Anda di halaman 1dari 29

TUGAS KELOMPOK

Makassar, 19 Februari 2018


MODUL 2

RESTORASI INDIRECT

KELOMPOK VI

1. Fatimah J111 16 036


2. Rahmaniar Rusdi J111 16 037
3. A. Umar Jufri J111 16 038
4. Maghfirah Ramadhani J111 16 039
5. Uswa Iskandar J111 16 330
6. Gina Guista Deviyanti J111 16 331
7. Dwi Rista Ramadani J111 16 332
8. Lulu Salsabila Sudarmo J111 16 333
9. Suci Desyana J111 16 334
10. Andi Muhammad Fuad Ansar J111 16 503
11. Adenia Anisya Nasrul J111 16 526
12. Muhammad Ihsan J111 16 527
13. Nur Raudhah Ihsaniyah Bialangi J111 16 528
14. Rezky Rachmawaty Salsabila J111 16 529
15. Andi Aliya Nurul Syaikah Amal J111 16 530
16. Arwindah Arifin J111 16 701
17. Nia Tarakanita J111 13 524

BLOK KARIES 2
SEMESTER AKHIR 2017/2018

DEPARTEMEN KONSERVASI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya, serta salam dan shalawat kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta
sahabat dan keluarganya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah modul 2
yang berjudul “Restorasi Indirect” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
tugas kami.
Selama persiapan dan penyusunan makalah ini rampung, penulis mengalami
kesulitan dalam mencari referensi. Namun berkat bantuan, saran, dan kritik dari
berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Indrya K. Mattulada, drg, M.S. selaku tutor atas masukan dan
bimbingan yang telah diberikan pada penulis selama ini.
2. Para dosen pemateri Blok Karies II yang telah memberikan ilmu.
3. Teman-teman kelompok VI tutorial 2 dan semua pihak yang telah
membantudalam menyelesaikan laporan ini. Semoga amal dan budi baik
dari semua pihak mendapatkan pahala dan rahmat yang melimpah dari
Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan penulisan yang serupa di
masa yang akan datang. Penulis berharap sekiranya laporan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Aamiin

Makassar, 19 Februari 2018


Hormat Kami

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Skenario dan Kata Kunci .................................................................................... 1
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.4 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 3
BAB 2. PEMBAHASAN ....................................................................................... 4
2.1 Food Impaction ................................................................................................... 4
2.2 Marginal Leakage ............................................................................................... 5
2.3 Restorasi Indirect ................................................................................................ 6
2.4 Jenis Restorasi Indirect ....................................................................................... 9
2.5 Bahan Restorasi Indirect ................................................................................... 10
2.6 Bahan Sementasi ............................................................................................... 13
2.7 Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan Sebelum Melakukan Restorasi Indirect ... 14
2.8 Prosedur Restorasi Indirect ............................................................................... 16
2.9 Jenis dan Bahan Restorasi yang digunakan berdasarkan Skenario ................... 17
BAB 3. PENUTUP............................................................................................... 23
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 23
3.2 Saran ................................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24

iii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Restorasi gigi adalah hasil prosedur kedokteran gigi yang memiliki tujuan
mengembalikan bentuk, fungsi, dan penampilan gigi. Restorasi dapat
dibedakan menjadi restorasi direk dan indirek. Restorasi direk adalah
restorasi gigi yang dapat dibuat langsung pada kavitas gigi dalam satu
kunjungan. Restorasi indirek adalah restorasi struktur gigi yang dilakukan
diluar mulut pasien. Material untuk restorasi dibuat di laboratorium dental
kemudian dipasangkan pada gigi yang sudah dipreparasi.
Restorasi indirek sering digunakan untuk gigi yang kehilangan banyak
strukturnya karena dapat mengembalikan kontur, fungsi, dan penampilan dari
gigi. Indikasi penggunaan restorasi indirek adalah pada kasus karies primer
atau karies akibat restorasi yang sudah ada, fraktur jaringan gigi, dan dampak
dari trauma. Restorasi indirek dapat berupa restorasi intrakoronal (inlay),
ekstrakoronal (mahkota jaket), kombinasi intra dan ekstrakoronal (onlay) dan
overlay.
Dalam melakukan restorasi indirect harus ada persiapan seperti
menentukan jenis restorasi apa yang akan digunakan, apa saja prinsip desain
preparasinya, dan juga alat dan bahannya.

1.2 Skenario dan Kata Kunci


1.2.1 Skenario 1
Seorang laki- laki umur 45 tahun datang ke RSGMP Tamalanrea dengan
keluhan tambalan gigi belakang kanan bawah biasa tersangkut makanan.
Gigi terseu ditambal dengan tambalan amalgam 5 tahun lalu. Pada
pemeriksaan klinis tampak gigi 46 dengan tambalan amalgam dan terdapat
marginal leakage (D5, site 1, size 3). Kondisi jaringan periodontal sehat.
Kata kunci
1. Marginal leakage
2. Tambalan amalgam
3. Laki- laki 45 tahun
4. Jaringan periodontal sehat
5. tambalan gigi belakang kanan bawah tersangkut makanan

1
1.2.2 Skenario 2
Seorang perempuan umur 26 tahun datang ke RSGMP UNHAS dengan
keluhan gigi belakang kiri sering tersangkut makanan di sela- selanya dan
sering berdarah gusinya. Gigi tersebut sudah pernah ditambal sebelumnya
sebanyak dua kali namun keluhan tidak hilang. Pada pemeriksaan klinis
tampak gigi 24 dan 25 sudah ditambal amalgam (D4, site 2, size 2) dan
terjadi food impaksi.
Kata kunci
1. perempuan 26 tahun
2. gusi sering berdarah
3. food impaksi
4. gigi tersebut sudah ditambal sebelumnya
5. gigi 24 & 25
6. kavitas D4, site 2, size 2

1.2.3 Skenario 3
Seorang laki- laki umur 45 tahun datang ke RSGMP UNHAS dengan
keluhan gigi belakang kanan bawah ingin ditambal permanen. Gigi tersebut
pernah dirawat sebelumnya di luar kota dan tidak pernah sakit lagi sejak
dirawat. Pada pemeriksaan klinis tampak gigi 46 sudah ditambal sementara
dengan kerusakan kategori D6, S1, S2.
Kata kunci
1. laki- laki umur 45 tahun
2. gigi belakang kanan bawah ingin di tambal permanen
3. pernah dirawat sebelumnya
4. gigi tidak pernah sakit lagi
5. gigi 46 sudah ditambal sementara
6. kerusakan kategori D6, S1, S2
7. tambalan sementara nampak basis semen ionomer kaca masih
intek
8. gigi sudah di obturasi

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Menjelaskan tentang marginal leakage, dan apa penyebabnya.
2. Menjelaskan tentang food impaksi dan apa penyebabnya.
3. Menjelaskan kelebihan, kekurangan, indikasi, dan kontraindikasi restorasi
indirect

2
4. Menjelaskan jenis- jenis restorasi indirect
5. Menjelaskan bahan untuk restorasi indirect
6. Menjelaskan bahan untuk sementasi
7. Menjelaskan hal hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan restorasi
indirect
8. Menjelaskan prosedur pembuatan restorasi indirect
9. Menjelaskan jenis dan bahan restorasi yang sesuai dengan skenario 1, 2,
dan 3

1.4 Tujuan Penulisan


Tujuan pembelajaran yang dapat dicapai yaitu :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan marginal leakage, dan apa
penyebabnya.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud food impaksi dan apa
penyebabnya.
3. Untuk mengetahui kelebihan, kekurangan, indikasi, dan kontraindikasi
restorasi indirect.
4. Untuk mengetahui jenis- jenis restorasi indirect.
5. Untuk mengetahui apa saja bahan untuk restorasi indirect.
6. Untuk mengetahui apa saja bahan untuk sementasi.
7. Untuk mengetahui hal hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan
restorasi indirect
8. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pembuatan restorasi indirect.
9. Untuk mengetahui apa saja jenis dan bahan restorasi yang sesuai dengan
skenario 1, 2, dan 3.

3
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Food Impaction


Food Impaksi adalah situasi klinis yang timbul dari proses interaksi yang
melibatkan usia, penyakit periodontal, karies.1 Impaksi terjadi ketika ampas
atau serat makanan didorong bebas oleh tekanan dan gaya oklusal sehingga
makanan terjepit kedalam jaringan periodontal interproksimal.1,2 Penyebab
food impaksi dikaitkan dengan inflamasi mukosa periodontal, lokasi dan
luasnya kontak proksimal dan resesi gingiva.3

Faktor terjadinya food impaksi diklasifikasikannya menjadi lima kategori3:

1) Kelas I (keausan oklusal);


2) Kelas II (kehilangan kontak proksimal):
Ektraksi gigi, kehilangan dukungan proksimal yang menyebabkan
pergeseran gigi berdekatan secara bertahap ke ruang ekstraksi, sehingga
membuka kontak proksimal terbuka ke gigi distal dan mesial ke gigi
mesial.
3) Kelas III (ekstrusi diluar bidang oklusal):
Menganggu hubungan kontak proksimal dan mendukung impaksi
makanan.
4) Kelas IV (kelainan morfologi kongenital)
Kelainan morfologis kongenital dalam ukuran, bentuk dan posisi gigi yang
menyebabkan kontak proksimal terbuka, kondusif terhadap impaksi
makanan
5) Kelas V (desain restoratif yang tidak tepat):
a) Tipe A: hilangnya titik kontak dalam restorasi
b) Tipe B: lokasi kontak yang tidak tepat
c) Tipe C: kontur oklusal yang tidak tepat

4
2.2 Marginal Leakage
Marginal leakage didefinisikan sebagai celah mikroskopik antara dinding
kavitas dan tumpatan yang dapat dilalui mikroorganisme, cairan, molekul,
dan ion. Kebocoran tersebut dapat mengakibatkan berbagai keadaan seperti
adanya karies sekunder, diskolarasi gigi, reaksi hipersensitif, bahkan dapat
mempercepat kerusakan tumpatan itu sendiri. Terjadinya marginal leakage
merupakan akibat dari kegagalan adaptasi tumpatan terhadap dinding
kavitas.4

2.2.1 Etiologi terjadinya marginal leakage:


1. Creep/aliran

Bila logam diletakkan di bawah tekanan, akan mengalami


perubahan bentuk. Ciri-ciri ini disebut sebagai creep. Secara
umum, dipertimbangkan bahwa aliran tinggi, maka restorasi akan
lebih mudah mengalami kegagalan, seperti titik kontak yang datar
atau permukaan proksimal yang menonjol keluar pada restorasi
yang menahan tekanan.

Jadi jika aliran logam terlalu tinggi maka potensi terjadinya


kerusakan tepi bertambah besar, sebaliknya jika dengan aliran yang
paling rendah memiliki kemungkinan pecahnya restorasi yang
rendah pula.5

2. Korosi

Dipengaruhi oleh jumlah 2 yang ada, tidak adanya fase 2 yang


peka terhadap korosi didalam struktur mikro amalgam terkandung
tembaga tinggi dianggap seagai faktor utama yang menyebabkan
logam ini mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap keparahan
tepi.6

3. Hubungan antara gigi dan restorasi yang tidak harmonis

Dikaitkan dengan kualitas restorasi yang buruk atau restorasi yang


tidak mencapai tepi gingiva dengan baik.7

5
4. Pemilihan jenis restorasi

Restorasi dipilih yang sesuai dengan kondisi sisa jaringan gigi dan
posisinya. Struktur restorasi disesuaikan dengan jaringan gigi agar
dapat mencegah gigi fraktur/dicabut.6

5. Kesalahan operator dalam pencampuran dan pengaplikasian


bahan.8

2.3 Restorasi Indirect


2.3.1 Indikasi Restorasi Indirect9
1) Estetika
Restorasi indirect diindikasikan pada restorasi Kelas I dan II yang
berada di area yang sangat penting untuk pasien.
2) Kerusakan yang luas atau restorasi sebelumnya
Restorasi indirect sewarna gigi harus dipertimbangkan untuk
restorasi Kelas I dan II yang luas atau penggantian restorasi yang
luas, terutama yang bersifat faciolingually secara luas dan
mencapai cups. Preparasi yang luas sebaiknya direstorasi dengan
restorasi adhesive yang dapat memperkuat struktur gigi yang
tersisa. Bahan restoratif indirect sewarna gigi lebih tahan lama
daripada komposit direct saat dilakukan restorasi pada gigi
posterior, terutama dalam hal menjaga permukaan oklusal dan
kontak oklusal.
3) Faktor ekonomi
Beberapa pasien menginginkan perawatan gigi terbaik, terlepas
dari biaya. Untuk pasien, restorasi indrect sewarna gigi mungkin
ditunjukkan tidak hanya untuk restorasi yang luas, tetapi juga
untuk restorasi berukuran sedang.
2.3.2 Kontraindikasi Restorasi Indirect9
Kontraindikasi untuk restorasi indirect sewarna gigi, meliputi hal
berikut:

6
1) Tekanan oklusi yang berat
Restorasi keramik dapat fraktur saat mereka mengalami tekanan
oklusal yang berlebihan, seperti pada pasien yang memiliki
kebiasaan bruxing atau clenching.
2) Ketidakmampuan untuk mempertahankan daerah yang kering
Meskipun beberapa penelitian menunjukkan bahwa dental
adhesive modern dapat melawan jenis kontaminasi tertentu, teknik
adhesive memerlukan kontrol kelembaban yang baik untuk
mendapatkan hasil klinis jangka panjang yang baik pula. Bila
isolasi daerah kerja tidak memungkinkan, sementasi menjadi sulit.
3) Preparasi subgingival yang dalam
Meskipun ini bukan kontraindikasi mutlak, preparasi dengan
margin subgingiva yang dalam harus dihindari.
2.3.3 Kelebihan Restorasi Indirect9
1) Peningkatan sifat fisik
Restorasi indirect memiliki sifat fisik yang lebih baik daripada
restorasi komposit direct karena dibuat di dalam laboratorium.
2) Ragam bahan dan teknik
Restorasi indirect sewarna gigi dapat dibuat dengan komposit atau
keramik menggunakan berbagai proses laboratorium atau metode
CAD / CAM.
3) Wear resistance
Restorasi keramik lebih tahan lama daripada restorasi komposit
direct Merupakan faktor yang sangat penting saat merestorasi
area oklusal gigi posterior yang luas.
4) Mengurangi polimerisasi shrinkage
Polimerisasi shrinkage dan tekanan yang dihasilkannya
merupakan kekurangan utama restorasi komposit direct. Meskipun
penyusutan komposit pada lapisan thin-bonded dapat
menghasilkan tegangan yang relatif tinggi.
5) Kemampuan untuk memperkuat struktur gigi yang tersisa

7
Struktur gigi yang sudah tidak kuat lagi yang disebabkan oleh
karies atau bahkan trauma, atau preparasi dapat diperkuat dengan
ikatan adhesive restorasi indirect sewarna gigi.
6) Kontrol kontur dan kontak yang lebih tepat
Teknik indirect biasanya memberikan kontur yang lebih baik
(terutama kontur proksimal) dan kontak oklusal daripada restorasi
direct, hal ini karena peningkatan akses dan visibilitas di luar
mulut.
7) Biokompatibilitas dan respon jaringan yang baik
Keramik dianggap bahan inert secara kimia dengan
biokompatibilitas dan respons jaringan lunak yang sangat baik.
Biokompatibilitas pulpa dari teknik indirect lebih terkait dengan
semen komposit adhesive daripada bahan keramik bekas.
8) Peningkatan dukungan tambahan
Sebagian besar teknik indirect memungkinkan pembuatan
restorasi untuk dikirim secara total atau sebagian ke teknisi
laboratorium gigi. Pengiriman semacam itu memungkinkan
penggunaan waktu oleh dokter gigi yang lebih efisien.
2.3.4 Kekurangan Restorasi Indirect9
Berikut ini adalah kekurangan restorasi indirect sewarna gigi, yaitu :
1) Peningkatan biaya dan waktu
Sebagian besar teknik indirect, tidak termasuk metode CAD /
CAM , memerlukan dua kali janji/ kunjungan pasien, ditambah
pembuatan restorasi sementara. Faktor-faktor ini, bersamaan
dengan biaya laboratorium, berkontribusi pada biaya restorasi
indirect yang lebih mahal dibandingkan dengan restorasi direct.
2) Teknik sensitivitas
Restorasi yang dilakukan dengan teknik indirect membutuhkan
tingkat keterampilan operator yang tinggi. Keadaan yang baik
diperlukan selama semua tahap proses untuk mendapatkan
restorasi berkualitas tinggi.
3) Mudah fraktur

8
Restorasi keramik bisa pecah jika sediaan tidak memberikan
ketebalan yang memadai untuk menahan kekuatan oklusal atau
jika restorasi tidak didukung dengan tepat oleh media semen dan
sediaannya. Fraktur dapat terjadi baik selama masa percobaan atau
setelah sementasi, terutama pada pasien yang memiliki tekanan
oklusal yang tinggi.
4) Perbedaan ikatan resin-to-resin
Resin yang diproses di laboratorium memiliki ikatan silang,
sehingga beberapa ikatan rangkap tetap tersedia untuk adhesi
kimia semen komposit. Ikatan antara restorasi komposit indirect
dan semen komposit adalah hubungan lemah dalam sistem.
5) Potensi perbaikan yang rendah
Restorasi indirect, khususnya keramik inlay / onlay, sulit
diperbaiki bila terjadi fraktur parsial. Jika fraktur terjadi pada
restorasi, inlay atau onlay komposit indirect dapat diperbaiki
dengan menggunakan sistem adhesive dan light-cured.

2.4 Jenis Restorasi Indirect


2.4.1 Inlay
Tumpatan intrakorona yang dibentuk diluar mulut dengan cara
membuat model malam terlebih dahulu, kemudian dibuat dari logam
atau non logam dan disemenkan pada kavitas yang telah dipreparasi.10
Inlay diindikasikan untuk lesi karies kecil sampai sedang.11
2.4.2 Onlay
Onlay dalah restorasi yang sebagian menutupi cusp, tapi bukan
keseluruhan permukaan oklusal, onlay diindikasikan pada kavitas
yang lebar, membutuhkan preparasi yang diperluas agar dapat
12
mencegah keretakan, digunakan untuk gigi yang kehilangan lebih
dari satu cusp (parsial mahkota) atau dapat digunakan jika lebih dari
separuh permukaan menggigit gigi yang mengalami kerusakan dan
membutuhkan perbaikan,13 dan untuk restorasi gigi posterior yang
menerima tekanan oklusan kuat.10
2.4.3 Overlay

9
Overlay dalah restorasi dengan cakupan cusp total, dengan indikasi
overlay digunakan dalam kasus dimana karies melibatkan oklusal
yang meluas ke seluruh permukaan bukal, dinding aksial yang tidak
didukung dan tidak adanya lagi kedua sisi marginal.12

2.5 Bahan Restorasi Indirect

2.5.1 Resin Komposit


Restorasi dengan resin komposit dapat dilakukan secara indirect
(tidak langsung), yaitu berupa inlay dan onlay. Bahan resin komposit
untuk tambalan inlay lebih sering digunakan daripada pemakaian
bahan keramik, sebab kekerasan bahan keramik menyebabkan
kesulitan apabila diperlukan penyesuaian oklusal atau kontur, mudah
pecah saat pemasangan percobaan sehingga menyulitkan operator.
Sedangkan resin komposit dapat dipoles kembali dengan mudah dan
efektif, lebih murah serta restorasi yang berlebihan pada daerah
gingival dapat dibuang hanya dengan menggunakan hand instrument.

Indikasinya: menggantikan tambalan lama (amalgam) dan atau


yang rusak dengan memperhatikan nilai estetik terutama pada restorasi
gigi posterior, memperbaiki restorasi yang tidak sempurna atau kurang
baik, serta fraktur yang terlalu besar dan apabila pembuatan mahkota
bukan merupakan indikasi. Keuntungan restorasi secara indirect resin
komposit dibanding restorasi secara direct adalah dapat dihindarinya
konstraksi akibat polimerisasi bahan komposit, sehingga kebocoran
tepi dapat dihindari. Kontak pada bagian proksimal dapat dibuat rapat
dan pembentukan kontur anatomis lebih mudah. Sedangkan
kekurangan restorasi secara indirect resin komposit adalah adanya
ketergantungan restorasi pada semen perekat (lutting cement). Isolasi
yang kurang baik serta polimerisasi yang kurang sempurna dari semen
akan berakibat negatif terhadap restorasi tersebut.14

10
2.5.2 Porselen
Restorasi inlay dan onlay porselen menjadi populer untuk restorasi
gigi posterior dan memberikan penampilan estestik yang lebih alamiah
dibandingkan dengan inlay dan onlay logam tuang dan lebih tahan
abrasi dibandingkan dengan resin komposit. Porselen tidak sekuat
logam tuang tetapi jika sudah berikatan dengan permukaan email akan
menguat pada gigi dengan cara yang sama seperti pada restorasi resin
berlapis komposit atau semen ionomer-resin komposit.14

2.5.3 Amalgam
Amalgam merupakan campuran antara merkuri (Hg) dengan
tembaga (Cu), zinc (Zn), perak (Ag), timah (Sn), dan logam lainnya.

A. Indikasi dari restorasi amalgam :


1. Untuk preparasi kelas I yang besar
2. Preparasi kelas II dengan beban oklusi yang berat dan
bermasalah dalam isolasi
3. Diindikasikan untuk oklusi berat karna amalgam mempunyai
ketahanan aus lebih baik dari komposit.
4. Preparasi kelas V yang tidak memerlukan estetik, preparasi
pada saluran permukaan akar, dan sulit diisolasi
5. Preparasi kelas 6
6. Preparasi kelas III yang sulit untuk diisolasi
7. Digunakan untuk restorasi pasca endodontik
B. Kontraindikasi :
1. Estetik : penggunaan amalgam dihindari pada area estetik
dalam mulut
2. Restorasi kelas I dan II baiknya direstorasi dengan komposit
daripada amalgam
C. Sifat fisik amalgam
1. Perubahan dimensi
Sejumlah kecil kontraksi terjadi pad setengah jam pertama
setelah triturasi karna merkuri berdifusi kedalam perak dan

11
timah sehingga campuran ini larut didalam merkuri . Setelah itu
ekspansi terjadi karna proses kristalisasi pada fase baru.
Menurut ADA no.1 perubahan dimensional terbatas pada 20
mikron/cm yang diukur antara 5 menit sampai 24 jam setelah
triturasi.
2. Kekuatan
Kekuatan amalgam berkembang dengan lambat. Memerlukan
waktu 24 jam untuk mencapai maksimum . Pada jam pertama ,
hanya 40%-60% dari kekuatan kompresif maksimal yang
dicapai.
3. Korosi
Restorasi amalgam menghasilkan tarnis dan korosi selama
periode waktu tertentu. Meskipun korosi mengakibatkan
berkurangnya kekuatan restorasi sekitar 50% dalam waktu 5
tahun , fakta yang menguntungkan dari korosi adalah bahwa
hal ini dapat memperkuat margin preparasi dan memperkuat
amalgam itu sendiri.
4. Biokompatibilitas
Meskipun terdapat perdebatan yang hebat tentang toksitas
merkuri, tetapi jika penggunaannya secara hati-hati, maka
amalgam akan menjadi material yang biokompatibel.
5. Konduktivitas termal
Karna memiliki konduktivitas termal yang baik, amalgam dapat
menghantarkan perubahan temperatur secara langsung ke
pulpa. Maka amalgam harus dihindari dari pulpa jika tanpa
pelindung pulpa yang baik.
6. Koofisien ekspansi termal
Koofisien ekspansi termal ini tiga kali lebih besar dibandingkan
dentin, perbedaan yang besar ini dapat menyebabkan
mikroleakage.
7. Mikroleakage pada amalgam

12
Mikroleakage terjadi ketika adanya celah yang besar yaitu 2
sampai 20 mikron antara amalgam dan struktur gigi.15

2.5.4 Logam
BLABLABLAAAAA16

2.6 Bahan Sementasi

2.6.1 Semen Seng Fosfat (ZP)

Semen seng fosfat umumnya keras dan kuat tetapi mengiritasi


pulpa. Terdiri atas bahan bubuk dan cair. Bubuknya biasanya adalah
oksida seng dan cairannya adalah asam orto-fosforik, garam-garam
logam dan air. Pemakainan utama dari bahan ini adalah untuk
merekatkan restorasi-restorasi pengecoran ke gigi. Juga digunakan
sebagai bahan basis bila diperlukan kekuatan yang kompresif.

Jenis semen ini adalah yang tertua digunakan di dalam dunia


kedokteran gigi. Mudah di manpulasi, memiliki kekuatan yang besar
untuk suatu basis, dapat menahan trauma mekanis seperti tipe bahan
basis lainnya dan memberikan perlindungan yang baik terhadap
ransangan panas. Tetapi bahan ini mudah pecah dan tidak baik
digunakan sebagai bahan tambalan sementara.

2.6.2 Semen Polikarboksilat

Ini merupakan salah satu semen gigi yang baru dan memberikan
bukti perlrkatan yang baik pada komponen kalsium dari struktur gigi.
Walaupun agak sulit dimanipulasi, memiliki potensi untu adhesi klinis
ke ion ion kalsium pada email dan dentin. Sama seperti seng fosfat,
penggunaan utamanya untuk penyemenan. Tetapi dapat juga sebagai
basis, lapik penyekat dan sebagai bahan penutup di bawah email yang
tipis untuk mencegah bahan-bahan berwarna metalik transparan
melalui email.

13
2.6.3 Semen Silikofosfat

Semen ini merupakan semen hibryd, kombinasi antara semen


silikat dan semen seng fosfat. Dengan adanya fluoride yang
terkandung dalam semen silikat, menjadikan semen ini memberikan
pertahanan terhadap karies sekunder.

2.6.4 Semen Silikofosfat

Karena sifat biologisnya yang baik dalam gigi, yang baik dan
memiliki perlekatan ke kalsium yang terdapat pada gigi, ionomer kaca
terutama digunakan sebagai bahan retoratif untuk perawatan daerah
erosi dan sebagai bahan penyemenan. Juga digunakan sebagai bahan
basis walaupun bahan tersebut sangat sensitive terhadap air dan
membutuhkan daerah kerja yang kering.

2.6.5 Semen Silikofosfat

Semen resin utnutk perekat, telah ada sejak 1950. Formula awal
berisi resin metil metakrilat. Karena pengerutan waktu oengerasan
yang besar, kecendrungan mengiritasi pulpa, kecendrungan terjadi
kebocoran mikro dan karakteristik manipulasi yang jelek, resin ini
hanya digunakan pada kasus-kasus tertentu.17

2.7 Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan Sebelum Melakukan Restorasi


Indirect

Secara umum seluruh jenis bahan tambahalan yang digunakan pada


praktik dokter gigi dapat digunakan untuk restorasi akhir. Namun dalam
kenyataannyya, banyak ditemukan ketidaksempurnaan pada pembuatan
restorasi tersebut. Hal ini disebabkan oleh tidak tepatnya pemilihan bahan
restorasi akhir yang digunakan. Oleh sebab itu, perlu diketahui sifat dari tiap-
tiap bahan restorasi akhir sehingga kegagalan dalam pembuatan restorasi akhir
tersebut dapat dihindari. Ada dua faktor yang harus dipertimbangkan dalam
pemilihan bahan restorasi yang akan digunakan:
a) Sifat setiap jenis bahan restorasi yang akan digunakan

14
b) Keadaan local bahan restorasi dan akibat sampingan yang ditimbulkan
bahan restorasi pada saat pemakaiannya.

2.7.1 Faktor – faktor yang harus diperhatikan:

1. Perbandingan antara mahkota dan akar yang masih tertinggal


Perbandingan antara mahkota dan akar yang masih tertinggal
sangat besar pengaruhnya, terutama pada pembuatan restorasi akhir
mahkota jaket dengan menggunakan retensi pasak (post) dan inti
(core) karena pelebaran saluran akar untuk tempat pasak atau
kerucut dapar melemahkan struktur jaringan akar. Oleh karena itu,
perbandingan yang paling baik untuk pembuatan restorasi akhir
berkisar 3 : 2 antara akar gigi dan mahkota gigi.
2. Struktur jaringan mahkota yang tertinggal
Pada saat pemilihan jenis restorasi akhir yang akan dibuat, struktur
jaringan mahkota yang masih tertinggal memegang peran yang
sangat penting dalam menentukan keberhasilan restorasi akhir
tersebut.
Pemilihan restorasi harus sesuai dengan indikasinya, diantara
ketahanan struktur jaringan keras yang masing tinggal, perubahan
warna gigi yang diakibatkan perawatan endodontic atau yang
disebabkan kerusakan jaringan lainnya sangat memengaruhi jenis
restorasi akhir yang akan dibuat.
3. Retensi tambahan pasa restorasi yang akan dibuat
Kurangnya retensi pada restorasi yang akan dibuat dapat
mengakibatkan berkurangnya kekuatan restorasi tersebut dalam
menahan tekanan kunyah dan tekanan lainnya ketika gigi tersebut
sedang berfungsi sehingga dapat menimbulkan patahnya gigi atau
terlepasnya restorasi tersebut.
4. Keadaan social ekonomi pasien
Adanya perbedaan tingkatan social ekonomi masyarakat dan juga
sangat banyaknya variasi harga restorasi akhir sehingga perlu
dicarikan restorasi yang sesuai dengan keadaan social ekonomi

15
pasien tentunya merupakan salah satu faktor pertimbangan yang
harus diperhatikan.
5. Kerja sama dengan pasien
Restorasi akhir yang telah dipilih dan ditentukan oleh operator,
bisa saja tidak dapat terlaksana dengan baik karena tidak adanya
kerja sama yang baik antara operator dan pasien, terutama pada
pasien yang tidak kooperatif. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pendekatan yang baik antara pasien dan operator selain
memberikan penjelasan kepasa pasien tentang restorasi yang akan
dibuat.18

2.8 Prosedur Restorasi Indirect

a. Pencetakan.

Diantaranya, benang, instrument dan bahan kimia untuk retraksi jaringan,


sendok cetak dengan bahan adhesive, pencetakan dengan semprit, bahan-
bahan cetak, paper pad untuk pengadukan, spatula pengaduk, kondisioner
hidro koloid, air pendingin sendok cetak, semprit hidro koloid.

b. Pencatatan oklusal.

Diantaranya, articulator yang tidak bisa dipadamkan dan padam sebagian,


face bow, batngan gigitan malam, mangkok gips dan spatula dental stone.

c. Preparasi untuk restorasi sementara.

Diantaranya, mahkota yang sudah dibentuk, akrilik polimerisasi untuk


restorasi sementara, bahan cetak mahkota sementara, tang pengontur,
semen zink oxide eugenol, semen sementara, gunting mahkota, mixing pad
kertas, spatula pengaduk, instrument plastis.

d. Pembuatan die. Yaitu bahan cetak.

e. Teknik pembuatan malam (waxing).

16
Diantaranya, pelumas die, pinset kipas, malam, spatula malam, pengukir
hollenback ½-3, pengukir cleoid discoid, lampu Bunsen / lampu alcohol,
dan instrument waxing.

f. Pembuatan sprue dan penanaman model.

Diantaranya, pembentuk sprue, pin sprue, cincin logam, bahan pelapik,


bahan tanam pilihan, spatula pengaduk, vibrator.

g. Pengecoran. Diantaranya, oven pembakar, mesin pengecor.

h. Penyelesaian.

Diantaranya, bur nomor 1/4, ½ dan 2, disk pemisah dan roda karet, sikat
roda kawat (baju/kuningan), disk kertas (garnet, amplas, dan cuttle), pita
kertas artikulasi, alat anastesi local, sonde (nomor 26 & 23), batu RA dan
henpis lurus, bur finishing, bahan-bahann poles.

i. Penyemenan.

Diantaranya, instrument plastis, mandril (termasuk mandril bertepalar


kecil), disk garnel dan disk kertas, bubuk pumish dan amalgloes, mangkuk
poles dan mandrill, benang gigi, dan (sonde nomor 5 & 23).10

2.9 Jenis dan Bahan Restorasi yang digunakan berdasarkan Skenario

2.9.1. Skenario I

Jenis restorasi yang digunakan pada skenario 1 adalah onlay


dengan bahan. Adalah restorasi yang sebagian menutupi cusp, tapi
bukan keseluruhan permukaan oklusal, onlay diindikasikan pada
kavitas yang lebar, membutuhkan preparasi yang diperluas agar dapat
19
mencegah keretakan, digunakan untuk gigi yang kehilangan lebih
dari satu cusp (parsial mahkota) atau dapat digunakan jika lebih dari
separuh permukaan menggigit gigi yang mengalami kerusakan dan
membutuhkan perbaikan,20 dan untuk restorasi gigi posterior yang
menerima tekanan oklusan kuat.10

17
Bahan restorasi yang dipilih adalah Porselen karena berdasarkan
pada skenario pasien memiliki karies yang luas pada dentin (hampir
mencapai pulpa), terjadi di oklusal, dan terdapat marginal leakage.
Porselen memiliki ketahanan mekanik yang sangat baik dan tidak
meneruskan kekuatan ke dalam gigi di bawah beban fungsional. Selain
itu, porselen mampu menurunkan sensitivitas secara signifikan
terhadap dentin dan meminimalisir terjadinya microleakage.20

Dibandingkan dengan bahan restorasi lain maka restorasi porselen


mempunyai warna yang stabil, flexural strength lebih tinggi, lebih
tahan terhadap abrasi, berpotensi abrasi pada gigi lawan serta biaya
operasional yang lebih tinggi. Restorasi porselen inlai, onlai, mahkota,
dan veneer menjadi populer sebagai alternatif karena ada peningkatan
sifat fisik, teknik sementasi, dan peningkatan kebutuhan masyarakat
atas bahan restorasi yang memberi estetika baik. Masalah utama bahan
ini rapuh/brittle dan kekuatan tarik rendah.21

2.9.2. Skenario II
BLABLAABLAA22

2.9.3. Skenario III

Pada skenario 3, kasus tersebut melibatkan gigi posterior yaitu gigi


46. Gigi posterior menerima beban kunyah lebih besar dibandingkan
dengan gigi anterior, karena itu pertimbangan dalam pemilihan
restorasi juga berbeda. Faktor yang paling utama dalam menentukan
restorasi adalah banyaknya jaringan gigi sehat yang tersisa. Gigi yang
tidak berisiko fraktur dan memiliki sisa jaringan cukup banyak,
diindikasikan menggunakan restorasi sederhana. Ukuran kamar pulpa
yang besar menyebabkan gigi posterior lebih baik direstorasi dengan
onlay atau overlay.23

18
Pada umumnya gigi yang memerlukan perawatan saluran akar
sudah memiliki restorasi yang besar, karies luas, dan email yang tidak
didukung dentin. Pengangkatan jaringan karies, preparasi kavitas, dan
juga pembentukan saluran akar merupakan tindakan pengambilan
dentin yang dapat melemahkan sisa jaringan gigi. Para peneliti
menemukan bahwa restorasi untuk gigi yang sudah dirawat endodontik
harus dapat meningkatkan fungsi gigi dalam jangka waktu yang
lama,untuk itu perencanaan restorasi harus dilakukan dengan teliti.24,25

2.9.3.1 Onlay
Onlay adalah suatu restorasi yang menutupi satu atau lebih kuspid
dengan menggabungkan prinsip restorasi ekstrakoronal dan
intrakoronal. Onlay paling diindikasikan dan secara umum digunakan
sebagai restorasi tuang untuk gigi tunggal. Perlindungan yang
diberikan merupakan perlindungan keseluruhan kuspid pada gigi
posterior yang telah melemah akibat karies ataupun restorasi terdahulu.
Restorasi ini didesain untuk mendistribusikan tekanan oklusal gigi
sebagai cara meminimalkan kemungkinan fraktur di kemudian hari.26

Onlay juga adalah restorasi yang memberikan proteksi oklusal


yang paling besar dan merupakan restorasi yang optimal jika
kehilangan struktur gigi yang sangat luas. Yang menarik dari onlay
adalah bahwa desain kavitasnya biasanya tidak memerlukan banyak
pengurangan struktur gigi lagi kecuali pada pengurangan cuspnya saja,
kavitas aksesnya ditutupi dengan amalcone atau ionomer kaca yang
akan membentuk basis bagi tumpatan tuangnya.27

1. Indikasi onlay berdasarkan skenario III.28,29


a. Kavitas yang luas
b. Mahkota klinis masih tinggi sebagai retensi dari overlay
c. Pasca endodontic
d. Lebar karies/kavitas > 1/3 – ½ jarak antar cusp
e. Kemungkinan bisa terjadi fraktur cusp

19
f. Restorasi gigi posterior yang menerima tekanan oklusal
yang kuat.

2. Kontraindikasinya.28,29
a. Dinding bukal dan lingual rusak
b. Mahkota klinis yang pendek
c. Oral hygiene buruk
d. Frekuensi karies tinggi
e. Memiliki kebiasaan parafungsi
f. Kesukaran mencapai daerah subgingiva yang dalam

3. Kelebihan menggunakan jenis restorasi onlay pada kasus


diskenario III.29,30
a. Pembuangan jaringan minimal
b. Preparasi lebih mudah
c. Kemampuan memperkuat struktur gigi yang tersisa
d. Dapat mengurangi shrinkage yang terjadi pada saat
polimerisasi
e. Dapat membentuk kontur dan bentuk yang lebih akurat
f. Biocompatible
g. Keasaan fisik lebih baik
h. Tidak terkontaminasi saliva pada saat pengerjaan
i. Mudah dikoreksi bila terjadi kerusakan

4. Kekurangannya.29,30
a. Biaya dan waktu untuk pengerjaan onlay indirect
bertambah
b. Dibutuhkan keterampilan khusus dalam prosesnya
dilaboratorium untuk mendapatkan restorasi yang akurat.
2.9.3.2 Overlay
Beberapa ahli berpendapat bahwa untuk gigi belakang yang telah
dirawat secara endodontik maka dapat menggunakan restorasi yang

20
melibatkan penutupan bagian oklusal, yaitu overlay. Hal ini dilakukan
untuk melindungi sisa tonjol terhadap oklusi dan gerakan palatal.
Desain suatu overlay harus meliputi bevel terbalik (reverse bevel)
sepanjang tepi tonjol yang tebalnya 1,5 – 2 mm. Jika email sudah tidak
didukung dentin yang sehat lagi, dan tiap – tiap tonjol telah terpisah –
pisah, perlu dilakukan restorasi dengan overlay yang akan mengikat
seluruh tonjol menjadi satu untuk mencegah sisa mahkota fraktur
selanjutnya.10

Overlay adalah suatu restorasi yang kuat dan dapat melindungi gigi
dari terjadinya fraktur mahkota-akar. Reduksi gigi sering
menghilangkan sebagian besar sisa struktur korona gigi sehinga untuk
retensi harus dibuatkan inti dan adakalanya diperlukan juga pasak bagi
retensi inti tersebut. Untuk merencanakan bentuk inti itu, margin harus
terpajang dengan sempurna. Agar diperoleh padangan yang bebas.

Perlu diperhatikan juga bahwa, overlay dibuat hanya jika struktur


korona sudah tidak memadai lagi bagi pembuatan suatu restorasi yang
lebih konsertvatif atau jika stress fungsional atau prafungsionalnya
memerlukan efek splinting dari mahkota penuh itu.27

2.9.3.3 Bahan yang digunakan berdasarkan kasus pada skenario 3


Berdasarkan kasus pada skenario 3 bahan yang digunakan
yaitu porselen. Terdapat dua pilihan dalam penggunaan bahan
porselen, yaitu seluruhnya porselen (all porcelain), atau metal
porselen (Pocelain Fused to Metal).
All porcelain digunakan untuk kavitas gigi yang dalam,
sehingga restorasi porselen memiliki ketebalan yang cukup
untuk menahan tekanan kunyah.31
Pocelain Fused to Metal merupakan restorasi yang
menggabungkan sifat baik dari logam dan porselen. Memiliki
kekuatan dari logam dan sifat estetik dari porselen. Indikasi
pemilihan bahan porselen disesuaikan dengan kebutuhan gigi
dan keinginan pasien. Gigi posterior secara umum tidak

21
membutuhkan restorasi dengan nilai estetika yang tinggi,
namun jika pasien mengiginkan restorasi yang estetis maka
bahan ini menjadi pilihan.32
Kesimpulannya, berdasarkan kasus pada skenario 3, maka jenis
restorasi yang digunakan pada pasien yang ingin ditambal permanen setelah
dirawat endodontik yaitu jenis restorasi onlay atau overlay. Keduanya dapat
digunakan untuk kasus tersebut. Namun, kembali lagi pada hal hal yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan jenis restorasi yaitu jaringan gigi yang
masih ada setelah dirawat endo. Jika mahkota klinisnya cukup panjang, Onlay
merupakan restorasi yang paling baik, karena lebih menghemat pengambilan
jaringan gigi dan memungkinkan pengetasan kevitalan pulpa.

Bahan yang digunakan yaitu All porcelain atau Pocelain Fused to


Metal, tergantung keinginan dari pasien. Jika menginginkan estetik yang
tinggi maka digunakan Metal Porselen.

22
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Restorasi indirek adalah restorasi struktur gigi yang dilakukan diluar mulut
pasien. Restorasi indirek sering digunakan untuk gigi yang kehilangan
banyak strukturnya karena dapat mengembalikan kontur, fungsi, dan
penampilan dari gigi. Indikasi penggunaan restorasi indirek adalah pada
kasus karies primer atau karies akibat restorasi yang sudah ada, fraktur
jaringan gigi, dan dampak dari trauma. Restorasi indirek dapat berupa veneer,
inlai, onlai, overlai, dan full crown.
Berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan bahan untuk
restorasi gigi yaitu seberapa luas jaringan karies yang ada, kekuatan dari
jaringan gigi yang tersisa, karakteristik yang spesifik dari jaringan gigi pasien
dan kesehatan jaringan periodontal, oral hygiene pasien dan riwayat karies
gigi pasien, kondisi keuangan pasien selama prosedur restorasi, risiko dan
keuntungan bagi pasien selama prosedur restorasi berlangsung.
Penentuan pilihan prosedur dan penggunaan bahan restorasi perlu dikuasai
oleh dokter gigi dalam menjalankan prakteknya. Pada umumnya, bahan yang
digunakan dalam restorasi indirek dapat berupa porselen, metal-porselen, cast
alloy, bahkan komposit yang penggunaannya sesuai dengan indikasi.

3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan kepada pembaca maupun
penulis dapat memahami dengan paripurna mengenai restorasi indirect, serta
sebaiknya kita perlu mempertimbangkan jenis restorasi apa yang baik untuk
pasien misalnya,menginginkan tambalan yang sewarna dengan giginya kita
dapat menyarankan tambalan resin komposit, yang terdiri dari dua atau lebih
bahan,tetapi ada juga bahan tambalan amalgam yang lebih kuat namun tidak
sewarna dengan warna gigi. Selain alat dan bahan yang perlu kita ketahui,
cara menambal secara baik dan benar perlu juga kita ketahui. Karena
tambalan akan awet bila penatalaksanaannya yang tepat.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Gokhale Sunil, Kuntrapakam Padmaja, Anuja Shah. Food Impaction after


Crown Placements. Journal of Advanced Medical and Dental Sciences
Research. 2014October-December;2(4):163-164.
2. Quan-Li Li,Chris Ying Cao,Qiang Jian Xu,Xiao –Hua Xu,Jia Li Yin
.Atraumatic Restoration Of Vertical Food Impaction With an Open Contact
Using Flowable Composite Resin Aided by Cerclage Wire Under
Tension.Hindawi Publishing Corporation Scientifica. 2016.
3. Jin Seok Jeong, Moontaek Chang. Food Impaction and Periodontal/Peri-
Implant Tissue Conditions in Relation to the Embrasure Dimensions Between
Implant-Supported Fixed Dental Prostheses and Adjacent Teeth: A cross-
Sectional Study.Journal of Periodontology. 2015.
4. Mukuan T, Jemmy A, Dirar AW. Gambaran kebocoran tepi tumpatan pasca
restorasi RK pada mahasiswa KG. Jurnal e-Gigi Sep 2013;1(2):115-6.
5. Anusavice KJ. Phillips buku ajar ilmu konservasi gigi. Ed 3. Jakarta: EGC;
2010. h. 423.
6. Anusavice KJ. Phillips buku ajar bahan kedokteran gigi. Ed 10. Jakarta: EGC:
2014. h. 340.
7. Harald OH, Edward JSJ, Andre VR. Sturdevant’s art and science of operative
dentistry. Ed 9. United States: Elsevier; 2012. h. 361,363.
8. Rodald L, Sakaguchi, Powers JM. Craig’s restorative dental material. Ed 13.
USA: Elsevier; 2014. h. 200,210.
9. Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ. Sturdevant’s Art and science of
operative dentistry. Fifth Edition. Amarica : Elsevier. 2006. p. 603-5, 611-19.
10. Tarigan R. ilmu konservasi gigi. Ed 2. Jakarta; egc. 1997: Hal 537

24
11. David A, Garber, Ronald E, Goldstein. Porcelain & composite inlays &
onlays. Quintessence publishing. 1994: Hal 24
12. Veneziani M. Posterior indirect adhesive restoration: update indications and
the morphology driven preparation technique. The international journal of
esthetic dentistry. 2017; 12(2): Hal 16
13. Aspors A. inlay & onlay clinical experiences and literature review. J dent
health oral disord ther. 2015: 2(1): hal 1-2
14. Fatmawati DWA. Macam-macam restorasi rigid pasca perawatan
endodontia.Stomatognatic(J.K.G Unej) 2011; 8(2): 96-102
15. Garg N, Garg A. Textbook of operative dentistry. 2ndEd. New Delhi: Jaypee
Brother Medival Publisher; 2013
16. ….
17. Baum, Phillips, Lund. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. 3th ed.
Jakarta:EGC:1997. P. 162-3, 167, 172-3, 176.
18. Tarigan R. Gita T. Perawatan pulpa gigi (endodontik). Ed 3. Jakarta : EGC ;
2013. 194 – 5.
19. Veneziani M. Posterior indirect adhesive restoration: update indications and
the morphology driven preparation technique. The international journal of
esthetic dentistry. 2017; 12(2): Hal 16
20. Aspors A. inlay & onlay clinical experiences and literature review. J dent
health oral disord ther. 2015: 2(1): hal 1-2
21. Irawan B. Peran bahan restorasi kedokteran gigi dalam keberhasilan
pembuatan restorasi. Departemen Ilmu Material Kedokteran Gigi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
22. ……
23. Haslinda. Juni J.N. Restoraso onlay porselen pada gigi molar pertama rahang
atas pasca perawatan endodontic. MDJ, PPDGS Konservasi gigi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin 2014 ; 3(3) : 2.
24. Hopp C.D. Martin F.L. Considerations for ceramic inlays in posterior teeth : a
review. Clinical, cosmetic and investigational Dentistry 2013 ; 5 : 29 – 30.

25
25. Goldberg I.S. Hagay S. Colin G. Ami S. Restoration of endodontically treated
teeth review and treatment recommendations. International Journal of
Dentistry 2009 ; 9.
26. Heymann H.O. Edward J.S. Andre V.R. Sturdevant’s art and science of
operative dentistry. 6th Ed. United Stated : Elsevier ; 2012.
27. Walton R.E. Mahmud T. Prinsip dan praktik ilmu endodonsia. Ed 3. Jakarta :
EGC ; 2012.
28. Lieutenant C.S. Yang D.C. Blaine C. Charles W. All-ceramis inlays and
onlays. Naval Postgraduate Dental Nava, Medical Center 2005 ; 27(2) : 1 – 2.
29. Asmah N. Restorasi onlay komposit indirect pada gigi molar kedua rahang
bawah kanan.
30. Sherwood I.A. Essentials of operative dentistry. USA : Jaypee ; 2010. Pp. 52,
421 – 9.
31. Qualthrought AJE. Satterthwaite JD. Morrow LA. Brunton PA. Principals
operative dentistry. USA : Blackwell Munksgaard ; 2005. Pp. 132.
32. Sadaf DE. Zubair A. Porcelain fused to metal (PFM) crowns and caries in
adjacent teeth. Journal of the College of Physicians and Surgeons Pakistan
2011 ; 21(3) : 134-137.

26

Anda mungkin juga menyukai