PALATOSKIZIZ
`GAMBARAN KEJADIAN LABIOSKIZIS DAN
PALATOSKIZIZ PADA BAYI DI PUSKESMAS SAILUS
BESAR
PANGKAJENE DAN KEPULAUAN
TANGGAL 10 OKTOBER 2012
DI SUSUN OLEH :
Suci kurnia latief
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
LABIOSKIZIS dan LABIOPALATOSKIZIS dengan baik dan tepat waktu. Saya menyadari
bahwa penyusunan makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan dari semua
pihak, maka dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada
dosen pembimbing dan semua pihak yang telah membantu penyusun dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurnah untuk itu
penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhir kata teriring
dengan Do’a semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa,
khususnya maupun para pembaca umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
1.1 Latar Belakang............................................................................
1.2 Tujuan........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................
A. TEORI (KONSEP DASAR)…………………………………………………………
2.1 Defenisi.......................................................................................
2.2 Klasifikasi....................................................................................
2.3 Etiologi........................................................................................
2.4 Faktor Resiko..............................................................................
2.5 Patofisiologi.................................................................................
2.6 Tanda dan gejala..........................................................................
2.7 Komplikasi...................................................................................
2.8 Penatalaksanaan...........................................................................
2.9 Syarat Labioplasti (Rule of Ten)...................................................
2.10 Syarat Palatoplasti....................................................................... ..
B. MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN..........................................................
A Pengertian Manajemen...........................................................................
B Teori 7 Varney.........................................................................................
C Pendokumentasian (SOAP)……………………………………………………
BAB. III
3.1 Tinjauan Kasus...........................................................................................
3.2 Pengkajian Data (Biodata)..........................................................................
3.3 Pendokumentasian (SOAP)........................................................................
1. Caput Succedaneum..............................................................................
2. Cephal Hematoma..................................................................................
BAB. IV
4.1 Pembahasan Dari Tinjauan Kasus (Masalah, Implementasi)....................
BAB V. PENUTUP..........................................................................................................
A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran ............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
.
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
a. Mengetahui salah satu kelainan bawaan yang terjadi pada Bayi Baru Lahir yaitu
Labioskizis dan labiopalatosskizis
b. Memahami asuhan yang diberikan pada neonatus dengan kelainan bawaan dan
penatalaksanaannya.
c. Merupakan salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir.
BAB II
A. TEORI(KONSEP DASAR)
2.1 Definis
Labioskizis adalah kelainan congenital sumbing yang terjadi akibat kegagalan
fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis medial yang
dilikuti disrupsi kedua bibir, rahang dan palatum anterior. Sedangkan Palatoskizis
adalah kelainan congenital sumbing akibat kegagalan fusi palatum pada garis tengah
dan kegagalan fusi dengan septum nasi. (sumber : Asuhan Kebidanan Neonatu, Bayi,
dan Anak Balita, 2010)
Labioskizis dan labiopalatoskizis merupakan deformitas daerah mulut berupa
celah atau sumbing atau pembentukan yang kurang sempurna semasa
perkembangan embrional di mana bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak
tumbuh bersatu. (sumber : )
2.2 Klasifikasi
Jenis belahan pada labioskizis atau labiopalatoskizis dapat sangat bervariasi,
bisa mengenai salah satu bagian atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir,
alveolus dan palatum durum, serta palatum molle. Suatu klasifikasi membagi struktur-
struktur yang terkena menjadi beberapa bagian berikut.
1. Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan palatum durum di belahan
foramen insisivum.
2. Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle posterior terhadap
foramen.
3. Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan
palatum sekunder dan juga bisa berupa unilateral atau bilateral.
4. Terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini mukosanya utuh
dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot palatum.
2.3 Etiologi
Penyebab terjadinya labioskizis dan labiopalatoskizis adalah sebagai berikut.
Kelainan-kelainan yang dapat menimbulkan hipoksia.
Obat-obatan yang dapat merusak sel muda (mengganggu mitosis),
misalnya sitostatika dan radiasi.
Obat-obatan yang mempengaruhi metabolisme, misalnya defisiensi vitamin B6,
asam folat, dan vitamin C.
Faktor keturunan.
Syndrome atau malformasi yang disertai adanya sumbing bibir, sumbing palatum
atau keduanya disebut kelompok syndrome cleft dan kelompok sumbing yang berdiri
sendiri non syndromik clefts.
Beberapa syndromik cleft adalah sumbing yang terjadi pada kelainan kromosom
(trysomit 13, 18 atau 21) mutasi genetik atau kejadian sumbing yang berhubungan
dengan akibat toksikosis selama kehamilan (kecanduan alkohol, terapi fenitoin, infeksi
rubella, sumbing yang ditemukan pada syndrome peirrerobin.
Penyebab non syndromik clefts dapat bersifat multifaktorial seperti masalah genetik
dan pengaruh lingkungan.
2.5 Patofisiologi
Labioskizis terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem maksilaris
dengan frominem medial yang diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan palatum
anterior. Masa krisis fusi tersebut terjadi sekitar minggu keenam pascakonsepsi.
Sementara itu, palatoskizis terjadi akibat kegagalan fusi dengan septum nasi.
Gangguan palatum durum dan palatum molle terjadi pada kehamilan minggu ke-7
sampai minggu ke-12.
2. Menurut R. Terry :
Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan
perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan
serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya
manusia dan sumberdaya lainnya.
6. Menurut Fayol :
Fungsi-fungsi untuk merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengendalikan
sesuatu.
Menidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter fan atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.
Jadi manajemen bukan hanyaselama asuhan primer periodic atau kunjungan prenatal
saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus, misalnya pada
waktu wanita tersebut dalam persalinan. Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan
dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengidikasikan situasi yan gawat dimana
bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak
(misalnya, perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distocia bahu,
atau nilai APGAR yang rendah). Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan
satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yan lain harus menunggu
intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainnya bisa saja
tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan
dokter.
Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklampsia, kelainan panggul,
adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medic yang serius, bidan perlu
melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Dalam kondisi tertentu seorang
wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau
tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorng ahli perawat klinis
bayi bru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien
untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam
manajemen asuhan klien.
C. Pendokumentasian ( SOAP )
Dalam metode SOAP : S adalah Subjektif, O adalah Objektif, A adalah
Asesment/Analysis, P adalah Planning.
SUBJEKTIF
merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan manurut Helen Varney
langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang di peroleh mellui anamnesis.
Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi
pasien mengenai kekhwatiran dan keluhan yang dicatat sebagai kutipan langsung
atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Data subjektif ini
nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.
OBJEKTIF
merupakan pendokumentasiaan manajemen kebidanan menurut Helen Varney
pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang
jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboraturium/pemeriksaan diagnostik
lain. Catatan medic dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan
dalam data objektif ini. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dalam
fakta yang berhubungan dengan diagnosis.
ASSESSMENT,
merupakan pendokumentasian hasil analysis dan interpretasi (kesimpulan) dari data
subjektif dan objektif. Dalam pendokumentasian manajemen kebidanan, karena
keadaan pasien yang setiap saat bias mengalami perubahan, dan akan ditemukan
informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian
data akan menjadi sangat dinamis. Hal ini juga menuntut bidan untuk sering
melakukan analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka mengikuti
perkembangan pasien. Analisis yang tepat dan akurat akan menjamin cepat
diketahuinya perubahan pada pasien, sehingga dapat diambil keputusan/tindakan
yang tepat.
PLANNING/PERENCANAAN,
adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan
dating. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data.
Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien
seoptimal mungkin dan memperthankan kesejateraannya. Rencana asuhan ini harus
bias mencapai criteria tujuan yang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu. Tindakan
yang akan dilaksanakan harus mampu membantu pasien mencapai kemajuan dan
harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain, antara lain dokter
BAB III
3.1 Tujuan kasus
a. Supaya mahasiswa dapat mengetahui salah satu kelainan bawaan yang terjadi pada
Bayi Baru Lahir yaitu Labioskizis dan labiopalatosskizis.
b. Memahami asuhan yang diberikan pada neonatus dengan kelainan bawaan dan
penatalaksanaannya.
c. Merupakan salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir.
Pengkajian data
A. Biodata Bayi
Nama : ’M’
Umur : 3 bulan
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : kampung mandar Rt 06
BB : 4,5 kg/10 pon
Hemoglobin : > 10 gr
B. Biodata orang tua
Nama ibu/bapak : Ny S Tn H
Umur ibu/bapak : 25 tahun/29 tahun
Suku ibu/bapak : Makassar/Mandar
Alamat ibu/bapak : Kampung mandar Rt 06
Pendidikan ibu/bapak : SD/SD
Pekerjaan ibu/bapak : IRT/Nelayan
Lamanya menikah : 2 tahun
Pendokumentasian ( SOAP )
SUBJEKTIF
1. Ibu mengatakan bahwa ada kelainan pada anaknya
2. Ibu mengatakan bahwa sulit memberikan ASI kepada anaknya
OBJEKTIF
Terdapat pemisahan bibir ,pemisahan bibir langit-langit,distro hidung, infeksi telinga
berulang ,berat badan tidak bertambah ,serta regurgitasi masalah ketika menyusu (air
susu keluar dari lubang hidung)
ASESSMENT/ANALISIS
Bayi mengalami gangguan pernapasan , iritasi paru dan infeksi pernapasan kronis,
dan gangguan pertumbuhan sehingga ibu dan keluarga cemas.
PLEANING/PERENCANAAN
Pemberian nutrisi yang seimbang, merujuk bayi ke rumah sakit untuk pembedahan ,
memberikan dukungan kepada ibu dan keluarga bayi
BAB IV
MASALAH IMPLEMENTASI
Kelainan bawaan pada neonatus dapat terjadi pada berbagai organ tubuh. Dibawah
ini beberapa kelainan bawaan pada neonatus, antara lain :
1. Labioskizis dan Labiopalatoskizis
Labioskizis atau labiopalatiskizis merupakan konginetal anomaly yang berupa kelainan
bentuk pada struktur wajah, yang terjadi karena kegagalan proses penutupan
procesus nasal medial dan maxilaris selama perkembangan fetus dalam kandungan
Etiologi :
• Kegagalan pada fase embrio yang penyebab belum diketahui
• Faktor Herediter
• Abnormal kromosom, mutasi gen dan teratogen
Manifestasi Klinik :
Palatoskizis
- Distorsi pada hidung
Adanya celah pada bibir
Labioskizis
- Adanya celah pada tekak (uvula), palatum durum dan palatum mole
Adanya rongga pada hidung sebagai celah pada langit-langit
- Distorsi hidung
Penatalaksanaan :
• Tergantung pada beratnya kecacatan
• Pertahankan pemberian nutrisi yang adekuat
• Cegah terjadinya komplikasi
• Dilakukan pembedahan
BAB V
A. Kesimpulan
Labioskizis dan labiopalatoskizis merupakan kelainan congenital atau bawaan
yang terjadi akibat kegagalan fusi atau penyatuan frominem maksilaris dengan
frominem medial yang diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan palatum anterior. Masa
krisis fusi tersebut terjadi sekitar minggu keenam pascakonsepsi. Sementara itu,
palatoskizis terjadi akibat kegagalan fusi dengan septum nasi. Gangguan palatum
durum dan palatum molle terjadi pada kehamilan minggu ke-7 sampai minggu ke-12.
Penanganan yang dilakukan adalah dengan tindakan bedah efektif yang
melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Penutupan
labioskizis biasanya dilakukan pada usia 3 bulan, sedangkan palatoskizis biasanya
ditutup pada usia 9-12 bulan menjelang anak belajar bicara.
B. Saran
Untuk Labioskizis dan Labiopalatoskizis sangat penting diperlukan pendekatan
kepada orang tua agar mereka mengetahui masalah tindakan yang diperlukan untuk
perawatan anaknya
DAFTAR PUSTAKA
Sudarti, M.Kes, Khoirunnisa Endang, SST.Keb, Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan
Anak Balita.
Betz, Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pedriatik. Jakarta ; EEC.
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Nelson. 1993. Ilmu Kesehatan Anak bagian 2. Jakarta; Fajar Interpratama.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EEC.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EEC.
Wong, Dona L.2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pedriatik. Jakarta : EEC.