Anda di halaman 1dari 26

TUGAS KELOMPOK

Makassar, 08 Februari 2018


MODUL 1
KARIES MEDIA

KELOMPOK VI

1. Fatimah J111 16 036


2. Rahmaniar Rusdi J111 16 037
3. A. Umar Jufri J111 16 038
4. Maghfirah Ramadhani J111 16 039
5. Uswa Iskandar J111 16 330
6. Gina Guista Deviyanti J111 16 331
7. Dwi Rista Ramadani J111 16 332
8. Lulu Salsabila Sudarmo J111 16 333
9. Suci Desyana J111 16 334
10. Andi Muhammad Fuad Ansar J111 16 503
11. Adenia Anisya Nasrul J111 16 526
12. Muhammad Ihsan J111 16 527
13. Nur Raudhah Ihsaniyah Bialangi J111 16 528
14. Rezky Rachmawaty Salsabila J111 16 529
15. Andi Aliya Nurul Syaikah Amal J111 16 530
16. Arwindah Arifin J111 16 701
17. Nia Tarakanita J111 13 524

BLOK KARIES 2
SEMESTER AKHIR 2017/2018

DEPARTEMEN KONSERVASI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya, serta salam dan shalawat kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta
sahabat dan keluarganya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah modul 1
yang berjudul “Karies Media” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
tugas kami.
Selama persiapan dan penyusunan makalah ini rampung, penulis mengalami
kesulitan dalam mencari referensi. Namun berkat bantuan, saran, dan kritik dari
berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. drg. Juni Jekti Nugroho, Sp.KG selaku tutor atas masukan dan
bimbingan yang telah diberikan pada penulis selama ini.
2. Para dosen pemateri Blok Karies II yang telah memberikan ilmu.
3. Teman-teman kelompok VII tutorial 1 dan semua pihak yang telah
membantudalam menyelesaikan laporan ini. Semoga amal dan budi baik
dari semua pihak mendapatkan pahala dan rahmat yang melimpah dari
Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan penulisan yang serupa di
masa yang akan datang. Penulis berharap sekiranya laporan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Aamiin

Makassar, 08 Februari 2018


Hormat Kami

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Kata Kunci .......................................................................................................... 2
1.3 Skenario .............................................................................................................. 2
1.4 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.5 Tujuan Pembelajaran........................................................................................... 3
BAB 2. PEMBAHASAN .................................................................................................... 4
2.1 Etiologi lesi berwarna coklat kehitaman pada permukaan bukal gigi 13,14, 15,
24 dan 25 ......................................................................................................................... 4
2.2 Mekanisme lesi berwarna coklat kehitaman pada permukaan fasial gigi 13,14,
15, 24 dan 25 ................................................................................................................... 4
2.3 Klasifikasi keries menurut G.J Mount & Hume dan ICDAS .............................. 5
2.4 Klasifikasi lesi jaringan keras gigi ...................................................................... 5
2.5 Bahan restorasi adhesive yang digunakan pada kasus sesuai scenario serta
indikasi dan kontraindikasinya........................................................................................ 8
2.6 Kelebihan dan kekurangan dari restorasi komposit .......................................... 10
2.7 Hal – hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan restorasi ...................... 11
2.8 Prinsip desain preparasi sesuai kasus pada skenario ......................................... 18
2.9 Prosedur restorasi komposit .............................................................................. 20
BAB 3. PENUTUP ........................................................................................................... 22
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 22
3.2 Saran ................................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 23

iii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gigi merupakan alat yang berfungsu sebagai proses mastikasi (pengunyahan)


pada manusia. Kerusakan jaringan keras gigi dapat menyebabkan fungsi mastikasi
tidak dapat berjalan secara optimal, sehingga dapat mempengaruhi kesehatan
umum seseorang. Kerusakan jaringan keras gigi terdiri atas lesi karies dan lesi
non karies yang keduanya dapat merubah bentuk anatomi dari gigi. Lesi karies
merupakan penyakit multifaktorial. Beberapa faktor yang menyebabkan karies
yaitu gigi, mikroorganisme, substrat makanan, dan waktu. Karies terjadi jika
semua faktor tersebut saling berinteraksi. Lesi non karies merupakan kelainan
jaringan keras gigi yang tidak melibatkan mikroorganisme dalam proses
demineralisasinya. Lesi non karies disebabkan oleh kesalahan dalam
pembentukan gigi, gesekan dari bubuk abrasive, saliva, usia, tindakan asam yang
berlebihan, sekresi dari kelenjar ludah, tindakan cairan alkali pada garam kalsium,
dll. Lasi non karies ini terdiri dari abrasi, erosi, atrisi, abfraksi, dan fraktur.
Perawatan yang dapat dilakukan pada gigi yang mengalami kerusakan
tersebut yaitu dengan melakukan restorasi. Restorasi merupakan perawatan untuk
mengembalikan struktur anatomi dan fungsi pada gigi. untuk bahan restorasi yang
umum digunakan saat ini adalah bahan resin komposit. Keunggulan resin
komposit dibandingkan dengan bahan restorasi yang lainnya adalah dari segi
estetik, dimana resin komposit dapat menghasilkan warna yang menyerupai gigi.
Bahan restorasi resin komposit adalah suatu bahan matriks resin yang di
dalamnyaditambahkan pasi anorganik (quartz , partikel silika koloidal)
sedemikian rupa sehingga sifat-sifat matriksnya ditingkatkan. Resin komposit
dibentuk oleh tiga komponen yaitu resinmatriks, partikel bahan pengisi, dan bahan
coupling.
Restorasi resin komposit tergantung pada adhesi mekanis dan kimia dari
bahan ke permukaan gigi untuk menutup daerah margin, dimana resin komposit
sensitive terhadap kontaminasi cairan selama proses penempatan yang dapat
menciptakan permukaan buruk untuk adhesi. Polymerization shrinkage resin

1
komposit ditemukan sebagai penyebab microleakage dan sensitivitas pasca
penambalan.
Maka pentingnya untuk tetap memperhatikan hal hal yang harus diperhatikan
dan dipetimbangkan dalam melakukan restorasi resin komposit, dan tetap
mengikuti prosedur pengerjaan resin komposit dengan hati hati dan benar.

1.2 Kata Kunci


1. Laki – laki usia 45 tahun
2. Gigi belakang sering masuk makanan
3. Lesi berwarna coklat kehitaman
4. Permukaan fasial
5. Gigi 13,14, 15, 24, dan 25
6. Kategori D4, S3, S2

1.3 Skenario
Seorang laki – laki usia 45 tahun datang ke RSGMP Unhas dengan keluhan
gigi belakang sering masuk makanan. Pada pemeriksaan klinis, tampak lesi
berwarna coklat kehitaman pada permukaan fasial gigi 13, 14, 15, 24 dan 25,
dengan kategori D4, S3, S2.

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Menjelaskan penyebab lesi berwarna coklat kehitaman pada permukaan
bukal gigi 13,14,15,24 dan 25
2. Menjelaskan mekanisme lesi berwarna coklat kehitaman pada permukaan
bukal gigi 13,14,15,24 dan 25
3. Menjelaskan klasifikasi karies menurut G.J Mount & Hume, dan ICDAS
4. Menjelaskan klasifikasi lesi jaringan keras gigi
5. Menjelaskan bahan restorasi adhesive yang digunakan pada kasus sesuai
scenario serta indikasi dan kontraindikasinya
6. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan dari restorasi komposit
7. Menjelaskan hal hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan restorasi

2
8. Menjelaskan prinsip desain preparasi sesuai kasus pada scenario
9. Menjelaskan prosedur restorasi komposit.

1.5 Tujuan Pembelajaran


Tujuan pembelajaran yang dapat dicapai yaitu :
1. Untuk mengetahui penyebab lesi berwarna coklat kehitaman pada
permukaan bukal gigi 13,14,15,24 dan 25
2. Untuk mengetahui mekanisme lesi berwarna coklat kehitaman pada
permukaan bukal gigi 13,14,15,24 dan 25
3. Untuk mengetahui klasifikasi karies menurut G.J Mount & Hume, dan
ICDAS
4. Untuk mengetahui klasifikasi lesi jaringan keras gigi
5. Untuk mengetahui bahan restorasi adhesive yang digunakan pada kasus
sesuai scenario serta indikasi dan kontraindikasinya
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari restorasi komposit
7. Untuk mengetahui hal hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan
restorasi
8. Untuk mengetahui prinsip desain preparasi sesuai kasus pada scenario
9. Untuk mengetahui prosedur restorasi komposit.

3
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Etiologi lesi berwarna coklat kehitaman pada permukaan bukal gigi
13,14, 15, 24 dan 25
Di sebabkan oleh erosi yang di gambarkan sebagai hilangnya jaringan
keras gigi akibat pembubaran asam yang tidak melibatkan aktivitas bakteri
lalu presentasi klinis erosi biasanya bergantung pada etiologinya dan
digambarkan menjadi asam intrinsik yang mempengaruhi permukaan palatal
gigi bagian atas dengan gigi seri sangat berisiko dan juga asam diet yang
mempengaruhi permukaan bukal, oklusal dan insisal.

2.2 Mekanisme lesi berwarna coklat kehitaman pada permukaan fasial gigi
13,14, 15, 24 dan 25
Mekanisme erosi itu sendiri terjadi ketika larutan asam berkontak dengan
email, dimana asam akanberdifusipertama kali pada pelikel yang ada pada
gigi, kemudian berinteraksidengan email dimana komponenion hidrogen dari
asam akan mulai melarutkan kristalhidroksiapatit (HA) yang terdapat dalam
email. Email tersusundari 96% mineral (material anorganik) serta 1%
material organikdan 3% air. Material anorganik utama pada email adalah HA
dengan rumus kimia Ca10(PO4)6(OH)2.9,10 Kristal-kristal HA ini akan
bereaksi terhadap ion hidrogen pada pH 5,5 (pH kritis), pH kritis dapat
menyebabkan HA terlarut, yang apabila terjadi secara terus menerus maka
akan menurunkan kekerasan permukaan email gigi.
Erosi gigi ditandai dengan berkontaknya asam dengan permukaan gigi tanpa
adanya keterlibatan bakteri. Erosi pada email gigi dapat disebabkan oleh
faktor intrinsik maupun ekstrinsik. Regurgitasi, gaseous reflux danchronic
vomiting merupakan penyebab intrinsik erosi yang berasal dari lambung.
Faktor ekstrinsik penyebab erosi gigi antara lain, asam yang terdapat dalam
makanan, minuman dan obat-obatan.

4
2.3 Klasifikasi keries menurut G.J Mount & Hume dan ICDAS
2.3.1 International Caries Detection and Assesment System (ICDAS)
D0: tidak ada lesi karies/ struktur gigi sehat
D1: terdapat perubahan warna pada email, terlihat jika dilakukan
pengeringan pada permukaan email.
D2: terjadi perubahan visual pada email dalam keadaan basah
D3: telah terjadi kerusakan yang terlokalisir dan belum melibatkan
bagian dentin
D4: tampak bayangan gelap pada dentin, dan sudah mencapai DEJ
D5: telah tampak kavitas pada dentin
D6: telah tampak kavitas yang luas pada dan telah melibatkan pulpa.1
2.3.2 Klasifikasi Karies menurut G.J Mount and W.R Hume
Berdasarkan lokasi karies
Site 1: karies pada pit dan fissure gigi posterior
Site 2: karies pada bagian proksimal gigi anterior dan posterior
Site 3: karies pada bagian servikal gigi, termasuk pada permukaan
akar gigi
Berdasarkan ukuran karies
Size 0: tidak ada kavitas, baru memasuki tahap awal demineralisasi
Size 1: lesi minimal pada email
Size 2: ukuran lesi moderat, masih ada struktur gigi yang sehat untuk
menjaga dan menerima tekanan oklusal dan struktur email masih
cukup kuat untuk menyokong restorasi.
Size 3: lesi dengan ukuran yang besar, melibatkan satu cusp dan
insisal
Size 4: lesi yang sangat luas, hilangnya lebih dari satu cusp dan insisal
dan telah mengenai pulpa.2

2.4 Klasifikasi lesi jaringan keras gigi


2.4.1 Jenis – Jenis Lesi Jaringan Keras Gigi
Lesi jaringan keras gigi terbagi 2, yaitu :

5
a. Lesi Karies
Lesi karies merupakan lesi yang terbentuk akibat proses
patologik berupa kerusakan pada jaringan keras gigi dimulai dari
email, dentin, dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas
bakteri. Hal ini dimulai dari adanya sisa makanan dalam mulut
yang jika dalam jangka waktu yang lama akan difermentasi oleh
bakteri asam (terutama bakteri sp. Mutans), hasil fermentasi oleh
asam tersebut akan membentuk biofilm yang hanya dapat dilihat
dengan pewarnaan yang akan menyebabkan turunnya pH dalam
mulut menjadi pH kritis (pH 5) hal ini menyebabkan
meningkatknya proses demineralisasi gigi dan menurunnya proses
remineralisasi sehingga terbentuk karies.
b. Lesi Non-Karies
Lesi non-karies merupakan lesi yang terjadi tanpa adanya
keterlibatan bakteri yang menyebabkan kerusakan pada jaringan
keras. Faktor-faktor yang terkait langsung dengan terbentuknya
lesi non karies yaitu, oklusi, saliva, usia, jenis kelamin dan
kebiasaan parafungsi. Jenis-jenis lesi non-karies, yaitu :
1) Abrasi
Abrasi adalah kehilangan permukaan gigi akibat gaya
gesekan langsung antara gigi dan benda luar atau dari gaya
gesekan antara komponen gigi yang kontak dengan adanya
media abrasif. Faktor-faktor yang menjadi penyebab abrasi
antara lain:
1. Teknik menyikat yang tidak tepat
2. Kebiasaan seperti memegang tangkai pipa di antara gigi
3. Mengunyah tembakau
4. Penggunaan tusuk gigi yang kuat antara gigi yang berdekatan.
2) Erosi
Erosi didefinisikan sebagai hilangnya jaringan karies gigi
sebagai akibat dari proses kimia yang tidak melibatkan bakteri.

6
Penyebab biasanya suatu asam. Sumber asam tersebut bisa dari
diet sehari- hari, termasuk makanan asam- asaman.
Erosi merupakan hilangnya jaringan keras gigi dengan aksi
kimia, yang tidak melibatkan bakteri.3 Erosi terjadi secara
merata dipermukaan gigi. Hal ini mungkin karena terjadi suatu
kelarutan dari elemen anorganik elemen gigi secara perlahan-
lahan atau kronis. Proses erosi gigi dimulai dari adanya
pelepasan kalsium enamel gigi, bila hal ini berlanjut terus akan
menyebabkan kehilangan sebagian elemen enamel dan apabila
telah sampai ke dentin maka penderita akan merasa ngilu.
3) Atrisi
Atrisi didefinisikan sebagai suatu keausan karena kegiatan
mekanis yang terjadi pada gigi yang saling berantagonis dan
biasanya terjadi bersama-sama dengan erosi. Menurut
definisnya, atrisi terjadi pada permukaan oklusal dan insisal
berkontak, tetapi jika erosi dan atrisi terjadi bersama-sama,
beberapa daerah pada permukaan oklusal yang aus tidak akan
kontak pada setiap gerakan mandibula.
4) Abfraksi
Abfraksi usaknya jaringan gigi yang disebabkan oleh tekanan
oklusal yang menyebabkan rusaknya lapisan enamel dan dentin
pada level hidroksiapatit (mikrofraktur) yang melemahkan
struktur gigi secara perlahan. Penyebab dari abfraksi adalah
friksi yang ditimbulkan oleh sikat gigi pada proses penyikatan
gigi
Abfrkasi adalah kehilangan permukaan gigi karena tekanan,
pada umumnya hanya terjadi pada satu gigi yang menglami
tekanan ekstrinsik pada oklusal yang berlebihan atau adanya
sesuatu yang menggaggu oklusi.

7
2.5 Bahan restorasi adhesive yang digunakan pada kasus sesuai scenario
serta indikasi dan kontraindikasinya

2.5.1 Resin Komposit


Secara umum, idealnya bahan restorasi sebaiknya mendekati sifat
struktur jaringan gigi, mempunyai kekuatan adesi dengan jaringan gigi
yang cukup dan hasil restorasi mempunyai tampilan baik. Maka
berdasarkan kasus pada scenario 2 bahan restorasi yang cocok adalah
resin komposit yang memiliki sifat estetik memuaskan terutama untuk
gigi anterior, mempunyai konduktivitas termal yang rendah, dapat
dilakukan dengan seklai kunjungan, mudah untuk melakukan reparasi,
ikatan resin akan memperkuat kekuatan gigi, preparasi jaringan gigi
minimal terutama hanya pada jaringan karies.

Resin komposit dapat didefinisikan sebagai gabungan dari dua atau


lebih bahan dengan sifat berbeda yang akan menghasilkan sifat yang
lebih baik daripada bahan itu sendiri.

2.5.2 Komposisi Resin Komposit


Material resin komposit terdiri dari tiga komposisi utama yaitu :
1. Matriks Organik
Matriks dari resin komposit adalah polimer, bis-GMA atau
monomer yang serupa. Bis-GMA dihasilkan oleh reaksi bisphenol-
A dan glycidylmethacrylate. Bis-GMA memiliki kekentalan yang
cukup tinggi pada suhu ruangan, oleh karena itu dapat ditambahkan
bahan pengental berupa monomer dimetakrilat atau TEGDMA.
Bis- GMA memiliki berat molekul yang lebih tinggi dibandingkan
methyl methacrylate, sehinga dapat membantu mengurangi
pengerutan pada saat polimerisasi. Nilai pengkerutan pada
polimerisasi dari methyl methacrylate adalah sebesar 22vol. % dan
bis-GMA adalah sebesar 7,5vol. %
2. Bahan Pengisi
Penambahan bahan pengisi pada resin komposit ditujukan untuk
meningkatkan sifat bahan matriks. Ukuran partikel bahan pengisi pada

8
resin komposit dapat mempengaruhi kehalusan permukaan dari
restorasi. Partikel besar akan menghasilkan permukaan yang lebih
kasar. Persentase dari bahan pengisi sangat mempengaruhi
karakteristik dari restorasi resin komposit, selama jumlah bahan
pengisi ditingkatkan, jumlah resin akan menurun, oleh karena itu
pengerutan polimerisasi meningkat dan koefisien ekspansi termal
semakin menyerupai struktur gigi. Kekerasan dan ketahanan terhadap
abrasi semakin baik.
3. Bahan Pengikat
Ikatan antara matriks organik dan artikel bahan pengisi sangat penting
untuk kesuksesan restorasi resin komposit. Penambahan bahan
pengikat yang tepat dapat meningkatkan sifat mekanis, fisik, serta
memberikan kestabilan hidrolitik yang lebih baik dengan mencegah
air menembus antara matriks organik dan partikel bahan pengisi.
Salah satu contoh bahan pengikat banyak digunakan adalah ɣ-
metakriloksipropiltrimetoksi silane.

2.5.3 Klasifikasi Resin Komposit


Resin komposit adalah bahan restorasi kedokteran gigi yang
mengalami perkembangan yang sangat pesat, bahkan dibandingkan
dengan bahan restorasi lainnya. Resin komposit dapat dikalsifikasikan
kedalam tiga bagian besar berdasarkan ukuran, jumlah, dan komposisi
dari filler inorganic yaitu:
a. Conventional composites yang memiliki bahan pengisi yang besar
dan keras sehinnga permukaannya kasar
b. Microfill composite yang permukaannya lebih halus, namun
karakteristik fisik dan mekanik yang kurang bagus
c. Hybrid compositeyang mengkombinasikan karakteristik fisik dan
mekanik resin komposit konvensional dengan kehalusan
permukaan resin komposit microfill. Namun dengan
perkembangan yang pesat saat ini dihasilkan beberapa klasifikasi
hybrid lain, yaitu flowable, packable, dan nanofill composites
dengan ukuran partikel sangat kecil (0.005-0.01 μm) sehingga
menghasilkan properti fisik dan estetik yang baik. Karena

9
kualitasnya yang baik, resin komposit nanofill sangat populer
sebagai pilihan utama pada restorasi.

2.5.4 Indikasi dan kontraindikasi Resin Komposit


1. Indikasi :
a. Restorasi kelasI,II,III,IV,V dan VI
b. Prosedur untuk estetis tambahan :Veneer parsial ,Veener
penuh,Modifikasi kontur gigi ,dan penutupan diastema
c. Semen (untuk restorasi indirect)
d. Restorasi sementara
e. Periodontal splinting
2. Kontraindikasi
a. Jika lokasi kerja tidak dapat diisolasi dari kontaminasi cairan
mulut, maka komposit atau bahan ikatan lainnya tidak dapat
digunakan
b. Jika semua kontak oklusi terletak pada bahan restorasi
c. Pasien dengan insidensi karies tinggi dan kebersihan mulut
yang tidak terjaga tidak di anjurkan untuk menggunakan resin
komposit

2.6 Kelebihan dan kekurangan dari restorasi komposit

2.6.1 Kelebihan

a. Kompresif, retensi terhadap abrasi, modulus elestisitas dan


kekarasannya terhadap fraktur.
b. Ekspansi termal terminal dan kontraksi saat pengerasan.
c. Kualitas estetika yang baik.

2.6.2 Kekurangan

a. Sulit mendapatkan titik kontak dan stop oklusal yang memuaskan.


b. Sensitivitas pasca penempatan.
c. Pengerutan polimerasi.

10
d. Kedalaman pengerasan bahan pada pengerasan memakai sinar
terbatas

2.7 Hal – hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan restorasi

2.7.1 Faktor – faktor intraoral yang perlu dipertimbangkan adalah:

1. Ukuran dan bentuk gigi serta jarak interoklusal


2. Keadaan vital atau nonvital dari giginya
3. Ketidakseimbangan oklusi (pengunyahaan) seperti crossbite (gigi
bawah mendahului gigi atas) anterior atau penyimpangan dalam
posisi sentrik.
4. Adanya noda, perubahan warna, garis – garis atau anomaly
lainnya.
5. Gigi yang hilang secara congenital (kelainan bawaan) yang
member kesan perubahan bentuk dari satu bentuk gigi menjadi
bentuk lainnya.
6. Processus alveolaris (tulang rahang) yang menonjol yang
membuat gigi lebih terlihat menyolok sehingga kebetulan estetik
mungkin jauh lebih besar.
7. Adanya diastema
8. Gigi berjejal – jejal, khususnya pada gigi anterior bawah, sehingga
mempersulit preparasi.
9. Kondisi jaringan pendukung, khususnya hubungan antara posisi
free gingival line (gusi) dan kedalaman sulcus gingival (kantung
gusi).
2.7.2 Beberapa pemeriksaan yang perlu dilakukan sebelum melakukan
preparasi estetik adalah:
1. Pemeriksaan radiografi
Pemeriksaan tersebut diperlukan pada gigi fraktur dengan ruang
pulpa yang besar dengan tujuan menentukan lebih tepat hubungan
antara ruang pulpa dengan preparasi gigi yang direncanakan.
2. Pemeriksaan oklusi

11
Kadang – kadang memerlukan penyusunan dalam articulator (alat
untuk menyusun gigi – gigi tiruan) untuk mempelajari oklusi, di
samping itu juga dapat membantu dalam menentukan bentuk,
ukuran dan kontur gigi.
3. Tes vitalitas gigi (tes untuk menentukan apakah persarafan suatu
gigi masih hidup atau sudah mati). Membantu menentukan
diagnose dan jenis perawatan edondontiknya (jika perlu). Tes
vitalitas ini khususnya diperlukan bila gigi telah mengalami trauma
atau bila ada restorasi yang besar dan dalam tanpa perlindungan
pulpa.
4. Pemeriksaan kesehatan jaringan lunak.
Untuk menghasilkan restorasi dengan estetik yang memuaskan,
daerah gusi harus dalam keadaan sehat sebelum perawatn
restorative dimulai. Tepi restorasi haruslah diperluas secukupnya
ke dalam sulkus untuk mendapatkan kesan alami dari restorasinya.
Jika penempatan hubungan antara gigi dan gusinya tidap tepat
maka akan terjadi keradangan. Karena itu perlu dilakukan
pemeriksaan klinis dan radiografis yang teliti.
2.7.3 Pertimbangan – pertimbangan yang mendasari segi estetik pada
tumpatan komposit meliputi :
1) Preparasi estetik
A. Perencanaan
a. Memastikan besarnya pengurangan yang diperlukan untuk
menjamin ketebalan yang memadai pada restorasinya.
b. Mempelajari bentuk dan letak pulpa pada radiografi gigi
sebelum memulai preparasi dan menghubungkan dengan
jenis preparasi yang akan dipilih.
c. Menetapkan karakter dan ketebalan tepi free gingival.
d. Menetukan tepi restorasi yang tepat.
B. Faktor – faktor anatomis
a. Letak garis tengah wajah
b. Dukungan bibir

12
- Posisi gigi
- Panjang tepi insisal/oklusal gigi
- Otot wajah
- Tulang alveolar
- Ukuran gigi
c. Garis senyum dan garis bibir
Panjang bibir atas ikut menentukan estetik dari senyum
seseorang. Jika bibi atasnya oendek, biasanya pasien akan
memperlihatkan struktur gigi dan sedikit gusinya walaupun
dalam keadaan tidak tersenyum. Hal tersebut menyebabkan
pasien merasa senyumannya tidak menarik. Sebaliknya
dapat pula terjadi bila bibir pasien panjang, sehingga gigi
geliginya tersembunyi sewaktu tersenyum dan berbicara
seolah – olah orang tersebut tidak bergigi.
d. Ekspresi wajah
Ekspresi diwajah seseorang dapat tercipta karena adnaya
ketegangan, kesedihan dan garis senyum terbalik, serta
adanya abnormalitas gigi.
Prosedur estetik dapat mengubah ekspresi wajah dan
seringkali juga mengubah kepribadian seseorang. Seorang
pasien dapat tersenyum lebar stelah perbaikan pada gigi
geliginya, karena merasa bangga akan keindahan gigi
geliginya.
C. Pembuatan bevel berfungsi untuk:
a. Menambah retensi dari restorasi
b. Mengurangi kebocoran marginal (tepi).
c. Memperkecil permukaan yang kasar dari baha restorasi.
2) Penumpatan dengan komposit pada gigi.
Secara klinis resin komposit memiliki keunggulan dalam
kemudahan insersi, stabilitas warna dan dimensional dibandingkan
akriliki dan juga memiliki modulus elastisitas lebih besar sehingga

13
tidak mudah mengalami perubahan bentuk dibawah tekanan
kunyah.
A. Pemilihan warna1
Setelah satu aspek yang paling rumitdalam rekonstruksi estetik
adalah warna gigi. Tahap – tahao untuk pemilihan warna secara
klinis adalah:
a. Profilaksis
Gigi sebaiknya dipoles lebih dahulu sebelum melakukan
pemilihan warna akhir dengan tujuan membuang semua
noda dan debris ekstrinsik (noda pada permukaan luar gigi)
b. Posisi pasien
Pasien duduk di kursi dan pandangan mata dokter gigi
membentuk sudut 900 terhadap permukaan labialnya.
Kepala pasien digerakkan dari satu sisi ke sisi lainnya dan
bibir digerakkan dalam gerakan normal dan abnormal.
c. Pemilihan warna
Pemilihan warna sebaiknya dilakukan di bawah sinar alami.
Pemilohan warna dilakukan sebelum pemasangan rubber
dam. Beberama pedoman dalam permilihan warna antara
lain:
- Kita pilih salah satu warna komposit yang paling sesuai
dengan warna gigi yang sedang dipreparasi dan warna
gigi tetanggana dengan memakai pedoman warna yang
tersedia (shade guide). Jika tepi lingual restorasi
terletak lebih ke bagian lingual dari pada proksimal
maka kegelapan rongga mulut akan memberikan
bayangan yang lebih gelap pada restorasi. Untuk kasus
– kasus demikian sebaiknya kita pilih pasta dengan
warna yang lebih terang.
- Warna yang tidak tembus cahaya sebaiknya hanya
dipakai pada gigi yang jaringannya masih banyak,

14
sehingga tidak dilakukan banyak pengambilan jaringan.
Dengan cara demikian gigi masih memiliki warna asli.
- Untuk restorasi yang memerlukan banyak pengambilan
jaringan, maka dipergunakan pasta dengan warna putih
atau kuning yang agak tembus cahaya untuk
mempertahankan warna gigi yang alami
B. Pemberian bahan pelindung pulpa.
Untuk menahan respon pulpa maka harus dipergunakan bahan
pelindung sebelum etsa. Respon pulpa terhadap resin komposit
mungkin bukan disebabkan oleh toksisitas yang disebabkan
oleh pengerutas pada waktu polimerisasi. Bahan pelindung
yang digunakan ialah kalsium hidroksid.
C. Pemberian etsa
Efek umum dari prosedur etsa ini adalah meningkatkan
kekuatan ikatan email dengan bahan adesif dan bahan
restorative. Sebelum pengolesan etsa, dilakukan pemolesar
dengan rubber cup dengan menggunakan pumice dicampur air.
Tujuan pemolesan adalah menghilangkan plak, debris, stain,
dan mencegah kontaminasi dengan saliva. Jangan
menggunakan pasta yang mengandung flourida untuk
pemolesan, karean akan mengurangi efek etsa.
D. Penumoatan bahan komposit
a. Celluloid crown (cetakan untuk memasukkan bahan
tumpatan) yang telah duusu dengan bahan komposit
diletakkan pada gigi yang telah dipreparasi dan ditekan
ringan dibagian labial dan palatal/lingual. Tekanan ringan
ini akan menyebabkan ekspansi bagian proksimal ke dalam
kontak yang sesuai dengan gigi tetangganya.
b. Woden wedge dengan kontur anatomis untuk bagian
interdental kemudian disisipkan kedalam embrasure
gingival untuk menekan proksimogingival.
E. Polimerisasi bahan komposit.2

15
Bahan komposit jenis autopolimerisasi harus dibiarkan
berpolimerisasi selama 5 menit, sedangka bahan yang
polimerisasinya dengan bantuan sinar hanya membutuhkan
waktu selama 40 detik. Selama waktu pengerasan dnegan
bantuan sinar ada 6 faktor yang harus dikontrol yaitu :
a. Waktu aplikasi sinar
Pengerasan semakin baik jika waktu aplikasi sinar
mendekati 40 detik. Pasa restorasi insissal, aplikasi sinar 10
- 15 detik disetiap daerah gigi (insisal/oklusal, facial,
lingual/palata;, mesial dan distal) akan menghasilkan
pengerasan optimal dari bahan. Rata – rata kedalaman hadil
aplikasi dengan sumber penyinaran satu arah yaitu 2.5 – 3
mm. bila ketebalan melebihi 3 mm, maka bahan
kompositnya harus dilatakkan sedikit demi sedikit (2mm).
setiap kali peletakkan lapisan baha komposit, dilakukan
pengerasan dengan penyinaran.
b. Bidang sumber sinar.
Bidang aplikasi sumber sinar tidak boleh miring terhadap
permukaan komposit, tatapi harus membentuk sudut tegak
lurus terhadap permukaan yang akan disinari.
c. Jarak dari ujung sumber sinar dengan permukaan komposit.
Jarak optimal dari ujung sumber sinar dengan permukaan
komposit harus sedekat mungkin (mendekati nol).
d. Warna bahan komposit
Bahan komposit warna gelap lebih sulit dikeraskan
dibandingan dengan warna yang lebih muda, karena
pigmen yang menghasilkan warna tua menyerap sinar
tersebut. Jadi jika menggunakan bahan dengan warna tua,
waktu pengerasa harus diperpanjang 20detik.
e. Sifat partikel filler di dalam bahan komposit

16
Komposit mikrofilled lebih sulit dikeraskan dengan
sempurna dibandingkan jenis komposit lainnya, oleh karena
itu aplikasi sinarnya harus lebih lama.
f. Temperatur bahan komposit
Bahan komposit yang dingin bila dapat penyinaran hanya
akan mengeras setengah dari kedalaman yang diinginkan.
Oleh karena itu komposit harus selalu dibiarkan mencapai
temperature ruang sebelum disinar.

3) Penyelesaian akhir tumpatan komposit1


A. Penyelesaian dan pemeriksaan penumoatan
a. Menentukan panjang insisal. Sebagai patokan dapat
digunakan gigi sebelahnya atau gigi sejenis pada sisi yang
berlawanan
b. Incisal edge di buat sedikit membulat pada sudut
mesioinsisal dan lebih membulat pada distoinsisisal
c. Melakukan pemeriksaan pada bagian fasial dan
lingual/palatal dengan kaca mulut untuk menentukan ada
atau tidaknya kelebihan permukaan fasial dan
lingual/palatal.
d. Pembulatan bagaian marginal ridge dengan menggunakan
disk yang berputar lambat.
e. Menggunakan stone yang berbentuk round untuk
membentuk kontur yang cekung pada permukaan bagian
lingual
f. Mengurangi daerah kontur yang berlebihan pada
permukaan fasial dengan disk. Menggunakan disk yang
berbentuk flat (datar) untuk membulatan line angel
fasioproksimal.
g. Memeriksa bagian tepi dengan perabaan sonde
h. Memeriksa keseluruhan kontur. Jika sudah terdapat
keharmonisan dengan struktur gigi yang masih ada, gigi

17
sebelahnya dan gigi sejenis pada sisi yang berlawanan,
maka dianjurkan dengan pemeriksaan oklusi.

B. Pemeriksaan oklusi
Pemeriksaan oklusi menggunakan aarticulating paper (kertas
berwarna untuk memeriksa oklusi) atau articulating ribbon.
Setelah terlihat adanya kontak premature, dilakukan
pengambilan dengan polis stone yang berbentuk round,
kemudian dihaluskan kembali dengan disk fine grit atau
finishing strip.

C. Pemolesan tumpatan komposit


Gunakan disk fine grit untuk menghaluskan permukaan yang
dapat diambil dengan disk. Untuk menghaluskan restorasi pada
permukaan fasioproksimal dan lingoproksimal digunakan
fisinishing strip.
D. Pengulasan glaze pada tumpatan komposit. Lapisan tersebut
menyebabkan permukaan menjadi mengkilat. Kemudian
dilakukan pemeriksaan oklusi kembali.

2.8 Prinsip desain preparasi sesuai kasus pada scenario

2.8.1 Prinsip preparasi

1. Outline Form (menentukan batas-batas perluasan)


Membuang semua jaringan karies dan fisur yang dalam,
membuang jaringan email yang tidak didukung dentin.
2. Resistance Form
Membentuk kavitas agar restorasi maupun giginya tidak pecah atau
tahan terhadap tekanan pengunyahan.
3. Retention Form
Membentuk kavitas agar restorasi tidak bergerak dan tidak mudah
lepas.
4. Convenience Form

18
Membentuk kavitas yang memudahkan pemasukan atau insersi
atau pemasangan bahan restorasi.
5. Removing The Remaining of The Carious Dentin
Membuang jaringan karies yang masih tersisa.
6. Finishing The Enamel Wall and Margin
Menghaluskan dan membentuk sudut pada dinding email.
7. Toilet of The Cavity
Membuang semua jaringan karies yang masih tertinggal,
menghaluskan dinding kavitas, serta mengeringkan kavitas dengan
kapas.

2.8.2 Desain preparasi

Berdasarkan kasus pada scenario desain preparasi yang cocok


adalah desain preparasi konvensional bevel. Desain preparasi
konvensional bevel biasa ditujukan pada restorasi komposit untuk
menggantikan restorasi yang ada (biasanya amalgam) yang
menunjukkan desain konvensional dengan margin email atau
merestorasi area yang luas.

Keuntungan preparasi konvensional bevel untuk preparasi


komposit adalah ujung dari enamel rods (yang terbuka kareana bevel
lebih efektif saat dietsa daripada hanya sisi enamel rods saja yang
dietsa. Juga peningkatan luas permukaan yang terukir menghasilkan
ikatan enamel dengan resin yang lebih kuat sehingga meningkatkan
retensi restorasi dan mengurangi kebocoran marginal dan perubahan
warna marjinal. Konvensinal bevel juga memungkinkan restorasi
untuk lebih estetik dengan pewarnaan struktur gigi sekitarnya. Outline
form mempunyai dinding-dinding seperti box sama dengan preparasi
konvensional, tetapi dengan bavel pada tepi email. Desain preparasi
konvensional bevel biasanya ditunjukkan ketika restorasi komposit
digunakan untuk mengganti sebuah restorasi yang ada (biasanya
amalgam) menunjukkan preparasi konvensional dengan tepi enamel
atau mengembalikan area yang luas. Desain ini paling khas kelas

19
III,IV, dan V. Jadi bisa disimpulkan dengan resin komposit, gigi 13,
14,15,24 dan 25 pasien dapat direstorasi dengan menggunakan desain
preparasi konvensional bevel.

2.9 Prosedur restorasi komposit

1. Adapun prosedur penumpatan resin komposit yaitu :


2. Isolasi daerah kerja atau isolasi gigi yang akan di restorasi dengan
menggunakan rubber dam atau cotton roll.
3. Preparasi gigi
4. Berdasarkan skenario pada gigi 13,14,15, 24, dan 25 nampak cekungan
pada daerah servikal bukal. Maka desain preparasi kavitas yang digunakan
adalah kelas V, karena yang kita ketahui kelas V merupakan kavitas yang
terdapat pada bagian servikal permukaan bukal, labial, palatal, lingual dari
semua gigi. Gunakan fissure bur untuk membuang jaringan gigi yang tidak
sehat disekitar servikal. Kavitas yang terdapat pada bagian servikal harus
dibuat mengikuti tepi gingival. Pada waktu melebarkan kavitas, fissure bur
harus tegak lurus dinding aksial dan kedalamannya harus rata.1
5. Cuci kavitas dan keringkan
6. Aplikasikan etsa (asam fosfat 37 %) keseluruh kavitas selama 15 detik
untuk membentuk mikroporus pada email.
7. Setelah diesta, bilas dengan air kemudian keringkan dengan triway
syringe. Warna gigi setelah dietsa sedikit berwarna lebih putih atau buram.
8. Biarkan kavitas dalam keadaan lembab agar serat kolagen tetap
mengembang sehingga meningkatkan ikatan bonding.2
9. Kemudian aplikasikan bonding agent pada cavosurface margin (CSM)
atau pada daerah yang telah dietsa dan didiamkan selama 20-25 detik
(memberi waktu penetrasi ke tubuli dentin dan berikatan dengan serat
kolagen), lalu light cure selama 10-12 detik.
10. Selanjutnya aplikasikan komposit. Untuk mendapatkan restorasi yang
baik, pelekatan komposit harus lapis demi lapis untuk mencegah
microleakage.

20
11. Setiap pelekatan komposit lapis demi lapis, harus dilakukan light cure.
Pada perlekatan komposit dapat dilakukan kombinasi warna. Tidak
menutup kemungkinan menggunakan warna komposit yang berbeda untuk
memperlihatkan estetik, bisa digunakan 2 sampai 3 warna komposit.
12. Setelah proses curing selesai, cek oklusi dengan menggunakan articulating
paper.
13. Terakhir, lakukan finishing dan polishing.

21
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Lesi jaringan keras gigi terdiri atas lesi karies dan lesi non karies. Lesi
karies merupakan penyakit multifaktorial yang disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu gigi, mikroorganisme, substrat makanan, dan waktu. Aktivitas
bakteri dalam plak akan menghasilkan suasana mulut menjadi asam (pH
<5,5) akan mendemineralisasi struktur email sehingga terjadilah karies yang
ditandai dengan munculnya kavitas. Sedangakan lesi non karies merupakan
kelainan jaringan keras gigi yang tidak melibatkan mikroorganisme dalam
proses demineralisasinya. Lesi non karies disebabkan oleh kesalahan dalam
pembentukan gigi, gesekan dari bubuk abrasive, saliva, usia, tindakan asam
yang berlebihan, sekresi dari kelenjar ludah, tindakan cairan alkali pada
garam kalsium, dll. Lesi non karies terdiri dari abrasi, erosi, atrisi, abfraksi,
dan fraktur.
Perawatan untuk lesi karies dan non karies yaitu restorasi. Restorasi
merupakan perawatan untuk mengembalikan struktur anatomi dan fungsi
pada gigi. Salah satu bahan yang digunakan dalam restorasi adalan resin
komposit. Resin komposit adalah bahan restorasi yang terdiri dari tiga
komponen yaitu resin matriks, partikel bahan pengisi (filler), dan bahan
coupling yang berikatan secara mikromekanik dan kimia dengan struktur gigi.
Macam-macam resin komposit berdasarkan partikel bahan pengisinya antara
lain makrofil, mikrofil, hybrid, makro hybrid, nano hybrid. Kelebihan resin
komposit yaitu kekuatan kompresif yang baik, kualitas estetik yang baik,
serta preparasi yang minimal. Adapun kekurangan dari resin komposit yaitu
sensitivitas pasca penempatan, dan pengerutan saat polimerasi

3.2 Saran

Setelah membaca makalah ini diharapkan kepada pembaca maupun penulis


dapat memahami dengan paripurna mengenai lesi jaringan keras, bahan
restorasi komposit, serta prosedur pengaplikasian restorasi komposit agar
dapat bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar.

22
DAFTAR PUSTAKA

1.

23

Anda mungkin juga menyukai