DISUSUN OLEH:
KELOMPOK III
1. BESSE MALEMPURWATI (J111 15 007) 10. MEILISSA THUNRU (J111 15 507)
2. AKBAR BUDIAWAN (J111 15 008) 11. NUR RAHMA (J111 15 508)
3. ANGGI LINTANG CAHYANI (J111 15 009) 12. ANDI NURUL ILMI (J111 15 509)
4. ZULKIFLI (J111 15 029) 13. LEEN DATU KRISTIAN (J111 15 321)
5. ADELIA (J111 15 030) 14. VINCENZA SEANO L. (J111 15 322)
6. AYULIANA KARNIATI R. (J111 15 031) 15. HILDA RAHMA LIEMIN (J111 15 323)
7. ASFIANI ARIF (J111 15 050 ) 16. WINDA BRISBANIA (J111 15 343)
8. IBNU RUSD BACHTIAR (J111 15 301) 17. AZKA ASFARINDA (J111 15 344)
9. DIAN PRATIWI (J111 15 302)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Blok Bedah
Mulut, modul 3 dengan judul “Orofacial Pain Odontogenic” di Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah ini bermanfaat untuk
masyarakat maupun inpirasi terhadap pembaca.
(Tim Penyusun)
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................................ii
Daftar Isi .................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Jenis – Jenis Nyeri .................................................................................. 3
2.2 Pengertian Nyeri Orofasial ..................................................................... 5
2.3 Sumber-Sumber Nyeri Ororfasial ............................................................ 5
2.4 Pemeriksaan Yang Dapat Dilakukan ....................................................... 8
2.5 Diagnosis Banding ................................................................................... 9
2.6 Diagnosis ……………………………………………………………. .10
2.7 Nervus Yang Terlibat ............................................................................12
2.8 Etiologi Pada Kasus ...............................................................................13
2.9 Patomekanisme ...................................................................................... 13
2.10 Penatalaksanaan ………………………………………………...….. 16
2.11 Prognosis.............................................................................................. 17
2.12 Dampak Bila Tidak Ditangani ............................................................. 18
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 19
3.2 Saran ......................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 20
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja jenis-jenis nyeri?
2. Apa yang dimaksud dengan nyeri orofasial?
3. Apa saja sumber nyeri yang berkaitan dengan orofasial pain?
4. Pemeriksaan apa saja yang dapat dilakukan?
5. Apa differential diagnosis pada kasus?
6. Apa diagnosis dari kasus?
7. Nervus apa saja yang terlibat pada scenario?
8. Bagaimana etiologi pada scenario?
9. Bagaimana patomekanisme dari kasus pada scenario?
10. Bagaimana penatalaksanaan kelainan pada kasus?
11. Bagaimana prognosis pada kasus?
12. Apa dampak bila kasus tidak ditangani?
C. SASARAN PEMBELAJARAN
Dapat mengerti, memahami dan menjelaskan secara menyeluruh tentang semua
aspek nyeri orofasial serta pemahaman dasar dan lingkup dari nyeri orofasial yang
bersumber dari dental, rahang TMJ, kelenjar ludah, sinus dan penyebab dari saraf
seperti trigeminal neuralgia, glossoparingeal neuralgia, post-herpetic neuralgia,
idiopatik neuralgia serta beberapa lesi yang menyebabkan terjadinya trigeminal
neuralgia yaitu traumatik, cerebrovascular disease, multiple sclerosis, infeksi akibat
HIV, inflamasi, neoplasia seperti nasoparingeal tumor atau tumor pada antrum.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
c. Nyeri berdasarkan berat ringannya.
1) Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah.
2) Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi.
3) Nyeri berat, yakni nyeri dengan intensitas yang tinggi.
d. Nyeri berdasar waktu lamanya serangan.
1) Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat
dan berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri
diketahui dengan jelas. Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari luka,
ataupun dari suatu penyakit atherosclerosis pada arteri coroner.
2) Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan
dengan pola yang beragam berlangsung berbulan-bulan bahkan
bertahun. Ragam pola seperti nyeri dengan pola interval free-pain,
ataupun dengan pola nyeri kronis konstan, artinya nyeri tersebut
terus menerus terasa, makin lama makin meningkat intensitasnya.
4
darah, pucat, lambat, panas, dan pupil
berkeringat, dilatasi kontriksi.
pupil. - Penampilan tampak
- Penampilan cemas, depresi dan menarik diri.
gelisah dan terjadi
ketegangan otot.
5
gingivitis/ periodontitis) dapat menyebabkan rasa nyeri. Bentuk umum nyeri
oral adalah pulpitis, perikoronitis, periapikal periodontitis .
Nyeri odontogenik
Nyeri odontogenik merupakan sakit yang mengacu pada sakit mulai dari
gigi atau struktur pendukungnya, mukosa, maxsilla, mandibula atau periodontal
membran.
1. Pulpitis
Dapat bersifat reversibel ataupun non-reversibel, nyeri yang
dirasakan menyebar ke nervus trigeminal. Karies gigi menyebabkan produk
bakteri masuk ke pulpa melalui tubulus dentin ini akan menyebabkan
peradangan pada pulpa. Hal ini dapat menyebabkan gigi terasa nyeri
disebabkan oleh meningkatnya kepekaan gigi terhadap dingin, stimulus
manis ataupun fisik dengan rasa nyeri yang singkat. Jika ini berlanjut terus-
menerus pulpitis akan berubah menjadi ireversibel, ini akan
meningakibatkan vaskularisasi pulpa dan meningkatkan intra pulpa yang
kan menginduksi ischemia dan kepekaan, dengan rasa sakit jangka panjang
untuk panas. Apabila nekrosis pulpa telah terjadi, infeksi akan menyebar
ketulang sekitarnya dan membran periodontal, dari periodontitis akan
berubah menjadi abses periodontal yang akan menyebabkan rasa sakit yang
tahan lama, spontan, dan nyeri pada saat gigi dioklusikan. Dan biasanya
sakit yang terjadi akan muncul dengan spontan dan akan muncul jam
ataupun berhari-hari dengan intensitas terjadinya kadang-kadang.
6
2. Postendodontic surgery pain
Rasa sakit akan muncul setelah perawatan endodontik, rasa sakit
yang muncul akan terasa menusuk yang akan sakitnya akan menurun dan
berdenyut. Pada awalnya munculnya rasa sakit dapat diakibatkan oleh
rangsangan, namun akan menjadi spontan dan menetap untuk waktu yang
cukup lama, setelah rangsangan dihilangkan rasa sakit akan menyebar dan
ke area lain dari mulut. Rasa nyeri yang timbul dapat menyababkan pasien
sulit tidur, rasa panas dapat memperparah rasa nyeri yang ada sedangkan
rasa dingin dapat mengurangi sakit. Frekuensi sakitnya intermiten dan
memiliki pola yang tidak teratur dan dapat terjadi selama bulan atau tahun.
Jika infeksi periapikal terjadi rangsangan tidak akan menyebabkan rasa
nyeri melainkan saat gigi beroklusi akan timbul rasa nyeri tersebut.
4. Periokoronitis
Merupakan rasa sakit yang sering muncul dari struktur jaringan
pendukung dan mukosa, disebabkan oleh infeksi muncul saat gigi akan
erupsi. Rasa sakit yang muncul akan konstan atau intermiten, tetapi akan
sakit saat gigi beroklusi, rasa sakit yang muncul berada pada mukosa yang
meradang dan disekitar gigingiva pada gigi yang akan erupsi. Periodontitis
kronis akan melibatkan struktur tulang dan rasa sakit jarang muncul, ini
dapat menyebabkan pasien tidak mengetahui ganggguan yang dialaminya,
pasien akan menyadari saat gigi telah mobile, dan dapat menyebabkan
trismus karena sinus 8 lebih rendah mendekati mandibula m. Temporalis.
7
5. Alveolar osteitis
Setelah ekstraksi masalah yang sering muncul adalah ‘dry soket’
penyembuhan yang gagal menyebabkan soket kosong yang dapat menjadi
retensi makan dan debris . Rasa sakit yang muncul dapat disebabkan oleh
necrotic foodstuff aggravating bony nerve ending. Tidak ada tanda
peradangan akut, rasa sakit akan muncul pada hari ke-2 sampai ke 4 setelah
dilakukan ekstraksi.
8
2) Rasa sakit hebat, berlangsung beberapa detik sampai 1 menit setelah itu
ada periode berulang dan tiba-tiba
3) Adanya rasa terbakar
4) Lokasi unilateral 96%
5) Daerah pemicu disekitar hidung dan mulut
6) Serangan dapat diprovokasi dengan berbicara, mengunyah dan sikat gigi
a. Infeksi gigi
b. TMJ
d. Migraine
e. Temporal arteritis
9
- TMJ: meliputi rasa sakit yang mempengaruhi otot pengunyahan dan
temporomandibular joint. Ciri-ciri bilateral, karakteristik sakit : tumpul
dan terus-menerus, rasa sakit tetap ada saat tidur. Kondisi ini jarang
menyebabkan rasa sakit tapi berakibat pada keterbatasan membuka
rahang.
- Sinus tootache. Pasien mengalami nyeri dan tekanan pada region posterior
maksila. Gejala lain sakit kepala, halitosis, batuk, hidung mampet,
sensitive terhadap perkusi, mastikasi, temperature, mengenai beberapa
gigi, ada riwayat infeksi pernapasan. Pada pemeriksaan radiografi
panoramic, sinus berwarna radiopaque
10
Keluhan : - Nyeri RB kiri belakang
- Nyeri tajam seperti tertusuk , tersengat listrik, dan rasa terbakar
- Nyeri menjalar ke RA belakang dan telinga
- Nyeri brelangsung singkat, beberapa detik sampai menit
- Nyeri muncul tiba-tiba dan berulang
- Keluhan dirasakan sudah 5 bulan pada salah satu sisi wajah
Nyeri ini dapat dirasakan umumnya pada tulang pipi, sering di hidung, bibir
atas, dan gigi rahang atas. Pada pasien yang sama dapat juga menyebar ke bibir
bawah, gigi dan dagu. Nyeri biasanya dirasakan di salah satu sisi wajah (unilateral)
dan berakhir beberapa detik sampai dua menit kemudian. Trigeminal neuralgia
merupakan nyeri kelainan saraf yang paling sering terjadi.
Trigeminal neuralgia lebih serig terjadi pada wanita dibanding pria, paling
umum pada usia 50 – 69 tahun. Serangan bisa terjadi siang hari atau malam hari,
tetapi jarang terjadi pada saat tidur. Serangan biasanya dipicu oleh tindakan yang
tidak meyakitkan seperti sentuhan, pergerakan, paparan angin, makan, menyikst
11
gigi, berbicara, atau menelan. Trigeminal neuralgia paling banyak terjadi pada
cabang maxilla dan mandibula atau hanya pada cabang maxilla.
1. Nervus optalmikus
Melintasi sinus kavernosos dan memasuki orbita melalui fisura orbicularis
oris superior dan terbagi menjadi tiga cabang :
a. Nervus Frontalis, terletak tepat di bawah atap orbita dan terbagi menjadi
nervus supraorbitalis dan nervus supratroklearis yang keluar dari orbita
dan mempersyarafi kulit kepala bagian depan.
b. Nervus Lakrimalis, terletak disebelah lateral dan mempersyarafi kulit
kelopak mata serta wajah.
c. Nervus nasosiliaris, menyilang nervus optikus dan berjalan disepanjang
dinding Media orbita.
2. Cabang Maxillaris
Bercabang :
a. Nervus palatina mayor dan minor menuju palatum durum dan molle
b. Nervus sphenopalatina menuju kavum nasi dan kemudian melalui
septum nasi menuju fosa incisivus untuk mempersarafi palatum durum.
c. Nervus dental superior posterior mempersarafi gigi.
3. Cabang Mandibula
a. Nervus alveolaris inferior, mempersarafi gigi sebelum masuk ke nervus
mentalis bercabang :
Nervus melonioideus : muskulus meloniodeus dan muskulus
digastrikus.
b. Nervus Lingualis terletak dekat mandibula tepat dibelakang M3 dan
mempersarafi lidah.
12
Nervus trigeminal (Nervus V) cabang yang paling sering terlibat yaitu
cabang mandibular, maksila (Atau langsung dari kedua cabang) dan paling jarang
pada cabang ophtalmikus.
13
saraf di zona akar oleh struktur pembuluh darah. Gambaran telah
menunjukkan adanya demyelinasi dan remyelinasi saraf didaerah ini.
Karena itu, neuron rusak ini menjadi hyperexcitable (teransang secara
berlebihan) dan menimbulkan suatu fenomena. Hal ini dapat dipicu oleh
ransangan eksternal, kemudian diteruskan pada durasi ransangan. Kemudian
terjadi discharge setelah neuron mengkerut secara berlebihan, sehingga
menimbulkan rasa tersengat listrik akibat reaksi tersebut (emphatic cross-
talk: penyebrangan elektrik diantara neuron yang terdemyelinasi), yang
kemudian menimbulkan rasa sakit/
14
trigeminal neuralgia. Pasien dengan multiple sclerosis biasanya kan
mempunyai trigeminal neuralgia dan sering terjadi kehilangan pada
myelin di dalam akar dari n. trigeminal, seperti yang biasanya terlihat
ketika operasi sedang berlangsung, beberapa pasien mungkin memiliki
kompresi dari ganglion untuk pembuluh darah yang kecil.
b. Teori Trigeminal Convergence:
Input nociceptive berlanjut atau rekuren dari kepala dan leher bergabung
pada nucleus spinal trigeminal, dimana pelepasan neurotransmitters dan zat
vasoactive diaktifkan. Pelepasan ini mengurangi ambang neuron adjacent
second-order yang menerima input dari tempat selain sumber nociceptive.
Signal dari neuron second-order ini dapat ditransmisi pada thalamus, sistem
limbic, dan cortex somatosensory dan diinterpretasi sebagai nyeri.
Hipotesis bioresonance:
Hipotesis ignition:
15
2.10 PENATALAKSANAAN YANG SESUAI DENGAN SKENARIO
1. Medical treatment
Karbamazepin (CBZ) tetap menjadi obat pilihan pertama. Pengobatan
dimulai dengan 100 sampai 200 mg dua atau tiga kali harian. Dosis harus
ditingkatkan secara progresif dan dititrasi dengan berat keparahan rasa sakit
pasien. Tingkat serum adalah cara yang berguna untuk pemantauan
pengobatan (6 sampai 12,5 ug / ml). Dalam beberapa kasus Dosis
pemeliharaan 200 mg atau 400 mg per hari sudah cukup untuk membuat
pasien bebas dari rasa sakit. Dengan penyesuaian dosis yang tepat, nyeri
Dapat dikontrol pada awalnya sekitar 75% dari pasien. Efek samping CBZ
tidak dapat diabaikan: reaksi hipersensitivitas, kantuk, penurunan ketajaman
mental, ataksia (pada pasien yang lebih tua) leukopenia terkait dosis. Jika
nyeri paroxysms masih terjadi dengan terapeutik tingkat darah, obat lain
harus ditambahkan: Baclofen atau fenitoin. Obat lain, termasuk Natrium
valproat, gabapentin, lamotrigin, dan Clonazepam, telah dicoba tapi studi
konklusif formal masih kurang.
Lamotrigin baru saja divalidasi sebagai refraktori neuralgia trigeminal,
terutama pada TN karena multiple sclerosis, dengan dosis antara 100 dan
400 mg per hari.
2. Surgical treatment
Jika pasien tidak memperoleh kebebasan dari rasa sakit dengan perawatan
medis, beberapa bentuk operasi dapat diusulkan. Diperkirakan bahwa
sampai 50% pasien akan cepat atau lambat berada dalam situasi itu. Secara
historis. Banyak operasi telah diusulkan, lebih atau kurang invasive. Di
antara prosedur invasif, kita menemukan operasi yang ditujukan pada lesi
pada serabut saraf atau sel ganglion (bagian saraf perifer, ganglionektomi,
16
rhizotomy), dan non-destruktif operasi yang bertujuan untuk membebaskan
akar saraf dari sebuah kontak yang menyinggung ("dekompresi"). Untuk
mengurangi risiko, pendekatan perkutan telah dikembangkan, menggunakan
bahan kimia atau fisik untuk mengganggu transmisi impuls di jalur
trigeminal sambil menghindari kehilangan fungsi mayor. Di antara prosedur
perkutan kita menemukan differential thermal rhizotomy, glycerol
rhizotomy dan compression of Gasser ganglion by a balloon (disebut
"microcompression").
Baru-baru ini, sinar gamma telah digunakan untuk membuat lesi
tajam fokal akar saraf trigeminal dengan teknik stereotaktik. Pendekatan
neurosurgical terbuka bagaimanapun masih dalam perlombaan. Prosedur
destruktif telah ditinggalkan. Partial sensory rhizotomy, dorsal root entry
zone (DREZ) lesion, dan trigeminal tractotomy memiliki sedikit indikasi.
Dekompresi mikrovaskular (MVD) telah menjadi perawatan bedah utama
untuk TN.
- Microvascular decompression
- Radiofrequency rhizotomy (thermal rhizotomy)
- Glycerol rhizolysis
- Ballon compression
- Gamma knife stereotactic radiosurgary
17
mudah dilepas. Tujuannya agar tidak terjadi lagi remisi yang sering, terjadi
secara spontan, yang biasanya dapat menyerang secara berulang kali dan
pasien mungkin dapat merasakan sakit yang menetap lagi
18
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Asmadi. Teknik Prosedur Keperawatan: Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika; 2008. Halaman 146-
7
2. Aljehani YA. Orofacial pain. An Update for General Dental
Practitioners. World Applied Sciences Journal 2014; 31(4): 491-9
3. Tara, Renton. Dental Odontogenic Pain. King’s College London Dental
Institute. 2011; 1(5). P 1-6
4. Gupta R, Mohan V, Matory P, Yadar PK. Orofasial Pain : A Review.
Dentistry 2016; 6(3): 1-6
5. Hupp JR, Elus III E, dan Tucker NR. Contemporary oral and
maxillofacial surgery. China. Mosby ELSEVIER; 2008. Pp 621, 622,
623, 626, 627
6. Prout J, et al. Advanced Training in Anesthesia the essentials curriculum
America. Oxford university, 2014.
7. Agrawal R, Cincu T, Borle RM, Bhola N. Trigeminal Neuralgia: an
overview. J MGIMS 2008; 13(1): 40-4.
8. Anonim. Trigeminal Neuralgia: panduan koprehensif, perawtan,
penelitian, dan pendukung. MediaFocus Guide 12 Januari 2011.15.
9. Faiz O, Moffat D. At A Glance Anatomi. Penerbit Erlangga, 2004.
10. Sarlum E, et al. orofacial pain-part I. AACN Clinical Issues. Vol 16 (3),
2005)
11. Punyani J. Trigeminal Neuralgia : An Insight into the current treatment
modities. J oral bio cranio Res. Sep-Des 2012 : 2 (3) : 189
12. McMillan R. Trigeminal neuralgia – a debilitating facial pain. Reviews
in Pain. 2011; 5(1): 26-34.
13. Siddigui NM, et al. Pain Management : Trigeminal Neuralgia. Hospital
Physician. 2003: 64-70.
14. Montano N, et al. Advances in diagnosis and treatment of Trigeminal
Neuralgia. Therapeutics and Clinical Risk Management. 2015; 11: 291.
15. Joffroy A, Leviner M, Massager N. Trigeminal neuralgia
pathophysiology and treatment. Acta Neurol belg 2001: 101; 22-3.
16. Sghirlanzoni A, Lauria G, Chiapparini L. Prognosis of neurogical
disease. Milan: Springer-verlag; 2015. 492-3.
20
17. Brisman R. Neurogical and medical management of pain: trigeminal
neuralgia, chronis pain, and cancer pain. UK, kluwer, 1989
18. Sighrlanzoni A. Prognosis of neurogical dosease. Italia, springer,2015
19. Ghom, A.G. TEXTBOOK OF ORAL MEDICINE. 2nd edition. New
delhi: Jaypee; 2010. p.430
21