Anda di halaman 1dari 11

DENTAL MATERIAL

Outline:
Material plastis estetis  GIC, Resin-modified GIC, Resin Komposit, Polimer
Bonding agent
Material tumpatan sementara  semen

I. Material Plastis Estetis


a) GIC
- Material tumpatan yang sewarna dengan gigi
- Semen berbahan dasar air (water based cement)
Klasifikasi
1) Tipe I: Luting crowns, bridges, dan braket ortodontik.
2) Tipe IIa: semen restorasi estetik.
Tipe IIb: semen restorasi reinforced.
3) Tipe III: Lining cements, basis.
4) Tipe IV: Fissure Sealants
5) Tipe V: Semen Ortodontik
6) Tipe VI: Core Build Up
7) Type VII - Fluoride releasing
8) Type VIII - ART (atraumatic restorative technique)
9) Type IX - Deciduous teeth restoration
Komposisi
GIC disediakan dalam bentuk powder dan liquid. Komponen utama GIC
adalah glass, polyacid, air, dan asam tartarat.
a) Fluoroaminosilicate Glass (FAS)
Ø Mengandung tiga komponen utama : Silika (SiO2), Alumina (Al2O3),
dan Kalsium Fluorida (CaF2)
Ø Didinginkan secara mendadak dan digiling menjadi bubuk dengan
berbagai ukuran partikel(15 μm-50 μm) tergantung kegunaan:
§ Filling àmaks. 50 μm
§ Luting dan liner à <20 μm
b) Cairan Poliasam
Ø Kopolimer dari asam itakonat, maleat, atau trikarboksilat.
Ø Asam tartarat
Ø Air

Sifat
a) Working dan setting time
Ø Dapat diatur dengan mengatur komposisi glass, ukuran partikel, dan
penggunaan asam tartaric
Ø Setting time: 6-8 menit sejak dimulainya pencampuran
Ø Setting time dapat diperpanjang dengan cara mengaduk GIC di atas
slab yang dingin.
b) Sifat termal
Ø Ekspansi termal sama dengan gigi sehingga bahan ini banyak
digunakan.
c) Strength
Ø Compressive strength paling rendah jika dibandingkan dengan bahan
direct esthetic lain (188 Mpa) à mampu menahan tekanan oklusal
namun perlu perkembangan
Ø Flexural strength adalah 45-50 Mpa à nilai paling rendah di antara
bahan restorasi
Ø Paling kuat dibandingkan dengan semen yang menggunakan bubuk
zinc oxide, tetapi brittleà tidak dapat digunakan pada gigi posterior.
Ø Bond strength lebih rendah dibandingkan dengan komposit, tetapi klinis
menunjukkan perlekatan didaerah servikal lebih baik dari pada
komposit
d) Hardness
Ø Kurang keras dibandingkan dengan resin komposit.
e) Fluoride ion release dan uptake
Ø Melepaskan fluorideà menurunkan resiko terjadinya karies
(antikariogenik)
f) Adhesion
Ø Dapat berikatan langsung dengan dentin ataupun email
Ø Sifat adhesif terhadap email lebih baik daripada dentinà email 2x besar
dari dentin
g) Biocompatibility
Ø Cukup baik
Ø Luting cement dapat menyebabkan hipersensitivitas
Ø Tidak mengiritasi jaringan pulpa sejauh ketebalan antara pulpa dan
dentin tidak kurang dari 0,5 mm
Ø Kurang dari 0,5 mmà gunakan protective liner seperti Ca(OH)2

b) Resin-Modified Glass Ionomers


 Nama lainnya hybrid ionomer, digunakan untuk restorasi bagi pasien dengan risiko
karies yang tinggi, penggabungan sifat GIC dengan RK
 Karena ada kandungan resinnya  lebih estetik dari GIC
 Komposisi:
1. Asam poliakrilik atau modifikasi asam poliakrilik yang mengandung
fotoinisiator champorquinone
2. Hydroxyethyl methacrylate (HEMA), monomer yang dapat mengeras
bila disinar dan merupakan suatu metakrilat hidrofilik yang
memungkinkan baik resin maupun komponen-komponen asam akan
segera larut dalam air. Penambahan HEMA bertujuan sebagai wetting
agent untuk mengurangi kerentanan ionomer cement terhadap air
sehingga meningkatkan sifat adhesi resin.
3. Bubuk berisi partikel glass fluoroalumino silikat yang bersifat radiopak
4. Air yang merupakan suatu komponen penting, dibutuhkan untuk
memudahkan proses ionisasi komponen asam sehingga reaksi asam
basa dapat terjadi.
 Reaksi:
Diset dengan reaksi ionomer berbasis asam + polimerisasi resin light-cured dari
2-hidroksietil metakrilat, meletakkan bonding agent sebelum RM-GIC bersifat
kontraindikasi karena dapat mengurangi penyerapan fluoride bagi dentin dan
enamel
 Sifat:
-Bonding ke struktur gigi tanpa adanya bonding agent
-Dietsa dengan menggunakan asam poliakrilik atau primer
-Flexural strength  2x dari GIC
-Melepas ion fluoride lebih dari kompomer dan komposit, sama dengan GIC
 Manipulasi:
-Set dengan cepat ketika di-light-cured, butuh waktu 5-10 menit setelah inisial set
-Warna dapat diatur dan tekstur permukaan dapat ditingkatkan dengan memberi
spray pada restorasi hybrid ionomer sehingga lingkungan sekitarnya basah
-Setelah itu divarnish
-Indikasi penggunaan: insiden karies akar, pasien dengan xerostomia, flow saliva
yang berkurang, anak-anak dengan risiko karies tinggi
 Resin modified sebagai liner kavitas (cavity liners)
 Menggarisi dinding dentin pada kavitas dalam
 Ketika digunakan sebagai liner, material memiliki isolasi thermal
 Diaplikasikan dengan Teknik sandwich untuk men-seal dentin, provide pelepasan
ion fluoride
 Bersifat radiopak

c) Kompomer
 Nama lainnya komposit bermodifikasi polyacid
 Digunakan pada area dengan tekanan bantalan yang rendah
 Ditujukan pada pasien dengan risiko medium adanya karies
 Komposisi:
-Monomer bermodifikasi polyacid, dengan silicate glass yang mampu melepas
fluoride, serta diformulasikan tanpa air
-Dikemas dalam formula pasta tunggal (single-paste) dalam suntikan
 Reaksi:
-Dengan polimerisasi light-cured
-Reaksi berbasis asam terjadi begitu kompomer menyerap air setelah peletakan dan
berkontak dengan saliva (pengambilan air penting untuk transfer fluoride)
 Sifat:
-Melepas fluoride secara mekanis (serupa dengan GIC dan RM-GIC)
-Daya pelepasan fluoride dan durasi lebih rendah dari GIC dan RM-GIC karena
sedikitnya glass ionomer
 Manipulasi:
-Dikemas dalam dosis satuan compules
-Membutuhkan bonding agent untuk mengikat struktur gigi
-Menggunakan light-cured secara incremental 2-2.5 mm

d) Resin Komposit

Komposisi

1. Matriks
• Monomer dimethacrylate alifatik atau aromatic, yang umum digunakan
pada resin komposit:
o Bis-GMA (bisphenol-A-glycidyl methacrylate)
® Memiliki ikatan rantai ganda aromatik yang masing-masing mengalami
polimerisasi akibat dari free-radical initiator
® Membutuhkan monomer pengencer
o UDMA (urethane dimethacrylate)
® Memiliki ikatan rantai ganda aromatik yang masing-masing mengalami
polimerisasi akibat dari free-radical initiator
® Membutuhkan monomer pengencer
o TEGDMA (trietilen glikol dimetakrilat)
® Berperan sebagai cross-linked agent
• Bersifat kental/viscous, sehingga sulit dimanipulasi
• Monomer pengencer (diluting monomer): MMA (methymethacrilate), bis-
DMA (dimethacrilate), UDMA (urethene dimethacrilate), TEGDMA (Triethylene
Glycol dimethacrilate), EGDMA (ethylene glycol dimethacrilate)
• Semakin banyak diluting monomer, semakin besar pula polymerization
shrinkage.

2. Filler
• Bahan anorganik yaitu borosilicate glass, lithium atau barium aluminium
silicate, stronsium atau zinc glass, dan quartz atau zirconia
Fungsi filler:
Ø Reinforcement (Meningkatkan sifat fisik dan mekanik): Filler (keramik)
lebih keras daripada matriks (polimer)
Ø Mengurangi Polymerization Shrinkage / Contraction: Semakin banyak
filler, semakin sedikit monomer dan penyusutannya akan berkurang
Ø Mengurangi Thermal Expansion & Contraction: Polimer berbentuk
amorf dan dapat mengalami ekspansi, sedangkan keramik berstruktur
kristalin sehingga atomnya sulit bergerak.
Ø Control of Workability/Viscosity: Monomer bersifat cair dan filler bersifat
padat/kental, sehingga hasil campurannya berupa pasta
Ø Mengurangi Water Sorption: Filler memiliki water sorption yang rendah
Ø Memberikan Radiopacity dan menetapkan tingkat estetik: Unsur logam
berat dalam filler memiliki berat molekul dan sifat radiopacity yang tinggi.

3. Coupling Agent
• Silane
• Membuat ikatan antara material organik dan anorganik
• Apabila tidak ada coupling agent à tekanan yang seharusnya terbagi pada
matrix dan filler tidak akan lebih berat dibebankan pada matriks à
kemungkinan komposit rusak bertambah (fraktur, dsb)
• Terdapat 2 ujung:
Ø Methoxy
Berhidrolisis dengan filler yang bersifat anorganik
Ø Methacrylate double bond
Berkopolimerisasi dengan monomer yang bersifat organic

4. Initiator-Accelerator System
• Terdapat 2 cara polimerisasi RK: Light Cure dan Self Cure
• Light-cure
Initiator: Camphoroquinon & DMAEMA (dimetilaminoetil metakrilat) [Photosensitizer]
Accelerator: amin organik.
• Self-Cure
Initiator: Benzoyl peroksida
Accelerator: amin organic

5. Bahan Lain
a. Inhibitor
® Mencegah terjadinya accidental polymerization dari monomer
® Memperpanjang masa penyimpanan resin
® Memastikan sufficient working time
® Bahan yang sering digunakan: hydroquinone dan monometyhl ether hydroquinone
b. Penyerap UV
® Meminimalkan perubahan warna yang disebabkan oleh proses
oksidasi
® Bahan yang umum digunakan: camphorquinone dan 9-fluorenone
c. Opaficer
® Memastikan komposit terlihat di dalam sinar-X
® Bahan yang sering digunakan: titanium dioksida dan aluminium dioksida
d. Pigmen Warna
® Agar warna resin komposit menyamai warna gigi geligi asli
® Zat warna yang biasa dipergunakan:
• ferric oxide : coklat-kemerahan
• cadmium black : kehitaman
• mercuric sulfide : merah

Sifat-sifat Resin Komposit


1. Sifat Fisika
Secara fisik, resin komposit memiliki nilai estetik yang baik sehingga nyaman
digunakan pada gigi anterior.
a. Working dan Setting Time
• Polimerisasi inisiasi saat komposit pertama kali
terekspos curing light
• Dari aspek klinis, setting komposit ini terjadi
selama sedikitnya 20-60 detik
• Setting untuk aktivasi kimia komposit 3-5 menit.
b. Polymerization Shrinkage dan Stress
• Seluruh komposit melalui penyusutan volume
saat setting
• Penyusutan ini menghasilkan perkembangan contraction stress menjadi 13
MPa antara komposit dan struktur gigi
• Tekanan ini dapat melebihi daya tarik enamel, mengakibatkan stress
cracking & enamel fractures sepanjang jalur interfase
c. Sifat Termal
• Besar koefisien termal komposit lebih besar daripada dentin (8,3 x 10-6) dan
enamel (11,4 x 10-6)
• Perbedaan koefisien ekspansi pada komposit dan gigi dapat menyebabkan
pembentukan celah dan rembesnya oral fluid
d. Water Sorption dan Solubility
• Penyerapan air pada partikel hybrid < microfine, karena volume gesekan
polimer komposit lebih rendah pada partikel fine
• Apabila komposit mampu menyerap air à terserapnya cairan lain dari
rongga mulut sehingga menyebabkan kerusakan warna
• Solubility: bervariasi antara 0.25 – 2.5 mg/mm3
e. Optical
• Resin komposit resisten terhadap perubahan warna, namun sensitif
terhadap penodaan
• Dapat terjadi perubahan warna jika terjadi oksidasi.
• Untuk menambahkan opasitas à digunakan titanium dioxide dan
alumunium oxides
• Komposit lebih opaque pada cahaya biru daripada merah, sehingga cahaya
biru digunakan untuk cure light-activated composites (470nm)

2. Sifat Mekanik
a. Strength dan Modulus
• Compressive strength sangat penting karena adanya chewing force
• Flexural dan compressive modulus dari microfilled dan flowable komposit
lebih rendah 50% daripada komposit hybrid
• Tensile dan compressive strength lebih rendah daripada amalgam
à memungkinkan untuk dijadikan restorasi insisal
b. Knoop Hardness
• Tingkat kekerasan pada komposit lebih rendah dari enamel dan dental
amalgam
• Untuk komposit hanya 22-80kg/mm2, sedangkan enamel 343 kg/mm2
• Knoop Hardness pada fine particles komposit > dari microfine particles
komposit karena tingkat kekerasan serta volume partikel filler
• Menunjukkan adanya resistansi sedang pada tekanan
c. Kekuatan Ikatan pada Gigi
• Kekuatan ikatan komposit pada enamel dan dentin antara 20-30 MPa
• Pada dentin, lapisan hybrid dari ikatan resin dan kolagen sering terbentuk
• Ikatan adesif memasuki tubulus dentis
• Kekuatan kompresif dan kekuatan tensil resin komposit > resin akrilik
• Kekuatan tensil komposit dan daya tahan terhadap fraktur
memungkinkannya digunakan bahan restorasi ini untuk penumpatan sudut
insisal
d. Adhesi
• Terjadi apabila dua subtansi yang berbeda melekat sewaktu berkontak
disebabkan adanya gaya tarik – menarik yang timbul antara kedua benda
tersebut
• Resin komposit tidak berikatan secara kimia dengan email
• Adhesi diperoleh dengan dua cara:
1. Dengan menciptakan ikatan fisik antara resin dengan jaringan gigi
melalui etsa (proses dengan asam kuat). Pengetsaan pada email
menyebabkan terbentuknya porositas tersebut sehingga tercipta retensi
mekanis yang cukup baik.
2. Dengan penggunaan lapisan yang diaplikasikan antara dentin dan resin
komposit dengan maksud menciptakan ikatan antara dentin dengan
resin komposit tersebut (dentin bonding agent)

3. Sifat Kimia
• Komposit dapat menyerap air dan akan mempengaruhi warna dari komposit
• Komposit dapat menyerap cairan lain dari rongga mulut sehingga
menyebabkan kerusakan warna
• Chemical corrosion tidak umum terjadi, karena biasanya hanya terjadi pada
restorasi metal dan alloy

4. Sifat Biologi
• Jika terdapat komponen yang dikeluarkan / berdifusi dari bahan dan
mencapai pulpa à dapat membahayakan pulpa
• Komposit yang berpolimerisasi dengan tepat, relative dapat diterima jaringan,
karena menunjukkan kelarutan minimal dan unsur tidak bereaksi terlepaskan
dalam jumlah kecil untuk menyebabkan reaksi toksik
• Bahan komposit yang tidak mengeras atau inadequately cured composite
pada dasar kavitas à menimbulkan inflamasi pulpa
• Komposit dapat mengerut selama pengerasan dan memungkinkan terjadinya
kebocoran tepi à menyebabkan pertumbuhan bakteri dan mikroorganisme
à timbulnya karies sekunder, reaksi pulpa, ataupun keduanya

5. Sifat Klinis
a. Depth of cure
• Komposit pada umumnya memiliki depth of cure 2-3mm.
• Tergantung dari panjang gelombang yang digunakan untuk menyinari,
radiasi sinarnya, dan penghamburan sinar oleh material restorasi
(komposit).
• Oleh karena itu, pada kavitas yang dalam, penambalan dilakukan secara
incremental.
b. Radiopacity
• Ketika komposit dipergunakan sebagai material restoratif posterior,
radiopacity merupakan komponen yang sangat penting
• Beberapa komposit memiliki radiopacity yang lebih rendah dibandingkan
dentin
• Hal ini tidak memadai karena X-Ray tidak akan menunjukkan keberadaan
karie
• Sebenarnya, belum jelas mengenai radiopacity yang optimal untuk
komposit; namun, komposit setidaknya sama radiopaque-nya dengan
enamel

Cara Manipulasi Resin Komposit


1. Isolation
Resin komposit merupakan material yang sangat sensitif sehingga adanya
sedikit kontaminasi atau terjadinya keslahn prosedural mengakibatkan
durability dari restorasi. Oleh karena itu, diperlukan isolasi terhadap objek yang
akan diresotrasi menggunakan resin komposit. Isolasi yang terbaik adalah
dengan menggunakan rubber dam.
2. Etching/Conditioning
Perubahan kimiawi pada permukaan dentin yang disebabkan karena adanya
asam bertujuan untuk menghilangkan smear layer dan demineralisasi dentin.
Etching time: waktu pengaplikasian 15-30 detik, untuk gigi sulung diperlukan
60 detik. Dapat menjadikan permukaan gigi kasar karena menghilangkan
kalsium dari enamel.
3. Washing/Drying
Washing dilakukan dengan menggunakan triple syringe dalam waktu 5-10 detik
lalu dikeringkan.
4. Bonding
Bonding agent merupakan unfilled resin yang mengalir ke dalam micro
channels dan membentuk interlocking system. Bonding agent tersedia dalam
bentuk liquid. Pengaplikasian bonding agent menggunakan brush kecil.
5. Curing
Dilakukan penyinaran kurang lebih 20 detik.
6. Determine Shade
Untuk resin komposit yang digunakan sebagai bahan veneers.
7. Matrix Band Aplication
Pengaplikasian matrix band&wedge untuk restorasi kelas II.
8. Incremental Build Up & Curing of Composite
Pengisian kavitas setelah itu dilakukan curing selama 40-45 detik.
9. Finish & Polish
Tungsten carbide finishing bur à melakukan cotour pada margin ridge. Rugby
ball’shaped fine diamond à contour anatomi occlusal. Seluruh instrumen yang
memiliki kecepatan tinggi digunakan dengan water spray. Flexible, abrasive,
impregnated disc à polish dan menghasluskan kontur oklussal

Jenis Resin Komposit untuk Aplikasi Tertentu


1. Microfilled Composites
- Untuk restorasi kelas 3 dan 5 dimana estetika paling penting.
- Komposisi dimetakirlat resin dengan colloidal silica fillers dan prepolumerized
resin 0,04μm
- Karena kurang filler, ia mengalami water sorption dan thermal expansion yang
lebih banyak
-Shrinkage > nanohybrid/nanocomposite
2. Packable composites
- Merupakan pasta komposit yang sangat high-viscous dan low surface
tackiness (perlengketan).
- Direkomendasikan untuk restorasi kelas 1 dan 2.
- Komposisinya resin dimetakrilat dengan filler irregular.
- Viskositas tinggi
3. Flowable composites
- Merupakan komposit yang light-activated dan low-viscous.
- Direkomendasikan untuk lesi servikal, restorasi gigi sulung, dan
restorasi yang tidak mendapatkan stress dan strength yang besar.
- Biasa digunakan untuk pit fissure sealant
- Karena filler hanya mengisi 42-53% volume komposit, maka ia
mengalami shringkage dan kurang tahan terhadap wear.
4. Core build-up composites
- Untuk gigi yang masih memiliki struktur yang menempel dengan baik,
namun sebagian besar dentin hilang karena suatu penyakit biasa
digunakan core-build up composites
- Core-build up composites memiliki beberapa kelebihan dari amalgam,
yaitu dapat melekat pada dentin, bisa diselesaikan dengan cepat, dan
mudah membentuk kontur
5. Provisional composite
- Bersifat sementara, biasanya digunakan untuk mempertahankan posisi
gigi, sealing, dan insulasi

BONDING AGENT
Definisi Bonding Agent
 Bonding agent adalah material yang digunakan untuk merekatkan dua substansi yang
berbeda, atau merekatkan material dengan permukaan gigi.
 Perekatan resin ke gigi adalah hasil dari beberapa kemungkinan mekanisme:
1. Penetrasi mekanik dari resin dan pembentukan resin tag (ikatan mekanik resin
dengan enamel).
2. Difusi-presipitasi substansi pada permukaan gigi dimana monomer resin dapat
berikatan secara kimiawi maupun mekanik.
3. Ikatan adsorpsi-kimiawi pada komponen inorganik (hydroxyapatite) atau
komponen organik (Kolagen Tipe I) struktur gigi.
4. Kombinasi dari ketiga mekanisme tersebut.
katan kimia sulit dicapai karena gigi memiliki komposisi yang kompleks. Material
yang dapat bereaksi kimia dengan hydroxyapatite antara lain: zinc polycarboxylate,
glass ionomer, resin-modified glass ionomer, dan self-adhesive resin cements.

Perkembangan dan Klasifikasi Bonding Agent


Sebelum dikenal pengetsaan dan bonding agent enamel, kebocoran oral fluid pada rongga
mikroskopik di antara gigi dan material adalah salah satu masalah yang dihadapi. Pada tahun
1955, Michael Buonocore menemukan etsa dan mempraktikkan pengetsaan di permukaan gigi
sebelum menempatkan material restoratif akrilik. Monomer dari resin akrilik membasahi
permukaan etsa dan membentuk resin tag (ikatan mekanik antara resin dan enamel).

Berdasarkan tahapan pengaplikasiannya, bonding agent dapat diklasifikasikan


menjadi:
a. Etch-and-rinse: etching, priming, dan bonding dalam 3 tahap pengaplikasian
b. Self-etch: bonding resin dan primer dalam komponen yang sama, hanya perlu 1 kali
pengaplikasian.

Berdasarkan tempat pengikatannya, bonding agent dapat diklasifikasikan menjadi:


a. Enamel Bonding
Pengikatan material restoratif terhadap enamel, terjadi akibat retensi mikromekanik setelah
pengetsaan yang menghilangkan lapisan smear dan sebagian kristal hydroxyapatite. Primer dan
adhesive masuk ke permukaan enamel yang tidak rata dan membentuk resin tag.

b. Dentin Bonding
Dentin bonding selalu mengalami perkembangan hingga sekarang sudah mencapai generasi ke-8.
Material ini berbeda dengan enamel bonding, karen dentin memiliki kandungan air yang tinggi.
Dentin bonding terdiri dari conditioner (etsa), primer, dan sealer.

Komponen Bonding Agent


1. Primer
Primer adalah monomer hidrofilik/oligomer/polimer dalam sebuah pelarut. Pelarut yang umum
digunakan adalah aseton, ethanol-water, atau air. Primer berfungsi untuk menjadi promoter
adhesi, berikatan dengan kalsium di permukaan gigi.
2. Etsa
Etsa adalah material yang digunakan untuk membersihkan permukaan adhesive gigi dari
kontaminan berupa saliva, biofilm, atau sisa-sisa makanan.
3. Adhesive/Bonding Agent
Bonding agent berupa resin bis-GMA yang diturunkan viskositasnya dan mengandung
sedikit/tidak mengandung filler. Meningkatkan ikatan mekanis dengan membentuk resin tag
yang optimum pada enamel.
4. Activator
Berupa camphoroquinone atau organic amine untuk bonding agent yang bersifat light-cured dan
catalyst pada dual-cured bonding agent.

Tahap Pembentukan Adhesi yang Baik (Aplikasi Bonding Agent)


1. Permukaan substrat (gigi) harus bersih. Ketika permukaannya bersih, surface energy-nya
tinggi dan lebih memungkinkan penyerapan material seperti saliva, oleh karena itu permukaan
harus dilindungi dan langsung melakukan tahap bonding procedure selanjutnya.
2. Adhesive harus membasahi substrat sebaik mungkin untuk menghilangkan lapisan tipis, sudut
kontak yang kecil, dan menyebar merata.
3. Jangan sampai terdapat udara yang terjebak atau material di antara adhesive dan substrat.
4. Kontak yang tepat antara adhesive dan substrat menghasilkan ikatan fisik, kimiawi, atau
mekanik. Ikatan material restoratif secara kimiawi sulit dicapai, oleh karena itu umumnya
memiliki ikatan mekanik. Ikatan mekanik meliputi adhesive interlocking dengan permukaan
yang tidak rata.
5. Dilakukan curing yang tepat pada adhesive

Anda mungkin juga menyukai