Anda di halaman 1dari 6

TUGAS INDIVIDU

KOMUNIKASI DAN KONSELING

“KONSELING ANTIBIOTIK”

OLEH:

NAMA : SITTI NURAISYAH WAHYUNINGRUM

NIM : O1A117124

KELAS : C

DOSEN : apt. Dr.rer.nat. ADRYAN FRISTIOHADY LUBIS, S.Farm., M.Sc.

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2020
RESUME JURNAL
“Active Educational Intervention as a Tool to Improvesafe and Appropriate Use of
Antibiotics”
A. Resistensi Antibiotik
Penggunaan antibiotik yang tidak rasional menjadi perhatian karena dapat menjadi
penyebab terjadinya resistensi antibiotik, atau keadaan ketika bakteri berubah sehingga
menyebabkan tidak efektifnya obat antibiotik. Resistensi antibiotik dapat menjadi
permasalahan kesehatan dan biaya pengobatan terkait dengan infeksi bakteri.
Ketidakrasionalan penggunaan antibiotik dapat dikarenakan kurangnya pengetahuan
masyarakat mengenai antibiotik.
Di Amerika Serikat, dalam sehari, antibiotik diberikan dengan persentase 50-75%
untuk pemberian di rumah sakit. Pengaturan penggunaan antibiotik dianggap tidak
diperlukan karena antibiotik tersebut diresepkan untuk infeksi saluran pernapasan.
Berdasarkan survei yang melibatkan diadakan di Inggris, sepertiga orang dewasa sepakat
bahwa antibiotik digunakan untuk batuk dan pilek. Dalam persentase 43% dari orang
dewasa di Inggris juga menyetujui bahwa antibiotik dapat membunuh virus. Hal ini
merupakan ketidaktepatan penggunaan antibiotik yang sering terjadi di masyarakat.
Menurut penelitian, peningkatan yang signifikan dari ketidaktepatan penggunaan
antibiotik terjadi di Yordania. Ketidaktepatan penggunaan antibiotik meliputi penulisan
resep yang tidak rasional yaitu pemberian antibiotik untuk infeksi yang disebabkan oleh
virus dan pembelian antibiotik tanpa resep dokter. Dua hal ini dapat menyebabkan terjadinya
resistensi antibiotik. Berdasarkan survei yang dilakukan, responden percaya bahwa
antibiotik dapat mengobati batuk, pilek dan infeksi yang disebabkan oleh virus secara efektif
dan lebih dari 50% dari responden survei menyatakan menyimpan antibiotik di rumah untuk
sewaktu-waktu dapat digunakan dalam keadaan darurat dan juga digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit, serta menggunakan antibiotik sisa tanpa konsultasi kepada dokter
terlebih dahulu.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian di jurnal ini adalah menggunakan kuisioner
sebelum dan sesudah diadakannya edukasi tentang penggunaan antibiotik secara tepat, serta
mengevaluasi di antara responden orang dewasa (berusia lebih dari 18 tahun) yang
bertempat tinggal di Yordania, mengenai pengetahuannya tentang penggunaan dan
resistensi antibiotik. Kuisioner tersebut dikembangkan dan divalidasi berdasarkan literatur
yang berkaitan dengan penelitian ini. Proses validasi dilakukan secara individual oleh dua
orang apoteker klinis, satu orang ahli statistik dan satu orang sosiolog. Proses validasi ini
dilakukan untuk memastikan kesesuaian. Pertanyaan- pertanyaan dalam kuisioner
menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat awam tanpa adanya kalimat-
kalimat medis dan terminologi yang sulit. Kuisioner diuji dan divalidasi pada 14 orang
responden (5% dari sampel yang ditargetkan) untuk memperjelas ambiguitas.
Responden diberi edukasi mengenai antibiotik secara lisan. Responden dipilih dari
latar belakang, pekerjaaan dan pendidikan yang berbeda, yaitu dipilih secara random dari
pusat perbelanjaan, pusat kebugaran maupun pusat kecantikan. Pengumpulan data untuk
penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Juni 2012.
Responden diminta mengisi kuisioner pra-edukasi tentang kesesuaian penggunaan
antibiotik maupun tentang resistensi antibiotik oleh Apoteker. Kuisioner pra-edukasi terbagi
menjadi tiga bagian dengan 17 buah pertanyaan dan cara pengisiannya dengan menjawab
pilihan ya atau tidak. Bagian pertama memuat 5 buah pertanyaan mengenai evaluasi
penggunaan antibiotik secara tepat. Bagian kedua memuat 5 buah pertanyaan mengenai
penggunaan antibiotik untuk ibu hamil, ibu menyusui, anak di bawah 8 tahun, anggota
keluarga yang alergi terhadap antibiotik dan profilaksis atau digunakan sebagai pencegahan
terhadap infeksi secara aman. Bagian ketiga memuat 7 buah pertanyaan mengenai resistensi
antibiotik.
Kemudian, responden diedukasi secara verbal menggunakan kartu edukasi yang
berjudul ‘‘Get smart, know when antibiotics can be used’’dari Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit mengenai penggunaan antibiotik yang baik dan benar. Setelah
diedukasi, responden diminta mengisi lagi kuisioner yang disediakan. Responden diberi
kode untuk mengisi kuisioner tersebut menggunakan SPSS. Kuisioner ada yang ditulis
secara berulang untuk memastikan validasi responden dan mencegah adanya ambiguitas.
Hasil jawaban dari responden mengenai jawaban ya atau tidak digunakan untuk
menghitung skor mengenai pengetahuan responden tentang kesesuaian penggunaan
antibiotik maupun tentang resistensi antibiotik. Pemberian skor 3 untuk responden yang
memiliki tanggapan 70% benar mengenai antbiotik, skor 2 untuk responden yang memiliki
tanggapan 50-70% benar mengenai antibiotik dan skor 1 untuk responden yang memiliki
tanggapan kurang dari 50% yang benar mengenai antibiotik.
C. Hasil
Responden yang mengisi kuisioner sebanyak 271 orang
1. Penggunaan antibiotik yang tepat
Pada pengisian kuisioner pra-edukasi, responden menyatakan sering
menggunakan antibiotik untuk mengobati gejala yang timbul akibat infeksi virus. Nilai
untuk penggunaan antibiotik secara tepat adalah 45.8% (24.3). Setelah dilakukannya
edukasi oleh Apoteker, tingkat kepahaman responden mengenai penggunaan antibiotik
yang tepat meningkat. Nilai yang diperoleh adalah 75.9% (29.1).
2. Penggunaan antibiotik yang aman
Responden memiliki tingkat pengetahuan dan kesadaran yang lebih tinggi
dibandingkan dengan penggunaan antibiotik yang tepat. Penggunaan antibiotik yang
perlu diperhatikan, agar penggunaan antibiotik aman, yaitu penggunaan antibiotik untuk
ibu hamil, ibu menyusuai dan anak (anak kurang dari 8 tahun). Sebagian responden
mengetahui bahwa penggunaan antibiotik harus dengan resep dokter dengan
kewaspadaan terhadap kemungkinan adanya akergi antibiotik. Nilai pra-edukasi tentang
penggunaan antibiotik yang aman adalah 23.8% (9.7) dan nilai paca-edukasi tentang
penggunaan antibiotik yang aman adalah 76% (0.017).
3. Pengetahuan tentang resistensi antibiotik
Nilai pra-edukasi responden tentang pengetahuan mengenai resistensi antibiotik
adalah 65% (30.1) dan untuk nilai pasca-edukasi responden tentang pengetahuan
mengenai resistensi antibiotik adalah 82% (29.1).
D. Pembahasan
Berdasarkan penelitian, Apoteker sangat berperan dalam meningkatnya
pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik yang tepat dan aman, terutama
peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai resistensi antibiotik. Pemberian edukasi
oleh Apoteker ke masyarakat mengenai penggunaan antibiotik secara tepat nmerupakan
strategi yang efektif untuk meningkatkan kepatuhan masyarakat terhadap penggunaan
antibiotik yang baik dan benar. Pada saat pra-edukasi, masyarakat menyakatakan sering
menggunakan antibiotik untuk mengatasi gejala flu dan infeksi yang disebabkan oleh virus.
Penyebab masyarakat menggunakan antibiotik untuk penyakit yang disebabkan oleh infeksi
virus karena masyarakat tidak mengetahui secara tepat perbedaan antara virus dan bakteri.
Persentase pengetahuan responden terhadap penggunaan antibiotik untuk infeksi virus yaitu
mencapai 93.3%.
Tidak semua responden mengetahui bahaya antibiotik apabila tidak digunakan
secara baik dan benar, terutama pada ibu hamil, ibu menyusui, anak kecil (biasanya di
bawah 8 tahun) serta risiko alergi terhadap penggunaan beberapa jenis antibiotik. Setelah
pemberian edukasi mengenai penggunaan antibiotik secara tepat serta mengenai resistensi
antibiotik, pemahaman responden menjadi meningkat.
Kampanye mengenai pentingnya penggunaan antibiotik secara tepat merupakan
strategi yang efektif untuk meningkatkan kepatuhan penggunaan antibiotik pada masyarakat.
Salah satunya yang diadakan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di
Yordania, yaitu kampanye ‘‘Get Smart: Know When Antibiotics Work’’. Kegiatan ini dapat
mencegah penggunaan antibiotik yang tidak rasional di masyarakat dengan menggerakan
kepatuhan terhadap pedoman peresepan antibiotik yang tepat, penurunan penggunaan
antibiotik untuk infeksi pernapasan yang disebabkan oleh virus dan meningkatkan kepatuhan
masyarakat terhadap penggunaan antibiotik yang diresepkan secara tepat. Untuk di
Yordania, juga ditegaskan mengenai penggunaan antibiotik yang tidak rasional dengan
menggunakan antibiotik tanpa resep dokter (Selfmedication), menggunakan antibiotik tidak
secara utuh (satu resep), tetapi dengan membagi atau menggunakan antibiotik sisa.
E. Kesimpulan
Apoteker berperan penting dalam meningkatkan pengetahuan responden mengenai
penggunaan antibiotik yang tepat dan aman serta meningkatkan kesadaran tentang resistensi
antibiotik. Penelitian ini berdasarkan masalah kampanye nasional mengenai penggunaan
obat yang rasional di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Shehadeh, M.B., Suaifan, G.A., dan Hammad, E.A., 2016, Active Educational Intervention as a
Tool to Improve Safe and Appropriate Use of Antibiotics, Saudi Pharmaceutical Journal,
Vol. 24(5).

Anda mungkin juga menyukai