1Departemen Biomedis dan Kedokteran Gigi, Pencitraan Morfologi dan Fungsional, Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Mesina, 98100 Messina, Italia
2Departemen Bedah Umum dan Spesialis Bedah Medis, Universitas Catania, 95100 Catania,
Italia
3Departemen Bedah Maksilofasial. Universitas Loma Linda, Loma Linda, CA 922354, USA
4Departemen Multidisipliner Medis-Bedah dan Spesialis Odontostomatologi, Universitas
Campania “Luigi Vanvitelli”, 90121 Naple, Italia
Abstrak
Tujuan laporan ini adalah untuk membahas mengenai prosedur antibiotik yang paling sering
digunakan di bidang kedokteran gigi, khususnya di perawatan bedah gigi impaksi. Jika prosedur
tersebut ditinjau, semua kemungkinan manfaat atau kerugian untuk masing-masing obat dan
posologi akan dicatat di tinjauan kali ini. Saat ini, kebutuhan terkait penggunaan prosedur
tersebut masih diperdebatkan dalam literatur. Data yang diperoleh dari tinjauan ini menyoroti
terkait bagaimana prosedur antibiotik diaplikasikan di perawatan bedah oral hanya di bedah yang
dilakukan di pasien yang tidak menunjukan patologis sistemik lain. Tinjauan literatur pertama ini
mendapatkan 140 hasil, kemudian setelah aplikasi kriteria inklusi, 12 laporan diseleksi. Hasil
menunjukkan bahwa prosedur yang paling umum meliputi penggunaan penisilin dan klavulanat,
karena keamanan klinis dan hasil profilaksisnya di penanganan infeksi. Prosedur yang umum
digunaksn ini memiliki prediktabilitas dan keamanan yang tinggi. Tinjauan kali ini akan
membahas mengenai kemungkinan resistensi antibiotik pada pasien saat ini dikarenakan
penyalahgunaan obat. Penelitian klinis lebih lanjut dibutuhkan untuk memastikan panduan
spesifik, namun, spesialis bedah mulut yang melakukan bedah di gigi molar tiga sebaiknya
mengevaluasii kondisi kesehatan lokal dan umum pasien sebelum pemberian obat ke pasien
Kata kunci: Molar tiga, bedah mulut, ekstraksi, antibiotik, profilaksis
1. Pendahuluan
Bedah avulssi gigi molar tiga saat ini telah menjadi praktik bedah umum. Namun, perawatan ini
merupakan praktik bedah yang dapat membuat pasien terpapar terhadap kemungkinan infeksi pra
dan pasca operatif(1). Prosedur antibiotik yang digunakan selama tindakan bedah ini sangat
beragam. Dokter gigi sebaiknya selalu mengevaluasi kondisi umum pasien dan keberadaan
berbagai alergi atau intoleran. Saat ini, kebutuhan terkait pemberian antibiotik profilaksis di
pasien yang menjalani bedah jenis ini masih diperdebatkan, baik itu terkait biaya/manfaat.
Tambahan untuk antibiotik profilaksis sitemik, desinfeksi topikal area kerja biasanya dilakukan
selama pembedahan, dan terapi topikal rumahan diresepkan dan digunakan selanjutnya(2).
Namun, resiko infeksi bakteri dari area kerja bedah selalu bisa terjadi. Tujuan utama laporan kali
ini adalah untuk memahami prosedur antibiotik yang paling umum digunakan selama bedah gigi
molar tiga kemudian mengevaluasi manfaat dan kerugiannya. Oleh karena itu, artikel kali ini
memiliki tujuan untuk memaparkan semua prosedur namun hanya menyoroti prosedur terbaik
yang diaplikasikan ke pasien berdasarkan kondisi klinis pasien dan pembedahan(3,4).
Peresepan antibiotik sistemik untuk pencegahan komplikasi seperti alveolitis dan infeksi dari
area pembedahan selama ekstraksi gigi molar tiga merupakan suatu praktik umum di kalangan
dokter gigi, namun tindakan ini juga masih kontroversial dan tetap diperdebatkan. Kontroversi
muncul dikarenakan terapi antibiotik profilaksis biasanya tidak diindikasikan di pasien sehat, dan
penggunaan antibiotik yang tidak sesuai bisa membuat pasien beresiko terhadap reaksi buruk dan
berkontribusi terhadap perkembangan resistensi antibiotik. Lebih lanjut, terkait rasio biaya-
manfaat, tinjauan sistematik dan meta-analisis yang telah dipublikasi tidak mendukung
penggunaan antibiotik profilaksis yang rutin. Di berbagai kasus, pasien yang menjalani teraoi
bedah ini, selain profilaksis antibiotik, terkadang pasien dipaksa untuk menggunakan teraoi
farmakologi lainnya berdasarkan durasi dan kompleksitas intervensi untuk penanganan fase
pasca operatif(5-9). Erupsi empat gigi molat tiga menyempurnakan gigi gelggi permanen, di
kondisi normal, setiap gigi molar tiga menempati posisi terajhir dari setiap kuadran lengkung
gigi. Namun, gigi molar tiga tidak selalu erupsi, tidak jarang satu atau lebih gigi molar tiga tetap
terpendam di dalam tulang dan gusi. Di kondisi tersebut, gigi geligi permanen yang tidak
sempurna mencerminkan suatu kondisi yang disebut hipodonsia (melibatkan kurang dari 4 gigi).
Di sisi lain, meskipun gigi molar tiga mengalami erupsi parsial di gingiva, gigi tersebut tidak
sepenuhnya mengelami perkembangan. Di kondisi tersebut, gigi molar tiga tidak mendapatkan
ruang yang memadai untuk tumbuh sempurna, sehingga tetap tertahan di dalam tulang maksila
dan mandibula. Gigi molar tiga yang tidak berkembang sempurna ini bisa menjadi faktor
predisposisi terhadap pembentukan foci inflamatori kronis, sehingga perlu dilakukan ekstraksi
gigi. Adanya inflamasi ini bisa memicu terjadinya kasus lainnya seperti pembentukan lesi
osteolitik yang melibatkan gigi molar tiga(10-12).
Tujuan tinjauan sistematik ini adalah untuk memaparkan mengenai prosedur antibiotik yang
paling umum digunakan selama bedah gigi molar tiga, dan untuk mengevaluasi terapeutik
terbaik, jalur farmakologi serta posologi bagi pasien, guna membatasi penyalahgunaan antibiotic
semaksimal mungkin
2. Hasil
3. Hasil
Terkait penggunaan obat-obatan topikal, perlu diingat mengenai anestesi lokal dengan dan tanpa
adrenalin. Desinfeksi topikal di area kerja terkadang dilakukan menggunakan obat kumur-
berbasis klorheksidin atau povidone iodine(25,26). Tindakan tersebut selalu disarankan selama
bedah untuk memudahkan operator mengikuti aturan bedah mulut dan periodontologi dalam
penanganan jaringan keras dan lunak. Diperlukan penelurusan di puncak tulang distal di molar
kedua mandibula agar memudahkan penutupan flap yang tepat, jika memungkinkan membatasi
resiko infeksi, dehiscence, atau bahkan terpaparnya tulang. Apabila gigi berada di posisi yang
tepat dalam rahang maka gigi tersebut tidak mengalami impaksi, area bedah dapat mengalami
penyembuhan kedua, hanya dengan teknik hemostatik dan suturing untuk mendapatkan
clot/bekuan darah(27). Remodeling tulang memiliki potensi yang baik untuk pertumbuhan
karena puncak tulang distal merupakan percabangan mandibula
Selama bedah tersebut maka memungkinkan untuk menggunakan berbagai prosedur hemostatik
topikal atau bahkan kasa medis, khusus di kasus dengan lesi osteolitik. Di antara tindakan
hemostatik tersebut, memungkinkan untuk mempertimbangkan penggunaan sponge kolagen,
meskipun ini tidak dibutuhkan untuk tindakan regeneratif tulang(28), namun pembentukan crest
ekstraksi akan terjadi. Tentunya, cabang mandibula dan regio retromolar terkadang menunjukkan
graft tulang autologous(29,30). Sama halnya dengan bedah lainnya, maka perlu dilakukan
anamnesis pasien yang tepat agar bisa memantau kontraindikasi relatif atau total untuk tindakan
bedah mulut atau bahkan kontraindikasi lokal atau sistemik. Kondisi klinis tertentu dari pasien
bisa saja sangat penting, dan beberapa kondisi umum, seperti diabetes (31), kemungkinan
memiliki dampak sistemik yang penting, terutama di beberapa kasus bisa menunjukkan
kontraindikasi absolut terhadap perawatan. Maka dari itu, kondisi klinis yang tidak
memungkinkan bisa saja sangat berkontraindasi terhadap tindakan bedah mulut yang perlu
dilakukan pembuangan semua foci inflamasi oral(32-34). Komplikasi bedah ini telah disebutkan
di bagian sebelumnya yang bisa saja beragam atau bahkan jangka pendek atau panjang. Maka
dari itu, memungkinkan untuk menggunakan instrumen yang memudahkan dokter untuk
melakukan tindakan lebih konservatif dan lebih hati-hati terhadap jaringan, khususnya terhadap
struktur anatomis(35-38).
Data penelitian sistematik ini mengamati Item Laporan Rujuan untuk Tinjauan Sistematik
menurut pernyataan PRISMA
- Prosedur antibiotik apa yang paling serng digunakan selama bedah esktraksi molar tiga?
- Apakah ada alternatif? Apak hal itu lebih menguntungkan bagi pasien?
Pencarian digital dan manual kemudian dilakukan untuk tema ekstraksi molar tiga dan antibiotik.
Pencarian yang menyeluruh dari daftar referensi di manuskrip yang tercatat juga dilakukan untuk
menambah penelitian yang signifikan serta menambah sensitivitas revisi
Berikut ini parameter yang digunakan sebagai metode untuk menampilkan data kemudian diatur
berdasarkan skema di Tabel 1:
- “Peneliti”-menampilkan peneliti pertama di publikasi
- “Tahun”-Tahun publikasi
- “Tipe penelitian”-mengindikasikan metode penelitian dan beberapa informasi tamabhan
- “Ukuran sampel”-mendeskripsikan jumlah pasienm hewan atau model yang diuji
- “Prosedur”-mendeskripsikan tipe kelompok atau prosedur antibiotik yang digunakan
1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menyoroti prosedur antibiotik yang paling banyak digunakan di
kedokteran gigi, khisusnya selama bedah molar tiga. Tujuan utama adalah untuk menyoroti
berbagai faktor terkait atau terhadap satu terapi dan terapi lainnya. Populasi dokter gigi saat ini
sangat terbantu dengan amoksilin, meskipun kebutuhan yang pasti untuk melakukan prosedur
antibiotik tetap masih diperdebatkan dalam literature Penggunaan antibiotik dapat memicu
beberapa efek buruk bagi pasien dan hal ini belum dikonfirmasi dalam literatur. Penting untuk
menekankan bahwa melakukan ekstraksi molar tiga di kasus inf;amasi akut, kronis atau di kasus
infeksi purulen tanpa penggunaan antibiotik bukan suatu topik umum. Perlu diketahui bahwa jika
molar tiga diekstraksi untuk alasan ortodontik dan tidak menunjukkan inflamasi, maka kondisi
ini sangat membutuhkan terpai antibiotik. Di antara berbagai artikel yang dilibatkan, beberapa di
antaranya menguji pengalaman ahli bedah dan kecepatan atau durasi intervensi. Menariknya,
fakotr ini lebih penting dan terkait dengan komplikasi pasca operatif dibandingkan penggunaan
terapi obat-obatan. Tentu saja penelitian kali ini menyoroti dan merevisi sejumlah artikel, dengan
hasil yang membantu dalam prosedur antibiotil. Namun, tetap terdapat beberapa penelitian yang
mendukung tidak digunakannya prosedur antibiotil selama bedah ini, Seiring waktu pastinya kita
akan bisa mengevaluasi hasil tersebut berdasarkan temuan dari prosedur yang paling
menguntungkan bagi semua pasien yang membutuhkan tindakan bedah ini