3. Calcific Metamorphosis
-Merupakan pembentukan dentin tersier secara
ekstensif pada kamar pulpa atau dinding saluran
-Merupakan kondisi deposisi jaringan keras secara cepat
ke dalam saluran akar.
Suci Xaviera Wardhani
Smngt 1/3 apikal liburan
-Terjadi pada impact injury dan tidak pada nekrosis Dentin sekunder mempengaruhi sifat transmisi cahaya, sehingga
pulpa terdapat gangguan suplai darah yang bersifat warna gigi jadi lebih opaque
temporer dan penghancuran odontoblast parsial.
-Makanan dan minuman juga memiliki efek diskolorasi
-Odontoblas digantikan oleh sel-sel mesenkim yang kumulatif karena inevitable cracking dan perubahan enamel
undifferentiated pada dentin tersier pada dinding kamar serta perubahan dentin di bawahnya
pulpa dan saluran akar
-Bleaching yang dilakukan adalah external bleaching
karena diskolorasi berada di permukaan enamel.
-Mahkota tampak “flat” karena translucencynya
berkurang dan tampak diskolorasi kekuningan atau
kuning kecoklatan.
5. Developmental Defects
-Pulpa biasanya vital dan tidak membutuhkan PSA a) Endemic fluorosis
-Adanya pemasukkan fluoride yang berlebih selama
pembentukan gigi menghasilkan defek pada struktur mineral
-Fluoride yang berlebih selama masa odontogenesis
menyebabkan kerusakan pada matriks enamel sehingga gigi
hypoplasia
-Tampak klinis gigi hypoplasia: chalky
-Jika pasien ingin memperbaiki warna, disarankan
-Permukaannya porus sehingga menyerap stain dari chemical
dengan external bleaching terlebih dahulu, jika berhasil lanjut ke
pada rongga mulut
PSA dan internal bleaching.
b) Obat-obatan Sistemik
4. Usia
-Contohnya konsumsi obat tetrasiklin pada anak-anak
-Pada pasien yang lebih tua, gigi mengalami aposisi dentin
menyebabkan diskolorasi bilateral gigi yang terkena pada
perubahan ketebalan dan sifat optic enamel
kedua lengkung rahang
Suci Xaviera Wardhani
Smngt 1/3 apikal liburan
-Tetrasiklin diskolorasi berupa kuning kecoklatan hingga ▪ Kerusakan terbatas pada enamel dan bisa berupa
abu-abu gelap, bergantung jumlah, frekuensi, tipe tetrasiklin hipokalsifikasi dan hipoplastik
yang dikonsumsi dan usia pasien. ▪ Hipokalsifikasi tampak area kecoklatan atau putih pada
aspek fasial mahkota, enamel terbentuk dengan baik dan
-Diskolorasi tetrasiklin berdasarkan keparahan
utuh permukaannya, terasa keras, area kecoklatan bisa
diklasifikasikan menjadi:
dihilangkan dengan bleaching menggunakan teknik acid
a) First-degree kuning terang, coklat terang, abu terang, dan pumice
terjadi secara seragam sepanjang mahkota tanpa pola ▪ Hipoplasia enamel yang dihasilkan cacat dan porus,
dapat karena herediter (amelogenesis imperfecta) atau
b) Second-degree lebih intense dan tanpa diikuti pola
akibat faktor lingkungan. Selama pembentukan gigi
c) Third-degree sangat intense, mahkota klinis matriks mengalami perubahan dan tidak termineralisasi
menunjukkan adanya pola warna yang horizontal, biasanya pada dengan baik. Enamel yang porus menyerap stains dari oral
area cervical cavity.
-Tetrasiklin terikat ke kalsium, lalu bergabung dengan kristal d) Diskrasia Darah dan faktor lain
hidroksiapatit pada enamel dan dentin.
-Kondisi sistemik yang beragam dapat menyebabkan lisis
-Kebanyakan tetrasiklin ditemukan pada dentin. eritrosit yang besar.
-Paparan matahari kronis terhadap gigi akan bergabung -Jika hal ini terjadi pada pulpa di usia muda, hasil pemecahan
dengan obat menghasilkan sisa oksidasi tetrasiklin berwarna darah bergabung bersama diskolorasi pada dentin yang
ungu kemerahan diskolorasi lebih jauh. sedang terbentuk
-Perawatan: 1) external bleaching namun hanya terbatas -Contoh: diskolorasi parah pada gigi primer yang diikuti
sampai diskolorasi yang terang dan kekuningan, membutuhkan eritroblastosis fetalis.
pertemuan yang lebih banyak 2) PSA diikuti internal bleaching
-Erythoblastosis fetalis: penyakit ini pada janin, bayi baru lahir,
lebih efektif pada semua degree dan menunjukkan hasil
menghasilkan faktor incompatibility Rh lisis sistemik eritrosit
perawatan yang lebih memuaskan
pigmen hemosiderin lalu menodai dentin yang sedang
terbentuk
-Hipoplasia kronologis: terjadi akibat demam tinggi selama B) Sisa jaringan pulpa
pembentukan gigi, merupakan gangguan temporer pembentukan
✓ Pulp horn harus dibuka dan dipaparkan selama akses
enamel dan menghasilkan permukaan cacat berpola dan terdapat
untuk memastikan semua sisa jaringan pulpa telah
noda
terangkat dan mencegah retensi sealaer
-Porphyria: penyakit metabolic yang menyebabkan gigi desidui ✓ Fragmen pulpa pada mahkota, biasanya di pulp horn,
dan permanen memiliki diskolorasi merah atau kecoklatan menyebabkan diskolorasi
-Thalassemia dan anemia sel sabit: menyebabkan diskolorasi C) Intracanal Medicaments
intrinsic kebiruan, coklat, atau hijau
✓ Beberapa medikamen berpotensi menyebabkan
-Amelogenesis imperfecta: diskolorasi kekuningan atau diskolorasi pada dentin
kecoklatan ✓ Medikasi intracanal berbasis phenolic atau iodoform
yang di-seal pada ruang saluran akar, berkontak
-Dentinogenesis imperfecta: diskolorasi ungu kecoklatan,
langsung dengan dentin terkadang dalam kurun
kekuningan, atau abu-abu
waktu lama, dapat penetrasi dan oksidasi senyawa
ini memiliki kecenderungan diskolorasi pada dentin
b) Trauma
-Kecelakaan pada gigi menyebabkan perubahan degenerative
pada pulpa dan enamel dan mengganggu warna gigi.
Pendarahan pulpa menyebabkan diskolorasi grayish dan
Klasifikasi tetrasiklin: tampak nonvital. Kecelakaan menyebabkan pendarahan
-First degree (mild): yellow-gray, menyebar secara sehingga ada lisis RBCs dan pembebasan besi sulfide yang
seragam ke gigi, tidak membentuk pola memasuki dentinal tubuli sehingga diskolorasi
-Second degree (moderate): yellow brown-dark gray,
pola sedikit
-Third degree (severe staining): blue gray atau black, ada
pola
-Fourth degree: stain begitu gelap, bleaching tidak efektif
POST-ERUPSI
a) Perubahan pulpa c) Dentin hiperkalsifikasi
-Nekrosis pulpa akibat bakteri, iritasi mekanis atau kimiawi -Akibat adanya elemen irregular berlebih pada kamar pulpa dan
ke pulpa, menghasilkan produk disintegrasi yang memasuki dinding saluran akar, menyebabkan penurunan translusensi dan
tubuli dentin dan menyebabkan diskolorasi. diskolorasi yellowish atau yellow brown.
d) Dental caries
Suci Xaviera Wardhani
Smngt 1/3 apikal liburan
• Chlorhexidine stain: menyebabkan warna yellowish cahaya, sehingga menimbulkan warna pada stain dan
brown-brownish akibat penggunaan chlorhexidine mereduksi/eliminasi diskolorasi
• Metallic stains: diakibatkan logam dan garam logam, Kontraindikasi bleaching:
yang masuk ke rongga mulut dalam bentuk debu,
-Poor case selection pasien dengan masalah emosional atau
biasanya pada pekerja pabrik
psikologikal
-Debu tembaga: hijau
-Debu besi: coklat -Hipersensitivitas dentin
-Merkuri: greenish black
-Gigi yang direstorasi secara ekstensif tidak memiliki
-Nikel: green
enamel untuk merespon bleaching dengan baik
-Silver: black
-Gigi dengan tanda dan retakan hipoplastik akan
meningkatkan kontrasnya titik putih opaque dengan struktur
BLEACHING gigi normal
Bleaching: pemutihan warna gigi dengan aplikasi agen -Restorasi yang cacat dan risiko bocor
chemical untuk mengoksidasi pigmentasi organic pada
gigi
Tujuan: pengembalian warna gigi semula dengan oksidase IDEAL BLEACHING AGENTS :
kuat yang disebut bleaching agent
1. Mudah diaplikasikan pada gigi
Material bleaching bisa jadi reduktor atau oksidator, tapi 2. pH netral
kebanyakan oksidator 3. Memutihkan gigi secara efisien dengan
Material bleaching: larutan hydrogen peroksida, sodium jumlah yang minimal
perborate, bamida peroksida. 4. Tidak mengiritasi jaringan oral
Sodium perborate internal bleaching 5. Tidak merusak gigi
Hidrogen peroksida + carbamide peroxide external 6. Berkontak dengan jaringan oral dengan waktu yang
singkat
bleaching
Mekanisme bleaching: penguraian molekul organic
kompleks (dengan berat molekul tinggi) menjadi molekul
lebih sederhana yang merefleksikan panjang gelombang
Suci Xaviera Wardhani
Smngt 1/3 apikal liburan
Hydrogen Peroxide (5%-35%) ✓ Pada preparasi gel mengandung glycerine, sodium stannate,
phosphoric/citric acid, serta ditambahkan rasa
✓ Clear, colorless, odourless liquid yang disimpan didalam light proof ✓ Pada beberapa sediaan, ditambahkan carbopol (water-solluble
bottles resin) untuk memperpanjang pelepasan active peroxide dan
✓ Merupakan oxidizer yang kuat pada konsentrasi yang tinggi (30%- meningkatkan shelf-life
35%) dapat bleach dengan cepat ✓ Menyebabkan kerusakan pada gigi dan mukosa sekitarnya, namun
✓ Namun peroxide dengan konsentrasi yang rendah juga dapat hanya sedikit sekali
bleach dengan effective hanya saja waktu pengaplikasian lebih ✓ Mempengaruhi bond strength resin compsosite dan marginal
lama sealnya sehingga harus hati-hati
✓ Bersifat unstable, mudah kehilangan oksigen, dan dapat meledak ✓ Digunakan untuk EXTERNAL BLEACHING
jika tidak disimpan di ruangan gelap atau refrigerator
✓ Harus di tangani dengan hati-hati untuk mencegah kontak dengan FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS BLEACHING :
membrane mukosa karena memiliki efek membakar
✓ Dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan Sodium 1. pH bleaching agent
Perborate pH basa oksigen aktif lebih banyak bahan bleaching mudah
beradaptasi dan mengurangi efek samping
2. Konsentrasi
Sodium Perborate (95% perborate, 9,9% oxygen)
Semakin tinggi, semakin cepat proses bleaching
✓ White powder form 3. Suhu
✓ Terdapat 3 tipe : Monohydrate, Trihydrate, Tetrahydrate Semakin tinggi suhu, semakin cepat proses bleaching
✓ Ketiganya memiliki kadar oksigen yang berbeda sehingga 4. Waktu
menentukan efektivitas bleaching Semakin lama bleaching agents berkontak dengan gigi, semakin
✓ Bersifat stable ketika kering, namun terkena asam/air baik hasilnya
hangat/water, akan terdekomposisi menjadi sodium metaborate, 5. Penyimpanan
hydrogen peroxide, oxygen Ditempat yang sejuk (ex: refrigerator), terhindar dari suhu tinggi
✓ Lebih mudah dikontrol dan lebih aman Cocok untuk INTERNAL dan paparan cahaya langsung
BLEACHING
Effects of Bleaching Agents on Tooth and its Supporting Structures ✓ Mucosal Iriation Penggunaan 30-35% Hydrogen Peroxide yang
berkontak dengan mukosa membrane dapat menyebabkan burns
✓ Tooth Hypersensitivity (common side effect) Disebabkan oleh dan bleaching gingiva
external bleaching menggunakan Hydrogen Peroxide yang ✓ Genotoxicity and Carcinogenocity Free radicals yang
penetrasi ke enamel, dentin, dan pulpa dibebaskan oleh Hydrogen Peroxide dapat menyerang DNA
✓ Effects on Enamel Penggunaan Carbamide Peroxide lebih dari ✓ Toxicity Tingkat toksisitas tertelannya Hydrogen Peroxide
10% mengurangi kekerasan enamel tergantung dengan konsentrasi yang digunakan
✓ Effects on Dentin Perubahan warna keseluruhan pada dentin
✓ Effects on Pulp Penggunaan 3% Hydrogen Peroxide
menyebabkan pembuluh darah menjadi tersumbat dan penurunan Bleaching Techniques
aliran darah
✓ Effects on Cementum Penggunaan 30-35% Hydrogen Peroxide Dibagi menjadi 2 yaitu : internal bleaching dan external bleaching
saat intracoronal bleaching menyebabkan resorpsi akar dan Internal bleaching dilakukan pada pulp chamber sedangkan External
external tooth resorption, namun tidak ada efek pada sementum
bleaching dilakukan pada permukaan gigi
✓ Cervical Resorption Pengguanaan >30% Hydrogen Peroxide
dengan panas menyebabkan Hydroxyl ions menginisasi sel untuk
berdiferensiasi menjadi odontoclasts
✓ Effects on Restorative Materials INTERNAL (NONVITAL) BLEACHING TECHNIQUES
INDIKASI
KONTRAINDIKASI