RESTORASI INDIRECT
KELOMPOK VI
BLOK KARIES 2
SEMESTER AKHIR 2017/2018
DEPARTEMEN KONSERVASI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya, serta salam dan shalawat kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta
sahabat dan keluarganya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah modul 2
yang berjudul “Restorasi Indirect” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
tugas kami.
Selama persiapan dan penyusunan makalah ini rampung, penulis mengalami
kesulitan dalam mencari referensi. Namun berkat bantuan, saran, dan kritik dari
berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Indrya K. Mattulada, drg, M.S. selaku tutor atas masukan dan
bimbingan yang telah diberikan pada penulis selama ini.
2. Para dosen pemateri Blok Karies II yang telah memberikan ilmu.
3. Teman-teman kelompok VI tutorial 2 dan semua pihak yang telah
membantudalam menyelesaikan laporan ini. Semoga amal dan budi baik
dari semua pihak mendapatkan pahala dan rahmat yang melimpah dari
Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan penulisan yang serupa di
masa yang akan datang. Penulis berharap sekiranya laporan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Aamiin
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Skenario dan Kata Kunci .................................................................................... 1
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.4 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 3
BAB 2. PEMBAHASAN ....................................................................................... 4
2.1 Food Impaction ................................................................................................... 4
2.2 Marginal Leakage ............................................................................................... 5
2.3 Restorasi Indirect ................................................................................................ 6
2.4 Jenis Restorasi Indirect ....................................................................................... 9
2.5 Bahan Restorasi Indirect ................................................................................... 10
2.6 Bahan Sementasi ............................................................................................... 13
2.7 Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan Sebelum Melakukan Restorasi Indirect ... 14
2.8 Prosedur Restorasi Indirect ............................................................................... 16
2.9 Jenis dan Bahan Restorasi yang digunakan berdasarkan Skenario ................... 17
BAB 3. PENUTUP............................................................................................... 23
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 23
3.2 Saran ................................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
Restorasi gigi adalah hasil prosedur kedokteran gigi yang memiliki tujuan
mengembalikan bentuk, fungsi, dan penampilan gigi. Restorasi dapat
dibedakan menjadi restorasi direk dan indirek. Restorasi direk adalah
restorasi gigi yang dapat dibuat langsung pada kavitas gigi dalam satu
kunjungan. Restorasi indirek adalah restorasi struktur gigi yang dilakukan
diluar mulut pasien. Material untuk restorasi dibuat di laboratorium dental
kemudian dipasangkan pada gigi yang sudah dipreparasi.
Restorasi indirek sering digunakan untuk gigi yang kehilangan banyak
strukturnya karena dapat mengembalikan kontur, fungsi, dan penampilan dari
gigi. Indikasi penggunaan restorasi indirek adalah pada kasus karies primer
atau karies akibat restorasi yang sudah ada, fraktur jaringan gigi, dan dampak
dari trauma. Restorasi indirek dapat berupa restorasi intrakoronal (inlay),
ekstrakoronal (mahkota jaket), kombinasi intra dan ekstrakoronal (onlay) dan
overlay.
Dalam melakukan restorasi indirect harus ada persiapan seperti
menentukan jenis restorasi apa yang akan digunakan, apa saja prinsip desain
preparasinya, dan juga alat dan bahannya.
1
1.2.2 Skenario 2
Seorang perempuan umur 26 tahun datang ke RSGMP UNHAS dengan
keluhan gigi belakang kiri sering tersangkut makanan di sela- selanya dan
sering berdarah gusinya. Gigi tersebut sudah pernah ditambal sebelumnya
sebanyak dua kali namun keluhan tidak hilang. Pada pemeriksaan klinis
tampak gigi 24 dan 25 sudah ditambal amalgam (D4, site 2, size 2) dan
terjadi food impaksi.
Kata kunci
1. perempuan 26 tahun
2. gusi sering berdarah
3. food impaksi
4. gigi tersebut sudah ditambal sebelumnya
5. gigi 24 & 25
6. kavitas D4, site 2, size 2
1.2.3 Skenario 3
Seorang laki- laki umur 45 tahun datang ke RSGMP UNHAS dengan
keluhan gigi belakang kanan bawah ingin ditambal permanen. Gigi tersebut
pernah dirawat sebelumnya di luar kota dan tidak pernah sakit lagi sejak
dirawat. Pada pemeriksaan klinis tampak gigi 46 sudah ditambal sementara
dengan kerusakan kategori D6, S1, S2.
Kata kunci
1. laki- laki umur 45 tahun
2. gigi belakang kanan bawah ingin di tambal permanen
3. pernah dirawat sebelumnya
4. gigi tidak pernah sakit lagi
5. gigi 46 sudah ditambal sementara
6. kerusakan kategori D6, S1, S2
7. tambalan sementara nampak basis semen ionomer kaca masih
intek
8. gigi sudah di obturasi
2
4. Menjelaskan jenis- jenis restorasi indirect
5. Menjelaskan bahan untuk restorasi indirect
6. Menjelaskan bahan untuk sementasi
7. Menjelaskan hal hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan restorasi
indirect
8. Menjelaskan prosedur pembuatan restorasi indirect
9. Menjelaskan jenis dan bahan restorasi yang sesuai dengan skenario 1, 2,
dan 3
3
BAB 2. PEMBAHASAN
4
2.2 Marginal Leakage
Marginal leakage didefinisikan sebagai celah mikroskopik antara dinding
kavitas dan tumpatan yang dapat dilalui mikroorganisme, cairan, molekul,
dan ion. Kebocoran tersebut dapat mengakibatkan berbagai keadaan seperti
adanya karies sekunder, diskolarasi gigi, reaksi hipersensitif, bahkan dapat
mempercepat kerusakan tumpatan itu sendiri. Terjadinya marginal leakage
merupakan akibat dari kegagalan adaptasi tumpatan terhadap dinding
kavitas.4
2. Korosi
5
4. Pemilihan jenis restorasi
Restorasi dipilih yang sesuai dengan kondisi sisa jaringan gigi dan
posisinya. Struktur restorasi disesuaikan dengan jaringan gigi agar
dapat mencegah gigi fraktur/dicabut.6
6
1) Tekanan oklusi yang berat
Restorasi keramik dapat fraktur saat mereka mengalami tekanan
oklusal yang berlebihan, seperti pada pasien yang memiliki
kebiasaan bruxing atau clenching.
2) Ketidakmampuan untuk mempertahankan daerah yang kering
Meskipun beberapa penelitian menunjukkan bahwa dental
adhesive modern dapat melawan jenis kontaminasi tertentu, teknik
adhesive memerlukan kontrol kelembaban yang baik untuk
mendapatkan hasil klinis jangka panjang yang baik pula. Bila
isolasi daerah kerja tidak memungkinkan, sementasi menjadi sulit.
3) Preparasi subgingival yang dalam
Meskipun ini bukan kontraindikasi mutlak, preparasi dengan
margin subgingiva yang dalam harus dihindari.
2.3.3 Kelebihan Restorasi Indirect9
1) Peningkatan sifat fisik
Restorasi indirect memiliki sifat fisik yang lebih baik daripada
restorasi komposit direct karena dibuat di dalam laboratorium.
2) Ragam bahan dan teknik
Restorasi indirect sewarna gigi dapat dibuat dengan komposit atau
keramik menggunakan berbagai proses laboratorium atau metode
CAD / CAM.
3) Wear resistance
Restorasi keramik lebih tahan lama daripada restorasi komposit
direct Merupakan faktor yang sangat penting saat merestorasi
area oklusal gigi posterior yang luas.
4) Mengurangi polimerisasi shrinkage
Polimerisasi shrinkage dan tekanan yang dihasilkannya
merupakan kekurangan utama restorasi komposit direct. Meskipun
penyusutan komposit pada lapisan thin-bonded dapat
menghasilkan tegangan yang relatif tinggi.
5) Kemampuan untuk memperkuat struktur gigi yang tersisa
7
Struktur gigi yang sudah tidak kuat lagi yang disebabkan oleh
karies atau bahkan trauma, atau preparasi dapat diperkuat dengan
ikatan adhesive restorasi indirect sewarna gigi.
6) Kontrol kontur dan kontak yang lebih tepat
Teknik indirect biasanya memberikan kontur yang lebih baik
(terutama kontur proksimal) dan kontak oklusal daripada restorasi
direct, hal ini karena peningkatan akses dan visibilitas di luar
mulut.
7) Biokompatibilitas dan respon jaringan yang baik
Keramik dianggap bahan inert secara kimia dengan
biokompatibilitas dan respons jaringan lunak yang sangat baik.
Biokompatibilitas pulpa dari teknik indirect lebih terkait dengan
semen komposit adhesive daripada bahan keramik bekas.
8) Peningkatan dukungan tambahan
Sebagian besar teknik indirect memungkinkan pembuatan
restorasi untuk dikirim secara total atau sebagian ke teknisi
laboratorium gigi. Pengiriman semacam itu memungkinkan
penggunaan waktu oleh dokter gigi yang lebih efisien.
2.3.4 Kekurangan Restorasi Indirect9
Berikut ini adalah kekurangan restorasi indirect sewarna gigi, yaitu :
1) Peningkatan biaya dan waktu
Sebagian besar teknik indirect, tidak termasuk metode CAD /
CAM , memerlukan dua kali janji/ kunjungan pasien, ditambah
pembuatan restorasi sementara. Faktor-faktor ini, bersamaan
dengan biaya laboratorium, berkontribusi pada biaya restorasi
indirect yang lebih mahal dibandingkan dengan restorasi direct.
2) Teknik sensitivitas
Restorasi yang dilakukan dengan teknik indirect membutuhkan
tingkat keterampilan operator yang tinggi. Keadaan yang baik
diperlukan selama semua tahap proses untuk mendapatkan
restorasi berkualitas tinggi.
3) Mudah fraktur
8
Restorasi keramik bisa pecah jika sediaan tidak memberikan
ketebalan yang memadai untuk menahan kekuatan oklusal atau
jika restorasi tidak didukung dengan tepat oleh media semen dan
sediaannya. Fraktur dapat terjadi baik selama masa percobaan atau
setelah sementasi, terutama pada pasien yang memiliki tekanan
oklusal yang tinggi.
4) Perbedaan ikatan resin-to-resin
Resin yang diproses di laboratorium memiliki ikatan silang,
sehingga beberapa ikatan rangkap tetap tersedia untuk adhesi
kimia semen komposit. Ikatan antara restorasi komposit indirect
dan semen komposit adalah hubungan lemah dalam sistem.
5) Potensi perbaikan yang rendah
Restorasi indirect, khususnya keramik inlay / onlay, sulit
diperbaiki bila terjadi fraktur parsial. Jika fraktur terjadi pada
restorasi, inlay atau onlay komposit indirect dapat diperbaiki
dengan menggunakan sistem adhesive dan light-cured.
9
Overlay dalah restorasi dengan cakupan cusp total, dengan indikasi
overlay digunakan dalam kasus dimana karies melibatkan oklusal
yang meluas ke seluruh permukaan bukal, dinding aksial yang tidak
didukung dan tidak adanya lagi kedua sisi marginal.12
10
2.5.2 Porselen
Restorasi inlay dan onlay porselen menjadi populer untuk restorasi
gigi posterior dan memberikan penampilan estestik yang lebih alamiah
dibandingkan dengan inlay dan onlay logam tuang dan lebih tahan
abrasi dibandingkan dengan resin komposit. Porselen tidak sekuat
logam tuang tetapi jika sudah berikatan dengan permukaan email akan
menguat pada gigi dengan cara yang sama seperti pada restorasi resin
berlapis komposit atau semen ionomer-resin komposit.14
2.5.3 Amalgam
Amalgam merupakan campuran antara merkuri (Hg) dengan
tembaga (Cu), zinc (Zn), perak (Ag), timah (Sn), dan logam lainnya.
11
timah sehingga campuran ini larut didalam merkuri . Setelah itu
ekspansi terjadi karna proses kristalisasi pada fase baru.
Menurut ADA no.1 perubahan dimensional terbatas pada 20
mikron/cm yang diukur antara 5 menit sampai 24 jam setelah
triturasi.
2. Kekuatan
Kekuatan amalgam berkembang dengan lambat. Memerlukan
waktu 24 jam untuk mencapai maksimum . Pada jam pertama ,
hanya 40%-60% dari kekuatan kompresif maksimal yang
dicapai.
3. Korosi
Restorasi amalgam menghasilkan tarnis dan korosi selama
periode waktu tertentu. Meskipun korosi mengakibatkan
berkurangnya kekuatan restorasi sekitar 50% dalam waktu 5
tahun , fakta yang menguntungkan dari korosi adalah bahwa
hal ini dapat memperkuat margin preparasi dan memperkuat
amalgam itu sendiri.
4. Biokompatibilitas
Meskipun terdapat perdebatan yang hebat tentang toksitas
merkuri, tetapi jika penggunaannya secara hati-hati, maka
amalgam akan menjadi material yang biokompatibel.
5. Konduktivitas termal
Karna memiliki konduktivitas termal yang baik, amalgam dapat
menghantarkan perubahan temperatur secara langsung ke
pulpa. Maka amalgam harus dihindari dari pulpa jika tanpa
pelindung pulpa yang baik.
6. Koofisien ekspansi termal
Koofisien ekspansi termal ini tiga kali lebih besar dibandingkan
dentin, perbedaan yang besar ini dapat menyebabkan
mikroleakage.
7. Mikroleakage pada amalgam
12
Mikroleakage terjadi ketika adanya celah yang besar yaitu 2
sampai 20 mikron antara amalgam dan struktur gigi.15
2.5.4 Logam
BLABLABLAAAAA16
Ini merupakan salah satu semen gigi yang baru dan memberikan
bukti perlrkatan yang baik pada komponen kalsium dari struktur gigi.
Walaupun agak sulit dimanipulasi, memiliki potensi untu adhesi klinis
ke ion ion kalsium pada email dan dentin. Sama seperti seng fosfat,
penggunaan utamanya untuk penyemenan. Tetapi dapat juga sebagai
basis, lapik penyekat dan sebagai bahan penutup di bawah email yang
tipis untuk mencegah bahan-bahan berwarna metalik transparan
melalui email.
13
2.6.3 Semen Silikofosfat
Karena sifat biologisnya yang baik dalam gigi, yang baik dan
memiliki perlekatan ke kalsium yang terdapat pada gigi, ionomer kaca
terutama digunakan sebagai bahan retoratif untuk perawatan daerah
erosi dan sebagai bahan penyemenan. Juga digunakan sebagai bahan
basis walaupun bahan tersebut sangat sensitive terhadap air dan
membutuhkan daerah kerja yang kering.
Semen resin utnutk perekat, telah ada sejak 1950. Formula awal
berisi resin metil metakrilat. Karena pengerutan waktu oengerasan
yang besar, kecendrungan mengiritasi pulpa, kecendrungan terjadi
kebocoran mikro dan karakteristik manipulasi yang jelek, resin ini
hanya digunakan pada kasus-kasus tertentu.17
14
b) Keadaan local bahan restorasi dan akibat sampingan yang ditimbulkan
bahan restorasi pada saat pemakaiannya.
15
pasien tentunya merupakan salah satu faktor pertimbangan yang
harus diperhatikan.
5. Kerja sama dengan pasien
Restorasi akhir yang telah dipilih dan ditentukan oleh operator,
bisa saja tidak dapat terlaksana dengan baik karena tidak adanya
kerja sama yang baik antara operator dan pasien, terutama pada
pasien yang tidak kooperatif. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pendekatan yang baik antara pasien dan operator selain
memberikan penjelasan kepasa pasien tentang restorasi yang akan
dibuat.18
a. Pencetakan.
b. Pencatatan oklusal.
16
Diantaranya, pelumas die, pinset kipas, malam, spatula malam, pengukir
hollenback ½-3, pengukir cleoid discoid, lampu Bunsen / lampu alcohol,
dan instrument waxing.
h. Penyelesaian.
Diantaranya, bur nomor 1/4, ½ dan 2, disk pemisah dan roda karet, sikat
roda kawat (baju/kuningan), disk kertas (garnet, amplas, dan cuttle), pita
kertas artikulasi, alat anastesi local, sonde (nomor 26 & 23), batu RA dan
henpis lurus, bur finishing, bahan-bahann poles.
i. Penyemenan.
2.9.1. Skenario I
17
Bahan restorasi yang dipilih adalah Porselen karena berdasarkan
pada skenario pasien memiliki karies yang luas pada dentin (hampir
mencapai pulpa), terjadi di oklusal, dan terdapat marginal leakage.
Porselen memiliki ketahanan mekanik yang sangat baik dan tidak
meneruskan kekuatan ke dalam gigi di bawah beban fungsional. Selain
itu, porselen mampu menurunkan sensitivitas secara signifikan
terhadap dentin dan meminimalisir terjadinya microleakage.20
2.9.2. Skenario II
BLABLAABLAA22
18
Pada umumnya gigi yang memerlukan perawatan saluran akar
sudah memiliki restorasi yang besar, karies luas, dan email yang tidak
didukung dentin. Pengangkatan jaringan karies, preparasi kavitas, dan
juga pembentukan saluran akar merupakan tindakan pengambilan
dentin yang dapat melemahkan sisa jaringan gigi. Para peneliti
menemukan bahwa restorasi untuk gigi yang sudah dirawat endodontik
harus dapat meningkatkan fungsi gigi dalam jangka waktu yang
lama,untuk itu perencanaan restorasi harus dilakukan dengan teliti.24,25
2.9.3.1 Onlay
Onlay adalah suatu restorasi yang menutupi satu atau lebih kuspid
dengan menggabungkan prinsip restorasi ekstrakoronal dan
intrakoronal. Onlay paling diindikasikan dan secara umum digunakan
sebagai restorasi tuang untuk gigi tunggal. Perlindungan yang
diberikan merupakan perlindungan keseluruhan kuspid pada gigi
posterior yang telah melemah akibat karies ataupun restorasi terdahulu.
Restorasi ini didesain untuk mendistribusikan tekanan oklusal gigi
sebagai cara meminimalkan kemungkinan fraktur di kemudian hari.26
19
f. Restorasi gigi posterior yang menerima tekanan oklusal
yang kuat.
2. Kontraindikasinya.28,29
a. Dinding bukal dan lingual rusak
b. Mahkota klinis yang pendek
c. Oral hygiene buruk
d. Frekuensi karies tinggi
e. Memiliki kebiasaan parafungsi
f. Kesukaran mencapai daerah subgingiva yang dalam
4. Kekurangannya.29,30
a. Biaya dan waktu untuk pengerjaan onlay indirect
bertambah
b. Dibutuhkan keterampilan khusus dalam prosesnya
dilaboratorium untuk mendapatkan restorasi yang akurat.
2.9.3.2 Overlay
Beberapa ahli berpendapat bahwa untuk gigi belakang yang telah
dirawat secara endodontik maka dapat menggunakan restorasi yang
20
melibatkan penutupan bagian oklusal, yaitu overlay. Hal ini dilakukan
untuk melindungi sisa tonjol terhadap oklusi dan gerakan palatal.
Desain suatu overlay harus meliputi bevel terbalik (reverse bevel)
sepanjang tepi tonjol yang tebalnya 1,5 – 2 mm. Jika email sudah tidak
didukung dentin yang sehat lagi, dan tiap – tiap tonjol telah terpisah –
pisah, perlu dilakukan restorasi dengan overlay yang akan mengikat
seluruh tonjol menjadi satu untuk mencegah sisa mahkota fraktur
selanjutnya.10
Overlay adalah suatu restorasi yang kuat dan dapat melindungi gigi
dari terjadinya fraktur mahkota-akar. Reduksi gigi sering
menghilangkan sebagian besar sisa struktur korona gigi sehinga untuk
retensi harus dibuatkan inti dan adakalanya diperlukan juga pasak bagi
retensi inti tersebut. Untuk merencanakan bentuk inti itu, margin harus
terpajang dengan sempurna. Agar diperoleh padangan yang bebas.
21
membutuhkan restorasi dengan nilai estetika yang tinggi,
namun jika pasien mengiginkan restorasi yang estetis maka
bahan ini menjadi pilihan.32
Kesimpulannya, berdasarkan kasus pada skenario 3, maka jenis
restorasi yang digunakan pada pasien yang ingin ditambal permanen setelah
dirawat endodontik yaitu jenis restorasi onlay atau overlay. Keduanya dapat
digunakan untuk kasus tersebut. Namun, kembali lagi pada hal hal yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan jenis restorasi yaitu jaringan gigi yang
masih ada setelah dirawat endo. Jika mahkota klinisnya cukup panjang, Onlay
merupakan restorasi yang paling baik, karena lebih menghemat pengambilan
jaringan gigi dan memungkinkan pengetasan kevitalan pulpa.
22
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Restorasi indirek adalah restorasi struktur gigi yang dilakukan diluar mulut
pasien. Restorasi indirek sering digunakan untuk gigi yang kehilangan
banyak strukturnya karena dapat mengembalikan kontur, fungsi, dan
penampilan dari gigi. Indikasi penggunaan restorasi indirek adalah pada
kasus karies primer atau karies akibat restorasi yang sudah ada, fraktur
jaringan gigi, dan dampak dari trauma. Restorasi indirek dapat berupa veneer,
inlai, onlai, overlai, dan full crown.
Berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan bahan untuk
restorasi gigi yaitu seberapa luas jaringan karies yang ada, kekuatan dari
jaringan gigi yang tersisa, karakteristik yang spesifik dari jaringan gigi pasien
dan kesehatan jaringan periodontal, oral hygiene pasien dan riwayat karies
gigi pasien, kondisi keuangan pasien selama prosedur restorasi, risiko dan
keuntungan bagi pasien selama prosedur restorasi berlangsung.
Penentuan pilihan prosedur dan penggunaan bahan restorasi perlu dikuasai
oleh dokter gigi dalam menjalankan prakteknya. Pada umumnya, bahan yang
digunakan dalam restorasi indirek dapat berupa porselen, metal-porselen, cast
alloy, bahkan komposit yang penggunaannya sesuai dengan indikasi.
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan kepada pembaca maupun
penulis dapat memahami dengan paripurna mengenai restorasi indirect, serta
sebaiknya kita perlu mempertimbangkan jenis restorasi apa yang baik untuk
pasien misalnya,menginginkan tambalan yang sewarna dengan giginya kita
dapat menyarankan tambalan resin komposit, yang terdiri dari dua atau lebih
bahan,tetapi ada juga bahan tambalan amalgam yang lebih kuat namun tidak
sewarna dengan warna gigi. Selain alat dan bahan yang perlu kita ketahui,
cara menambal secara baik dan benar perlu juga kita ketahui. Karena
tambalan akan awet bila penatalaksanaannya yang tepat.
23
DAFTAR PUSTAKA
24
11. David A, Garber, Ronald E, Goldstein. Porcelain & composite inlays &
onlays. Quintessence publishing. 1994: Hal 24
12. Veneziani M. Posterior indirect adhesive restoration: update indications and
the morphology driven preparation technique. The international journal of
esthetic dentistry. 2017; 12(2): Hal 16
13. Aspors A. inlay & onlay clinical experiences and literature review. J dent
health oral disord ther. 2015: 2(1): hal 1-2
14. Fatmawati DWA. Macam-macam restorasi rigid pasca perawatan
endodontia.Stomatognatic(J.K.G Unej) 2011; 8(2): 96-102
15. Garg N, Garg A. Textbook of operative dentistry. 2ndEd. New Delhi: Jaypee
Brother Medival Publisher; 2013
16. ….
17. Baum, Phillips, Lund. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. 3th ed.
Jakarta:EGC:1997. P. 162-3, 167, 172-3, 176.
18. Tarigan R. Gita T. Perawatan pulpa gigi (endodontik). Ed 3. Jakarta : EGC ;
2013. 194 – 5.
19. Veneziani M. Posterior indirect adhesive restoration: update indications and
the morphology driven preparation technique. The international journal of
esthetic dentistry. 2017; 12(2): Hal 16
20. Aspors A. inlay & onlay clinical experiences and literature review. J dent
health oral disord ther. 2015: 2(1): hal 1-2
21. Irawan B. Peran bahan restorasi kedokteran gigi dalam keberhasilan
pembuatan restorasi. Departemen Ilmu Material Kedokteran Gigi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
22. ……
23. Haslinda. Juni J.N. Restoraso onlay porselen pada gigi molar pertama rahang
atas pasca perawatan endodontic. MDJ, PPDGS Konservasi gigi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin 2014 ; 3(3) : 2.
24. Hopp C.D. Martin F.L. Considerations for ceramic inlays in posterior teeth : a
review. Clinical, cosmetic and investigational Dentistry 2013 ; 5 : 29 – 30.
25
25. Goldberg I.S. Hagay S. Colin G. Ami S. Restoration of endodontically treated
teeth review and treatment recommendations. International Journal of
Dentistry 2009 ; 9.
26. Heymann H.O. Edward J.S. Andre V.R. Sturdevant’s art and science of
operative dentistry. 6th Ed. United Stated : Elsevier ; 2012.
27. Walton R.E. Mahmud T. Prinsip dan praktik ilmu endodonsia. Ed 3. Jakarta :
EGC ; 2012.
28. Lieutenant C.S. Yang D.C. Blaine C. Charles W. All-ceramis inlays and
onlays. Naval Postgraduate Dental Nava, Medical Center 2005 ; 27(2) : 1 – 2.
29. Asmah N. Restorasi onlay komposit indirect pada gigi molar kedua rahang
bawah kanan.
30. Sherwood I.A. Essentials of operative dentistry. USA : Jaypee ; 2010. Pp. 52,
421 – 9.
31. Qualthrought AJE. Satterthwaite JD. Morrow LA. Brunton PA. Principals
operative dentistry. USA : Blackwell Munksgaard ; 2005. Pp. 132.
32. Sadaf DE. Zubair A. Porcelain fused to metal (PFM) crowns and caries in
adjacent teeth. Journal of the College of Physicians and Surgeons Pakistan
2011 ; 21(3) : 134-137.
26