraniofasial
Model Pembelajaran : PBL (tutorial)

IDENTITAS MAHASISWA
Nama/NIM/Kelas Rafli Aditya Rajasa/221610101013/2
Nama Anggota kelompok 1. Rafli Aditya Rajasa (221610101013)
2. Almira Azaria Azizah (221610101014)
3. Alika Wijda Ravinaditya (221610101015)
4. Rahmafirly Berliana Putri (221610101016)
5. Regina Pratista (221610101017)
6. Intan Arsyaranti Maulidina (221610101018)
7. Nadya Rasad Azzahra (221610101019)
8. Hayyiklana Min 'Amrina Rosada (221610101020)
9. Salma Amanda Rajiha (221610101021)
10. Riska Amelia Agustin (221610101022)
11. Humaira Shahnaz (221610101023)
12. Fanisa Kumalasari (221610101024)
Pertemuan Ke 3
Hari/Tanggal Rabu/1 Maret 2023

BAHAN DISKUSI

Bacalah dengan seksama skenario yang telah diberikan. Diskusikan dengan metode 7 jump,
untuk menjawab Learning objectivenya. Gunakanlah literatur yang telah tertulis pada modul,
atau mencari di media lain yang bisa dipertanggung jawabkan. Buat laporan sesuai format dan
persiapkan PTT untuk melakukan presentasi pada saat pleno.
1. Skenario 1. Struktur TMJ
An a-14-years-old female comes to the dentist accompanied by her father consulting about her
right cheek that looks bigger than the left one, also there is sound “click” at the left jaw joint
when she opens and closes the mouth and often feels pain when she chewed hard-consistency
meals. Four years earlier, her lower left molar tooth had pulled out and became uncomfortable
for chewing ever since. Clinical examination revealed facial asymmetry and there is clicking
on left TMJ. She asked the dentist whether her face could turn back symmetrical and no longer
pain on the left jaw joint when chewing.

HASIL DISKUSI
Step 7.

A. Learning Objective
1. Mahasiswa mampu mengetahui,memahami dan menjelaskan pengertian TMJ.
2. Mahasiswa mampu mengetahui,memahami, menjelaskan mengenai struktur
dari TMJ. (Almira)
3. Mahasiswa mampu mengetahui,memahami,dan menjelaskan mekanisme kerja
TMJ pada kondisi normal dan abnormal. (Regina, Nadya, dan Salma)
4. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami,menjelaskan penyebab faktor
penyebab kelainan TMJ. (Firly)

B. Synthesis
1. Mahasiswa mampu mengetahui,memahami dan menjelaskan pengertian TMJ.
 Almira (22-014)
Temporomandibular joint (TMJ) merupakan sendi engsel yang terletak
di bawah telinga dan menghubungkan tulang RA dengan tulang RB,
tepatnya antara tulang temporalis dengan kepala kondilus mandibularis.
Persendian mandibula dengan tulang temporal terjadi antara kondilus
mandibularis dan fossa mandibularis dari tuberkulum artikularis tulang
temporal, yang terbungkus oleh suatu kapsul sendi. TMJ merupakan
sendi yang paling kompleks pada tubuh. Hal ini dikarenakan, TMJ dapat
bergerak ke segala arah dalam pergerakan fisiologis mandibula.
Pergerakan tersebut meliputi membuka dan menutup seperti sebuah
engsel, bergeser kedepan dan kebelakang dari sisi yang satu ke sisi
lainnya, serta memiliki peranan penting dalam proses pengunyahan;
penelanan; dan pengucapan. Sruktur intrakapsul TMJ berisi diskus
artikularis. Diskus artikularis adalah lempeng jaringan ikat fibrosa yang
terletak diantara kondil dan fossa mandibularis. Diskus artikularis tidak
melekat erat pada kondil maupun fossa artikularis. Bagian tengah yang
tipis dan agak menebal pada bagian anterior dan posteriornya
merupakan bentuk anatomi dari diskus artikularis. Diskus artikularis
memisahkan kondil dari permukaan tulang temporal. Komponen dari
TMJ meliputi:
a. Jaringan keras
o tulang kondilus
o fossa mandibularis
o eminensia artikularis
b. Jaringan lunak
o Diskus artikularis
o Ligamen-ligamen yang meliputi kolateralis,
kapsularis, temporomandibularis,
sphenomandibularis, stilomandibularis
o Otot- otot pengunyahan yang meliputi m.
temporalis, m. masseter, m. pterigoideus
medialis, m. pterigoideus lateralis, serta m.
digastricus.
 Alika (22-015)
Temporo mandibular joint adalah suatu sendi yang berhubungan
dengan sistem mastikasi atau stomatognasi yang berada pada bagian
orofasial atau wajah yang berfungsi untuk membuka dan menutup
mulut. Sendi temporomandibular atau TMJ adalah artikulasi antara
mandibula dan dua tulang di dasar tengkorak yang disebut tulang
temporal. Sendi ini adalah satu-satunya artikulasi yang terlihat dan
bergerak bebas di kepala.TMJ adalah artikulasi bilateral, yaitu sisi
kanan dan kiri bekerja sebagai satu kesatuan.Ada tiga bagian untuk
setiap setengah dari TMJ: proses mandibula disebut kondilus
mandibula, cekungan dangkal pada dasar tengkorak di tulang temporal
yang disebut fossa artikular (glenoid) dengan tonjolan artikular yang
berdekatan (punggung), dan cakram artikular terletak di antara dua
bagian tulang ini. Ketiga bagian ini dibungkus oleh kapsul jaringan ikat
fibrosa. Temporo mandibular joint juga merupakan peranan penting
ketika terjadi penekanan akibat gerakan pengunyahan. Temporo
mandibular joint juga memliki hubungan dengan sistem mastikasi,
berbicara, dan pernafasan. Temporo mandibula joint berfungsi untuk
membuka dan menutup rahang ketika melakukan pengunyahan
makanan dan pada saat kita berbicara.

2. Mahasiswa mampu mengetahui,memahami, menjelaskan mengenai struktur


dari TMJ. (Almira)
 Regina (22-017)
Sendi temporomandibular merupakan bagian dari artikulasi antara
mandibula dengan tulang tengkorak. Sendi ini terletak di sekitar telinga.
Sendi temporomandibular itu sendiri terdiri dari kondilus yang terletak
pada tulang mandibula (condyles mandibularis) dan fossa pada tulang
temporal (fossa glenoidalis). Kedua tulang ini dipisahkan oleh discus
artikularis. Condyles mandibularis merupakan bagian bulat yang
terletak pada puncak vertical ramus mandibula. Fossa glenoidalis itu
sendiri merupakan sebuah cekungan di daerah os temporalis yang
berbentuk lonjong. Sedangkan discus artikularis berbentuk bulat oval
yang merupakan suatu jaringan fibrokartilago yang mengandung sedikit
pembuluh darah dan saraf. Sendi temporomandibular itu sendiri
dikendalikan oleh beberapa otot pengunyahan (mastikasi) seperti
muscullus maseter, muscullus pterygoid, muscullus temporalis,
muscullus mylomyoid, muscullus geniohyoid, dan muscullus digastrik.
Otot-otot tersebut akan saling berhubungan untuk menunjang
mekanisme kerja sendi temporomandibular. Selain itu, sendi
temporomandibular juga dipersyarafi oleh nervus trigeminus. Apabila
salah satu dari komponen sendi tersebut mengalami gangguan, maka
dapat menyebabkan terjadinya kelainan sendi temporomandibular.
Kelainan sendi temporomandibular akan melibatkan otot-otot
pengunyahan, sendi rahang, atau keduanya.
 Nadya (22-019)
Temporomandibular joint (TMJ) yaitu sendi engsel yang
menghubungkan os. maxilla dan os. mandibula dengan os. Temporalis
yang terjadi antara caput mandibula dan fossa mandibularis dari
tuberkulum artikularis yang terbungkus oleh suatu kapsul sendi.
Temporomandibular joint (TMJ) memiliki struktur intrakapsula yang
berisi diskus artikularis. Diskus artikularis merupakan satu lempeng
jaringan ikat fibrosa yang berada di antara kondil mandibula dan fossa
mandibularis. Bentuk anatomi diskus artikularis ini, bagian tengahnya
tipis dan sedikit menebal pada bagian anterior dan posteriornya. Diskus
artikularis membagi sendi menjadi ruangan superior dan ruangan
inferior. Ruangan superior pada diskus artikularis digunakan untuk
memungkinkan caput mandibula bergerak pada salah satu tempat di
fossa mandibularis atau pada tuberkulum artikularis jika tulang
mandibula bergerak protusi (bergerak ke anterior), sedangkan ruangan
inferior untuk memungkinkan perputaran sendi engsel bagi caput
mandibula. Selain komponen jaringan keras berupa kondil mandibula
yang berbentuk ovoid dengan ukuran 15-20 mm pada potongan
melintang dan 8-10 mm pada potongan antero- posterior, fossa
mandibularis dari tuberkulum artikularis, dan jaringan lunak berupa
diskus artikularis, pada TMJ juga terdapat ligament – ligament yang
berperan dalam dalam stabilitas dan penyangga sendi. Ligament –
ligament tersebut ada 3 yang letaknya di sebelah luar kapsul sendi
(ekstrakapsular), yaitu ligamentum temporomandibula lateral,
ligamentum stilomandibula, dan ligamentum sphenomandibula.
Pergerakan TMJ diregulasi oleh Nervus Trigeminus (N. Trigeminus).
Seperti pada persendian tubuh yang lain, TMJ dikendalikan oleh
muskulus atau otot yang meliputi m. masseter, m. pterygoid lateralis, m.
pterygoid medialis, m. temporalis, m. mylohyoid, m. geniohyoid, dan
m. digastrikus. Muskulus – muskulus tersebut memiliki origo, insersio,
dan innervasi sebagai berikut:
a. M. mylohyoideus
o Origo : Linea mylohyoidea. Serabutnya mengarah ke
medial. Serabut posteriornya berinsersio pada corpus os.
hioid. M. mylohyoid kanan dan kiri membentuk lantai
dasar mulut.
o Insersio : Corpus os hyoid dan raphe mylohyoid
o Inervasi : Ramus mylohyoid cabang n. alveolaris
inferior.
b. M. Genoihyoideus
o Origo: Spina mentalis
o Insersio: Bagian depan corpus os. hyoid.
o Inervasi : Cabang n. hipoglosus, serabut N. Olfaktorius
(N.I) dan N. Optikus (N. II)
c. M. Masseter
o Origo : Arcus zygomaticus
o Insersio : Angulus mandibulae
o Innervasi : Nervus mandibular (N.V.3)
d. M. Temporalis
o Origo : Fossa temporalis
o Insersio : Lingir medial anterior (crista temporalis) dari
ramus mandibulae
o Innervasi : Nervus mandibular (N.V.3)
e. M. Pterygoideus medialis
o Origo : Fossa pterygoidea dan lamina proc. pterygoidei
medialis os. sphenoidale
o Insersio : Permukaan interior angulus mandibulae
o Innervasi : Nervus mandibular (N.V.3)
f. M. Pterygoideus lateralis
o Origo : Facies infratemporalis os. Sphenoidalis dan caput
inferior pada permukaan lateral lamina pterygoidea
lateralis os. sphenoidale
o Insersio : Permukaan anterior collum condyles pada
fovea pterygoidea
o Innervasi : Nervus mandibular (N.V.3)
Pergerakan TMJ diregulasi oleh Nervus Trigeminus (N. Trigeminus).

 Rafli (22-013)
STM (sendi temporomandibular)/ TMJ (Temporo Mandibular Joint)
tersusun atas beberapa bagian penting, antara lain:
a. Fossa Glenoidalis os. Temporalis (Fosa Artikularis) STM
dibentuk oleh tulang, yang terdiri dari fosa glenoidalis dan
prosesus kondilaris mandibula. Fosa glenoidalis merupakan
cekungan pada tulang temporal yang berbentuk lonjong.
Letaknya di anterior meatus auditorius. Prosesus kondilaris
berbentuk elips yang tidak rata apabila dilihat dari potongan
melintang. Sedangkan, permukaan artikular dilapisi oleh
jaringan fibrokartilago yang lebih banyak dibanding kartilago
hialin.
b. Eminensia Artikularis os. Temporalis
Eminensia artikularis merupakan batas bagian anterior dari
cekungan glenoidalis, sedang batas cekungan bagian posterior
adalah dinding tulang temporal.
c. Diskus Artikularis Penampangnya
Berbentuk bulat lonjong. anteroposteriornya memanjang dari
arah lateral, discus berbentuk cembung Bentuk ke arah cranial,
sehingga sesuai dengan bentuk fosa mandibularis. Selain itu,
bentuknya cekung ke arah kaudal sesuai dengan bentuk kondilus
mandibula. Discus aurikularis disusun oleh jaringan fibro
kartilago yang mengandung banyak proteoglikan, sehingga
mempunyai kekuatan yang tinggi terhadap tekanan. Diskus
artikularis tidak atau jarang mengandung pembuluh darah dan
saraf yang banyak. Bagian posterior discus melekat pada
jaringan retrodistal. Diskus tersusun dari tiga bagian, yaitu
bagian posterior memiliki ketebalan 3 mm, zona intermediatnya
tipis, dan ketebalan pita anterior 2 mm. Diskus artikulasi
membagi ruang sendi menjadi dua bagian, yaitu:
o Ruang sendi bagian kranial/superior; yang dibatasi oleh
fossa mandibula dan permukaan superior dari diskus
artikularis,
o Ruang sendi bagian kaudal/inferior; dibatasi oleh
kondilus mandibularis dan permukaan inferior oleh
diskus.
d. Ligamentum STM
STM dibungkus oleh ligamentum kapsul sendi. Fungsi
ligamentum sendi adalah membungkus sendi sehingga cairan
sinovia dapat dipertahankan dan struktur sendi dapat terlindungi.
Ligamentum ini berperan juga dalam menahan beban dari arah
medial, lateral dan inferior. Komposisi ligamen STM terdiri dari
jaringan ikat kolagen yang tidak dapat meregang.
Ligamen yang terdapat pada STM, antara lain:
o Ligamentum kolateral/ diskal
Ligamentum ini terdiri dari ligamenrtum kolateral lateral,
ligamentum kolateral medial.
o Ligamentum kapsul sendi
Kapsula terdiri dari ligamen tipis yang memanjang dari
bagian temporal fosa glenoidalis atas, bergabung dengan
tepi meniskus dan mencapai bawah leher prosesus
kondilaris.
o Ligamentum temporomandibular
Ligamentum temporomandibularis terdiri dari bagian
luar b yang berfungsi dalam menahan agar kandilus tidak
keluar. Bagian horizontal berperan membatasi gerakan
kondilus dan discus ke posteriori. Ligamen ini bagian
atasnya lebih luas dari pada bagian bawahnya.
Ligamentum melekat ke permukaan lateral dari arkus
zigomatikus dan ke tuberkulum artikularis di bagian atas.
Di bagian bawah melekat ke kolum mandibula. Ligamen
ini berhubungan dengan kelenjar parotis dan kulit di
sebelah lateral, sedang di sebelah medial dengan ligamen
kapsular.
o Ligamentum sphenomandibularis, merupakan ligamen
tambahan pada STM. Ligamen sphenomandibula
berbentuk tipis dan pipih, melekat ke spina angularis os.
sphenoidalis di bagian atas, pelekatan bagian bawah di
lingual foramen mandibula. Ligamen ini berhubungan
dengan oto pterigoideus eksternus di bagian atas, di
bagian bawah dengan arteri dan vena alveolaris inferior,
lobus kelenjar parotis dan ramus mandibula. Di sebelah
medial berhubungan dengan otot pterigoideus internus.
o Ligamentum stylomandibularis. Ligamentum ini
berperan dalam membatasi pergerakan protrusi yang
berlebihan dari mandibula. Ligamen ini bentuknya bulat
dan panjang, yang melekat pada prosesus styloideus os.
temporalis di bagian atas. Di bagian bawah melekat ke
angulus mandibula dan margo posterior ramus
mandibula. Ligamen ini berhubungan dengan otot
maseter dan kelenjar parotis pada bagian lateral. Di
bagian medial dengan muskulus pterigoideus internus
dan kelenjar submandibularis.
e. Penyediaan Darah pada Sendi Temporomandibula
Di belakang meniskus terdapat jaringan ikat longgar yang
banyak berisi pembuluh darah dan saraf. Pembuluh darah utama
pada STM adalah arteri maksilaris interna, terutama melalui
cabang aurikular. Pembuluh arteri maksilaris merupakan cabang
terminal dari a. karotis eksterna yang mensuplai struktur di
bagian dalam wajah dan sebagian luar wajah. Ujungnya berada
di kelenjar parotis, selanjutnya berjalan ke depan di antara ramus
mandibula dan ligamen sphenomandibula, kemudian ke sebelah
dalam dari otot pterigoideus eksternus menuju fosa pteri-
goideus. Arteri ini terbagi dalam tiga bagian, yaitu: pars
mandibularis yang berjalan mulai dari bagian belakang kolum
mandibula hingga ke fosa infratemporalis, pars pterigoideus
berada di dalam fosa infratemporalis, pars pterygopalatinus
berada di dalam fosa pterigopalatina. Daerah sentral meniskus,
terdiri dari lapisan fibrous dan fibrokartilago, yang umumnya
tidak memiliki suplai darah sehingga metabolismenya
tergantung pada difusi dari tulang yang terletak di dalam cairan
sinovial.
f. Kapsula sendi/arikularis
g. Prosesus condylaris os. Mandibularis
h. Otot mastikasi
i. Pembuluh darah dari arteri temporalis superficialis cabang arteri
carotis permo
j. Nervous auriculo-temporalis serta nervous masseter cabang dari
nervous mandibularis dalam TMJ

3. Mahasiswa mampu mengetahui,memahami,dan menjelaskan mekanisme kerja


TMJ pada kondisi normal dan abnormal. (Regina, Nadya, dan Salma)
 Fanisa (22-024)
Kliking umumnya terjadi selama gerak membuka mulut, tetapi juga bisa
terjadi sesaat sebelum menutup mulut ketika diskus bergerak
kebelakang pada arah yang sudah berubah. Kliking dapat dihilangkan
dengan membuka atau menutup mandibula pada sumbu retrusi atau
dengan meletakkan bidang gigit (bite plane) berkontak dengan gigi
incisivus bawah tepat sebelum gerak menutup.

Perubahan pola oklusi adalah salah satu penyebab terjadinya kliking.


Penyebab lainnya adalah gerak mandibula yang berlebihan dan
mendadak yang mengakibatkan pergerseran diskus atau clenching pada
gigi yang berkepanjangan sehingga pembukaan berubah akibat
kelelahan otot. Kliking juga bisa terjadi secara intermiten pada remaja
akibat gerak adaptasi waktu pertumbuhan sedang berlangsung keadaan
ini bisa dihindari dengan menutup dan membuka pada sumbu retrusi.

Watt mengklasifikasikan bunyi sendi menjadi kliking dan krepitus,


kemudian keduanya dikelompokkan menjadi lunak dan keras tergantung
kualitasnya Selanjutnya juga diklasifikasikan menjadi initial
intermediate dan terminal, tergantung posisi rahang pada saat tenadinya
kliking Kliking keras mungkin mengindikasikan adanya kelainan sendi
yang biasa diikuti dengan krepitus keras yang menunjukkan adanya
cacat spesifik pada permukaan sendi. Berdasarkan penyebab terjadinya
kliking dapat dibedakan diklasifikasikan menjadi:
a. Kelompok 1:
a) Lateral dan/atau medial ligament
b) Hipermobilitas diskus
b. Kelompok 2:
a) Partial disk displacement.
b) Total disk displacement
c. Kelompok 3:
a) Disk displacement dengan perlengketan.
b) Hipertropi cartilage
d. Kelompok 4
a) Disk displacement dengan repossi terminal
b) Hipermobilitas kondilus

Pada dasarnya bunyi kliking pada Temporo Mandibular Joint atau TMJ
dapat diketahui dari hasil pemeriksaan klinis dan pengakuan pasien.
Kebanyakan kliking (70-80%) disebabkan oleh disk displacements
dengan berbagai variasinya. Pada sebagaian besar kasus clicking (53%)
adalah reciprocal clic, berupa initial click pada saat membuka mulut dan
terminal clic pada saat menutup mulut. Perubahan posisi interkuspal
atau perubahan pola oklusi akibat kehilangan gigi terutama gigi
posterior adalah salah satu penyebab terjadinya kliking.
 Humaira (22-023)
Kelainan TMJ merupakan serangkaian kondisi yang menunjukkan
gejala dan tanda-tanda yang melibatkan TMJ dan otot-otot
pengunyahan berupa bunyi kliking, krepitasi, dan dapat diikuti dengan
nyeri sendi, nyeri otot, nyeri kepala, nyeri telinga, telinga berdengung,
keterbatasan gerak mandibula, deviasi dan defleksi. Gangguan
fungsional pada TMJ. Gangguan fungsional TMJ mungkin merupakan
temuan yang paling banyak ketika melakukan pemeriksaan pasien atas
disfungsi otot pengunyahan. Dua gejala utama masalah TMJ adalah
nyeri dan disfungsi.

Timbulnya bunyi pada sendi merupakan disfungsi TMJ yang dapat


dibagi atas dua jenis, yaitu rubbing sound, dan clicking sound. Pada
kebanyakan kasus suara kliking pada TMJ 70-80 % disebabkan oleh
disk displacement dengan berbagai tingkatan dan arah, tetapi sebagian
besar pada arah anteromedial. Pada keadaan normalnya aktivitas otot
membuat meniscus yang fleksibel bergerak mulus antara kondilus dan
eminentia. Jika posisi awal kondilus berubah (misal akibat perubahan
pola oklusi), arah gerakannya bisa berubah dan zona posterior yang
lebih tebal sementara terjebak antara kondilus dan eminentia. Terkadang
karena tidak adanya serabut nyeri pada meniskus, membuat kliking
jarang sekali menimbulkan nyeri, tetapi jika resistensi meningkat
(misalnya viskositas cairan sinovial), melanjutkan gerak membuka bisa
mengakibatkan robeknya serabut otot (pterygoideus lateralis), sehingga
timbul nyeri dan kekakuan sebagai gejala yang menyertainya. Jadi,
perubahan pola oklusi menjadi salah satu penyebab terjadinya kliking.
Penyebab lainnya adalah gerak mandibula yang berlebihan dan
mendadak yang mengakibatkan pergeseran diskus atau clenching pada
gigi yang berkepanjangan.
 Rahmafirly (22-016)
TMJ (Temporomandibular joint) adalah sendi engsel yang
menghubungkan tulang rahang atas dengan rahang bawah antara tulang
temporalis dengan kepala kondilus mandibularis. TMJ yang normal
digambarkan dengan keadaan kondilus mandibularis berada pada fossa
mandibularis dan menunjukkan oklusi sentrik (bilateral dan simetris
dalam fossanya). Pada keadaan normal, oklusi yang terjadi adalah
oklusi kelas 1, yakni cusp mesiobukal molar 1 rahang atas permanen
berada pada bukal groove molar 1 rahang bawah. Selain itu, terdapat 6
kunci oklusi normal yang mendukung TMJ untuk menjalankan
fungsinya baik fisiologis maupun biomekanik secara sempurna tanpa
adanya gangguan. 6 kunci oklusi normal disebut sebagai "six keys to
normal occlusion" yang terdiri dari angulasi mahkota, inklinasi
mahkota, tidak adanya rotasi gigi, kontak rapat (tight contact), dan
levelling kurva spee.
 Riska (22-022)

Temporomandibular Joint (TMJ) bertanggung jawab atas gerakan


rahang. TMJ pada dasarnya adalah hubungan antara condylus
mandibula dan fossa mandibula (soket di tulang temporal). Fitur unik
dari TMJ adalah artikular disk yang merupakan tulang rawan fleksibel
dan elastis yang berfungsi sebagai bantalan di antara dua permukaan
tulang. Artikular disk ini tidak memiliki ujung saraf dan pembuluh
darah di tengahnya sehingga tidak sensitif terhadap rasa sakit. Di
anterior menempel pada m. pterygoidea lateralis. Di posterior berlanjut
sebagai jaringan retrodiscal yang sepenuhnya di suplai dengan
pembuluh darah dan saraf.
Mekanisme kerja TMJ pada kondisi normal
Mandibula adalah satu-satunya tulang yang bergerak saat mulut terbuka.
Pembukaan 20mm pertama hanya melibatkan gerakan rotasi condyl di
dalam soket atau fossa mandibula. Rotasi adalah gerakan berputar pada
sumbunya yang terjadi antara permukaan superior condyl dengan
permukaan inferior artikularis disk. Agar mulut terbuka lebar, condyl
dan disk harus keluar dari fossa mandibula, ke depan dan ke bawah
pada bagian menonjol yang disebut artikular eminence, permukaan
tulang cembung yang terletak di anterior fossa mandibula. Atau dikenal
sebagai gerakan translasi yang merupakan suatu gerakan di mana setiap
titik dari obyek bergerak secara serempak dengan kecepatan dan arah
yang sama. Dalam sistem pengunyahan, tranlasi terjadi ketika rahang
bawah bergerak maju, lebih menonjol sehingga gigi, cndyl dan ramus
semua pindah ke arah dan derajat inklinasi yang sama.
4. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami,menjelaskan penyebab faktor
penyebab kelainan TMJ. (Firly)
 Hayyik (22-020)
Kelainan TMJ merupakan serangkaian kondisi yang menunjukkan
gejala dan tanda-tanda yang melibatkan sendi rahang dan otot-otot
pengunyahan berupa bunyi kliking, krepitasi (suara pada persendian
yang disebabkan oleh gesekan yang terjadi pada persendian), dan dapat
diikuti dengan nyeri sendi, nyeri otot, nyeri kepala, nyeri telinga, telinga
berdengung, keterbatasan gerak mandibula, deviasi (penyimpangan
pergerakan mandibula) dan defleksi. Terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan kelainan TMJ diantaranya adalah:
a. Keadaan oklusi patologis pada Oklusi Klas I Angle dengan
crowded dan crossbite.
Pada Klas I Angle dengan crowded anterior, kontak oklusi
bertukar ke posisi yang nyaman sehingga memengaruhi posisi
kondilus tidak lagi tepat berada pada sentral fossa mandibularis.
Padahal Keadaan TMJ yang normal yakni posisi kondilus
mandibularis berada tepat pada sentral fossa mandibularis dan
menunjukkan oklusi sentrik yang memengaruhi fungsi fisiologis
dari TMJ. Demikian juga dengan Klas I Angle dengan crossbite
anterior akan memengaruhi perubahan posisi kondilus lebih ke
anterior pada saat menutup mulut dan Klas I Angle dengan
crossbite posterior akan dijumpai cusp bukal maksila beroklusi
lebih ke lingual, sehingga akan terjadi perubahan posisi kondilus
lebih ke posterior dari fossa mandibularis dibandingkan dengan
sisi yang tidak mengalami crossbite. Keadaan oklusi yang
patologis ini akan memengaruhi posisi kondilus sehingga tidak
lagi tepat pada sentral fossa mandibularis saat terjadi
interkuspasi maksimum.

Keterangan: oklusi normal (oklusi klass 1)

Keterangan: crossbite anterior


b. Kehilangan gigi posterior
Kehilangan gigi posterior sangat memengaruhi perubahan
pola oklusi karena gigi posterior berfungsi sebagai pusat
pengunyahan sehingga perubahan yang terjadi akibat kehilangan
gigi posterior akan menyebabkan terputusnya integritas
kesinambungan susunan gigi sehingga kontak oklusi hilang.
Hilangnya kontak oklusi mengakibatkan penderita berusaha
mendapatkan kontak oklusi baru pada gigi anterior sehingga
terjadi oklusi ke arah anterior (cusp to cusp dan edge to edge).
Apabila kehilangan gigi ini dibiarkan dalam waktu yang lama
akan menyebabkan terjadi pseudo Klas III yang memengaruhi
perubahan posisi kondilus lebih ke anterior. Kehilangan gigi
juga menyebabkan tekanan yang lebih besar pada TMJ akibat
bertambahnya berat beban oklusal pada gigi yang masih
tertinggal. Keadaan ini akan memengaruhi sistem
neuromuskular dan memicu timbulnya gejala kelainan TMJ. Hal
ini dapat dilihat dengan melakukan pemeriksaan palpasi pada
otot-otot pengunyahan yang mengalami ketegangan serta
terjadinya perubahan gerakan pembukaan mulut.. Untuk itu,
orang dengan edentulus gigi posterior perlu berkonsultasi ke
prostodonsia untuk dibuatkan gigi tiruan untuk mendapatkan
kembali oklusi normal. Edentulus gigi posterior juga
menyebabkan terjadinya perubahan keadaan neuromuskular
seperti hiperaktif otot akibat beban pengunyahan yang berlebih
dapat memengaruhi perubahan gerak mandibula seperti
terbatasnya pergerakan kelateral
 Salma (22-021)
Faktor Penyebab Kelainan TMJ:
a. Stress
Stres menjadi salah satu penyebab kelainan TMJ. Dimana
perempuan lebih banyak mengalami gejala kelainan TMJ
dibandingkan dengan laki-laki hal ini diduga akibat
perempuan secara psikologis lebih mudah mengalami stres
dibandingkan laki-laki yang mana stres merupakan salah satu
faktor pencetus terjadinya kelainan TMJ. Hormon estrogen juga
menyebabkan perempuan lebih mudah merasakan adanya
kelainan pada tubuhnya khususnya kelainan TMJ dan juga
perempuan lebih peduli pada setiap perubahan pada tubuhnya.
Stres juga memicu aktivitas sistem nervus simpatis yang dapat
mengakibatkan meningkatnya fungsi otot (hiperaktivitas otot).
Adanya hiperaktivitas otot yang merupakan salah satu respon
tubuh dalam menghadapi segala ancaman dan beban yang
melebihi kemampuan biologisnya seperti menggertakkan gigi,
menopang dagu, dan menggigit kuku. Bila hiperaktivitas otot
yang berlangsung lama atau terus menerus maka akan memicu
kelelahan otot yang disebabkan akibat berkurangnya
Adenosin Trifosfat (ATP) didalam serabut otot sehingga
menimbulkan ketegangan pada otot, dalam hal ini otot yang
terganggu yakni otot kepala dan leher. Akibatnya akan
mengganggu inervasi Nervus Trigeminus menjadi lebih sensitif,
sehingga memicu rasa nyeri di sekitar otot-otot TMJ, yaitu
otot pengunyahan, otot tensor tympani (telinga) dan otot
digastricus (leher). Hiperaktivitas otot juga mempunyai
hubungan dengan posisi kondilus didalam TMJ, adanya
hiperaktivitas otot menyebabkan posisi kondilus berubah
menjadi patologis yaitu bertranslasi lebih jauh dari posisi
stabilnya, sehingga terjadi kelainan TMJ
b. Kebiasaan buruk
Kebiasaan buruk subjek berupa kebiasaan menggertakkan gigi,
mengunyah satu sisi, menopang dagu, menggigit jarum, tidur
satu sisi, mengunyah makanan keras seperti tebu atau tulang
ayam. Kebiasaan buruk ini diketahui sebagai penyebab utama
stres mekanik yang berlebih pada TMJ. Kebiasaan
menggertakkan gigi/bruksism dapat menyebabkan peningkatan
tekanan pada otot masseter serta otot temporalis dan memberi
distribusi beban yang besar pada TMJ. Tekanan dan beban yang
besar ini akan mempengaruhi mekanisme kerja otot sehingga
menimbulkan rasa sakit pada otot dan sendi. Kebiasaan
menggertakkan gigi juga berdampak pada terjadinya atrisi
gigi geligi. Saat mengunyah satu sisi, kondilus akan menerima
tekanan yang lebih besar dan mengalami tingkat keparahan
kelainan TMJ yang lebih besar. Bila kontak gigi pada kedua sisi
rahang seimbang maka posisi mandibula akan stabil sehingga
tekanan biomekanik yang akan ditransmisikan menuju kedua sisi
sendi juga akan seimbang, kondisi ini berbeda apabila kontak
gigi pada kedua sisi rahang tidak seimbang maka posisi
mandibula menjadi tidak stabil, akibatnya tekanan biomekanik
pada salah satu sisi akan menjadi berlebih dan kerusakan pada
struktur sendi dapat terjadi.Kebiasaan menopang dagu,
menggigit jarum, tidur satu sisi, mengunyah makanan keras
seperti tebu atau tulang ayam dapat menyebabkan tekanan yang
berlebih pada satu sendi. Kebiasaan buruk ini dapat
menyebabkan ketidakseimbangan sendi rahang karena pasien
memposisikan kondilus secara konstan di daerah inferoanterior
serta otot pengunyahan dalam posisi kontraksi secara terus
menerus. Peningkatan tonus otot menyebabkan peningkatan
tekanan intraartikular dan perubahan biomekanikal normal
sehingga terjadi nyeri pada otot-otot pengunyahan.
c. Usia
Dislokasi TMJ memiliki insidensi sebesar 3% dari keseluruhan
dislokasi sendi pada tubuh manusia. Walaupun tidak ada
preferensi usia, dislokasi TMJ terjadi diperkirakan lebih sering
pada dewasa muda dengan insidensi yang cenderung meningkat
seiring pertambahan usia akibat meningkatnya risiko penyakit
neuromuskular dan kemungkinan kehilangan gigi. Pasien yang
pernah mengalami kondisi ini berisiko untuk mengalami
rekurensi
 Intan (22-018)
TMD (temporomandibular joint disorder) dibagi menjadi 3 kategori
menurut struktur dalam tanda dan gejala klinisnya.
a. Gangguan fungsional pada otot
Rasa sakit pada jaringan otot disebut myalgia, yang dapat
disebabkan oleh meningkatnya penggunaan otot sehingga
berkaitan dengan kelelahan dan menegangnya otot. hal ini
dikaitkan dengan vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah)
arteri nutrien yang relevan dan akumulasi produk-produk limbah
metabolik dalam jaringan otot. Di daerah iskemia otot
(kekurangan aliran darah sehingga miskin oksigen) melepaskan
zat algogenic (bradikinin, prostaglandin) yang menyebabkan
sakit pada otot. sedangkan disfungsi adalah gejala klinis berupa
berkurangnya pergerakan mandibula yang akan berakibat rasa
sakit jika otot berkontraksi secara berlebihan
b. Gangguan fungsional pada TMJ
Disfungsi berupa timbulnya bunyi pada sendi dibagi atas 2 jenis,
yaitu rubbing dan clicking sound yang kebanyakan disebabkan
oleh disc displacement pada pertemuan antara mandibula dan
maxilla.
c. Gangguan fungsional pada gigi-geligi
Kerusakan pada struktur pendukung gigi geligi ditanda dengan
berupa mobilitas gigi yang terlihat tidak biasa dari gigi terhadap
gigi antagonisnya. Hal ini dapat disebabkan oleh hilangnya
tulang pendukung dan tekanan oklusal yang tidak wajar.

Salah satu gangguan/kelainan pada TMJ yakni terjadinya dislokasi.


Dislokasi sendi temporomandibula (TMJ) merupakan suatu keadaan
dimana kondilus keluar dari fosa glenoidalis ke arah superior, posterior
atau anterior melewati eminentia artikularis dan seringkali disertai
dengan spasme otot-otot pengunyahan. Secara umum,dislokasi sendi
temporomandibular dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
a. Dislokasi akut
Dislokasi ini dikaitkan dengan sejumlah etiologi, seperti
pembukaan mulut yang berkepanjangan, menguap, dan
bernyanyi.
b. Dislokasi Kronis
Merupakan dislokasi akut yang tidak sembuh sendiri dan
berkembang tanpa adanya pengobatan
c. Dislokasi Kronis Berulang
Kondisi dimana individu mengalami beberapa dislokasi berulang
karena aktivitas sehari-hari. Dislokasi ini dapat menciptakan
gangguan signifikan dalam kehidupan sehari-hari penderita dan
dapat menjadi sangat menyulitkan secara fisik maupun
emosional.

C. Daftar Pustaka
Botilangi F.E, Moh. Ghazali, & Tri S. 2020. Processing Of Temporomandibular Joint
Dislocation Cases at IGD RSUD Undata Palu in 2017-2018. Jurnal Medical
Profession (MedPro).
Dipoyono, H. M. (2012). “Pengaruh Jumlah Gigi Posterior Rahang Bawah Dua Sisi
yang Telah Dicabut dan Pemakaian Gigi Tiruan Sebagian terhadap Bunyi
Sendi. Majalah Kedokteran Gigi Indonesia, 19(1), 5-8.
Ginting, R., & Napitupulu, F. M. N. (2019). Gejala klinis dan faktor penyebab kelainan
temporo mandibular joint pada kelas I oklusi Angle Clinical symptoms and
aetiological factors of temporomandibular joint abnormalities in Angle class I
occlusion. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, 31(2), 108-119
Hamzah Zahreni, dkk. 2020. Sistem Stomatognati ( Pengunyahan, Penelanan, dan
Bicara ). hal 76- 80
Rehulina Ginting, Febe Mawar Nurindah Napitupulu. 2019. Gejala klinis dan faktor
penyebab kelainan temporomandibular joint pada kelas I oklusi angle. Jurnal
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Volume 31 No 2
Rintoko, B., Farida, S., & Prihastari, L. (2022). Diagnosis Gangguan Sendi
Temporomandibular Pada Kasus Kehilangan Gigi Dengan Metode DC/TMD.
Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi, 18(1), 31-37.
Sari, E. P. (2019). Tinjauan anatomis sendi temporomandibular hubungannya dengan
kelainan sendi temporomandibular (studi pustaka). SKRIPSI-2008.
Suhartini, S. (2015). Fisiologi Pengunyahan Pada Sistem Stomatognatifisiologi
Pengunyahan Pada Sistem Stomatognati. Stomatognatic-Jurnal Kedokteran
Gigi, 8(3), 122-126.
Suhartini., (2011), ‘Kelainan Pada Temporo Mandibular Joint (TMJ)’, Stomatognatic
Vol.8 No.2.
textbook Woelfel’s Dental Anatomy, 8th Edition, Scheid, Rickne C; Weiss, Gabriela.
RUBRIK PENILAIAN
Rubrik penilaian diskusi tutorial

Nilai Disiplin Kualitas Kontribusi Interaksi Fisik

>90 Tepat waktu Mampu menjelaskan dengan Memperhatikan jalannya diskusi


baik dan aktif memberikan respon

75 - 89 Terlambat < 5’ Mampu menjelaskan tetapi tidak Memperhatikan tetapi tidak aktif
runtut memberi respon

60 - 75 Terlambat 6’- Penjelasan tidak didukung data Memperhatikan tetapi suka


10’ informasi yang akurat menyela / memotong
pembicaraan

50 - 59 Terlambat 10’- Penjelasan tidak relevan dengan Tidak memperhatikan


15’ masalah yang didiskusikan

<50 Terlambat > Pasif Bicara sendiri atau melakukan


15’ aktivitas lain

Persentase 5% 50% 45%


Penilaian

Rubrik laporan hasil diskusi tutorial

Penilaian Dosen terhadap


Laporan
Nilai
No Komponen yang dinilai
maks Lap Lap Lap Lap

1 2 3 4

1 Menuliskan skenario 5

Clarifying unfamiliar terms


2 Menuliskan hasil klarifikasi istilah atau kata yang 5
sulit dan menfinisikan dengan tepat

Problem definition
3 Merumuskan permasalahan yang teridentifikasi 10
dari skenario dengan jelas

Brainstorming

Memaparkan penyelesaian / jawaban


4 permasalahan berdasarkan kumpulan 20
pengetahuan / gagasan spontan dari anggota
kelompok diskusi dengan jelas.

Analysing the problem


5 10
Menuliskan Mapping dengan jelas

Learning objective
6 10
Merumuskan tujuan pembelajaran dengan jelas
Reporting/generalisation

7 Membahas tujuan pembelajaran menggunakan 35


teori – teori dan prinsip –prinsip yang relevan
serta data-data yang akurat.

Daftar Pustaka
8 Memuat daftar pustaka lebih dari 5 sumber 5
buku / jurnal dan lain-lain.

Jumlah total 100

Rubrik penilaian presentasi dan diskusi pleno

No Elemen Skor Maks Penilaian

1 Penyaji

a Anggota penyaji lengkap 2

b Ada koordinasi tugas (moderator, notulen, penyaji 3


anggota)

c Persiapan presentasi (ketepatan waktu dan makalah) 5

2 Proses Presentasi dan Diskusi

a Penyajian dilakukan dengan memperhatikan prinsip 10


efisiensi dan efektifitas

b Pembahasan masalah dilakukan berdasar kajian 30


teoritis/praktis dan rasional serta tanggung jawab

c Berjalan multi arah 5

d Semua anggota terlibat secara aktif 15

e Penyaji materi dilengkapi dengan media power point yang 30


menarik (video, began, gambar dll)

3 Moderator dan Notulen

a Menunjukkan upaya agar diskusi terus berlangsung 10

b Menjaga agar diskusi tidak menyimpang dari pokok 20


masalah

c Mencegah dominasi anggota presenter/peserta 10

d Menghargai semua sumbangan pikiran 10

e Merangkum hasil pembicaraan 50


Rubrik penilaian presentasi dan diskusi pleno

No Elemen Skor Maks Penilaian


1 Penyaji
a Anggota penyaji lengkap 2
b Ada koordinasi tugas (moderator, notulen, penyaji 3
anggota)
c Persiapan presentasi (ketepatan waktu dan makalah) 5
2 Proses Presentasi dan Diskusi
a Penyajian dilakukan dengan memperhatikan prinsip 10
efisiensi dan efektifitas
b Pembahasan masalah dilakukan berdasar kajian 30
teoritis/praktis dan rasional serta tanggung jawab
c Berjalan multi arah 5
d Semua anggota terlibat secara aktif 15
e Penyaji materi dilengkapi dengan media power point yang 30
menarik (video, began, gambar dll)
3 Moderator dan Notulen
a Menunjukkan upaya agar diskusi terus berlangsung 10
b Menjaga agar diskusi tidak menyimpang dari pokok 20
masalah
c Mencegah dominasi anggota presenter/peserta 10
d Menghargai semua sumbangan pikiran 10
e Merangkum hasil pembicaraan 50

Rubrik Laporan Tutorial


Nilai Tata Etika Paragraf Kesesuaian Isi Makalah dgn
tulis Penulisan Capaian Pembelajaran (CP)
Sangat Sangat bagus Sangat bagus Isi lengkap, kualitas bagus dan
≥ 81
bagus sesuai dengan CP
bagus bagus Bagus Isi lengkap, kualitas cukup dan
71-80
sesuai dengan CP
61-70 cukup cukup Cukup Isi kurang sesuai dengan CP
≤ 60 kurang kurang Kurang Isi tidak sesuai dengan CP
Proporsi 10% 20% 20% 50%

Anda mungkin juga menyukai