Anda di halaman 1dari 31

DEPARTEMEN RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
Refarat
CARA MENGINTREPRETASI GAMBARAN RADIOGRAFI PENYAKIT
JARINGAN KERAS RONGGA MULUT

OLEH :
Nama : Muhammad Nur Ashra
Stambuk : J111 13 515
Pembimbing: Prof. Dr. drg. Hj. Barunawaty Yunus, M.Kes.
Sp.RKG(K)

DIBAWAKAN SEBAGAI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Radiografi memungkinkan dokter gigi untuk mengidentifikasi

berbagai kondisi yang lain mungkin tidak terdeteksi dan melihat kondisi yang

tidak dapat diidentifikasi secara klinis. Pada pemeriksaan langsung tanpa

menggunakan radiografi gigi membatasi praktisi dengan apa yang dilihat

secara klinis, pada gigi dan jaringan lunak. Dengan menggunakan radiografi

gigi, seorang dokter gigi dapat memperoleh banyak informasi tentang gigi

dan tulang pendukung. Penggunaan yang memadai dapat membantu

diagnostik dan pengamatan yang cermat secara klinis akan membantu dokter

gigi untuk sampai pada diagnosa yang tepat dan membuat pengobatan yang

berkualitas kepada pasien.1

Banyak lesi yang terjadi pada pada jaringan keras rongga mulut

memiliki gambaran radiogrfi sama dan seringkali sulit untuk membedakan

satu dengan yang lain. Evaluasi radiografi terhadap karakteristik lesi pada

rahang, yang meliputi lokasi, margin, kepadatan, kaitannya dengan gigi,

bersama dengan pengetahuan tentang data klinis umumnya membantu dalam

mempersempit diagnosis diferensial.1

Interpretasi radiografi gigi dapat menjadi sesuatu yang

membingungkan, tapi sangat mirip dengan interpretasi standar radiografi

tulang. Perbedaan utama adalah bahwa perubahan radiografi gigi seringkali

2
lebih halus. Selain itu, ada tanda patologis yang unik untuk rongga mulut.

interpretasi radiologis melibatkan studi rinci gambar radiologis, yang

akhirnya berkontribusi terhadap diagnosis. Hal ini membutuhkan penerapan

algoritma yang menuntut basis pengetahuan dan keterampilan tertentu.

Pengetahuan mengenai interpretasi gambaran radiologi sangat penting untuk

membedakan antara struktur normal rongga mulut dan melihat adanya suatu

kelainan pada jaringan keras rongga mulut, seperti adanya karies,

periodontitis, ostemeilitis, maupun adanya lesi yang berhubungan dengan

tulang rahang.6

3
BAB II

PENDAHULUAN

2.1 Gambaran Radiografi Normal Rongga Mulut

Pengetahuan rinci tentang anatomi merupakan prasyarat yang jelas untuk

semua dokter. Pemahaman yang sama mengenai penampilan struktur anatomi di

gambar radiologis juga penting. Hal ini memerlukan apresiasi menyeluruh anatomi

tiga dimensi dan bagaimana struktur radiologis ini muncul, tergantung pada

modalitas pencitraan yang digunakan. Pengetahuan tentang varian anatomi normal

dan penampilan radiologis rongga mulut juga penting.2

1. Anatomi Radiografi Periapikal

Maksila

a. Daerah Anterior Maksila

Bagian servikal dentin dari gigi anterior ditembus dalam

aspek lateral oleh sinar X-ray. Hal ini terlihat dalam radiografi

sebagai gambar radiolusen yang dikenal sebagai "efek burn-out".

Bagian anterior dari hidung dan sutura median juga dapat dilihat

dengan jelas dalam radiografi yang diambil dari daerah anterior

rahang atas.2

4
Gambar 2.1.A Gambaran periapikal dan skematik dari gigi
anterior rahang atas

b. Daerah Kaninus Maksila

Proyeksi ini menunjukkan prosesus nasalis dari rahang atas

dan jaringan lunak hidung. Kanal nasopalatinus, foramen insisivus

dan lobus anterior dari sinus maksilaris juga dapat terlihat dalam

proyeksi ini.2

Gambar 2.1.b Gambaran periapikal dan skematik kaninus


rahang atas

5
c. Daerah Premolar Maksila

Radiografi yang diambil dari premolar wilayah dasar rongga

hidung dan sinus maksilaris, biasanya dipisahkan dari septum atas

ujung akar gigi premolar kedua.2

Gambar 2.1.c Gambaran periapikal dan skematik premolar


rahang atas

d. Daerah molar rahang atas

Radiografi yang diambil dari daerah premolar menunjukkan

sinus maksilaris, tuberositas maksila, dan biasanya bagian zigoma.

Kadang-kadang proses dari tulang palatum, prosesus pterygoideus

dan prosesus koronoideus mandibula, yang disebut '' radix relicta ''

muncul terdapat pada gambaran radiografi gigi molar rahang atas.2

6
Gambar 2.1.d Gambaran periapikal dan skematik premolar
rahang atas

Mandibula

a. Daerah Anterior Mandibula

Radiografi yang diambil dari daerah anterior 4 gigi seri permanen

rahang bawah, fovea mentalis yang menunjukkan hasil radiolusen,

kanalis vaskular dan penonjolan dagu. efek burn-out juga dapat diamati

pada radiografi ini seperti di radiografi yang diambil dari wilayah

rahang atas.2

Gambar 2.2.a
Gambaran periapikal
dan skematik anterior
rahang bawah

b. wilayah Kaninus mandibula

Radiografi yang diambil dari daerah ini tidak menunjukkan formasi

anatomi penting. Tergantung pada sudut radiografi, foramen mental

dan enostosis sekitarnya dapat dilihat.

7
Gambar 2.2.b Gambaran periapikal dan skematik kaninus
rahang bawah

c. Daerah Premolar Mandibula

Radiografi yang diambil dari daerah premolar menunjukkan

foramen mental antara akar premolar, tentu saja kanal mandibula

dan fovea sublingual.2

Gambar 2.2.c Gambaran periapikal dan skematik kaninus


rahang bawah

d. Daerah Molar Mandibula

8
Radiografi yang diambil dari daerah molar menunjukkan kanal

mandibula, garis milohioid, eksternal dan internal garis miring.2

Gambar 2.2.c Gambaran periapikal dan skematik kaninus


rahang bawah

2. Anatomi Radiografi Panoramik

a. Daerah Dentoalveolar

Daerah ini dikelilingi oleh sinus maksilaris dan batas inferior rongga

hidung dari atas dan kanalis mandibula dari bawah. sisi frontal ramus

berlangsung di kiri dan kanan. Gigi terletak di rahang atas dan bawah dan

alveolus yang mendukung mereka terlihat di wilayah ini. Karies,

tambalan dan prostesis dievaluasi untuk gigi sedangkan masalah

periodontal dan patologi intraalveolar terkait dengan gigi dievaluasi untuk

alveolus.

b. Daerah Maksilaris

9
Bagian ini dikelilingi oleh orbita dari atas dan rahang atas sinus dan

batas inferior rongga hidung dari bawah. prosesus koronoideus mandibula

dan zygoma berlangsung pada kiri dan kanan. sinus maksilaris, kompleks

zygomatic, rongga hidung dan conchae, sphenoid, ethmoid, palatal, tulang

frontal dan fisura pterygomaxillary dapat diamati di wilayah ini. Lefort

patah tulang dan patologi sinus maksilaris dievaluasi di daerah ini.

c. Daerah Mandibula

Bagian ini terdiri dari gigi rahang bawah dan mandibula daripada

alveolus. Condylar dan proses koronoid, ramus, basis, angulus dan

simfisis berlangsung di daerah ini. kanalis mandibula, foramen mental,

fossa submandibula, bayangan ditumpangkan dari tulang leher, ridge

obliq eksternal, permukaan posterior lidah, langit-langit lunak dan uvula,

lantai tulang nasofaring dan hyoid juga dapat diamati di daerah ini.

Gambar 2.3 radiografi panoramic dengan tanda struktur anatomi

10
Keterangan gambar:
1. Tulang anterior hidung
2. Artikular tuberkulum dari tulang temporal
3. vertebra serviks
4. Proses koronoid
5. dorsum lidah (Shadow)
6. Telinga lobus
7. Epipharynx
8. saluran pendengaran eksternal
9. Ridge obliq Eksternal
10. Sulit langit-langit
11. Tulang hyoid
12. foramen insisivus
13. Konka nasalis inferior
14. Batas inferior kanaliis mandibualaris
15. infraorbital
16. sudut mandibula
17. Kanalis mandibula
18. Kondilus mandibula
19. Sinus maksilaris
20. tuberositas maksilaris
21. foramen Mental
22. Septum nasalis
23. Rongga hidung
24. Kanal nasopalatinus
25. rim Orbital
26. Prosessus pterygoideus tulang sphenoid
27. Fossa pterygopalatina
28. Sigmoid notch
29. Palatum molle
30. styloid
31. fossa submandibular
32. zygoma
33. lengkungan zygomatic

2.2 Prinsip Dasar Interpretasi Radiografi Kedokteran Gigi

Seorang dokter gigi professional membuat suatu diagnosis akhir melalui

interpretasi citra radiografi. Untuk menempatkan diagnosis adalah "seni"

mengidentifikasi penyakit dari tanda-tanda dan gejala. Interpretasi radiografi

memberi kita tanda-tanda atau gejala untuk menegakkan diagnosis. tanda-tanda lain

11
atau gejala yang mungkin menjadi bagian dari diagnosis dikumpulkan dengan

menggunakan keluhan utama pasien, riwayat medis dan gigi, pemeriksaan klinis,

pengujian vitalitas, pencitraan, biopsi, dan tes laboratorium. Langkah-langkah yang

diambil dalam menegakkan diagnosis adalah:1

(a) Identifikasi daerah atau struktur yang dipertanyakan,

(B) Interpretasi apa yang telah diidentifikasi; dan

(c) Diagnosis berdasarkan hasil interpretasi

Dokter gigi perlu mengembangkan keterampilan interpretatif untuk

mengidentifikasi semua struktur anatomi normal, baik gigi dan tulang, dan artefak

yang mungkin terlihat pada radiografi interior dan pantomographs. Dokter gigi yang

profesional juga harus dapat membedakan penyimpangan dalam bentuk radiografi

dan kepadatan dari struktur normal. Untuk menghasilkan diagnosis yang memadai,

dokter gigi harus tahu apa informasi yang relevan yang sedang dicari dari radiograf.7

2.2.1 Pemeriksaan Klinis Radiografi

Radiografi dilakukan ketika dokter gigi berpikir bahwa mereka

mungkin

untuk memberikan informasi diagnostik yang berguna yang akan

mempengaruhi rencana perawatan. Sering beberapa tanda klinis atau gejala

atau temuan dari riwayat medis pasien menunjukkan perlunya pemeriksaan

radiologis. informasi klinis dapat digunakan untuk memilih jenis radiografi

dan kemudian untuk membantu dalam interpretasi.1,3

12
2.2.2 Akurasi Perolehan Gambar Diagnosis

Terbatasnya jumlah atau kualitas yang tidak memadai dari radiografi

membatasi suatu informasi yang tersedia dari pencitraan diagnostik. Karena

dokter umum sering bertanggung jawab baik untuk meresepkan dan

menginterpretasikan radiografi, film memadai harus diakui dan gambar

tambahan sebagai pembanding diperoleh sebelum melanjutkan analisis.

1. Kualitas Gambar Diagnostik

Sebelum melakukan suatu interpretasi, kualitas dari gambar harus

diperiksa. Apakah terjadi kesalahan atau tidak. Jika gambar mengalami

distorsi, dapat mengakibatkan terjadi kesalahan dalam melakukan

pengukuran panjang saluran akar. Sebuah wilayah perbesaran pada gambar

yang melibatkan kondilus mandibula dapat didiagnosis keliru sebagai

hiperplasia condylar. Untuk alasan ini, pengetahuan yang spesifik tentang

semua kemungkinan distorsi gambar merupakan prasyarat untuk analisis

suatu gambar panoramik.1,3

Praktisi juga harus meihat untuk memeriksa apakah kepadatan atau

kontras gambar telah rusak oleh paparan sinar atau pada kesalahan

developing. Seorang dokter gigi professional melakukan interpretasi

radiograf jika image yang baik, baik visual characteristic(detail, contrast dan

density) maupun geometric characteristic (magnification/ unsharpness,

distortion) Seorang interpreter jangan sekali-kali melakukan interpretasi pada

13
radiografi dengan kualitas yang kurang baik karena akan mempengaruhi

keakuratan radiodiagnosisnya.1,3

3. Jumlah dan Jenis Gambar yang Tersedia

Awalnya pemeriksaan klinis menunjukkan jumlah dan jenis film yang

diperlukan. Kefokusan dan perhatian harus dilakukan dalam upaya untuk

membuat interpretasi dasar satu film, terutama pada gambaran radiografi

panoramik. Juga, bitewing atau proyeksi periapikal sering dapat dilengkapi

dengan tampilan lain yang dihasilkan dengan mengubah angulasi horizontal

atau vertikal dari sinar x-ray. Misalnya, deteksi karies rekuren sekitar gigi

restorasi yang besar dapat mengambil manfaat dari pandangan tambahan

yang diambil dengan mengubah sudut sinar x-ray. sebagian besar wilayah di

sudut yang sedikit berbeda.1

2.3 Prosedur Interpretasi Radiografi Lesi Intrasseus

Metode interpretasi radiografi disajikan berupa analisis langkah-demi-

langkah semua karakteristik radiografi dari kelainan dan produksi interpretasi

radiografi atas dasar temuan tersebut. Prosedur ini membantu memastikan

pengambilan dan pengumpulan semua informasi yang terkandung dalam gambar dan

meningkatkan akurasi interpretasi.1

14
2.3.1 Tahap 1 Melokalisasikan Kelainan

Localized atau Generalized

Lokasi anatomi dan batas kelainan harus dijelaskan. Informasi ini

membantu dalam memulai untuk memilih berbagai kategori penyakit. Banyak

kelainan dilokalisasi ke daerah spesifik. Jika penampilan yang abnormal

mempengaruhi semua struktur tulang dari daerah maksilofasial, kondisi

umum seperti metabolik atau endokrin kelainan tulang dianggap. Jika

kelainan terlokalisir, mungkin unilateral atau bilateral (Gambar. 3.1). Lokasi

dan luasnya lesi dapat memberikan informasi yang berguna tentang jaringan

yang terlibat. Lesi pada bagian posterior mandibula yang muncul dari bawah

kanal mandibula tidak mungkin odontogenik. informasi rinci mengenai lokasi

dan luasnya lesi juga penting dalam kaitannya dengan perencanaan bedah dan

biopsi. 3

Gambar 3.1 Tipe lokasi dari periapikal cement displasia

Tunggal atau Multifocal

15
Menentukan apakah suatu kelainan multifokal membantu dalam suatu

interpretasi, karena kemungkinan terjadinya kelainan multifokal sangat

jarang. Beberapa contoh lesi multifocal adalah periapikal cement dysplasia,

odontogenik keratocysts, lesi metastatik, multiple myeloma, dan infiltrasi

leukemi.pada sebagian besar kasus kelainan pada foto radiografi, kriteria ini

akan berfungsi sebagai panduan untuk meningkatkan akurasi dari interpretasi

yang dilakukan.3

Ukuran

Terakhir adalah mempertimbangkan ukuran lesi. Ada sangat sedikit

pembatasan ukuran untuk lesi tertentu, tetapi ukuran dapat membantu dalam

diferensial diagnosa. Misalnya, kista dentigerous seringkali lebih besar dari

hiperplastik folikel.1.3

2.3.2 Tahap 2: Menilai Bentuk dan Batas Lesi

Bentuk Lesi

Bentuk lesi dapat memberikan informasi yang berguna. Kista

dentigerous umumnya bulat atau ovoid. Sebaliknya, kista odontogenik sering

menunjukkan morfologi perifer yang bergigi. Osteoma dapat digambarkan

sebagai tulang menonjol cembung halus sementara osteochondroma

16
cenderung untuk terlihat dengan permukaan yang lebih teratur. Penilaian

bentuk lesi dapat dilihat apakah lesi tersebut berbentuk bulat atau oval,

bentuk lesi regular atau ireguler.1

Batas Lesi

1. Jika batas lesi jelas dapat di klasifikasikan sebagai berikut :

a. Demarkasi yang tajam antara jaringan normal dan abnormal dengan

tidak ada fitur lainnya. Hal ini sering disebut sebagai punch out.

Contohnya adalah multiple myeloma.1

Gambar 3.2 Multiple Myeloma

b. Batas berlapis (corticated Margin) yaitu berbentuk tipis, memiliki

garis radiopak pada pinggir lesi yang terdapat pada tulang (Gambar

3.3).1

17
Gambar 3.3 batas yang tegas pada kista radikular

c. Batas sklerotik (sclerotic margin). Ini mengacu pada batas yang

radiopak yang lebih tebal. Kebanyakan lesi inflamasi tulang yang

kronis menunjukkan margin sklerotik, yang mencerminkan Reaksi

dari tulang trabekular sekitarnya terhadap lesi inflamasi (gambar 3.4).

beberapa lesi seperti dysplasia semen-osseus dan beberapa lesi ganas

juga bisa menunjukkan margin sklerotik.1,3

Gambar 3.4 gambaran periapikal dari inflamasi periapikal gigi

d. Radiolusen pada tepi disertai kapsul jaringan lunak. Hal ini biasanya

mengacu pada batas lesi radiopak dan margin yang radiolusen

18
mencerminkan adanya jaringan lunak yang mengelilingi lesi. (gambar

3.5)1

Gambar 3.5 terdapat gambaran tepi radiopak yang dilapis gambar


radiolusen

2. Jika batas lesi tidak jelas, dapat berupa:

a. Perubahan secara bertahap dari lesi yang mengalami kelainan ke

normal, sperti pada lesi inflamasi yang membaik dan osteiti sclerosis

memperlihatkan batas yang tidak jelas.1,3

b. Batas invasif, dapat terlihat pada lesi yang ganas. Batas agresif dan

infiltratif termasuk penampilan ekstensi ke dalam tulang yang

berdekatan dan pembesaran ruang sumsum yang berdekatan. 1,3

19
Gambaran 3.6 Tampakan lateral oklusal lesi invasif dengan
batas yang tidak jelas dan adanya pelebaran pada tulang. Ini
merupakan karakteristik dari limfoma

2.3.3 Tahap 3: Analisa Struktur Internal Lesi


Penampilan internal lesi memberikan petunjuk penting mengenai sifat

kemungkinan lesi. Awalnya, hal ini berguna untuk mengidentifikasi apakah

lesi radiopak atau radiolusen. Untuk lesi yang radiopak, kepadatan dan

tingkat homogenitas atau heterogenitas harus diidentifikasi bersama dengan

pola yang konsisten. Sebuah lesi radiolusen terlihat di dataran 2-D pencitraan

bisa mencerminkan adanya udara / gas, cairan atau jaringan lunak. Biasanya,

udara / gas dan lemak akan terlihat lebih radiolusen dibandingkan cairan dan

jaringan lunak pada gambaran 2-D radiografi.1,3,6

Struktur kalsifikasi harus diperiksa dan upaya yang dilakukan untuk

mengidentifikasi struktur dengan bentuk, ukuran, dan pola. Misalnya, tulang

dapat diindentifikasi dengan kehadiran trabekula, Juga tingkat radiopak dapat

membantu untuk membedakan enamel yang lebih radiopak dari tulang.3

2.3.4 Analisa Efek Lesi Terhadap Jaringan

Pada lesi yang berkembang pada rahang dapat membuat gigi berpindah..

Lesi yang dimulai pada ramus, seperti cherubism dapat mendorong gigi dalam arah

anterior. Beberapa lesi (limfoma, leukemia, Langerhans 'histiocytosis sel) tumbuh di

20
papilla mengembangkan gigi dan dapat mendorong pengembangan yang gigi dalam

arah koronal (Gambar 4.1). Pelebaran ruang membran periodontal dapat dilihat

dengan berbagai macam kelainan. Hal ini penting untuk mengamati apakah

pelebaran adalah seragam atau tidak teratur dan apakah lamina dura masih ada.

Lesi ganas dapat dengan cepat

tumbuh ke bawah ruang ligamen,

mengakibatkan pelebaran

yang tidak teratur dan kehancuran

lamina dura. Resorpsi gigi

biasanya terjadi dengan lebih kronis

atau proses pertumbuhan yang lambat

dan mungkin akibat dari peradangan infamasi kronis. Meskipun resorpsi gigi lebih

umum terkait dengan proses perkembangan tumor jinak, tumor ganas juga

terkadang dapat meresopsi gigi.3,6

Gambar 4.1 Infiltrasi leukemia dari mandibula menunjukkan perpindahan


koronal gigi molar). Ada pengurangan dari lamina dura sekitar puncak dari molar
pertama dan pelebaran periodontal yang ruang ligamen di sekitar molar desidui
kedua.

2.3.5 Interpretasi Radigrafi

21
Praktisi harus menentukan apakah struktur interest nya adalah variasi

dari normal atau merupakan kelainan. Ini adalah Keputusan penting karena

variasi normal tidak memerlukan pengobatan atau investigasi lebih lanjut.

Namun, seperti yang dinyatakan sebelumnya, untuk menjadi mahir dalam

interpretasi gambar diagnostik, praktisi membutuhkan pengetahuanmengenai

penampilan anatomi norma. Jika area of interest adalah normal, langkah

berikutnya adalah untuk memutuskan apakah karakteristik radiografi (lokasi,

batas, bentuk struktur internal, dan efek pada struktur sekitarnya)

menunjukkan pada daerah yang diamati merupakan kelainan perkembangan

atau diperoleh perubahan. Jika kelainan tersebut diperoleh, langkah

berikutnya adalah memilih yang paling mungkin kategori kelainan

diperoleh: kista, tumor jinak, tumor ganas, lesi inflamasi, displasia tulang

(lesi fibro-osseus), kelainan pembuluh darah, penyakit metabolik, atau

perubahan fisik seperti patah tulang. Analisis harus berusaha setidaknya

untuk mempersempit interpretasi ke salah satu kelompok-kelompok kelainan

ini untuk menentuka penyelidikan dan pengobatan yang akan dilkukan.

Mempertimbangkan gejala, tanda-tanda klinis, dan riwayat gigi yang ada

dapat membantu diagnosis radiografi.1,3,6

2.4 Gambaran Radiografi Penyakit Jaringan Keras Rongga Mulut

a. Karies

Radiografi berguna untuk mendeteksi lesi karies karena karies

Proses menyebabkan demineralisasi enamel dan dentin. lesi

terlihat pada radiografi sebagai radiolusen karena

22
daerah demineralisasi gigi tidak menyerap sebanyak x-ray

foton sebagai bagian tidak terpengaruh. Hal ini penting untuk diingat,

meskipun, bahwa lesi terdeteksi di radiograf hanyalah hasilnya

dari aktivitas bakteri pada permukaan gigi dan radiografi tidak bisa

mengungkapkan apakah lesi aktif atau arrest. (gambar 4.1)3

Gambar 4.1 gambaran periapikal dari karies yang telah mencapai


Dentin

b. Penyakit Periodontal
Kehilangan tulang periodontal merupakan hasil dari kombinasi

inflamasi bakteri dan respon host menciptakan resorpsi

osteoklastik tulang. resorpsi ini akan mengakibatkan kehilangan

tulang crest alveolar ke tingkat bawah cementoenamel junction.

penurunan tinggi tulang ini juga dapat membuat eksposur

furcational. Tidak peduli jenis penyakit periodontal, perubahan

radiografi terlihat mencerminkan adanya lesi inflamasi pada

23
tulang. Perubahan ini dapat dibagi menjadi perubahan morfologi

tulang alveolar pendukung dan perubahan kepadatan dan pola

trabekular internal. Perubahan morfologi menjadi jelas sebagai

akibat dari hilangnya tulang crest interproksimal dan tulang

tumpang tindih aspek bukal atau lingual dari akar gigi. Perubahan

pada aspek internal dari tulang alveolar mencerminkan baik

pengurangan atau peningkatan struktur tulang atau campuran

keduanya. Penurunan dipandang sebagai peningkatan radiolusen

karena penurunan jumlah dan kepadatan trabekula yang ada.

Peningkatan tulang dipandang sebagai peningkatan radiopak

(sclerosis) sebagai hasil dari peningkatan terutama di ketebalan,

kerapatan, dan jumlah trabekula. Serupa dengan semua lesi

inflamasi tulang, penyakit periodontal biasanya memiliki

kombinasi kehilangan tulang dan pembentukan tulang atau

sclerosis. ,3,5

Gambar 4.2 Periodontal Abses

24
Gambar 4.3 Kehilangan Tulang pada periodontitis

c. Kista Periapikal

Kista periapikal terlihat dengan batas baik tegas radiolusen di

puncak akar gigi nonvital. Ekspansi dari tulang kortikal dapat

dilihat dengan lesi yang besar. Kista periapikal dapat

menyebabkan resorpsi akar pada gigi yang terkena dan dapat

menggantikan struktur yang berdekatan termasuk gigi yang

berdekatan dan kanalis mandibula.4,5,6

Gambar 4.4 kista periapikal

d. Kista dentigerous

Kista ini adalah jenis yang paling umum kedua kista

odontogenik dan kista perkembangan yang paling umum dari

25
rahang. Kista melekat tanpa kehilangan serviks gigi dan

membungkus mahkota gigi yang tidak erupsi. Paling sering

terlihat dalam hubungan dengan geraham 3 dan gigi taring rahang

atas. Terlihat gambaran radiografi radiolusen unilocular dengan

margin corticated berkaitan dengan mahkota gigi yang tidak

erupsi. Kista dentigerous memiliki kecenderungan untuk

menggantikan dan menyerap gigi yang berdekatan.4,5,6

Gambar 4.5 Kista


Dentigerous pada gigi molar tiga yang
tidak erupsi

e. Keratocyst Odontogenik Tumor

Lokasi yang paling umum dari KOT adalah posterior ramus

mandibula (90% terjadi posterior ke taring) dan ramus (Lebih dari

50%). Jenis kista sesekali memiliki Posisi perikoronal sama, dan

tidak dapat dibedakan dari, dentigerous kista. Memiliki batas yang

tegas radiopak dengan struktur internal adalah yang paling umum

26
radiolusen. Memberikan lesi penampilan multilocular atupun

uniloculer.4,5,6

Gambar 4.6 Keratocys odontogenik Tumor pada ramus mandibular

f. Ameloblastoma

Ameloblastoma adalah tumor jinak tetapi secara lokal agresif

epitel odontogenik tumor diduga berasal dari epitel permukaan,

sisa-sisa lamina gigi, atau sel-sel epitel yang melapisi

pluripotential kista odontogenik. Gambaran radiografi

ameloblastoma adalah variabel dan tergantung pada histopatologi

lesi. Ada beberapa sistem klasifikasi untuk ameloblastoma. Atas

dasar perilaku klinis, lokasi anatomi, penampilan radiografi, dan

karakteristik histologis, ameloblastoma dapat dikelompokkan ke

27
dalam empat bentuk utama: multicystic, unicystic, extraosseous

atau perifer, dan desmoplastic. 4,5,6

Multicystic ameloblastoma biasanya muncul

multilocular dengan septations internal yang dimanifestasikan

oleh tampilan sarang lebah honeycomb atau Gelembung

sabun Soap-Bubble. Unicystic ameloblastoma

termasuk unilocular, Batas tegas, dan baik-corticated

lucent lesi sering dikaitkan dengan mahkota dari erupsi

atau gigi impaksi.

Gambar 4.8 Multilokular Ameloblastoma

g. Osteomyelitis

Osteomielitis adalah kondisi peradangan, biasanya berasal dari

gigi, yang terjadi di dalam medula yang rongga dan korteks yang

berdekatan. Osteomyelitis dapat terjadi dari ekstensi langsung dari

infeksi pulpa atau dari proses sekunder, seperti eksaserbasi akut

28
sebuah lesi periapikal, trauma, dosis tinggi terapi radiasi, atau

sepsis.

Osteomyelitis sering ditemukan pada bagian posterior

mandibular, memiliki batas yang tegas dengan transisi yang

bertahap terhadap trabekula yang normal. Pada struktur internal

terlihat gambar radiolusen pada area yang terlokalisisr akibat

hilangnya densitas tulang.

Gambar 4.9 Ostemyelitis pada mandibular

29
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Radiografi memberi gambaran struktur mulut dan berguna untuk mendeteksi

penyakit jaringan keras rongga mulut secara umum. Sebagai seorang dokter gigi

menginterpretasi sebuah gambaran radiografi memerlukan dasar dan pengalaman

yang memadai

Dalam menginterpretasi suatu kelainan praktisi harus menganalisis lesi yang

muncul berupa lokasi dari suatu lesi, bentuk dan ukuran, struktur internal dari lesi,

dan respon lesi terhadap jaringan normal disekitarnya. Hal ini diperlukan untuk

mengerucutkan kemungkinan-kemungkinan ciri dari lesi sehingga diagnosis yang

tepat dapt di hasilkan.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Koong B. The basic principles of radiological interpretation. Australian

Dental Journal 2012; 57:(1): 3339


2. Ayberk Altug H, Ozkan A. Diagnostic Imaging in Oral and Maxillofacial

Pathology, Medical Imaging, Dr. Okechukwu Felix Erondu (Ed.). 2011. P

216-38
3. White Stuart C, Pharoah Michael J. Oral Radiology Principle and

Interpretation 6th Ed. St Louis: Eslvier; 2009. P 257-67, 344-7, 373-6.


4. Avril L, Lombardie T, Ailiano A, Buhrkardt A. Radiolucent lesions of the

mandible: a pattern-based approach to diagnosis. Insights Imaging 2014; (5):

85101
5. Cakir BD, Subramaniam RM, Redy SM, IMsande H, Gohel A. Cystic and

Cystic-Appearing Lesions of The Mandible Review. AJR Imaging june 2011:

66-74
6. George G, Padiyath S. Unicystic Jaw Lesion A Radiographic Guidline.

Journal of Indian Academy Of Oral Medicine and Radilogy October-

December 2010; 22(4): 31-36

31

Anda mungkin juga menyukai