Abstrak
Pemberian antibiotik prabedah dan pascabedah telah digunakan secara luas untuk menghindari dan
menangani infeksi pada daerah pembedahan. Penggunaan antibiotik harus dievaluasi melalui program
evaluasi penggunaan obat (EPO) untuk menjamin penggunaan obat yang rasional. EPO antibiotik ini
dilakukan berdasarkan pada kriteria penggunaan obat yang telah ditetapkan, menggunakan studi data
retrospektif dari bulan September sampai dengan November tahun 2009 untuk seluruh pasien bedah di
salah satu rumah sakit swasta di Bandung. Telah dilakukan pemberian antibiotik sebanyak 1290 dosis
yang terdiri atas pemberian antibiotik prabedah sebanyak 94 dosis dan pemberian antibiotik pascabedah
sebanyak 1196 dosis. Telah terjadi ketidaktepatan penggunaan antibiotik yang terdiri atas ketidaktepatan
indikasi sebesar 0,39%, dosis berlebih dan dosis kurang pada pemberian antibiotik pascabedah berturut-
turut sebesar 2,26% dan 0,50%, ketidaktepatan waktu pemberian antibiotik prabedah sebesar 22,34%,
interaksi obat sebesar 1,78% yang terdiri atas 0,46% interaksi farmakokinetik dan 1,31% interaksi
farmakodinamik, serta duplikasi antibiotik sebesar 0,46%. Dapat disimpulkan bahwa terjadi beberapa
ketidaktepatan penggunaan antibiotik. Ketidaktepatan yang paling besar terjadi pada ketidaktepatan
waktu pemberian antibiotik prabedah. Dibutuhkan peran serta apoteker rumah sakit sebagai bagian dari
upaya peningkatan ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien bedah.
Korespondensi: Zulfan Zazuli, S. Farm., Apt., Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung, Bandung, Indonesia,
email: zulfanzazuli@yahoo.com
Naskah diterima: 18 Mei 2014, Diterima untuk diterbitkan: 21 September 2014, Diterbitkan: 1 Juni 2015
87
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 2, Juni 2015
88
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 2, Juni 2015
metode yang direkomendasikan oleh World serta resume medis yang ditulis oleh dokter.
Health Organization (WHO) dalam Drug Data dihitung secara kuantitatif untuk
and Therapeutics Committees: A Practical menentukan jumlah pasien serta jumlah
Guide.9 Kriteria dalam menilai ketepatan pemberian. Jumlah pemberian adalah total
penggunaan obat yang digunakan meliputi jumlah dosis yang diberikan kepada pasien.
indikasi, kontraindikasi, dosis, efek samping, Data yang telah diorganisasi lalu dilakukan
serta interaksi obat.9,10 Kriteria ketepatan analisis dengan cara membandingkan data-
penggunaan obat ditetapkan untuk menilai data di lapangan dengan kriteria ketepatan
ketepatan penggunaan obat, yaitu berbagai dalam penggunaan obat yang telah ditetapkan
unsur atau syarat penggunaan obat tertentu sebelumnya. Metode analisis statistik yang
yang telah ditetapkan terlebih dahulu dan digunakan yaitu deskriptif untuk mengukur
digunakan sebagai acuan untuk mengevaluasi frekuensi, rerata, median, modus, dan
atau mengukur komponen mutu pelayanan persentil dari setiap variabel. Data dianalisis
atau penggunaan obat tertentu.10 Kriteria menggunakan software Microsoft Excel 2007.
ini disadur dari berbagai pustaka, antara
lain American Hospital Formulary Service Hasil
(AHFS) Drug Information 2008, Stockleys
Drug Interaction, The United States Jumlah subjek penelitian periode September
Pharmacopoeia Drug Information (USP hingga November 2009 yaitu sebanyak 136
DI) 2007, Lexi-Comps Drug Information orang. Mayoritas subjek berjenis kelamin
Handbook 2008, dan Drug Facts & wanita (93 orang; 68,38%) dan (43 orang;
Comparison 2009. 31,62%) berjenis kelamin pria. Sebanyak 124
Data sekunder dikumpulkan dari rekam orang (91,18%) masuk ke dalam kelompok
medis pasien. Jenis data yang diambil dari usia dewasa sedangkan (12 orang; 8,82%)
rekam medis meliputi lembar biodata pasien, merupakan kelompok usia geriatri.
lembar pemeriksaan, dan lembar laporan Subjek didiagnosis dengan menggunakan
operasi yang ditulis oleh dokter, lembar klasifikasi dalam ICD-10. Tiga besar diagnosis
pemberian obat yang ditulis oleh perawat, pada subjek yaitu pada kategori diagnosis
89
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 2, Juni 2015
kehamilan, kelahiran, dan juga puerperium pascabedah yang berkepanjangan. Hal ini
sebanyak 61 orang (44,83%), penyakit sistem didukung pula oleh hasil tes laboratorium 6
digestif dan penyakit sistem genitourinari dari 13 pasien tersebut yang menunjukkan
masing-masing sebanyakk 22 orang (16,17%). nilai leukosit yang melebihi standar normal
Berdasarkan lama perawatan, mayoritas sehingga memperjelas status pasien yang
pasien (117 dari total 136 orang pasien atau mengalami infeksi pascabedah.
sebanyak 86,03%) dirawat selama kurang Berdasarkan hasil terapi, mayoritas pasien
dari 7 hari. Sebanyak 12 pasien (8,82%) (121 dari total 136 pasien atau sebanyak
dirawat selama 814 hari dan 1 pasien selama 88,97%) dinyatakan sembuh dan masing-
1521 hari. Sebanyak 6 pasien (4,41%) tidak masing sebanyak 1 pasien (0,73%) dinyatakan
dapat ditentukan lama perawatannya karena belum sembuh dan meninggal. Sebanyak 13
rekam medik pasien yang bersangkutan tidak pasien (9,56%) tidak dapat ditentukan hasil
dapat diakses. Dari 13 pasien dengan lama terapi karena hasil terapi tidak tertulis pada
perawatan 821 hari, sebanyak 10 pasien Ringkasan Laporan Kepulangan Pasien atau
selalu menerima antibiotik hingga hari terakhir rekam medik tidak dapat diakses.
perawatan. Data ini dapat memunculkan Sebagian besar pasien bedah yaitu sebesar
indikasi bahwa pasien mengalami perawatan 29,37% tidak menerima antibiotik prabedah.
inap di atas 7 hari karena terjadinya infeksi Keputusan ini mungkin untuk diambil karena
Tabel 2 Jumlah Pasien yang Menerima Antibiotik Profilaksis Bedah berdasarkan Nama Obat
dan Saat Pemberian
Prabedah Pascabedah
Kelas Antibiotik
% %
Generasi 1 Sefadroksil - - 23 9,54
Sefradin - - 1 0,41
Generasi 2 Sefprozil - - 2 0,82
Sefalosporin Sefiksim - - 6 2,49
Sefoperazon 5 3,50 6 2,49
Generasi 3 Sefotaksim 22 15,38 36 14,94
Seftazidim 2 1,40 1 0,41
Seftriakson 20 13,99 40 16,60
-laktam lainnya Karbapenem Meropenem 2 1,40 2 0,82
Penisilin Aminopenisilin Amoksisilin 11 7,69 16 6,64
Amoksisilin asam - - 14 5,81
klavulanat
Sulbenisilin 22 15,38 23 9,54
Quinolon Siprofloksasin - - 10 4,15
Levofloksasin - - 12 4,98
Antibakteri Linkosamid Klindamisin 3 1,24
Lainnya Metronidazol 10 6,99 35 14,52
Tidak Mendapatkan Antibiotik 42 29,37 4 1,66
Tidak Diketahui* 7 4,89 7 2,90
Jumlah Pasien** 143 100 241 100
Keterangan : % = Persentase jumlah pasien dihitung terhadap total jumlah pasien
*Tidak diketahui karena rekam medik tidak dapat diakses.
**Jumlah pasien lebih besar dari data awal, artinya ada pasien yang mendapatkan lebih dari satu jenis antibiotik prabedah.
90
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 2, Juni 2015
sebagian besar operasi adalah prosedur bersih profilaksis prabedah (77,66%) menggunakan
yang memilki resiko infeksi operatif rendah. antibiotik nongenerik dan hanya sebanyak 21
Namun sebagian besar dari pasien yang tidak kali pemberian (22,34%) yang menggunakan
menerima profilaksis prabedah tersebut tetap antibiotik generik. Sebanyak 854 dari total
menerima antibiotik pascabedah sebagai 1196 kali pemberian antibiotik profilaksis
profilaksis pada infeksi pascabedah. Hanya pascabedah (71,40%) yang menggunakan
3 orang pasien dari populasi tersebut yang antibiotik nongenerik dan hanya sebanyak 342
tidak menerima antibiotik prabedah maupun kali pemberian (28,59%) yang menggunakan
pascabedah. Hal ini dikarenakan ketiga pasien antibiotik generik.
hanya menjalani prosedur curettage yang Berdasarkan dari rute pemberian, seluruh
tidak membutuhkan antibiotik profilaksis. antibiotik profilaksis prabedah (sebanyak 94
Curettage adalah prosedur memotong atau kali pemberian) diberikan secara parenteral
mengambil jaringan dari organ yang cekung karena profilaksis preoperatif harus segera
(misal: uterus) untuk keperluan pemeriksaan.1 mencapai konsentrasi serum puncak ketika
Berikut adalah data kuantitatif penggunaan proses pembedahan dimulai. Rute parenteral
antibiotik yang digunakan untuk mengetahui merupakan rute yang paling memungkinkan
rincian pola penggunaan antibiotik pada senyawa obat untuk mencapai konsentrasi
subjek penelitian pada periode September serum puncak dalam waktu yang cepat karena
hingga November 2009 (Tabel 2). Berdasarkan prosesnya tidak melalui proses absorpsi.
status generik ataupun nongenerik, sebanyak Senyawa obat tidak melewati barier fisik
73 dari total 94 kali pemberian antibiotik seperti yang dialami ketika menggunakan
91
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 2, Juni 2015
Tabel 4 Jumlah Ketepatan Penggunaan Antibiotik pada Seluruh Pasien Bedah berdasarkan
Jumlah Pemberian Antibiotik
Aspek evaluasi %
Ketepatan indikasi Tepat 1285 0,39
Tidak tepat 5 99,61
Total 1290 100
Dosis tepat 1163 97,24
Ketepatan dosis Dosis kurang 6 0,50
Dosis lebih 27 2,26
Total 1290 100
Tepat 73 77,66
Ketepatan waktu pemberian antibiotik parenteral Terlalu dini 21 22,34
Total 94 100
Keterangan: %=Persentase jumlah pemberian dihitung terhadap total jumlah pemberian
92
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 2, Juni 2015
93
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 2, Juni 2015
sefazolin terlingkupi oleh seftriakson.21 flora yang lebih resisten dan meningkatkan
Dengan efektivitas yang tidak jauh berbeda, superinfeksi yang disebabkan oleh galur
harga dari sefalosporin generasi ke-3 lebih yang resisten terhadap antibiotik. Profilaksis
murah daripada generasi ke-1 di pasaran harus dibatasi untuk prosedur operasi atau
Indonesia.22,23 HET (Harga Eceran Tertinggi) digunakan bila terdapat data yang mendukung
dari sefalosporin generasi ke-3 (seftriakson, penggunaan antibiotik.12 Sebagian besar hasil
sefotaksim, seftazidim, dan sefoperazon) tes laboratorium pasien bedah menunjukkan
jauh lebih rendah apabila dibandingkan angka leukosit di atas standar normal, baik
dengan sefazolin, walaupun kedua golongan praoperasi maupun pascaoperasi. Data ini
sefalosporin tersebut telah tersedia dalam dapat dijadikan acuan bagi dokter untuk
bentuk generik. Namun terdapat dampak buruk dapat melanjutkan penggunaan antibiotik
jangka panjang yang dapat dimunculkan dari pada pasien bedah. Antibiotik pascabedah
kebijakan ini yaitu besarnya kemungkinan yang dipilih harus memiliki spektrum kerja
percepatan laju resistensi mikrob terhadap yang lebih spesifik terhadap bakteri infektor.
antibiotik sefalosporin. Antibiotik profilaksis di rumah sakit ini
Amoksisilin (persentase penggunaan digunakan sebagai terapi empiris. Antibiotik
11,70%) dan sulbenisilin (23,40%) dipilih profilaksis merupakan terapi empirik ketika
sebagai antibiotik profilaksis preoperatif terjadi risiko infeksi meningkat yang ditandai
pada pasien yang mengalami prosedur sesar oleh penemuan intraoperatif. Terapi empirik
karena penisilin memeliki spektrum aktivitas juga digunakan pada pasien kritis yang
terhadap bakteri yang kemungkinan besar potensial teridentiifkasi mengalami infeksi
menginfeksi pasien bedah sesar. Bakteri- dan munculnya sepsis parah atau septic
bakteri tersebut yaitu basil enterik gram- schock. Terapi empirik harus dibatasi dalam
negatif, enterococci, dan juga streptococci jangka waktu yang singkat (3 hingga 5 hari)
grup-B.15,17 Amoksisilin dan ampisilin dan harus segera dibatasi berdasarkan data
memiliki spektrum yang identik dan aktivitas mikrobiologis (misal dengan kultur positif)
yang sama kuat, akan tetapi amoksisilin lebih dan perbaikan data klinik pasien.26
aktif secara in vitro terhadap enterococci Ketidaktepatan pada waktu pemberian
dan Salmonella tetapi kalah aktif apabila antibiotik prabedah terjadi pada 21 pemberian
dibandingkan ampisilin terhadap Shigella (22,34%). Sebagian besar kasus ini terjadi
dan Enterobacter.15 Penggunaan ampisilin akibat mundurnya jadwal pembedahan yang
dan sefalosporin generasi ke-1 memiliki sebelumnya telah ditetapkan kamar operasi.
efikasi yang sebanding dalam menurunkan Studi menunjukkan bahwa ketepatan waktu
resiko infeksi postoperatif prosedur sesar.24 pada pemberian antibiotik profilaksis penting
Sebagian besar jenis antibiotik yang untuk mengoptimalkan kerja antibiotik
diresepkan saat prabedah kembali diresepkan dalam menurunkan risiko terjadinya SSI.27,28
oleh dokter untuk profilaksis pascabedah. Pengaturan waktu pemberian antibiotik,
Pemberian antibiotik jangka panjang setelah terutama pada prosedur pembedahan bersih-
prosedur pembedahan tidak terjamin dan terkontaminasi atau potensial terkontaminasi
potensial berakibat buruk. Tidak ada data menjadi sangat penting untuk memastikan
yang menunjukkan bahwa insidensi infeksi konsentrasi bakterisid obat tercapai dalam
pada luka bedah menurun jika penggunaan serum dan jaringan tepat ketika torehan
antimikroba dilanjutkan setelah hari operasi.25 pembedahan dilakukan. Konsentrasi terapi
Selain tidak begitu signifikan, penggunaan di obat dalam serum dan jaringan harus terus
atas 24 jam dapat mempercepat perkembangan dikontrol hingga beberapa jam setelah torehan
94
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 2, Juni 2015
ditutup. Pada sebagian besar pembedahan, sebesar 0,46%. Dibutuhkan peran serta
dosis tunggal IV yang diberikan tidak lebih dari apoteker rumah sakit sebagai bagian dari upaya
30 menit sebelum penorehan menyediakan upaya peningkatan ketepatan dan rasionalitas
konsentrasi jaringan yang cukup selama penggunaan antibiotik pada pasien bedah.
rentang waktu dalam prosedur pembedahan.15
Interaksi farmakokinetik terjadi antara Daftar Pustaka
obat metronidazol dan diosmin sedangkan
interaksi farmakodinamik dapat terjadi 1. Bateman H, Hillmore R, Jackson D,
antara siprofloksasin dengan obat-obatan Lusznat S, McAdam K, Regan C.
Anti-Inflamasi NonSteroid (AINS), termasuk Dictionary of medical terms. 4th edition.
dengan asam mefenamat. Kasus interaksi A & C Black Publishers Ltd.: London;
yang terjadi pada penelitian ini tidak memiliki 2005.
signifikansi klinik, baik berdasarkan pustaka 2. National Collaborating Centre for
maupun berdasarkan laporan dalam rekam Womens and Childrens Health. Surgical
medik karena interaksi ini tidak terbukti site infection : prevention and treatment
memunculkan efek merugikan bagi pasien. of surgical site infection. RCOG Press:
Keterbatasan pada penelitian ini adalah London; 2008.
desain penelitian yang menggunakan data 3. ASHP Therapeutic Guidelines. Clinical
retrospektif sehingga bias informasi sangat practice guidelines for antimicrobial
mungkin terjadi. Perlu dilakukan evaluasi prophylaxis in surgery. American Society
dalam penggunaan antibiotik secara konkuren of Health-System Pharmacists, Inc;2013.
sehingga intervensi untuk perbaikan terapi 4. Hicks WE. Practice standards of ASHP
dapat segera dilakukan apabila ditemukan 19941995. American Society of Hospital
ketidaktepatan dalam penggunaan antibiotik Pharmacist Inc.: Bethesda; 1994.
selama pasien masih dirawat di rumah 5. Hing WC, Yeoh TT, Yeoh SF, Lin RT,
sakit. Selain itu, pada penelitian ini tidak Li SC. An evaluation of antimicrobial
diambil data jumlah pasien yang mengalami prophylaxis in paediatric surgery and its
infeksi pascapembedahan. Penelitian sejenis financial implication. J Clin Pharm Ther.
sebaiknya menyertakan data jumlah pasien 2005;30(4):37181. doi: 10.1111/j.1365-
yang mengalami infeksi pascapembedahan 2710.2005.00659.x
sehingga efektivitas penggunaan antibiotik 6. Al-Momany NH, Al-Bakri AG,
profilaksis bedah dapat dinilai. Makahleh ZM, Wazaify MM. Adherence
to international antimicrobial prophylaxis
Simpulan guidelines in cardiac surgery: a Jordanian
study demonstrates need for quality
Terjadi ketidaktepatan dalam penggunaan improvement. J Manag Care Pharm.
antibiotik yang terdiri atas ketidaktepatan 2009;15(3):26271.
indikasi sebesar 0,39%, dosis berlebih dan 7. Vessal G, Namazi S, Davarpanah MA,
dosis kurang pada pemberian antibiotik Foroughinia F. Evaluation of prophylactic
pascabedah berturut-turut sebesar 2,26% antibiotic administration at the surgical
dan 0,50%, ketidaktepatan waktu pemberian ward of a major referral hospital, Islamic
antibiotik prabedah sebesar 22,34%, interaksi Republic of Iran. East Mediterr Health J.
obat sebesar 1,78% yang terdiri atas 0,46% 2011;17(8):6638.
interaksi farmakokinetik dan 1,31% interaksi 8. Herfindal ET, Gourley DR. Textbook
farmakodinamik, serta duplikasi antibiotik of therapeutics drug and disease
95
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 2, Juni 2015
96
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 2, Juni 2015
97