Anda di halaman 1dari 23

Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, Maret 2019 Tersedia online pada:

Vol. 8 No. 1, hlm 58–71 http://ijcp.or.id


ISSN: 2252–6218 DOI: 10.15416/ijcp.2019.8.1.58
Artikel Penelitian

Kajian Penggunaan Antibiotik pada Neonatus Intensive Care Unit di


Sebuah Rumah Sakit Pemerintah di Surabaya
Felix Hidayat1, Adji P. Setiadi1,2, Eko Setiawan1,2
Departemen Farmasi Klinis dan Komunitas, Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya,
1

Surabaya, Indonesia, 2Pusat Informasi Obat dan Layanan Kefarmasian (PIOLK), Fakultas
Farmasi, Universitas Surabaya, Surabaya, Indonesia

Abstrak
Penggunaan antibiotik menjadi salah satu terapi yang banyak diberikan pada bayi di Neonatal Intensive
Care Unit (NICU). Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui profil dan mengkaji biaya, ketepatan
dan ketercampuran atau kompatibilitas penggunaan antibiotik pada pasien di NICU salah satu rumah
sakit pemerintah di Surabaya dalam kurun waktu November–Desember 2015. Penelitian ini merupakan
penelitian potong lintang yang dilakukan secara prospektif dengan memanfaatkan data rekam medis
sebagai sumber data utama. Seluruh informasi yang diperoleh dari pasien NICU yang menggunakan
antibiotik dan masuk dalam kriteria inklusi dan eksklusi dianalisis secara deskriptif. Total 32 orang
pasien dilibatkan dalam penelitian ini. Penggunaan antibiotik terdiri dari 25 kali penggunaan antibiotik
tunggal dan 14 kali penggunaan antibiotik kombinasi. Ampisilin merupakan antibiotik tunggal yang
paling banyak digunakan, sedangkan penggunaan antibiotik kombinasi terbanyak adalah penggunaan
kombinasi ampisilin dan gentamisin. Dari total seluruh pasien, hanya terdapat 13 pasien dengan diagnosis
infeksi dan hanya 2 pasien (15,38%) yang mendapat terapi antibiotik yang tepat. Proses pergantian
terapi didominasi oleh proses de-eskalasi yaitu sebesar 44,44%. Berdasarkan analisis kompatibilitas,
terdapat banyak pencampuran sediaan antibiotik intravena yang tidak dapat diklasifikasikan compatible
atau not compatible akibat tidak tersedianya informasi terkait kompatibilitasnya. Biaya penggunaan
antibiotik yang harus dikeluarkan pasien rata-rata sebesar Rp265.252,00 (min–max= Rp16.100,00 s.d.
Rp2.091.590,00). Ketepatan penggunaan antibiotik di ruang NICU perlu ditingkatkan sebagai upaya
untuk meminimalkan risiko dampak negatif khususnya peningkatan biaya dan risiko resistensi.

Kata kunci: Biaya antibiotik, kajian penggunaan antibiotik, kompatibilitas, neonatal intensive care unit

Antibiotics Utilization Review in a Neonate Intensive Care Unit


of a Public Hospital in Surabaya
Abstract
Antibiotic is frequently used in the Neonatal Intensive Care Unit (NICU). The aim of this study was to
identify the usage pattern and to review the cost, appropriateness, and compatibility of antibiotics given
to the patients in the NICU of one public hospital in Surabaya during November to December 2015. This
was a cross-sectional study using medical record as the main source of the data. All information about
eligible patients receiving antibiotics in the NICU was analysed descriptively. A total of 32 patients
was involved in this study. The antibiotics utilization profile consisted of 25 single and 14 combination
therapy. Ampicillin and ampicillin-gentamycin were found as the most frequently used in the single and
combination therapy, consecutively. From all patients received antibiotics, 13 patients had confirmed
with infections problem and only 2 patients (15.38%) received appropriate antibiotics therapy. From
all therapeutic modification made, 44.44% was de-escalation. According to the compatibility analysis,
lots of antibiotic intravenous admixtures in this research could not be clearly identified as compatible
or not compatible because no information was available. The average cost of antibiotics per patient was
IDR 265,252 (range IDR 16,100 to IDR 2,091,500). There is a need to optimize the use of antibiotics
in the NICU in order to minimize the risk of adverse outcomes especially the increased cost and risk of
resistance.

Keywords: Antibiotics utilization review, compatibility, cost of antibiotics, neonatal intensive care unit

Korespondensi: Eko Setiawan, M.Sc., Apt., Pusat Informasi Obat dan Layanan Kefarmasian (PIOLK), Fakultas
Farmasi, Universitas Surabaya, Surabaya, Jawa Timur 60923, Indonesia, email: ekosetiawan.apt@gmail.com
Naskah diterima: 11 Juni 2018, Diterima untuk diterbitkan: 18 Februari 2019, Diterbitkan: 1 Maret 2019

58
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 1, Maret 2019

Pendahuluan penggunaan antibiotik pada bayi dan anak-


anak. Sebuah penelitian yang dilakukan di
Kematian pada bayi dan anak-anak dapat Taiwan menunjukkan hasil bahwa penundaan
disebabkan oleh berbagai hal, dan salah satu penggunaan antibiotik yang tepat pada pasien
penyebab terbesar adalah infeksi.1–3 Sebuah dengan multiple drug resistant Acinetobacter
penelitian yang dilakukan di berbagai negara baumanii menjadi salah satu faktor yang
di dunia menunjukkan pneumonia menjadi dapat meningkatkan risiko kematian bayi di
penyebab kematian terbesar kedua pada bayi NICU.9 Selain berdampak pada peningkatan
dan anak-anak yang berusia di bawah usia risiko terjadinya kegagalan terapi, salah
5 tahun.2 Penelitian lain yang dilakukan di satu dampak yang perlu diwaspadai adalah
Brazil juga menunjukkan besarnya kematian potensi terjadinya resistensi ketika antibiotik
yang disebabkan oleh infeksi pada anak yang diberikan tidak dapat mencapai kadar
dalam hal ini adalah bayi. Dalam penelitian minimum untuk menghambat pertumbuhan
tersebut dinyatakan bahwa sebanyak 229 atau membunuh bakteri. Fenomena resistensi
dari total 745 kematian bayi yang dirawat di antibiotik merupakan salah satu permasalahan
Neonatal Intensive Care Unit (NICU) adalah yang banyak dialami di NICU. Sebuah studi
disebabkan oleh sepsis.3 Salah satu faktor yang dilakukan di India menunjukkan bahwa
yang dapat meningkatkan risiko kematian antibiotik yang pada umumnya merupakan
pada anak dan bayi adalah penggunaan terapi lini pertama pengobatan infeksi pada
antibiotik yang tidak tepat, yang dapat berupa neonatus seperti ampisilin dan seftriakson
pemilihan jenis yang salah atau pengaturan memiliki sensitivitas yang buruk terhadap
dosis regimen yang tidak tepat.4 sebagian besar organisme penyebab infeksi,
Bayi bukan merupakan orang dewasa dalam atau dengan kata lain telah diklasifikasikan
ukuran kecil karena fisiologis bayi memiliki resisten.10 Beberapa bukti penelitian lainnya
banyak perbedaan dibandingkan dengan orang yang dilakukan pada setting NICU juga
yang telah dewasa. Beberapa perbedaan yang menekankan ancaman permasalahan terkait
dapat dijumpai antara bayi dan orang dewasa dengan penurunan sensitivitas patogen terhadap
antara lain: 1) fungsi organ untuk ekskresi, antibiotik lini pertama.11,12
yaitu ginjal dan hepar, belum sempurna; 2) Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, tidak
komposisi cairan tubuh pada bayi per kg berat terdapat penelitian terpublikasi dengan setting
badan lebih besar jika dibandingkan dengan NICU di Indonesia yang ditujukan untuk
orang dewasa; 3) jumlah protein, khususnya melihat profil ketepatan penggunaan antibiotik.
albumin, belum sebanyak orang dewasa.5,6 Beberapa penelitian di Indonesia ditujukan
Salah satu dampak dari perbedaan tersebut untuk mengidentifikasi: 1) epidemiologi infeksi
yaitu adanya perbedaan profil farmakokinetik dan profil penggunaan antibiotik pada suatu
(pharmacokinetic; PK) yang seharusnya diagnosis tertentu; 2) profil sensitivitas patogen
dapat diantisipasi oleh tenaga kesehatan pada terhadap antibiotik.13–16 Ketepatan penggunaan
saat memberikan dosis antibiotik. Kegagalan antibiotik pada pasien rawat inap NICU di
melakukan antisipasi dapat meningkatkan Indonesia penting untuk diteliti khususnya di
risiko terjadinya kegagalan untuk mencapai era implementasi Jaminan Kesehatan Nasional
efek terapeutik serta meningkatkan risiko (JKN) untuk mengetahui ketercukupan dan
terjadinya reaksi obat yang tidak dikehendaki ketepatan alokasi anggaran yang disediakan.
(ROTD).7,8 Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji profil,
Beberapa bukti penelitian menunjukkan biaya, dan ketepatan penggunaan antibiotik
besarnya permasalahan terkait ketidaktepatan pada pasien NICU di sebuah rumah sakit

59
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 1, Maret 2019

pemerintah di Surabaya. diberikan oleh dokter saat pasien pertama


kali masuk ruang NICU. Diagnosis kerja
Metode adalah diagnosis selama menjalani rawat inap
yang diberikan oleh dokter setelah melihat
Penelitian ini merupakan penelitian potong berbagai hasil pemeriksaan penunjang, seperti
lintang yang dilakukan setelah mendapatkan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
izin pengambilan data dari rumah sakit dengan fisik. Diagnosis keluar merupakan diagnosis
nomor surat 070/14640/436.7.8/2015. Rumah yang diberikan oleh dokter saat pasien keluar
sakit tempat pengambilan data merupakan dari ruang NICU.
rumah sakit milik pemerintah yang menjadi Analisis kompatibilitas dan inkompatibilitas
salah satu rujukan penanganan pasien yang dilakukan pada pencampuran antara sediaan
ditanggung oleh program Jaminan Kesehatan antibiotik dengan antibiotik lain, antara sediaan
Nasional. Kriteria inklusi dalam penelitian ini antibiotik dengan obat lain, serta antara sediaan
adalah pasien NICU yang mendapat antibiotik antibiotik dengan pelarut. Analisis yang telah
selama periode November–Desember 2015. dilakukan digolongkan ke dalam beberapa
Pengambilan data penelitian ini dilakukan jenis hasil, antara lain yaitu kompatibel (K),
melalui beberapa cara, antara lain: 1) mencatat inkompatibel (I), tidak terdapat informasi
data yang terdapat dalam catatan rekam medis; yang tersedia (no information; NI), serta tidak
2) melakukan pengamatan secara langsung dapat diaplikasikan (not applicable; NA).
terhadap pasien; dan 3) melakukan konfirmasi Analisis dilakukan dengan menggunakan dua
kepada tenaga kesehatan lain apabila terdapat literatur sebagai acuan, yaitu: 1) Handbook on
data yang tidak dimengerti atau data tidak Injectable Drugs edisi 17 tahun 2013;17 dan 2)
terbaca. Parameter yang didokumentasikan brosur sediaan antibiotik terkait. Pembuatan
dan dianalisis pada penelitian ini antara lain: kesimpulannya antara lain sebagai berikut:
1) karakteristik pasien (umur, jenis kelamin, 1) campuran dinyatakan kompatibel apabila
lama perawatan pasien, diagnosis dokter, hasil pada buku referensi dan/atau brosur dari
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan pabrik pembuat sediaan disimpulkan dengan
fisik, hasil kultur bakteri, hasil terapi setelah jelas bahwa campuran tersebut K; 2) campuran
mendapatkan perawatan), 2) karakteristik dinyatakan inkompatibel apabila pada buku
antibiotik (golongan dan jenis, kombinasi, referensi dan/atau brosur disimpulkan dengan
rute pemberian, dosis beserta frekuensi, lama jelas campuran tersebut ialah I; 3) campuran
pemberian per administrasi, durasi pemberian dinyatakan NI apabila pada buku referensi
selama perawatan, pergantian dosis regimen dan/atau brosur tidak ditemukan informasi
antibiotik); 3) profil kompatibilitas sediaan mengenai profil kompatibilitas campuran
intravena (iv); 4) proses pergantian terapi tersebut; 4) campuran dinyatakan NA apabila
antibiotik; 5) biaya penggunaan antibiotik; pada buku referensi dan/atau brosur terdapat
serta 6) ketepatan penggunaan antibiotik. perbedaan informasi.
Data lalu dianalisis secara deskriptif dengan Proses pergantian terapi antibiotik pada
menggunakan nilai rata-rata/mean (x̃ ) dan/ penelitian ini digolongkan menjadi 3, yaitu:
atau dengan menggunakan bentuk persentase. 1) proses eskalasi; 2) proses de-eskalasi; 3)
Di dalam penelitian ini, diagnosis yang proses pergantian rute dari rute intravena
diberikan oleh dokter dibedakan menjadi tiga menjadi per oral (iv to oral). Proses eskalasi
bagian, yaitu: 1) diagnosis masuk, 2) diagnosis pada penelitian ini didefinisikan sebagai suatu
kerja; serta 3) diagnosis keluar. Diagnosis proses penambahan antibiotik pada pasien
masuk didefinisikan sebagai diagnosis yang yang telah mendapatkan antibiotik ataupun

60
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 1, Maret 2019

digantinya suatu antibiotik dengan antibiotik sama sekali. Suatu pemberian antibiotik disebut
baru yang memiliki aktivitas antibakteri yang sebagai tepat seluruhnya apabila jenis, dosis,
lebih luas (narrow spectrum menjadi broad dan frekuensi pemberian antibiotik tersebut
spectrum). Suatu proses pergantian terapi tepat seluruhnya.19 Pemberian antibiotik
disebut proses de-eskalasi apabila dilakukan disebut sebagai tepat sebagian bila diberikan
beberapa hal sebagai berikut: 1) pergantian jenis antibiotik yang tepat namun dengan dosis
antibiotik dari antibiotik dengan aktivitas atau frekuensi yang tidak tepat, sedangkan
antibakteri luas ke sempit (broad spectrum apabila pemberian jenis antibiotik tidak tepat
ke narrow spectrum); 2) pengurangan jumlah maka pemberian antibiotik dianggap tidak
antibiotik yang digunakan; 3) penurunan dosis tepat tanpa harus memperhatikan dosis dan
antibiotik; 4) penurunan frekuensi antibiotik; frekuensi yang diberikan. Analisis kesesuaian
dan 5) penghentian terapi antibiotik apabila antibiotik ini dilakukan pada pasien dengan
tidak ditemukan adanya infeksi. Penggunaan diagnosis kerja infeksi saja.
kombinasi antibiotik golongan beta laktam
dengan beta laktamase tidak diklasifikasikan Hasil
sebagai bentuk kombinasi pada penelitian ini.
Perubahan terapi antibiotik yang dilakukan Total terdapat 32 pasien NICU selama periode
sebagai bentuk transisi, yaitu terjadi hanya pengambilan data pasien yang dilibatkan dalam
pada 1 hari pemberian, tidak diklasifikasikan penelitian ini (Tabel 1). Uji kultur mikroba dan
sebagai eskalasi atau de-eskalasi. sensitivitas tidak dilakukan pada pasien NICU
Biaya yang dihitung pada penelitian ini dalam penelitian ini. Diagnosis kerja dan
adalah biaya penggunaan antibiotik selama diagnosis keluar pasien NICU memiliki hasil
pasien menjalani rawat inap. Biaya jasa dokter, yang sama. Terdapat 13 pasien (40,63%) dari
penggunaan obat lainnya, serta pemeriksaan total 32 pasien yang mendapatkan diagnosis
laboratorium tidak dihitung dalam penelitian infeksi. Dengan kata lain, 19 pasien (59,37%)
ini. Perspektif pasien digunakan sebagai dasar lainnya tidak diketahui informasi diagnosis
dari penghitungan biaya pada penelitian ini infeksi baik pada diagnosis masuk maupun
dan data billing yang dikeluarkan oleh pihak kerja. Akan tetapi, pada 19 pasien tanpa
rumah sakit kepada pasien digunakan sebagai disertai informasi diagnosis terkait infeksi
sumber utama analisis biaya. Tidak dilakukan tersebut memiliki satu atau beberapa tanda
penyesuaian menggunakan laju inflasi pada infeksi seperti peningkatan nilai white blood
penelitian ini karena data biaya dan analisis cell (WBC), C-reactive protein (CRP), suhu
dilakukan pada tahun yang sama. badan, denyut nadi, dan/atau laju nafas. Di
Analisis ketepatan penggunaan antibiotik antara 13 pasien dengan diagnosis infeksi,
pada penelitian ini dilakukan dengan cara hanya 11 pasien (84,62%) yang mendapatkan
membandingkan regimen terapi pasien terhadap diagnosis masuk infeksi sedangkan 2 pasien
pedoman terapi Infectious Disease Society of (15,38%) sisanya masuk ruang NICU tanpa
America (IDSA) terbaru. Literatur Pediatric diagnosis masuk infeksi. Detail diagnosis
& Neonatal Dosage Handbook edisi 2018 pasien dijabarkan pada Gambar 1.
digunakan sebagai acuan pendukung apabila Antibiotik yang digunakan pada penelitian
tidak didapatkan informasi yang diperlukan ini tidak hanya antibiotik tunggal, melainkan
di literatur acuan yang utama, seperti dosis. juga antibiotik kombinasi. Terdapat 25 kali
Terdapat tiga klasifikasi ketepatan penggunaan penggunaan antibiotik tunggal dan 14 kali
antibiotik pada penelitian ini, yaitu tepat penggunaan antibiotik kombinasi, dan 1
seluruhnya, tepat sebagian, dan tidak tepat orang pasien dapat mendapatkan lebih dari 1

61
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 1, Maret 2019

Tabel 1 Data Karakteristik Pasien yang Mendapatkan Antibiotik di Ruang NICU


Karakteristik Pasien Nilai Persentase (%)
Usia Pasien (mean ± SD, dalam satuan hari) 0,78 ± 2,38 -
Min–maks: 0–12
Jenis Kelamin
Laki-laki 23 71,88
Perempuan 9 28,12
Total 32 100,00
Lama Perawatan Pasien (mean ± SD, dalam satuan hari) 11,44 ± 8,94 -
Min–maks: 2–33
Hasil Terapi Pasien
Membaik 28 87,50
Memburuk 0 0,00
Meninggal 2 6,25
Dirujuk 2 6,25
Total 32 100,00
Keterangan: Min=minimal; Maks=maksimal; Penghitungan persentase dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
% nilai=jumlah nilai pasien pada tiap karakteristik dibagi jumlah total pasien x 100%

jenis penggunaan antibiotik tunggal maupun lama pemberian selama 10–15 menit untuk
kombinasi. Jenis dan golongan dari antibiotik tiap kali pemberian.
ditampilkan pada Tabel 2. Profil lengkap dosis Total terdapat 47 campuran antara antibiotik
dan frekuensi penggunaan untuk masing- dengan pelarut yang dianalisis dalam penelitian
masing antibiotik akan dijabarkan pada Tabel ini. Pelarut antibiotik yang digunakan dalam
3. Rata-rata dari durasi penggunaan antibiotik penelitian ini adalah aqua bidestilata yang
adalah sebesar 5,08±2,07 hari dan seluruh kemudian diencerkan kembali dengan pelarut
antibiotik diberikan secara iv intermittent dengan PZ (NaCL 0,9%). Analisis kompatibilitas-

Gambar 1 Diagnosis Masuk dan Kerja/Keluar Pasien NICU dengan Diagnosis Infeksi
Keterangan: NS=Not specified (pada diagnosis dokter tertulis jelas infeksi atau risiko tinggi infeksi tanpa ada keterangan lebih
detail terkait jenis infeksinya)

62
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 1, Maret 2019

inkompatibilitas sediaan antibiotik intravena selama perawatannya yaitu ampisilin, gentamisin


dengan sediaan lainnya dijabarkan pada Tabel dan meropenem yang seluruhnya merupakan
4. Pada penelitian ini ditemukan campuran antibiotik generik. Ampisilin digunakan selama
antibiotik dengan pelarut tanpa informasi (no 5 hari, gentamisin digunakan selama 3 hari
information) ketercampuran yaitu sebanyak dan meropenem digunakan selama 17 hari.
6 untuk pelarut PZ dan 47 untuk pelarut aqua Analisis kesesuaian antibiotik dilakukan
bidestilata. pada 13 pasien yang mendapatkan diagnosis
Proses pergantian terapi terjadi pada 6 infeksi saja. Hasilnya, hanya terdapat 2 pasien
pasien dengan total terdapat 9 kali proses (15,38%) yang diklasifikasikan sebagai pasien
pergantian terapi. Detail dari proses pergantian dengan terapi antibiotik yang tepat seluruhnya.
terapi dapat dilihat pada Tabel 5. Proses Detail dari analisis kesesuaian penggunaan
penggantian terapi antibiotik dari iv ke oral antibiotik dijabarkan pada Tabel 6. Terdapat
tidak ditemukan dalam penelitian ini. 1 orang pasien yang mendapatkan antibiotik
Rata-rata biaya yang dikeluarkan pasien yang tidak tepat sama sekali.
untuk penggunaan antibiotik pada penelitian ini
sebesar Rp265.252,00 dengan standar deviasi Pembahasan
(SD) sebesar Rp481.535,00. Biaya terbesar
yang dikeluarkan sebesar Rp2.091.590,00 Terdapat 5 jenis antibiotik yang digunakan
sedangkan biaya yang terkecil yaitu sebesar di NICU pada penelitian ini, yaitu ampisilin,
Rp16.100,00. Pasien dengan biaya terbesar gentamisin, meropenem, sefotaksim, dan
menggunakan sebanyak tiga jenis antibiotik kloksasilin, namun penggunaan terbanyak

Tabel 2 Data Karakteristik Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Anatomical Therapeutics Chemical


(ATC) Classification of World Health Organization (WHO) (Revisi 2015)
Antibiotik Penggunaan Persentase (%)
Antibiotik Tunggal
1. Penisilin
Extended Spectrum Penicillin
Ampisilin 15 60,00
2. Sefalosporin
Sefalosporin generasi ketiga
Sefotaksim 4 16,00
3. Karbapenem
Meropenem 6 24,00
Total 25 100,00
Antibiotik Kombinasi
1. Berdasarkan golongan antibiotik
Penisilin & penisilin 1 7,14
Penisilin & aminoglikosida 10 71,43
Penisilin & sefalosporin generasi 3 1 7,14
Penisilin & aminoglikosida & sefalosporin generasi 3 2 14,29
Total 14 100,00
2. Berdasarkan jenis antibiotik
Ampisilin & kloksasilin 1 7,14
Ampisilin & gentamisin 10 71,43
Ampisilin & sefotaksim 1 7,14
Ampisilin & gentamisin & sefotaksim 2 14,29
Total 14 100,00

63
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 1, Maret 2019

Tabel 3 Data Dosis Antibiotik dan Frekuensi Pemberian pada Pasien NICU
Antibiotik Dosis (mg) / Kali Pemberian Frekuensi Pemberian Jumlah Pasien (n)
Ampisilin 1. 75 2x/hari 1
2. 100 2x/hari 6
3. 125 2x/hari 7
4. 150 2x/hari 8
5. 175 2x/hari 2
6. 200 2x/hari 1
7. 250 2x/hari 1
Mean =136,54; Min–Max = 75–250
Sefotaksim 1. 100 2x/hari 1
2. 125 2x/hari 1
3. 175 2x/hari 1
4. 250 2x/hari 1
Mean = 162,5; Min–Max = 100–250
Kloksasilin 1. 75 2x/hari 1
Mean = 75
Gentamisin 1. 10 1x/hari 4
2. 12 1x/hari 1
3. 15 1x/hari 4
4. 20 1x/hari 1
Mean = 13,2; Min–Max = 10–20
Meropenem 1. 20 3x/hari 2
2. 35–25 3x/hari 1
3. 50 3x/hari 2
4. 100 3x/hari 1
Mean = 42,86; Min–Max = 20–100
Keterangan: max=nilai terbesar; min=nilai terkecil; n=jumlah pasien yang menerima terapi antibiotik dengan dosis tersebut

yaitu jenis ampisilin, sefotaksim, dan gentamisin. terpublikasi dari negara lain. Penelitian yang
Tingginya frekuensi penggunaan ketiga jenis dilakukan di negara Amerika Serikat, Kanada
antibiotik tersebut dapat dipahami dengan dan Arab Saudi, menunjukkan bahwa terdapat
mempertimbangkan luasnya spektrum aktivitas tiga jenis obat yang paling sering digunakan
antibiotik tersebut. Penggunaan dari antibiotik di ruang NICU, dan dua di antaranya adalah
spektrum luas pada terapi empiris dilakukan antibiotik yaitu ampisilin dan gentamisin
sebab pada saat tersebut belum diketahui yang diberikan pada 1.691 bayi dan 1,667
secara pasti patogen penyebab infeksi. bayi, secara berturut-turut.20 Hasil dari sebuah
Profil penggunaan antibiotik pada hasil kajian sistematis yang dilakukan dengan
penelitian ini serupa dengan beberapa penelitian memanfaatkan sebanyak empat buah database

Tabel 4 Data Kompatibilitas dan Inkompatibilitas Antibiotik dengan Pelarut pada Ruang NICU
Pelarut
Hasil Analisis
PZ (NaCl 0,9%) Aqua Bidestilata
Kompatibel 41 (87,23) 0 (0,00)
Inkompatibel 0 (0,00) 0 (0,00)
No Information 6 (12,77) 47 (100,00)
Not Applicable 0 (0,00) 0 (0,00)
Total 47 (100,0) 47 (100,00)

64
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 1, Maret 2019

Tabel 5 Data Proses Pergantian Terapi


Proses pergantian Nilai Persentase (%)
Proses eskalasi 2 22,22
Proses de-eskalasi 4 44,44
Proses pergantian terapi dari rute IV ke oral 0 0,00
Proses transisi 3 33,33
Total 9 100,00
Keterangan: IV: intravena; penghitungan persentase dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
% nilai = jumlah proses pergantian terapi antibiotik dibagi total proses pergantian terapi antibiotik (9 proses) x 100%

juga menegaskan bahwa antibiotik ampisilin dan resistant pathogen. Hasil dari uji mikrobiologi
gentamisin merupakan antibiotik yang paling menunjukkan isolat Klebsiella pneumonia,
sering diresepkan di ruang NICU.21 Pada Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter
dasarnya, meropenem juga memiliki spektrum baumanii yaitu sebanyak 55%, 71%, dan 65%,
aktivitas yang luas, namun tidak banyaknya secara berturut-turut, resisten terhadap antibiotik
penggunaan meropenem di dalam penelitian golongan karbapenem.23 Munculnya resistensi
ini dapat disebabkan oleh adanya batasan terhadap golongan karbapenem menyebabkan
penggunaan meropenem yang terdapat pada semakin terbatasnya pilihan terapi yang dimiliki
Formularium Nasional (Fornas).22 Seiring pasien dan beberapa di antaranya memiliki
dengan minimnya frekuensi dari penggunaan harga yang relatif mahal seperti tigecycline
meropenem diharapkan dapat berakibat pada dan doripenem.24–26
penurunan dari temuan patogen yang resisten Tingginya penggunaan antibiotik dengan
terhadap golongan karbapenem yang dalam spektrum luas, walaupun sangat diperlukan,
beberapa tahun terakhir dilaporkan sebagai dapat memiliki dampak pada munculnya
suatu ancaman dalam dunia kesehatan global kasus infeksi oleh bakteri dengan extended
termasuk di ruang ICU untuk anak. Sebuah spectrum beta-lactamase (ESBL) sebuah enzim
penelitian yang dilakukan di 6 Pediatric yang dapat memotong cincin beta-laktam pada
ICU di negara Vietnam menunjukkan betapa hampir seluruh antibiotik golongan beta-
banyaknya temuan berbagai Carbapenem laktam.27–29 Selain memiliki dampak terhadap

Tabel 6 Data Analisis Kesesuaian Penggunaan Antibiotik Pasien NICU


Kategori Pasien (orang) Persentase (%)
Seluruh terapi AB tepat 2 15,38
Sebagian terapi AB tepat
1. Frekuensi tidak tepata 7 53,86
2. Dosis dan frekuensi tidak tepatb 1 7,69
3. Tidak tepat dengan catatanc 2 15,38
Terapi AB tidak tepatd 1 7,69
Total 13 100,00
Keterangan: AB=antibiotik; NICU=Neonatal Intensive Care Unit; penghitungan persentase dilakukan dengan rumus sebagai
berikut: jumlah pasien dalam suatu hasil analisis kesesuaian dibagi jumlah total pasien dengan diagnosis infeksi (13 pasien) x
100%; untuk pasien yang mengalami perubahan diagnosis (pasien no. 4), penggunaan antibiotik dianggap tidak tepat apabila
ada ketidaktepatan pada salah satu diagnosis.
a
Penggunaan ampisilin hanya 2x/hari (n=5); penggunaan ampisilin dan sefotaksim hanya 2x/hari (n=1); pasien dengan diagnosis
sepsis hanya diberikan ampisilin dan diberikan hanya 2x/hari (n=1); bDosis meropenem kurang dan frekuensi ampisilin hanya
2x/hari pada 1 orang pasien; cSatu pasien diberikan jenis antibiotik yang melebihi yang dibutuhkan dan 1 pasien diberikan
frekuensi anitibiotik yang melebihi yang diperlukan; dDiagnosis sepsis neonatus diberikan kombinasi ampisilin (frekuensi
ampisilin kurang, hanya 2x/hari) dan kloksasilin.

65
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 1, Maret 2019

munculnya ESBL, pemberian dari antibiotik pada bayi serta upaya meminimalkan potensi
dengan spektrum luas yang tidak bertanggung terjadinya resistensi dan risiko kegagalan
jawab dapat menimbulkan risiko terjadinya mencapai efektivitas pada bayi.
supra infeksi oleh Clostridium difficile.30–32 Pada penelitian ini, hanya ditemukan dua
Dengan mempertimbangkan besarnya risiko pasien yang tepat seluruh kriteria pemberian
adanya infeksi ESBL dan Clostridium difficile, antibiotik dan terdapat satu orang pasien yang
diharapkan penggunaan antibiotik spektrum tidak tepat sama sekali. Mayoritas dari pasien
luas dapat diubah menjadi antibiotik dengan dikategorikan mendapatkan terapi antibiotik
spektrum yang lebih sempit sesuai dengan yang sebagian tepat. Ketidaktepatan paling
penyebab infeksi setiap pasien. Sayangnya, banyak ditemukan pada frekuensi pemberian
pemeriksaan kultur bakteri tidak ditemukan antibiotik. Antibiotik yang masuk golongan
pada penelitian ini. Minimnya pemeriksaan β-lactam dalam penelitian ini, yakni ampisilin
kultur bakteri tidak hanya ditemukan dalam dan sefotaksim, berapapun dosisnya selalu
penelitian ini, akan tetapi juga pada beberapa diberikan dengan frekuensi dua kali per hari.
penelitian lain di Indonesia.33–35 Salah satu Antibiotik golongan β-lactam merupakan
pertimbangan utama tidak dilakukannya golongan antibiotik time-dependent, yang
pemeriksaan kultur bakteri adalah biaya dan berarti bahwa kemampuan membunuh bakteri
lamanya waktu tunggu untuk mendapatkan dari golongan obat ini sangat ditentukan oleh
hasil kultur. Oleh karena itu, sangat diharapkan lama kadar antibiotik berada di atas nilai
institusi pendidikan tinggi di Indonesia dengan kadar minimum yang dibutuhkan untuk
didukung oleh pemerintah Indonesia dapat menghambat pertumbuhan bakteri (minimum
mengupayakan tersedianya alat yang dapat inhibitory concentration; MIC).38,39 Target dari
mengidentifikasi patogen penyebab infeksi terapi antibiotik time-dependent yaitu T>MIC
secepat dan semurah mungkin. yang berarti durasi waktu kadar antibiotik
Proses pergantian terapi pada penelitian ini berada diatas nilai MIC diupayakan harus
yang paling banyak ditemukan adalah praktik selama mungkin. Semakin lama kadar dari
de-eskalasi antibiotik. Praktik de-eskalasi antibiotik golongan β-lactam berada di atas
antibiotik merupakan salah satu strategi dalam nilai MIC, maka semakin besar efektivitas
mengurangi penggunaan antibiotik spektrum untuk membunuh patogen. Terdapat dua acara
luas yang memiliki dampak pada penurunan pemberian antibiotik golongan time-dependent
angka kejadian infeksi oleh multiple drug untuk memaksimalkan ketercapaian target
resistance (MDR) pathogens.36 Implementasi farmakokinetik-farmakodinamik; (pharmaco
de-eskalasi juga ditemukan dalam penelitian kinetic-pharmacodynamic, PK-PD), yakni
terpublikasi lain, dan hasilnya menunjukkan pemberian harus sesering mungkin atau
bahwa implementasi intervensi pengubahan menggunakan metode continuous infusion.40
terapi antibiotik yang salah satunya berupa Frekuensi pemberian ampisilin dan sefotaksim
de-eskalasi tidak berdampak buruk terhadap sebanyak dua kali sudah tepat hanya untuk
pasien.37 Walaupun demikian, praktik dari bayi yang masih berusia <1 minggu.18,41 Pada
de-eskalasi pada pasien bayi perlu mendapat penelitian ini, terdapat bayi dengan usia lebih
perhatian dan pemantauan yang serius dengan dari 1 minggu sehingga seharusnya diberikan
mempertimbangkan belum sempurnanya dengan frekuensi 3 kali per hari atau setiap 8
sistem kekebalan pada tubuh bayi. Sebelum jam. Bahkan, pada bayi yang berusia lebih dari
diputuskan untuk melakukan de-eskalasi, 4 minggu, disarankan frekuensi pemberian
perlu dipertimbangkan keseimbangan antara kedua jenis antibiotik tersebut setiap 6 jam.18,41
dampak positif mengurangi risiko ROTD Semua pemberian gentamisin di NICU

66
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 1, Maret 2019

dilakukan/diberikan 1 kali sehari atau secara antibiotik diberikan kepada pasien dengan
once daily dosing regimen (OD). Berdasarkan diagnosis yang tertulis di dalam catatan rekam
referensi, pemberian gentamisin dianjurkan medis tidak spesifik terkait infeksi sehingga
untuk diberikan satu kali sehari atau once dose penggunaan antibiotik pada pasien tersebut
daily.42 Pemberian dosis satu kali per hari pada tidak dapat dinilai ketepatan penggunaannya
antibiotik gentamisin dapat diterapkan dengan berdasarkan pedoman terapi. Dengan kata
mempertimbangkan karakteristik antibiotik lain, sebagian besar antibiotik pada penelitian
tersebut yang berupa concentration-dependent ini diberikan dengan mempertimbangkan
antibiotic. Antibiotik dengan karakteristik penyimpangan nilai hasil uji laboratorium,
tersebut mempunyai aktivitas optimal dalam khususnya nilai CRP dan WBC. Penggunaan
menghambat pertumbuhan atau membunuh antibiotik pada bayi yang mempunyai nilai
bakteri yang sangat ditentukan oleh adanya abnormal pada kedua parameter tersebut
ketercapaian konsentrasi maksimum (Cmax) tidak dapat disalahkan. Pada suatu penelitian
dalam darah. Salah satu target terapi PK-PD terpublikasi yang dilakukan secara retrospektif
yang merepresentasikan keberhasilan terapi pada pasien infant dengan usia di bawah 90
secara klinis dan mikrobiologis gentamisin hari menunjukkan bahwa penggunaan nilai
adalah rasio antara konsentrasi maksimum CRP dapat menjadi salah satu prediktor di
dibandingkan dengan MIC, atau disingkat dalam mendiagnosis infeksi bakteri serius
Cmax/MIC.43,44 Namun demikian, pemberian dan secara signifikan lebih baik digunakan
dari gentamisin secara OD perlu diwaspadai sebagai diagnostic marker dibanding sebagai
dengan mempertimbangkan indeks terapi karakteristik klinis apabila dibanding dengan
yang relatif sempit dan potensi menimbulkan tes absolute neutrophil count (ANC) dan
nefrotoksisitas dan ototoksisitas seperti WBC.48 Pemantauan pemeriksaan fisik dan
pada antibiotik golongan amynoglicosides pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan
lainnya.45,46 Oleh karena itu, pemantauan kadar secara teratur dan berkesinambungan, serta
gentamisin di dalam darah sangat diperlukan penggunaan antibiotik sebaiknya dihentikan
untuk mengoptimalkan ketercapaian efek atau dilakukan de-eskalasi pemberian antibiotik
terapeutik dan meminimalkan risiko terjadi apabila keadaan pasien sudah membaik.
reaksi obat yang tidak dikehendaki. Penghentian penggunaan antibiotik tersebut
Kombinasi yang yang paling banyak perlu untuk dilakukan sebagai upaya untuk
digunakan di ruang NICU adalah kombinasi meminimalkan terjadinya reaksi obat yang
ampisilin dan gentamisin yang digunakan tidak dikehendaki, meminimalkan timbulnya
sebanyak 10 kali. Penggunaan kombinasi ini kasus resistensi patogen, dan untuk mencegah
dilakukan dengan mempertimbangkan efek pembengkakan biaya pengobatan. Apabila
sinergis dari keduanya di dalam menghambat tidak dihentikan sesegera mungkin, salah
bakteri seperti Streptococcus, Enterococci, satu akibat atau konsekuensi yang langsung
Listeria monocyogenes, dan beberapa jenis dapat dirasakan adalah tidak terkontrolnya
Enterobacteriaceae, seperti Entercobacter pembiayaan antibiotik yang pada penelitian
spp., Proteus spp., Escherichia coli. Selain ini dapat mencapai Rp2.091.590,00.
keefektifannya, penggunaan dari kombinasi
ampisilin dan gentamisin juga banyak terjadi Simpulan
sebab kombinasi ini mudah didapatkan dan
harganya terjangkau sehingga cocok digunakan Jenis antibiotik yang banyak digunakan di
pada negara-negara berkembang.47 NICU pada penelitian ini adalah ampisilin,
Pada penelitian ini sebagian besar terapi gentamisin, meropenem, sefotaksim, dan

67
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 1, Maret 2019

kloksasilin baik dalam bentuk tunggal atau mortality in a municipality in southern


kombinasi. Antibiotik di ruang NICU pada Brazil, 2000 to 2013. Rev Paul Pediatr.
penelitian ini sebagian besar diberikan dengan 2018;36(2):132-40.
berdasarkan penyimpangan nilai pemeriksaan 4. Levy ER, Swami S, Dubois SG, Wendt R,
laboratorium yang belum disertai dengan Banerjee R. Rates and appropriateness of
diagnosis pasti terkait jenis infeksi yang diderita. antimicrobial prescribing at an academic
Sebagai konsekuensi dari hal ini, analisis children’s hospital, 2007–2010. Infect
ketepatan hanya dapat dilakukan pada 13 orang Control Hosp Epidemiol. 2012;33(4):346–
pasien dengan hasil kajian yang menyatakan 53. doi: 10. 1086/664761.
sebagian besar pasien belum mendapatkan 5. Fernadez E, Perez R, Hernandez A,
terapi tepat pada seluruh aspek penilaian yang Tejada P, Arteta M, Tamos JT. Factors and
meliputi jenis, dosis, frekuensi. Pemantauan mechanism for pharmacokinetic differences
terhadap kondisi klinis dan hasil pemeriksaan between pediatric population and adults.
laboratorium perlu untuk diupayakan sesering Pharmaceutics. 2011;3(1):53–72. doi: 10.
mungkin dan secara berkesinambungan sebagai 3390/pharmaceutics3010053.
dasar untuk mencegah penggunaan antibiotik 6. Ku LC, Smith PB. Dosing in neonates:
yang berlebihan.
Special considerations in physiology and
trial design. Pediatric Res. 2015;77(1-1):
Pendanaan
2–9. doi: 10.1038/pr.2014.143.
7. Johnson JK, Laughon MM. Antimicrobial
Penelitian ini dilakukan secara mandiri dan
agent dosing in infants. Clin Ther. 2016;
tidak didanai oleh sumber hibah manapun.
38(9):1948–60. doi: 10.1016/j.clinthera.2
016.06.017.
Konflik Kepentingan
8. Nunes BM, Xavier TC, Martins RR.
Antimicrobial drug-related problems in a
Peneliti menyatakan tidak terdapat konflik
neonatal intensive care unit. Rev Bras Ter
kepentingan apapun pada penelitian ini.
Intensiva. 2017;29(3):331–6. doi: 10.593
5/0103-507X.20170040.
Daftar Pustaka
9. Wei HM, Hsu YL, Lin HC, Hsieh TH,
Yen TY, Lin HC, et al. Multidrug-resistant
1. Lanata CF, Fischer-Walker CL, Olascoaga
Acinetobacter baumanii infection among
AC, Torres CX, Aryee MJ, Black RE. Global
neonates in a neonatal intensive care unit
causes of diarrheal disease mortality in
at a medical center in central Taiwan. J
children <5 years of age: A systematic
Microbiol Immunol Infect. 2015;48(5):
review. PLoS One. 2013;8(9):e72788. doi:
531–9. doi: 10.1016/j.jmii.2014.08.025.
10.1371/journal.pone.0072788
10. Verma P, Berwal PK, Nagaraj N, Swami
2. Liu L, Oza S, Hogan D, Perin J, Rudan
S, Jivaji P, Narayan S. Neonatal sepsis:
I, Lawn JE, et al. Global, regional, and
Epidemiology, clinical spectrum, recent
national causes of child mortality in 2000–
antimicrobial agents, and their antibiotic
13, with projections to inform post-2015
susceptibility pattern. Int J Contemp Pediatr.
priorities: An updated systematic analysis.
2015;2(3):176–80. doi: 10.18203/2349-3
Lancet. 2015;385(9966):430–40. doi: 10.1
291.ijcp20150523
016/S0140-6736(14)61698-6
11. Awad HA, Mohamed MH, Badran NF,
3. Alves JB, Gabani FL, Ferrari RAP, Tacla
Mohsen M, Abd-Elrhman AS. Multidrug-
MTGM, Linck Júnior A. Neonatal sepsis:
resistant organisms in neonatal sepsis in

68
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 1, Maret 2019

two tertiary neonatal ICUs, Egypt. J Egypt compared with monotherapy in septic
Public Health Assoc. 2016;91(1):31–8.doi: shock: A propensity-matches analysis. Crit
10.1097/01.EPX.0000482038.76692.3. Care Med. 2010;38(9):1773–85. doi: 10.10
12. Shrestha S, Shrestha NC, Dongol Singh 97/CCM. 0b013e3181eb3ccd.
S, Shrestha RP, Kayestha S, Shrestha M, 21. Krzyżaniak N, Pawłowska I, Bajorek B.
et al. Bacterial isolates and its antibiotic Review of drug utilization patterns in
susceptibility pattern in NICU. Kathmandu NICUs worldwide. J Clin Pharm Ther.
Univ Med J. 2013;11(41):66–70. 2016;41(6):612–20. doi: 10.1111/jcpt.12
13. Haryani S, Apriyanti YF. Evaluasi terapi 440
obat pada pasien sepsis neonatal di ruang 22. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
perinatologi RSUP Fatmawati Januari– Formularium Nasional 2017 [Diakses: 14
Februari tahun 2016. Fatmawati Hosp J. April 2018]. Tersedia dari: http://farmalkes.
2016;1:1–10. kemkes.go.id/2018/02/formularium-nasi
14. Fernando L. Pola bakteri dan sensitivitas onal-2017/#.Wx4j70xu KUk.
antibiotik di NICU Siloam Hospitals 23. Le NK, Hf W, Vu PD, Khu DT, Le HT,
Lippo Village, 2013–2014. Cermin Dunia Hoang BT, et al. High prevalence of
Kedokt. 2017;44(3):167–70. hospital acquired infections caused by
15. Estiningsih D, Puspitasari I, Nuryastuti gram-negative carbapenem resitant strains
T. Identifikasi infeksi multidrug-resistant in Vietnamese pediatric ICUs: A multi-
organisms (MDRO) pada pasien yang centre point prevalence survey. Medicine.
dirawat di bangsal neonatal intensive care 2016;95(27):e4099. doi: 10.1097/MD.000
unit (NICU) rumah sakit. J Manajemen 0000000004099.
Pelayanan Farmasi. 2016;6(3):243–8. doi: 24. Morrill HJ, Pogue JM, Kaye KS,
10.22146/jmpf.351 LaPlante KL. Treatment options for
16. Prithadewi AAA, Hasmono D, Sukrama carbapenem-resistant Enterobacteriaceae
DM, Artana WD. Bacterial and antibiotics infections. Open Forum Infect Dis. 2015;
sensitivity pattern in neonatal sepsis patients. 2(2):ofv050. doi: 10.1093/ofid/ofv050
Folia Medica Indones. 2015;51 (1):1–6. 25. Trecarichi EM, Tumbarello M.
17. Trissel LA. Handbook on injectable Therapeutic options for carbapenem-
drugs, 17th dition. Bethesda: American resistant Enterobacteriaceae infections.
Society of Health-System Pharmacists; Virulence. 2017;8(4):470–84. doi: 10.108
2011. 0/215 05594.2017.1292196.
18. Takemoto CK, Hodding JH, Kraus, DM. 26. Yamamoto M, Pop-Vicas AE. Treatment
Pediatric & neonatal dosage handbook, for infections with carbapenem-resistant
20th edition. Hudson, Ohio: Lexi-Comp, Inc; Enterobacteriaceae: What options do we
2013. still have?. Crit Care. 2014;18(3):229. doi:
19. Wattengel BA, Sellick JA, Skelly MK, 10.1186/cc13949.
Napierala R Jr, Schroeck J, Mergenhagen 27. Drawz SM, Bonomo RA. Three decades
KA. Outpatient antimicrobial stewardship: of β-lactamase inhibitors. Clin Microbiol
Targets for community-acquired pneumonia. Rev. 2010;23(1):160–201. doi: 10.1128/C
Clin Ther. 2019;41(3):466–76. doi: 10.1016 MR.00037-09.
/j.clinthera.2019.01.007. 28. Bush K. Bench-to-bedside review: The
20. Kumar A, Zarychanski R, Light B, Parrillo role of β-lactamases in antibiotic-resistant
J, Maki D, Simon D, et al. Early combination gram-negative infections. Crit Care. 2010;
antibiotic therapy yields improved survival 14(3):224. doi: 10.1186/cc8892.

69
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 1, Maret 2019

29. Somily AM, Alsubaie SS, BinSaeed AA, outcomes of carbapenem de-escalation
Torchyan AA, Alzamil FA, Al-Aska AI, as part of an antimicrobial stewardship
et al. Extended-spectrum β-lactamase- programme in an ESBL-endemic setting. J
producing Klebsiella pneumoniae in Antimicrob Chemother. 2015; 70(4):1219
the neonatal intensive care unit: Does –25. doi: 10.1093/jac/dku479.
vancomycin play a role?. Am J Infect 37. Haque A, Hussain K, Ibrahim R, Abbas
Control. 2014;42(3):277–82. Q, Ahmed SA, Jurair H, et al. Impact of
30. Predrag S. Analysis of risk factors and pharmacist-led antibiotic stewardship
clinical manifestations associated with program in a PICU of low/middle-income
Clostridium difficile disease in Serbian country. BMJ Open Qual. 2018;7(1):e00
hospitalized patients. Braz J Microbiol. 0180. doi: 10.1136/bmjoq-2017-000180
2016;47(4):902–10. doi: 10.1016/j.bjm.2 38. MacGowan A. Revisiting beta-lactams-
016.07.011. PK/PD improves dosing of old antibiotics.
31. Guh AY, Adkins SH, Li Q, Bulens SN, Curr Opin Pharmacol. 2011;11(5):470–6.
Farley MM, Smith Z, et al. Risk factors doi: 10.1016/j.coph.2011.07.006.
for community-associated clostridium 39. Nielsen EI, Cars O, Friberg LE.
difficile infection in adults: A case-control Pharmacokinetic/Pharmacodynamic (PK/
study. Open Forum Infect Dis. 2017;4(4): PD) indices of antibiotics predicted by a
ofx171. doi: 10.1093/ofid/ofx171. semimechanistic PKPD model: A step
32. Chalmers JD, Akram AR, Singanayagam toward model-based dose optimization.
A, Wilcox MH, Hill AT. Risk factors Antimicrob Agents Chemother. 2011;55
for Clostridium difficile infection in (10):4619–30. doi: 10.1128/AAC.00182-
hospitalized patients with community- 11
acquired pneumonia. J Infect. 2016;73(1): 40. Walker MC, Lam WM, Manasco KB.
45–53. doi: 10.1016/jjinf.2016.04.008 Continuous and extended infusions of
33. Trisnowati KE, Irawati S, Setiawan β-lactam antibiotics in the pediatric
E. Kajian penggunaan antibiotik pada population. Ann Pharmacother. 2012;46
pasien diare akut di bangsal rawat inap (11):537–46. doi: 10.1345/aph.1R216.
anak. J Manajemen Pelayanan Farmasi. 41. Neonatal Formulary. Drug use in pregnancy
2017:17(1):16–24. doi: 10.22146/jmpf.3 and first year of life, 5th edition. Singapore;
63 Balckwell Publishing: 2007.
34. Halim SV, Yulia R, Setiawan E. Penggunaan 42. Abdel-Bari A, Mokhtar MS, Sabry NA,
antibakteri golongan Carbapenem pada El-Shafi SA, Bazan NS. Once versus
pasien dewasa rawat inap sebuah rumah individualized multiple daily dosing of
sakit swasta di Surabaya. Indones J Clin aminoglycoside in critcally ill patients.
Pharm. 2017;6(4):290–4. doi: 10.15416/i Saudi Pharm J. 2011;19(1):9–17. doi: 10.
jcp.2017.6.4.267 1016/j.jsps.2010.11.001
35. Hidayat F, Setiadi A, Setiawan E. 43. Rao SC, Srinivasjois R, Moon K. One dose
Analisis penggunaan dan biaya antibiotik per day compared to multiple doses per day
di ruang rawat intensif sebuah Rumah of gentamycin for treatment of suspected
Sakit di Surabaya. Pharmaciana. 2017;7 or proven sepsis neonates. Cochrane
(2):213–30. doi: 10.12928/pharmaciana.v Database Syst Rev. 2016;(11):CD005091.
7i2.6767 doi: 10.1002/14651858.CD005091.pub4.
36. Lew KY, Ng TM, Tan M, Tan SH, Lew 44. Darmstadt GL, Batra M, Zaidi AK.
EL, Ling LM, et al. Safety and clinical Parenteral antibiotics for the treatment

70
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 8, Nomor 1, Maret 2019

of serious neonatal bacterila infection in 014546836.


developing country. Pediatr Infect Dis J. 47. Furyk JS, Swan Q, Molyneux E.
2009;28(1):S37–42. doi: 10.1097/INF.0b Systematic review: Neonatal meningitis
013e31819588c3. in the developing world. Trop Med Int
45. Huth ME, Ricci AJ, Cheng AG. Health. 2011;16(6):672–9. doi: 10.1111/j.
Mechanisms of aminoglycoside ototoxicity 1365-3156.2011.02750.x.
and targets of hair cell protection. Int J 48. Nosrati A, Ben Tov A, Reif S. Diagnostic
Otolaryngol. 2011;2011: 937861. doi: 10. markers of serious bacterial infections in
1155/2011/937861. febrile infants younger than 90 days old.
46. Wargo KA, Edwards JD. Aminoglycoside- Pediatr Int. 2014;56(1):47–52. doi: 10.11
induced nephrotoxicity. J Pharm Pract. 11/ped.12191.
2014;27(6):573–7. doi: 10.1177/0897190

© 2019 Hidayat et al. The full terms of this license incorporate the Creative Common Attribution-Non Commercial License (https://
creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/). By accessing the work you hereby accept the terms. Non-commercial use of the work are permitted
without any further permission, provided the work is properly attributed.

71
8t8t2019 Editorial Team

lS$N: l!252-6t18
Jurnal e-l$$N: 1337-57$ l
Farmasi Klinik
@r lndonesia
Terakreditasi DlKTl, $K Mendikbud Rl Nnmor 2121?1201*
doi: t0I5dl6liicp

HCMI: LC**,] Rfi{;tSTEtt (uR&l:t{"f &tt(i *vl;$ c0t{TA{"1 cttA"LcN$

Atl()u1
e Home > About the Journal > Editorial Tem
ONLINE SUBMISSIONS

FOCUS AND SCOPE

AUTHOR GUIDEUNES

Editor in Chief
PUBLICATION ETHICS
Keri Lestari, Faculty of Pharmacy Universitas Padjadjaran, Indonesia
EDITORIAL TEAM

Editorial Board PEER.REVIEWERS

Henk-lan Guchelaar, tepartment ofClinical Pharmacy and Toxicology, Leiden University Medical Center-LUMC, Leiden, SUBSCRIPTION/ORDER
Netherlands
Maaften J. Postma, Depaftment of Pharmacy, Faculty of Science and Engineering, University of Groningen, Groningen,
INDEXING
Netherlands
Hiroshi Koyama, Departement of Public Health, Graduate School of Medicine Faculty of Medicine, cunma University
ABOUT THE ]OURNAL
Maebashi, Japan
Syed Azhar Syed Sulaiman, School of Pharmaceutical Sciences, Universiti Sains Malaysia, Pinang Islands, Malaysia
Debabrata Banerjee, Department of Pharmacology, The Cancer Institute of NJ, Rutgers, The State University of New Jersey,
United States
Iwan Dwiprahasto, Faculty of Medicine Universitas Gadjah Mada, Indonesia
I Usemame
Dyah Aryani Perwitasari, Faculty of Pharmacy Universitas Ahmad Dahlan, Indonesia
Elin Yulinah Sukandar, School of Pharmacy, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Zullies lkawati, Faculty of Pharmacy Universitas Gadjah Mada, Indonesia : Password
Ully Adhie Mulyani, Ministry of Health of Republic of Indonesia, Indonesia
Ajeng Diantini, Faculty of Pharmacy Universitas Padjadjaran, Indonesia . I Remember me
Tri Hanggono Achmad, Faculty of Medicine Universitas Padjadjaran, Indonesia I
Budi Setiabudiawan, Faculty of Medicine Universitas Padjadjaran, Indonesia I
I
:,t ,

Ida Parwati, Faculty of Medicine Universitas Padjadjaran, Indonesia


Dedy Almasdy, Faculty of Pharmacy Universitas Andalas, Indonesia
Rizky Abdulah, Faculty of Pharmacy Universitas Padjadjaran, Indonesia

iit:;,1-it i)
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy is indexed by
Search :

EqrRup+ ii-i:*+ hiiniJ i6ffi ic?.q r i ;;t I ilnA:i*Tffi*


;.K€yworde.:

{-
Search Scope

IAil
l

;l
l

:Y'-i€';':'::*:.^":

ffiW Browse

>
UCP by Univesitas Padjadjaran is licensed under a Creative Commons Attribution-Noncommercial 4.0 International By Issue

) By Author

> By Title

)
@ Other Journals
> Categories
View My Stats

f.r) iiiicAri0r,jli
> view
> Subscribe

L All(lJA(ll:
)

English
:)
i l, i.!nilf
r

MANUSCRIPT TEMPLATE

\_"

rirE
.5i4t
rr
ju rnal. un pad.ac. id/ijcp/abouUed itorialTeam
1t2
818t2019
Vol 8, No 1 (2019)

l$$N:2?52-6?I8

{0 fritJ;rKrinik
Terakreditasi DlKTl, sK Mendikbud ftr Nonnqx zr?/p/r014
e-l$SN:23:!7-57{}l
rloi: t{}.x5{lfiiiicp

lrCfJ[ L\)it:.i frfiG1$T1!lr $11i1!Ci1 C ij iqfir E I t'f &l{riiltvc$ Al*!*L;l.l*f#tlilriTs $*i{ IACr *1141'0N$
ASOLi I ni:i$iil
$ Home > Archives > Vot & No 1 (2019)
ONLINE SUBMISSIONS

L -- ::r:y:._"ji_*J
DOI: https://doi.orgl10. 15416/Ucp.2019.8. 1 AUTHOR GUIDEUNES

Table of Contents
Hubungan-an-tara pengetahuan sikap, dan Tindakan Gaya
Hidup sehat dengan Risiko PDF
re
l*_:y:llry:gg:'__J

re
Kardiovaskurar pada orang-6ewasa or peaesaair di Dairah l"ti,,"ii'iogv"r"*" (BAHASA SUBSCRIPTION/ORDER
$enyakit
re 10.154161iicp.2o19.8.1.1 INDONESIA)
1-11
Aris Widayati Fenty Fenty, yunita Linawati INDEXING

ABOUT THE JOURNAL


Efektivitas Biaya Terapi cairan Kristaloid dan Kotoid pada pasien
Anak Demam Berdarah di PDF
Rumah Sakit pKU Muhammadiyah Bantut (BAHASA
lffi, ro.rs+rclijcp.2019.8.1.12 INDONESTA)
12-18
Chotlatun Nasriyah, Baiq A. A. Munawwarah, Dyah A. perwitasai
Username

Hubungan Pemberian Terapi Antipsikotik tertadap Keiadian


Efek samping sindrom PDF Password
Ekstrapiramidal pada pasien Rawlt Jaran ai s"rit s"ii, Rumah
sakit di sa-niul, iavakarta (BAHASA
il ro.ts41:6! ijcp,2ol9.8.r.19 INDONESIA)
. Remember me
1F30
Haafrzah Dani4 Imaniar N. Fan:dah, Khansa F. Rahmah
Peruitasri
Rizw Abdurah, Merisa I. Bailiana, Dyah A. I]
Efek Konseling Menggunakan-Brie{Gounseling 5A Modifikasi
Disertai pesan Motivasional PDF
F.armasas daram peningkatan periraku aan oulcome-Gnik pasien
Di;bei;; i,i"riirJa"ng"n (BAHASA
{inertensi Rawat ralan di RSUD panembahan Senopaii, Aantut INDONESIA)
ffi ro.rs+relijcp.2019.8.1.31 3747
Ginanjar Z. Saputt, Akrom Akrom, Muhammad Muhlis,
Ainun Muthoharoh Ri:l I::t, i)
Search !
Masarah Farmasetika dan rnteraksi obat pada Resep
Racikan pasien pediatri: studi PDF i Keywords...
Retrcspektif pada Salah satu Rumah Sadt al xaUrpli"n aogo,
q. 10.15416/ijcp.2019.B.l.42
(BAHASA
INDONESIA)
:earch Scope
Anna U. H. Rochjana, Mahdi lufn; Refriosai Andra|etL
4248 : All
Ratu A. D. Sattika

f.1kto.r-faktor yang Berhubungan dengan pemanfaatan obat rradisionar pada pasien PDF
Hiperkolesterolemia di Rumah Riset Jimu ..xortus iJtus. (BAHASA
ffir ro.rs+rolijcp.2019.8.1.49 INDONESIA) Browse
49-57
Tyas F. DewL Ulfatun Nisa
) By Issue
Karian Penggunaan Antibiotik pada Neonatus rntensive
) By Author
care unit di sebuah Rumah sakit PDF ) By Title
Pemerintah di Surabava
f; ro.rstro/ijcp.zorg.e.r.se
58-71
) Other Journals
ftlix Hidatat, Adji P. Sebadi Eko Setiawan > Categories

Profil Penggunaan Antidiabetik pada pasien Diabetes


Melitus Gestasional di puskesmas i\'il
Wilayah Kecamatan pontianak Kota PDF l' i I r..:,.1 : .i a,\ tJ i:;

{f' ro.rs+relijcp.2019.8.1.72
(BAHASA
INDONESIA)
>
':

72-80 View
. Kharina Anisya, Robiyanto Robiyantq Nurmainah
Nurmainah > Subscribe

Authors and Keywords Index


PDF
Edttorial Board

Indonesian Journal of Ctinical phamracy is indo<ed


by

Eem"u,p,* ifrii*-1 h,r"iu 1o**"*,.,, ic",11g6 .";f.*


nf \ \ l{)eiiltiY!,
lJr,J,q..1 lff|,x,,!'u
MANUSCRIPT TEMPLATE

I
ii"'lS:":'::"j'." ili

rft*il .ry|

rl'o h' rrii,a*'i" Dt'itlitrr' ic li'6^'6i r'6/6p i ara.th,a fammanc At.ihr+i^6-N^6a^hmar.i.r


jurnal.unpad.ac.id/ijcp/issue/view I 1 1 gZ 4 n r^t6m.ti^^.r

1t2
SALINAN

KEPUTUSAN M E N T E R I PENDIDIKAN DAN K E B U D A Y A A N


REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 212/P /2014

TENTANG

AKREDITASI TERBITAN BERKALA I L M I A H PERIODE I T A H U N 2 0 1 4

MENTERI PENDIDIKAN D A N KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembinaan dan peningkatan m u t u


t e r b i t a n b e r k a l a i l m i a h y a n g t e r b i t d i Indonesia, p e r l u
d i l a k u k a n akreditasi terhadap terbitan berkala dimaksud;
b. b a h w a p e m b e r i a n s t a t u s a k r e d i t a s i t e r h a d a p s u a t u t e r b i t a n
berkala ilmiah merupakan upaya pemerintah memberikan
j a m i n a n kepada masyarakat bahwa terbitan berkala ilmiah
y a n g b e r s a n g k u t a n m e m e n u h i p e r s y a r a t a n m u t u sesuai
hasil penilaian Tim Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah
D i r e k t o r a t J e n d e r a l P e n d i d i k a n Tinggi;
c. b a h w a s e h u b u n g a n dengan p e l a k s a n a a n p e n i l a i a n d a n
p e m b e r i a n s t a t u s a k r e d i t a s i sebagaimana d i m a k s u d pada
h u r u f b, p e r l u m e n e t a p k a n h a s i l a k r e d i t a s i t e r b i t a n b e r k a l a
ilmiah;
d. b a h w a b e r d a s a r k a n p e r t i m b a n g a n sebagaimana d i m a k s u d
p a d a h u r u f a, h u r u f b, d a n h u r u f c, p e r l u m e n e t a p k a n
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang
A k r e d i t a s i T e r b i t a n B e r k a l a I l m i a h Periode I T a h u n 2 0 1 4 ;

Mengingat : 1. U n d a n g - U n d a n g Nomor 20 T a h u n 2 0 0 3 t e n t a n g Sistem


P e n d i d i k a n Nasional (Lembaran Negara R e p u b l i k Indonesia
T a h u n 2 0 0 3 Nomor 7 8 , T a m b a h a n L e m b a r a n Negara
R e p u b l i k Indonesia Nomor 4301);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang
P e n d i d i k a n Tinggi (Lembaran Negara R e p u b l i k Indonesia
T a h u n 2 0 1 2 Nomor 158, T a m b a h a n L e m b a r a n Negara
R e p u b l i k Indonesia Nomor 5336);
3. P e r a t u r a n P e m e r i n t a h Nomor 17 T a h u n 2 0 1 0 t e n t a n g
Pengelolaan d a n Penyelenggaraan P e n d i d i k a n sebagaimana
t e l a h d i u b a h dengan P e r a t u r a n P e m e r i n t a h Nomor 66
T a h u n 2 0 1 0 t e n t a n g P e r u b a h a n Atas P e r a t u r a n Pemerintah
Nomor 17 T a h u n 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan P e n d i d i k a n (Lembaran Negara T a h u n 2 0 1 0
Nomor 112, T a m b a h a n L e m b a r a n Negara Nomor 5157);
4. P e r a t u r a n P e m e r i n t a h Nomor 4 T a h u n 2 0 1 4 t e n t a n g
Penyelenggaraan P e n d i d i k a n d a n Pengelolaan P e r g u r u a n
Tinggi (Lembaran Negara R e p u b l i k I n d o n e s i a T a h u n 2 0 1 4 ,
Nomor 16, T a m b a h a n L e m b a r a n Negara R e p u b l i k Indonesia
Nomor 5500);
-2-

5. P e r a t u r a n Presiden Nomor 4 7 T a h u n 2 0 0 9 t e n t a n g
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara
sebagaimana t e l a h beberapa k a l i d i u b a h t e r a k h i r dengan
P e r a t u r a n Presiden R e p u b l i k I n d o n e s i a Nomor 13 T a h u n
2 0 1 4 t e n t a n g P e r u b a h a n K e l i m a Atas P e r a t u r a n Presiden
R e p u b l i k Indonesia Nomor 4 7 T a h u n 2 0 0 9 t e n t a n g
P e m b e n t u k a n d a n Organisasi K e m e n t e r i a n Negara;
6. P e r a t u r a n Presiden Nomor 24 T a h u n 2 0 1 0 t e n t a n g
K e d u d u k a n , Tugas, d a n F u n g s i K e m e n t e r i a n Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I
K e m e n t e r i a n Negara sebagaimana t e l a h beberapa k a l i
d i u b a h t e r a k h i r dengan P e r a t u r a n Presiden Nomor 14
T a h u n 2 0 1 4 t e n t a n g P e r u b a h a n K e l i m a Atas P e r a t u r a n
Presiden Nomor 24 T a h u n 2 0 1 0 T e n t a n g K e d u d u k a n ,
Tugas, d a n F u n g s i K e m e n t e r i a n Negara Serta S u s u n a n
Organisasi, Tugas, d a n F u n g s i Eselon I K e m e n t e r i a n
Negara;
7. K e p u t u s a n Presiden Nomor 84/P T a h u n 2 0 0 9 mengenai
P e m b e n t u k a n Kabinet Indonesia B e r s a t u I I sebagaimana
t e l a h beberapa k a l i d i u b a h , t e r a k h i r dengan K e p u t u s a n
Presiden Nomor 54/P T a h u n 2 0 1 4 ;
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22
T a h u n 2 0 1 1 t e n t a n g T e r b i t a n B e r k a l a I l m i a h (Berita
Negara R e p u b l i k Indonesia T a h u n 2 0 1 1 Nomor 328);
9. P e r a t u r a n M e n t e r i P e n d i d i k a n d a n K e b u d a y a a n Nomor 1
T a h u n 2 0 1 2 t e n t a n g Organisasi d a n T a t a Kerja K e m e n t e r i a n
P e n d i d i k a n d a n Kebudayaan sebagaimana t e l a h beberapa
k a l i d i u b a h t e r a k h i r dengan P e r a t u r a n M e n t e r i P e n d i d i k a n
d a n K e b u d a y a a n Nomor 25 T a h u n 2 0 1 4 t e n t a n g P e r u b a h a n
K e d u a Atas P e r a t u r a n M e n t e r i P e n d i d i k a n d a n Kebudayaan
Nomor 1 T a h u n 2 0 1 2 t e n t a n g Organisasi d a n Tata Kerja
K e m e n t e r i a n P e n d i d i k a n d a n Kebudayaan (Berita Negara
R e p u b l i k I n d o n e s i a T a h u n 2 0 1 4 Nomor 459);

MEMUTUSKAN:

M e n e t a p k a n : KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


TENTANG AKREDITASI TERBITAN BERKALA ILMIAH
PERIODE I T A H U N 2 0 1 4 .

KESATU : M e n e t a p k a n A k r e d i t a s i T e r b i t a n B e r k a l a I l m i a h Periode I
T a h u n 2 0 1 4 sebagaimana t e r c a n t u m d a l a m L a m p i r a n y a n g
m e r u p a k a n bagian y a n g t i d a k t e r p i s a h k a n d a r i K e p u t u s a n
Menteri i n i .
KEDUA : A k r e d i t a s i t e r b i t a n b e r k a l a i l m i a h sebagaimana d i m a k s u d
p a d a D i k t u m KESATU b e r l a k u selama 5 (lima) t a h u n sejak
ditetapkannya Keputusan Menteri i n i , termasuk nomor terbitan
y a n g d i a j u k a n d a l a m proses a k r e d i t a s i .
KETIGA : Setiap t e r b i t a n b e r k a l a i l m i a h d i w a j i b k a n m e n c a n t u m k a n masa
b e r l a k u a k r e d i t a s i dengan m e n u l i s k a n tanggal penetapan d a n
tanggal a k h i r m a s a b e r l a k u a k r e d i t a s i .
KEEMPAT : J i k a d i k e m u d i a n h a r i d i t e m u k a n d a t a y a n g t i d a k sesuai
dengan f a k t a , m a k a s t a t u s a k r e d i t a s i t e r b i t a n b e r k a l a i l m i a h
yang bersangkutan dinyatakan gugur.
KELIMA K e p u t u s a n M e n t e r i i n i m u l a i b e r l a k u p a d a tanggal d i t e t a p k a n .

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 3 J u l i 2 0 1 4
MENTERI PENDIDIKAN DAN K E B U D A Y A A N
REPUBLIK INDONESIA,
anb.

SEKRETARIS J E N D E R A L

TTD.

AINUN N A I M
NIP 1 9 6 0 1 2 0 4 1 9 8 6 0 1 1 0 0 1

Salinan sesuai dengan aslinya.


Kepala B i ro H u k u m d a n Organisasi
Kementerian P e n d i d i k a n d a n Kebudayaan,

A n i Nurdiarri~Azizah y
NIP 1 9 5 8 1 2 0 1 1 9 8 6 0 3 2 0 0 1
SALINAN
LAMPIRAN
KEPUTUSAN M E
NOMOR 212/P/2
TENTANG
AKREDITASI TER
TAHUN 2014

AKREDITASI TERBITAN BERKALA I L M I A H PERIODE I T A H U N

Agama 1 TEOSOFI: J u r n a l T a s a w u f 2088-7957 J u r u s a n A k i d a h Filsafat


dan Pemikiran Islam Fakultas Ushuluddin UIN
S u n a n A m p e l Surabaya

2 M A D A N I A ( J u r n a l Kajian 1410-8143 I n s t i t u t A g a m a I s l a m Negeri


Keislaman) (IAIN) B e n g k u l u

3 I n d o n e s i a n J o u r n a l of I s l a m 2089-1490 Program Pascasarjana STAI


a n d M u s l i m Societies Salatiga
(IJIMS)
4 J u r n a l Pemikiran Islam: Al- 1412-7512 STAIN Ponorogo
Tahrir

Ekonomi 1 The S o u t h East A s i a n 1978-1989 D e p a r t e m e n Manajemen,


J o u r n s J of M a n a g e m e n t Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia
2 Jurnal Akuntansi 2086-7603 J u r u s a n Akutansi Fakultas
Multiparadigma B i s n i s U n i v e r s i t a s Brawijay

Kesehatan 1 J u r n a l Faiiiiasi Klinik 2252-6218 Universitas Padjadjaran


Indonesia
2 J u r n a l Faiiiiasi Indonesia 1412-1107 Pengurus Pusat I k a t a n
Apoteker I n d o n e s i a

3 J u r n a l Anestesiologi 2089-970X Perhimpunan Dokter


Indonesia Anestesiologi d a n Terapi
Insentif Indonesia
(PERDATIN) Pusat

4 KEMAS 1858-1196 J u r . Kesehatan M a s y a r a k a t


FIK UNNES Bekerjasama
dengan I k a t a n A h l i
Kesehatan M a s y a r a k a t
Indonesia Pusat

5 I n d o n e s i a n J o u r n a l of 2338-6401 Perkumpulan Obstetri dan


Obstetrics a n d Gynecology Ginekologi Indonesia (POGI
(INAJOG)
Pertanian 1 J u r n a l I l m u d a n Teknologi 1693-3834 M a s y a r a k a t Penelitian K&yu
K a y u Tropis I n d o n e s i a (The I n d o n e s i a n
Wood Research Society)
2 J u r n a l I l m u d a n Teknologi 2087-9423 I k a t a n Sarjana Oseanologi
K e l a u t a n Tropis Indonesia dan Departemen
I l m u d a n Teknologi
K e l a u t a n , FPIK-IPB

Rekayasa 1 Kursor 0216-0544 Program S t u d i T e k n i k


Informatika, Fakultas
Teknik, Universitas
Trunojoyo

S a l i n a n sesuai dengan aslinya.


K e p a l a B i r o H u k u m d a n Organisasi AINU
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, NIP 1 9

A n i N u r d i a n i Azizah
NIP 1 9 5 8 1 2 0 1 1 9 8 6 0 3 2 0 0 1

Anda mungkin juga menyukai