Anda di halaman 1dari 10

Antibiotik

Antibiotik adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme (khususnya fungi) atau
dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan
mikroorganisme lain

Penggolongan Antibiotik Berdasarkan Struktur Kimia


1. β-laktam: turunan penisilin (amoksisilin, ampisilin, benzilpenisilin, oksasilin, sulbenisilin,
tikarsilin); turunan sefalosporin (sefadroksil, sefaleksin, sefalotin, sefamandol, sefazolin,
sefiksim, sefradin, sefuroksim, seftriakson, seftazidim, sefoperazon); dan turunan β-laktam
non klasik (amdinosilin, asam klavulanat, astreonam, imipenem, sulbaktam).
2. Amfenikol: kloramfenikol, tiamfenikol.
3. Aminoglikosida: streptomisin, kanamisin, gentamisin, neomisin, tobramisin.
4. Tetrasiklin: tetrasiklin, oksitetrasiklin, doksisiklin, demeklosiklin.
5. Makrolida: eritromisin, spiramisin, roksitromisin,
6. Polipeptida: tirotrisin, polimiksin B, kolistin, basitrasin.
7. Linkosamid: linkomisin, klindamisin
8. Polien: amfoterisin B, kandisidin, nistatin
9. Ansamisin: rifampisin
10. Antrasiklin: daunorubisin HCl, doksorubisin HCl, epirubisin, plikamisin.
11. Kuinolon: siprofloksasin, asam nalidiksat, norfloksasin, ofloksasin, pefloksasin, levofloksasin
12. Nitroimidazol: metronidazol

Berdasarkan Kemampuan Menghambat atau Membunuh Bakteri


antibiotik digolongkan menjadi dua kelompok yakni bakteriostatik dan bakterisidal. Secara
sederhana, bakterisidal adalah obat yang membunuh bakteri sedangkan bakteriostatik
adalah obat yang mencegah pertumbuhan bakteri. Pembagian ini pada dasarnya
diaplikasikan pada pemeriksaan laboratorium saja, tidak dapat sepenuhnya diaplikasikan pada
kondisi klinis pasien. Pada kenyataannya, tidak ada antimikroba yang benar-benar dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok tersebut. Antibiotik golongan bakterisidal tidak benar-
benar dapat membunuh semua bakteri (terutama pada koloni bakteri yang besar) setelah 18-24
jam pasca pemberian. Sebaliknya, golongan antibiotik bakteriostatik memiliki kemampuan
membunuh bakteri setelah 18-24 pasca pemberian obat. Kemampuan antibiotik secara in
vitro, baik bakteriostatik dan bakterisidal, dipengaruhi oleh kondisi pertumbuhan dan
kepadatan bakteri, durasi percobaan, dan respon bakteri. Pada kondisi klinis, lebih
banyak faktor lain yang diperhitungkan. Kebanyakan antibakteri dideskripsikan memiliki
potensi bakterisidal dan bakteriostatik.

Berdasarkan Sifat Spektrum Kerjanya


1. Spektrum luas (aktivitas luas) :
Antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap banyak jenis mikroba yaitu bakteri gram
positif dan gram negatif. Biasanya digunakan untuk mengobati infeksi yang belum diketahui
bakteri penyebabnya karena harus melakukan pembiakan
2. Spektrum sempit (aktivitas sempit) :
Antibiotik yang bersifat aktif bekerja hanya terhadap beberapa jenis mikroba saja, bakteri
gram positif atau gram negatif saja. Sifatnya yang selektif maka lebih aktif dalam melawan
organisme tunggal daripada antibiotik berspektrum luas.

Meskipun suatu antibiotik berspektrum luas, efektivitas kliniknya belum tentu seluas
spektrumnya sebab efektivitas maksimal diperoleh dengan menggunakan obat terpilih
untuk infeksi yang sedang dihadapi terlepas dari efeknya terhadap mikroba lain.

Penggolongan Antibiotik Berdasarkan Cara Kerjanya


1. Penghambat sintesis dinding sel, meliputi: penicillins, cephalosporins, vancomycin,
penghambat betalactamase, carbapenems, aztreonam, polymyxcin dan bacitracin;
2. Penghambat sintesis protein, meliputi: aminoglycosides (gentamicin),
tetracyclines,macrolides, chloramphenicol, clindamycin, linezolid dan streptogramins;
3. Penghambat sintesis DNA, seperti: fluoroquinolones dan metronidazole;
4. Penghambat sintesis RNA: rifampisin;
5. penghambat sintesis asam mikolat: isoniazid;
6. Penghambat sintesis asam folat: sulfonamides dan trimethoprim
Hubungan Antara Bakteri Penyebab Infeksi Gigi dengan Antibiotik
1. Bakteri Gram positif aerob yang sering dihadapi di praktik adalah bakteri Staphylococcus
dan Streptococcus. Kuman Gram positif aerob ini sensitif terhadap antibiotik golongan
penisilin, sefalosporin, dan eritromisin.
2. Bakteri Gram positif anaerob seperti Clostridium tetani dan Clostridium botulinum peka
terhadap antibiotik golongan penisilin dan metronidazol.
3. Bakteri Gram negatif aerob seperti Neisseria gonorrhoeae, Neisseria meningitidis,
Klebsiella, Enterobacter, Escherichia coli, Pseudomonas, Salmonella, dan lainnya, dapat
dilawan dengan antibiotik seperti penisilin, tetrasiklin, kloramfenikol, dan sefalosporin.
4. Bakteri Gram negatif anaerob seperti Bacterioides dan Fusobacterium dapat diberikan
linkomisin dan klindamisin, metronidazol, serta kombinasi amoksisilin asam klavulanat
adalah antibiotik yang masih sensitif terhadap kuman-kuman ini.

Indikasi Penggunaan Antibiotik dalam Kedokteran Gigi


1. Infeksi Odontogenik Akut
Penggunaan antibiotik yang dikombinasi dengan intervensi tindakan (surgical therapy)
merupakan suatu penatalaksaan yang paling bijaksana dalam infeksi odontogenik, tetapi
pemberian antibiotik pada kasus ginggivitis kronis dan abses periodontal tidak
direkomendasikan, kecuali terjadi penyebaran ke daerah lainnya.
Endodontik adalah salah satu area kesehatan gigi yang menggunakan antibiotik secara
luas dalam farmakoterapinya. Proses peradangan yang menyertai nyeri endodontik biasanya
berasal dari infeksi mikroba, tetapi juga bisa disebabkan oleh faktor mekanis atau kimiawi.
Sefalosporin golongan pertama seperti cefadroksil dan sefadril adalah antibiotik spektrum
luas yang diindikasikan untuk kasus endodontik karena memiliki penetrasi yang baik pada
jaringan tulang dan memiliki kepekaan terhadap bakteri Gram positif. Selain itu juga
digunakan klindamisin, azithromisin dan ciprofloksasin.
Abses odontogenik adalah infeksi yang melibatkan banyak bakteri meliputi berbagai
bakteri fakultatif anaerob seperti Streptococcus viridans dan Streptococcus anginosus, serta
bakteri obligat anaerob seperti spesies Prevotella dan Fusobacterium. Secara umum,
organisme yang ditemukan pada abses alveolar, abses periodontal dan pulpa nekrotik
adalah bakteri Gram positif aerob dan bakteri anaerob. Penisilin merupakan antibiotik yang
sensitif terhadap golongan kuman tersebut. Antibiotik lain yang sering digunakan untuk
mengobati abses odontogenik akut diantaranya amoksisilin, metronidazol, klindamisin
dan eritromisin. Akibat tingginya angka resistensi terhadap antibiotik, penggunaan
kombinasi Amoksisilin klavulanat lebih disukai karena spektrum kerja yang luas dan
memiliki profil farmakokinetik yang baik.
Durasi penggunaan antibiotik untuk infeksi odontogenik yang paling ideal adalah siklus
tersingkat yang mampu mencegah relaps klinis dan mikrobiologis. Sebagian besar infeksi
akan sembuh dalam waktu 3–7 hari.
2. Infeksi Non-Odontogenik
Durasi penggunaan antibiotik untuk infeksi non-odontogenik biasanya membutuhkan
waktu yang lebih lama. Peradangan non-odontogenik termasuk peradangan spesifik dari
rongga mulut, misalnya pada pasien yang menderita penyakit TBC, sifilis, dan lepra serta
peradangan nonspesifik membran mukosa, otot dan wajah, kelenjar ludah dan tulang.
Antibiotik yang banyak digunakan untuk kasus ini adalah golongan makrolida
(klindamisin) dan fluorokuinolon (ciprofloksasin, norfloksasin, dan moksifloksasin).
Antibiotik lain yang digunakan adalah klindamisin atau doksisiklin. Tuberculosis diterapi
dengan etambutol, isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan streptomisin. Penisilin G
untuk pengobatan sifilis, sedangkan klofazimin, dapson, dan rifampisin digunakan untuk
pengobatan lepra.
3. Profilaksis Infeksi
Antibiotik sebagai profilaksis digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi fokal dan
infeksi lokal. Biasanya tujuan penggunaan antibiotik sebagai profilaksis fokal infeksi adalah
sebagai pencegahan kejadian endokarditis infektif. Beberapa studi menunjukkan tindakan
pada gigi merupakan pemicu terjadinya endokarditis, terutama pada kesehatan periodontal
yang buruk. Banyak kasus endokarditis infeksi yang terjadi setelah ekstraksi gigi dan
pembedahan periodontal. Karena itu, pemberian antibiotik untuk profilaksis diindikasikan
pada pasien yang berisiko dalam hal prosedur invasif dalam rongga mulut, misalnya pasien
yang menggunakan katup jantung buatan, pasien dengan penyakit jantung kongenital,
menggunakan bahan atau alat jantung buatan, serta penerima transplantasi jantung.
Regimen standar yang digunakan untuk indikasi ini adalah amoksisilin dosis tinggi (2
gram secara oral) yang diberikan satu jam sebelum tindakan intervensi terhadap gigi
dilakukan. Pada pasien yang alergi terhadap betalaktamase dapat digunakan klindamisin
atau sefalosporin generasi pertama. Profilaksis antibiotik juga digunakan untuk mencegah
peradangan lokal dengan menghambat proliferasi dan penyebaran bakteri di dalam dan
dari luka operasi itu sendiri.
Prosedur bedah dan kondisi medis yang berkaitan dengan indikasi ini diantaranya
impaksi molar ketiga, bedah ortognatik, bedah implant, bedah periapikal, bedah tumor
jinak, dan pasien dengan kekebalan tubuh rendah. Beberapa studi memperlihatkan
bahwa pemberian antibiotik setelah berbagai tindakan bedah di atas menurunkan keparahan
nyeri dan infeksi post operasi

Pemilihan Antibiotik dengan Pertimbangan Khusus


1. Pasien Anak
Pada pasien neonatus dan anak-anak, antibiotik seperti kloramfenikol, sulfonamid, dan
aminoglikosida sebaiknya tidak diberikan karena dapat menimbulkan efek samping dan
toksisitas. Sulfonamid dapat menimbulkan kernikterus pada anak, kloramfenikol
menyebabkan terjadinya grey syndrome (sindrom abu-abu), sedangkan aminoglikosida
seperti gentamisin dapat menyebabkan gangguan filtrasi glomerulus ginjal.
2. Pasien Usia Lanjut
Penurunan fungsi ginjal pada usia lanjut merupakan perubahan farmakokinetik terpenting
karena dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi obat dalam plasma pada obat-obat yang
mengalami ekskresi di ginjal. Karena itu, pemberian obat-obat dengan eliminasi utama
melalui ginjal harus dilakukan penyesuaian dosis. Penyesuaian dosis dapat dilakukan
dengan menurunkan dosis obat atau dengan meningkatkan interval pemberian obat.
Antibiotik yang termasuk di dalamnya adalah golongan aminoglikosid, seperti streptomisin
dan gentamisin. Selain itu, antibiotik lain yang juga perlu diperhatikan adalah amoksisilin
dan penisilin G.
3. Pasien dengan Gangguan Fungsi Organ Seperti Gagal Ginjal dan Hati
Beberapa antibiotik dimetabolisme di hati dan mengalami eliminasi melalui empedu. Pasien
yang memiliki gangguan fungsi hati harus dihindari atau dibatasi pemberian antibiotik
tersebut untuk mencegah terjadinya toksisitas atau overdosis. Antibiotik tersebut
diantaranya eritromisin, klindamisin, metronidazol, dan anti tuberkulosis.
4. Pasien Ibu Hamil dan Menyusui
Pada wanita hamil dan menyusui antibiotik yang aman diberikan tanpa perlu penyesuaian
dosis adalah azithromisin, eritromisin, sefalosporin, metronidazol, dan penisilin dengan
atau tanpa kombinasi penghambat betalaktamase.

Antibiotik Profilaksis yang digunakan dalam Literature Review


“Antibiotic Prophylaxis on Third Molar Extraction: Systematic Review of Recent Data”

1. Amoksisilin
Amoksisilin adalah salah satu senyawa antibiotik golongan penisilin (beta-laktam). Obat ini
diketahui memiliki spektrum antibiotik yang luas terhadap bakteri gram positif dan gram
negatif pada manusia. Amoksisilin merupakan salah satu antibiotik yang banyak beredar di
pasaran dan banyak digunakan karena harga antibiotik golongan ini relatif murah.

Indikasi;
 Bronkitis akut. Bronkitis adalah peradangan saluran napas karena infeksi bakteri yang
menyebabkan paru-paru berlendir.
 Infeksi THT (telinga, hidung, dan tenggorokan), seperti sinus, infeksi telinga luar (otitis
eksterna), dan infeksi telinga tengah (otitis media). Amoxicillin dapat mengobati dan
mencegah bakteri Streptococcus pneumoniae dan bakteri Haemophilus influenzae yang
jadi penyebab infeksi telinga dan hidung.
 Infeksi kulit. Amoxicillin sering diresepkan untuk meredakan gejala eksim. Infeksi
bakteri menyebabkan kulit yang rentan eksim jadi gatal-gatal dan kemerahan. Namun,
obat amoxicillin tidak membunuh bakteri penyebab eksim. Obat amoxicillin yang
diresepkan biasanya berupa pil minum dan obat salep.
 Infeksi saluran kencing (ISK). ISK terjadi ketika ada bakteri yang masuk ke saluran
kencing, kandung kemih, dan ginjal. Umumnya, dokter tidak akan langsung
meresepkan antibiotik amoxicillin untuk ISK. Pemberian amoxicillin akan tergantung
dari keparahan gejala dan jenis bakteri penyebabnya.
 Dalam beberapa kasus tertentu, amoxicillin bisa dikombinasikan dengan obat lain untuk
mengobati sakit maag akibat bakteri Helicobacter pylori.
 Amoxicillin kadang juga diresepkan untuk mengobati masalah jantung, memelihara
fungsi katup jantung setelah bedah jantung, sebelum prosedur medis gigi (seperti cabut
gigi), mencegah infeksi jantung, mencegah klamidia selama kehamilan, dan mencegah
infeksi bakteri pada bayi baru lahir.
Kontraindikasi;
 Hipersensitif terhadap penisilin
 Infeksi mononucleosis
 Pasien dengan gangguan ginjal 
Sediaan; Amoksisilin tersedia dalam sediaan kapsul (125, 250, dan 500 mg), tablet
dispersible (3 g), suspensi oral (5 ml mengandung 125 atau 250 mg), dan vial sodium
amoksisilin (250 mg, 500 mg, dan 1 g) untuk administrasi parenteral.
Dosis; Dosis dewasa adalah 500-1000 mg tiap 8 jam. 20–40 mg/kg/hari dalam tiga dosis
untuk anak.
Amoksisilin dosis tinggi 2000 mg PO diberikan satu jam sebelum tindakan intervensi
terhadap gigi dilakukan dengan indikasi pada pasien yang berisiko dalam hal prosedur
invasif dalam rongga mulut, misalnya pasien yang menggunakan katup jantung buatan,
pasien dengan penyakit jantung kongenital, menggunakan bahan atau alat jantung buatan,
serta penerima transplantasi jantung.
Mekanisme Kerja; Amoksisilin menghambat pertumbuhan bakteri dengan mengganggu
reaksi transpeptidasi sintesis dinding sel bakteri. Dinding sel adalah lapisan luar yang
rigid pada setiap spesies bakteri. Dengan terhambatnya reaksi ini maka akan
menghentikan sintesis peptidoglikan dan mematikan bakteri.
Efek Samping; Reaksi hipersensitivitas seperti urtikaria, demam nyeri sendi, diare, syok
anafilaksis, ruam eritematosus, leukemia limfatik kronik dan iritasi gastrointestinal

2. Klindamisin
Klindamisin merupakan jenis antibakteri golongan linkosamid. Klindamisin merupakan jenis
antibiotika yang diindikasikan juga untuk mengobati penyakit akibat infeksi bakteri gram
positif aerob seperti Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Streptococci,
Pneumococci. Selain itu juga efektif dalam membasmi bakteri gram negatif aerob seperti;
Bacteroides fragilis, Fusobacterium species, bakteri anaerob gram positif seperti;
Propionibacterium, Eubacterium, Actinomyces species, peptostreptococci, Peptococcus,
Clostridia, dan Streptococcus grup B. Dokter gigi juga banyak menggunakan klindamisin
untuk mencegah endokarditis sebelum dilakukan tindakan pada gigi dan mulut.
Indikasi; Penanganan infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri anaerob yang sensitif.
Penanganan infeksi serius yang disebabkan oleh galur yang sensitif dari streptokokus,
penumokokus, stafilokokus.
Kontraindikasi; Riwayat hipersensitif terhadap klindamisin atau linkomisin
Sediaan; Kapsul (150 mg, 170 mg, 180.73 mg, 300 mg, 340 mg, 361,45
mg), granula kering 75 mg/5ml btl 60 ml
Dosis; Infeksi serius: 150-300 mg tiap 6 jam. Infeksi yang lebih berat: 300-450 mg tiap 6
jam.
Mekanisme Kerja; Clindamycin bekerja dengan cara mencegah sintesis protein pada
bakteri. Sintesis ini dihambat melalui ikatan terhadap subunit ribosom 50S dan 30S.
Dengan demikian, ikatan peptida tidak dapat terbentuk dan bakteri gagal menghasilkan
protein yang dibutuhkan.
Catting: Ribosom adalah organel berukuran kecil dan padat yang berperan dalam sintesis protein.
Ribosom ditemukan dalam bentuk bintik-bintik kecil pada sitoplasma (ribosom bebas) dan
menempel di retikulum endoplasma kasar (ribosom terikat). Ribosom terdiri dari dua bagian yaitu
subunit besar dan subunit kecil.
S pada ukuran ribosom adalah unit Svedberg yang mengukur tingkat sedimentasi dalam
sentrifugasi, bukan ukuran besar kecilnya. Itulah mengapa ukuran kedua subunit jika dijumlahkan
tidak sama dengan ukuran ribosom. Misalnya ribosom prokariotik 70S terdiri dari subunit 50S
dan subunit 30S.
Efek Samping; yang terjadi biasanya trombositopenia, anafilaksis, esofagitis, mual
muntah, ruam dan jaundice. Gangguan fungsi hati dan neutropenia kadang terjadi. Diare
berat dan pseudomembran colitis karena Clostridium difficile dapat pula terjadi. 43,44
Sehingga klindamisin tidak boleh diberikan pada pasien colitis dan harus hati-hati pada
pasien dengan gangguan hepar dan ginjal
3. Ceftazidime
Ceftazidime merupakan antibiotika sefalosporin semisintetik yang bersifat bakterisidal.
Didasarkan pada spektrum aktivitasnya yang luas, ceftazidime umumnya diklasifikasikan
sebagai sefalosporin generasi ketiga.
Sediaan; Serbuk injeksi
Dosis; Orang dewasa untuk Endocarditis, bisa menggunakan dosis 2000 mg infus tiap 8
jam. Pengobatan mungkin perlu dilakukan selama 6 pekan atau lebih, tergantung dari
tingkat infeksi.
Mekanisme Kerja; Ceftazidime bekerja dengan menghambat enzim yang bertanggung
jawab terhadap pembentukan dinding sel bakteri tersebut. Ceftazidime dapat
mempengaruhi mikroorganisme dalam range/spektrum yang luas, termasuk bakteri yang
resisten (kebal) terhadap antibiotik yang sering digunakan secara luas
seperti Gentamicin dan antibiotik golongan Aminoglikosid lainnya. Selain itu,
Ceftazidime sangat stabil terhadap sebagian besar beta-laktamase. Beta-laktamase adalah
enzim yang dihasilkan oleh bakteri untuk menghancurkan antibiotik sehingga antibiotik
tidak dapat bekerja.  Ceftazidime juga aktif terhadap beberapa bakteri yang resisten
terhadap antibiotik Ampisilin dan antibiotik golongan Cephalosporin lainnya
Efek Samping; Tinja berair atau berdarah, kram perut, atau demam selama perawatan atau
hingga dua bulan atau lebih setelah menghentikan pengobatan. Pembengkakan wajah,
tenggorokan, lidah, bibir, dan mata, kesulitan menelan atau bernapas, suara serak, gatal,
kulit yang mengelupas, melepuh, kejang dan lainnya. 
4. Levofloksasin
Levofloksasin adalah antibiotik sintetik berspektrum luas yang berasal dari golongan
fluorokuinolon. Antibiotik ini memiliki efek antibakterial dengan spektrum luas, aktif
terhadap bakteri gram positif dan gram negatif yang sangat peka, diantaranya bakteri
Streptococcus pneumonia, spesies Enterococcus,Mycoplasma, dan Chlamydia.
Sediaan; Tablet, sirup dan injeksi
Dosis; Obat ini mempunyai sediaan tablet 250 mg dan 500 mg dengan dosis perhari
secara oral sebanyak 1 kali sehari 250 mg dan 500 mg serta sediaan infus 500 mg/100 mL
dengan dosis perhari secara parenteral sebanyak 1 kali 500 mg IV tiap 24 jam
Mekanisme Kerja; levofloksasin yang utama adalah dengan menghambat enzim DNA
gyrase, sehingga mengakibatkan kerusakan rantai DNA. DNA gyrase (topoisomerase II)
merupakan enzim yang sangat diperlukan bakteri untuk memelihara struktur superheliks
DNA, juga diperlukan untuk replikasi, transkripsi, dan perbaikan DNA.
Efek Samping; mual, muntah, sakit kepala, pusing dan lain-lain.
5. Co-Amoxiclaf
Co Amoxiclav adalah obat kombinasi antara amoxicillin dan asam klavulanat yang digunakan untuk
mengatasi infeksi akibat bakteri yang sudah resisten terhadap amoxicillin tunggal. Gabungan dua
jenis obat ini membuat co amoxiclav dapat membasmi lebih banyak jenis bakteri. Resistensi bakteri
terhadap amoxicillin terjadi akibat luasnya penggunaan antibiotik tipe penisilin. Hal ini
terjadi karena bakteri memiliki mekanisme pertahanan dengan cara memproduksi zat kimia
yang disebut beta-laktamase, inilah enzim yang dapat menetralisir kerja antibiotik tipe
penisilin. Atas alasan inilah digunakan asam klavulanat yang merupakan zat penghambat
beta-laktamase, sehingga menghambat bakteri dalam menghentikan amoxicillin. Oleh karena
itu, co amoxiclav dapat membunuh bakteri yang resisten atau kebal terhadap amoxicillin.
Sediaan; tablet, sirup dan injeksi
Dosis; Dosis lazim dewasa: 500 mg diminum 2 kali sehari atau 250 mg tablet diminum 3
kali sehari. Dosis untuk infeksi parah atau infeksi pada saluran pernapasan: 875 mg 2 kali
sehari atau 500 mg tablet 3 kali sehari.
Mekanisme Kerja; Cara kerja co amoxiclav merupakan gabungan kerja antara amoxicillin
dengan asam klavulanat. Amoxicillin bekerja dengan cara menghancurkan peptidoglikan yang
merupakan pelindung dinding sel bakteri. Saat bakteri membelah diri, amoxicillin bekerja
menghambat pembentukan peptidoglikan sehingga bakteri mengalami lisis dan mati. Sementara
itu asam klavulanat merupakan substansi yang dapat menghambat pembentukan beta-
laktamase yang diproduksi bakteri untuk melindungi dirinya dari serangan antibiotik tipe
penisilin seperti amoxicillin. Gabungan amoxicillin dan asam klavulanat ini membuat co
amoxiclav ampuh mengatasi serangan bakteri dari berbagai jenis termasuk juga bakteri
yang resisten terhadap amoxicillin.
Efek Samping; Disfungsi hati, clostridium difficlie, ruam kulit dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai