Anda di halaman 1dari 16

EBNP pada Meningitis

KELOMPOK 11
FEBI SAGITARIA
WULANDARI ASTAGINA
FADHIL AKBAR
INTAN OLIVIA RISCA
Uraian Masalah

Di rumah sakit dapat ditemukan beberapa pasien yang


mengalami meningitis. Pengobatan untuk penyakit ini banyak
macamnya, salah satunya adalah terapi antibiotic
empiric.Antibiotik adalah zat biokimia yang diproduksi oleh
mikroorganisme, yang dalam jumlah kecil dapat menghambat
pertumbuhan atau membunuh 2 pertumbuhan mikroorganisme
lain (Harmita et al., 2008). Antibiotik termasuk obat keras yang
dipakai untuk mengobati penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri. Antibiotik tidak akan efektif untuk mengobati penyakit
yang disebabkan oleh virus (Ramadhan, 2015). Penggunaan
antibiotik yaitu digunakan untuk mengobati berbagai jenis
infeksi yang disebabkan oleh kuman atau untuk prevensi infeksi,
misalnya pembedahan besar (Tjay and Rahardja, 2007).
Lanjutan…

Penggunaan antibiotik pada terapi empiris


dimaksudkan adalah penggunaan antibiotik pada
kasus infeksi yang jenis bakteri penyebabnya belum
diketahui, diharapkan dengan penggunaan antibiotik
pada terapi empiris ini dapat menghambat
pertumbuhan bakteri yang diduga menjadi penyebab
kasus infeksi sebelum diperoleh hasil pemeriksaan
mikrobiologi
Pertanyaan Klinik

Pada pasien yang mengalami retensi urine apakah


pengaruh dari bladder training terhadap
kemampuan berkemih ?

Menentukan PIO / PICO /PICOT


 
P :Pasien Anak Dengan Meningitis Bakteri
I : Evaluasi Terapi Antibiotik Empirik
O : Clinical Outcome
Kata Kunci
EBNP 1 (Evaluasi Terapi Antibiotik Empirik Terhadap Clinical
Outcome pada Pasien Anak Dengan Meningitis Bakteri di
Bangsal Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 2010-2015)
antibiotic empiric, clinical outcome, meningitis bakteri

Pembahasan Artikel Penelitian


EBNP: Evaluasi Terapi Antibiotik Empirik Terhadap Clinical
Outcome pada Pasien Anak Dengan Meningitis Bakteri di
Bangsal Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 2010-2015
Kesimpulan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi ketepatan


antibiotic untuk terapi empiric pada kasus meningitis bakteri
dengan mempertimbangkan farmakokinetika dan
farmakodinamik antibiotic.Penelitian ini menggunakan
rancangan penelitian diskriptif observasional dengan desain
retrospektif untuk melakukan evaluasi penggunaan antibiotic
empiric serta clinical outcomepasien. Pengumpulan data
dilakukan secara retrospektif terhadap rekam medis pasien
anak dengan diagnosa meningitis bakteri di bangsal rawat inap
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 1 Januari 2010 sampai 31
Desember 2015. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi
sebanyak 25 pasien dievaluasi ketepatan antibiotiknya
Critical Appraisal

Jurnal
Evaluasi Terapi Antibiotik Empirik Terhadap
Clinical Outcome pada Pasien Anak Dengan
Meningitis Bakteri di Bangsal Rawat Inap RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta 2010-2015
1. Why was this study Done?

a. Pemaparan masalah penelitian pada penelitian ini sudah dijelaskan pada


pendahuluan, Kasus meningitis bakteri di Indonesia mencapai 158/100,000
kasus pertahun, dengan etiologi Haemophilus influenza tipe b (H. influenza)
16/100.000 dan bakteri lain 67/100.000 (Alam, 2011). pasien meningitis bakteri
khususnya pada anak perlu mendapatkan terapi yang optimal mengingat pasien
dapat mengalami komplikasi berupa kerusakan pada otak (Prasad dkk., 2007).
Ketersediaan antibiotik saat ini telah terjamin, namun meningitis bakteri tetap
memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi
b. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi ketepatan antibiotic
untuk terapi empiric pada kasus meningitis bakteri dengan
mempertimbangkan farmakokinetika dan farmakodinamik
antibiotic.
c. Peneliti sudah menuliskan dengan jelas tujuan dilakukan penelitian
d. Kata kunci yang digunakan peneliti sudah sesuai
e. Fakta dan teori dituliskan kutipannya. Sehingga meningkatkan nilai
kebenarannya.
2. What is Sample Size

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 25


sampel yang sudah mengalami proses seleksi dan
memenuhi kriteria inkulsi.
Peneliti menggunakan teknik sampling Non
probability sehingga hasilnya bisa digeneralisasikan
dan diharapkan dapat diterapkan sebagai terapi.
3. Are the measurements of major variables valid & reliable?

Intrumen yang digunakan untuk penilaian variabel


sudah valid/tepat. Instrumen yang digunakan
reliable/mampu menampilkan/memberikan makna
yang sama ketika digunakan oleh semua responden
4. How Are The Data Analyzed

Analisis statistik menggunakan uji Wilcoxon Sign


Rank Test dengan tingkat kemaknaan (α) 0,05. Jenis
uji statistik dengan desain penelitian sudah sesuai
sehingga meningkatkan nilai kebenarannya
4. Were there any untoward events during the conduct of the study?

Persetujuan diperoleh dari komite etika Rumah Sakit / Instansi


terkait studi. Seorang peneliti menjelaskan penelitian ini kepada
calon peserta, dan informed consent tertulis telah diperoleh
sebelumnya. Identitas pribadi subjek dilindungi karena semua
data diidentifikasi hanya berdasarkan jumlah kasus, sehingga
kerahasiaan terjamin. Mereka diberi kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan, dan diberi tahu bahwa mereka dapat
menarik diri dari penelitian ini kapan pun tanpa efek samping
pada perawatan mereka selanjutnya. Semua hasil untuk
penelitian ini dilaporkan sebagai agregat. Selain itu, jika subjek
mendeteksi efek merugikan dari terapi antibiotik empirik yang
tidak diinginkan atau tidak diantisipasi, maka intervensi segera
dihentikan.
6. How do the results fit with previous research in the area?

a. Penelitian ini memiliki beberapa kekuatan metodologis.


Sampel Direkrut Langsung Dari Rumah Sakit. Tingkat
Tindak Lanjut Sangat Bagus, Dengan 100% Subjek Di semua
responden Memberikan Data Pada Intervensi 5 tahun.
b. Peneliti melakukan pengukuran sebelum melakukan
intervensi kemudian memberikan intervensi dan melakukan
penilaian kembali data variabel independen (Terapi
Antibiotik Empirik)) dan dependen (Clinical Outcome).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien anak
dengan diagnose meningitis bakteri di bangsal rawat inap
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 1 Januari 2010 sampai
31 Desember 2015. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi.
7. What does this research mean for clinical practice?

Dari semua komponen tersebut, terlihat bahwa


pemberian antibiotic empiric dengan ampisilin dan
kloramfenikol tidak semua mengalami perbaikan
kondisi. Sefotaksim digunakan untuk meningitis
bakteri karena Staphylococcus, Streptococcus dan
E.coli.\
Bagaimanapun, karena ukuran sampel yang kecil, kita
bisa menganggapnya sebagai studi pendahuluan, dan
penelitian lanjutan harus dilanjutkan dengan
merekrut lebih banyak sampel penelitian
Intervensi

Intervensi dini terhadap paresis fasialis ini dapat memberikan


perbaikan fungsi nervus yang optimal. Durasi paresis yang lama
menyebabkan penurunan fungsi nervus yang berat dan penurunan
keberhasilan operasi. Pasien OMSK dengan paresis nervus fasialis
harus dioperasi segera

Pasien dalam kasus ini menjalani operasi timpani mastoidektomi


setelah tiga minggu terjadinya paresis nervus fasialis. Evaluasi yang
dilakukan pasca operasi memperlihatkan perbaikan yang optimal.
Hal ini menunjukkan paresis nervus fasialis yang reversible pada
pasien. Fungsi nervus fasialis dapat kembali baik setelah dilakukan
eradikasi infeksi dan kolesteatom. Tujuan lain dari operasi timpano
mastoidektomi pada pasien OMSK disamping eradikasi kuman dan
pencegahan komplikasi lebih lanjut adalah perbaikan fungsi
pendengaran. Hal tersebut tidak bisa dibahas lebih jauh pada laporan
kasus ini karena tidak ada pemeriksaan audiometri awal
Kesimpulan

Diagnosis dini dan penatalaksanaan segera


merupakan kunci keberhasilan penatalaksanan
OMSK dengan komplikasi. Kombinasi pemberian
antibiotik dan tindakan bedah adalah modalitas
utama dalam penatalaksaan OMSK dengan
komplikasi. Penanganan yang cepat dan tepat
terhadap kasus OMSK dengan komplikasi dapat
menurunkan morbiditas dan mortalitas

Anda mungkin juga menyukai