Anda di halaman 1dari 28

KEPERAWATAN ANAK II

ASKEP BIBIR SUMBING PADA ANAK

DISUSUN OLEH :

NAMA : ELVIRA DAYOH

NIM : 01909010016

KELAS : KEPERAWATAN A

SEMESTER : V (Lima)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI GRAHA
MEDIKA KOTAMOBAGU
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyusun makalah ini Adapun maksud
dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas keperawatan.
Disusunnya makalah ini tidak lepas dari peran dan bantuan beberapa pihak dan
sumber. Karena itu, pemakalah mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-
tingginya kepada dosen pembimbing yang telah membantu dan membimbing
kami dalam mengerjakan makalah ini. Kiranya amal baik serta budi luhur secara
ikhlas yang telah diberikan kepada kami dari beliau di atas yang dapat maupun
belum dapat kami sebutkan, mendapatkan imbalan yang semestinya dari Allah
SWT, untuk itu makalah ini sangat mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini. berharap semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi pembaca khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Penyusun

ELVIRA DAYOH
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................................................
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................
A. Definisi..................................................................................................................
B. Etiologi..................................................................................................................
C. Manifestasi Klinik................................................................................................
D. Penatalaksanaan....................................................................................................
E. Patofisiologi...........................................................................................................
F. Pathway........................................................................................................
G. Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................
H. Komplikasi Tumor Otak .......................................................................................
I. Pengobatan...................................................................................................
BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI TUMOR OTAK................................
A. Pengkajian.............................................................................................................
B. Analisa Data..........................................................................................................
C. Diagnosa Keperawatan..........................................................................................
D. Intervensi Keperawatan...............................................................................
E. Implementasi...............................................................................................
F. Evaluasi.......................................................................................................
BAB IV PENUTUP............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cleft Lip and Cleft Palate atau Orofacial Cleft, yang biasa dikenal dengan
bibir sumbing ada suatu kondisi defek lahir dimana terbentuknya pembukaan atau
belahan yang tidak wajar pada bibir atau palatum. Terdapat tiga jenis utama defek
cleft lip cleft palate yaitu cleft lip (CL) dimana terjadi belahan hanya pada bibir,
cleft palate (CP) dimana terjadi belahan pada daerah palatum, dan cleft lip palate
(CLP), dimana belahan terjadi menyeluruh dari palatum sampai bibir.1
Berdasarkan data CDC di Amerika Serikat pada tahun 2004 hingga 2006
mengatakan bahwa kasus cleft palate mengenai 2,650 bayi baru lahir dan cleft lip
dan cleft lip palate mengenai kira-kira 4,440 bayi baru lahir. Sebuah penelitian di
Bandung menunjukkan dari 1596 pasien, ditemukan 50.53% pasien dengan cleft
lip and palate, 25.05% cleft palate, dan 24.42% cleft lip, dimana 20.08% dari
keseluruhan pasien memiliki riwayat keluarga dengan cleft lip dan cleft palate.
Sampai saat ini, cleft lip dan cleft palate belum diketahui penyebabnya
atau bersifat idiopatik. Cleft lip dan cleft palate dicurigai akibat mutasi pada gen
pembentuk rongga mulut dan bibir pada bayi ketika masa kandungan umur 4
bulan. Mutasi ini menyebabkan gagalnya penyatuan jaringan yang membentuk
palatum dan bibir atas, yang akhirnya membentuk belahan yang terlihat jelas pada
rongga mulut. Namun, beberapa penelitian terbaru juga mencurigai diet dan
pemakaian obat-obatan pada ibu, kebiasaan merokok, dll. dapat menjadi faktor
penyebab terjadinya cleft lip dan cleft palate.4-6 Cleft lip and cleft palate dapat m
engakibatkan beberapa gangguan seperti gangguan makan, gangguan berbicara,
iritasi telinga, dan gangguan gigi dan mulut.

B. Rumusan Masalah
1. Apasaja pengertian dari bibir sumbing?
2. Apasaja anatomi dan fisiologi dari bibir sumbung?
3. Apasaja patofisiologi dari bibir sumbing ?
4. Apasaja etiologi dari bibir sumbing?
5. Apasaja penatalaksanaan dari bibir sumbing?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian bibir sumbing ?
2. Untuk mengerahui anatomi fisiologo bibir sumbing?
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari bibir sumbing ?
4. Untuk mengetahui etiologi dari bibir sumbing ?
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari bibir sumbing ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Bibir sumbing merupakan kelainan berupa celah pada bibir atas. Celah ini
bisa terjadi pada bagian langit-langit rongga mulut (cleft palate), bisa juga pada
bagian bibir saja (cleft lip). Di beberapa kasus juga bisa terjadi pada kedua bagian.
Namun pada umumnya, hampir separuh kasus bibir sumbing melibatkan celah
pada bibir atas serta atap rongga mulut.
Kelainan ini dapat diketahui melalui prosedur USG dari trimester pertama
kehamilan. Saat itu, Anda bisa melihat jika ada gangguan pada proses
perkembangan area wajah –termasuk langit-langit rongga mulut. Itulah sebabnya
kondisi ini digolongkan sebagai cacat sejak lahir.
Bibir sumbing adalah malformasi oleh gagalnya proses nasal median dan
maksilatis untuk menyatu selama perkembangan embrinik (wong,2003).
Labiooalatoskisis merupakan kongenital yang berupa adanya kelainan bentuk
pada struktur wajah (ngastiah 2005)

B. Eiologi
Seperti kebanyakan kasus kelainan kongenital, celah orofacial disebabkan oleh
adanya interaksi antara faktor genetik dan lingkungan. Artinya, faktor genetik
merupakan suatu kerentanan yang dimiliki individu tertentu, sedangkan faktor
lingkungan sebagai pemicu ekspresi gen tersebut. Interaksi keduanya akan 26
menyebabkan gangguan perkembangan pada tahap awal kehamilan.1,5,7 Proporsi
faktor genetik dan lingkungan bervariasi menurut jenis kelamin individu yang
mengalami kelainan celah. Pada celah bibir dan kombinasi, juga terdapat variasi
derajat keparahan dan lateralisasi anomali. Proporsi paling tinggi terdapat pada
kelompok wanita dengan celah bilateral dan proporsi terkecil adalah kelompok
pria dengan celah unilateral.1,2,5 Dasar genetika kelainan celah sendiri cukup
heterogen. Terdapat berbagai pola genetik, seperti autosomal resesif, autosomal
dominan, dan x-linked, yang berkaitan dengan klinis labiopalatoskisis. Pada
keseluruhan orang tua, memiliki anak dengan celah adalah 1:600-700. Seperti
yang telah dijelaskan, etiologi kelainan ini masih belum jelas. Beberapa faktor
lingkungan yang dapat memicu munculnya fenotif berupa kelainan celah, antara
lain: konsumsi alkohol pada periode embrional. Beberapa bahan teratogen seperti
fenitoin, asam retinoid, dan beberapa agen anestetik juga dapat memicu terjadinya
kelainan ini. Ibu yang merokok pada masa kehamilan juga dapat penyebabkan
peningkatan angka kejadian labiopalatoskisis sebanyak 2 kali. 1,5,7,11 Pemetaan
genetik pada keluarga yang memiliki labiopalatoskisis yang diturunkan, berhasil
mengidentifikasi gen yang berperan dalam kejadian labiopalatoskisis. Kelainan
palatoskisis dengan ankiloglossia merupakan kelainan terkait-x yang
menunjukkan adanya mutasi pada gen TBX22. Ekspresi gen TBX22 pada
lempeng palate berperan dalam proses penyatuan. Mutasi pada gen ini akan
menyebabkan palatoskisis. 3,5,10,12 Gen lain yang juga berperan adalah MSX1
dan TGFB3 yang terbukti menyebabkan kelainan celah pada uji coba hewan
pengerat. Terakhir, beberapa gen yang telah ditemukan berkaitan dengan kelainan
labiopalatoskisis adalah gen D4S192, RARA, MTHFR, RFC1, GABRB3,
PVRL1, dan IRF6. 3,5,10,12 Meskipun semakin banyak gen yang diketahui
berperan terhadap terjadinya labiopalatoskisis, namun bentuk interaksi gen-gen
tersebut dengan faktor lingkungan masih sulit dipahami, baik pada kelainan
sindrom maupun nonsindrom. Oleh sebab itu, perlu adanya upaya pencegahan
baik berupa skrining genetik maupun menghindari berbagai faktor risiko yang
telah terbukti berkaitan dengan labiopalatoskisis.

C. Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)

Selama di dalam kandungan, janin akan mengalami pertumbuhan dan


perkembangan jaringan. Pembentukan bibir terjadi saat usia kehamilan 4–7
minggu, sedangkan langit-langit mulut akan terbentuk di antara minggu ke-6
hingga ke-9.
Jika terjadi gangguan penyatuan jaringan bibir atau langit-langit mulut
pada tahap ini, maka akan terbentuk celah pada bibir dan atau langit-langit mulut.
Kondisi inilah yang disebut dengan bibir sumbing atau langit-langit sumbing.
Bibir sumbing dan langit-langit sumbing bisa dideteksi selama kehamilan atau
saat bayi baru lahir. Umumnya, saat bayi mengalami langit-langit atau bibir
sumbing, akan muncul gejala berupa:
 Adanya celah di bibir bagian atas atau di langit-langit mulut yang bisa
terjadi di salah satu sisi atau kedua sisi
 Adanya celah yang terlihat seperti sobekan kecil dari bibir ke gusi atas dan
langit-langit mulut hingga ke bawah hidung
 Adanya celah pada langit-langit mulut yang tidak memengaruhi tampilan
wajah
 Adanya perubahan bentuk hidung akibat celah yang terbentuk di bibir atau
langit-langit mulut
 Adanya gangguan pertumbuhan gigi atau susunan gigi yang tidak teratur

D. Penatalaksanaan
Ada tiga tahap penatalaksanaan labioschisis yaitu :
1. ahap sebelum operasi "ada tahap sebelum operasi yang dipersiapkan
adalah ketahanan tubuh bayimenerima tindakan operasi, asupan gi>i
yang cukup dilihat dari keseimbangan berat badan yang dicapai dan usia
yang memadai. "atokan yang biasa dipakai adalah rule of ten meliputi
berat badan lebih dari 10 pounds atau sekitar 4-5kg , Hb lebih dari 10 gr
dan usia lebih dari 10 minggu , jika bayi belum mencapai rule of ten ada
beberapanasehat yang harus diberikan pada orang tua agar kelainan dan
komplikasi terjadi tidak bertambah parah. 4isalnya memberi minum
harus dengan dot khususdimana ketika dot dibalik susu dapat memancar
keluar sendiri dengan jumlah yangoptimal artinya tidak terlalu besar
sehingga membuat bayi tersedak atau terlalu kecilsehingga membuat
asupan gizi menjadi tidak cukup, jika dot dengan besar lubangkhusus ini
tidak tersedia bayi cukup diberi minum dengan bantuan sendok secara
perlahan dalam posisi setengah duduk atau tegak untuk menghindari
masuknya susumele'ati langit-langit yang terbelah. Selain itu celah pada
bibir harus direkatkandengan menggunakan plester khusus non alergenik
untuk menjaga agar celah pada bibir menjadi tidak terlalu jauh akibat
proses tumbuh kembang yang menyebabkanmenonjolnya gusi kearah
depan (protrusio pre maxilla) akibat dorongan lidah pada prolabium ,
karena jika hal ini terjadi tindakan koreksi pada saat operasi akan
menjadisulit dan secara kosmetika hasil akhir yang didapat tidak
sempurna. Plester non alergenik tadi harus tetap direkatkan sampai 'aktu
operasi tiba
2. Tahap se'aktu operasi
Tahapan selanjutnya adalah tahapan operasi, pada saat ini yang
diperhatikan adalahsoal kesiapan tubuh si bayi menerima perlakuan
operasi, hal ini hanya bisa diputuskanoleh seorang ahli bedah 3sia
optimal untuk operasi bibir sumbing (labioplasty) adalahusia + bulan.
3sia ini dipilih mengingat pengucapan bahasa bibir dimulai pada usia 5-6
bulan sehingga jika koreksi pada bibir lebih dari usia tersebut maka
pengucapanhuruf bibir sudah terlanjur salah sehingga kalau dilakukan
operasi pengucapan huruf bibir tetap menjadi kurang sempurna. :perasi
untuk langit-langit (palatoplasty)optimal pada usia 18-20 bulan
mengingat anak aktif bicara usia 2 tahun dan sebelumanak masuk
sekolah. "alatoplasty dilakukan sedini mungkin (15-24 bulan)
sebelumanak mulai bicara lengkap sehingga pusat bicara di otak belum
membentuk cara bicara. alau operasi dikerjakan terlambat, sering hasil
operasi dalam hal kemampuanmengeluarkan suara normal atau tidak
sengau sulit dicapai. :perasi yang dilakukansesudah usia 2 tahun harus
diikuti dengan tindakan speech teraphy karena jika tidak,setelah operasi
suara sengau pada saat bicara tetap terjadi karena anak sudah terbiasa
melafalkan suara yang salah, sudah ada mekanisme kompensasi
memposisikan lidah pada posisi yag salah.
3. Tahapan etelah operasi.
Tahap selanjutnya adalah tahap setelah operasi, penatalaksanaanya
tergantung daritiap-tiap jenis operasi yang dilakukan, biasanya dokter
bedah yang menangani akanmemberikan instruksi pada orang tua pasien
misalnya setelah operasi bibir sumbingluka bekas operasi dibiarkan
terbuka dan tetap menggunakan sendok atau dot khusus untuk
memberikan minum bayi. Banyaknya penderita bibir sumbing yang
datangketika usia sudah melebihi batas usia optimal untuk operasi
membuat operasi hanyauntuk keperluan kosmetika saja sedangkan
secara fisiologis tidak tercapai, fungsi bicara tetap terganggu seperti
sengau dan lafalisasi beberapa huruf tetap tidak sempurna, tindakan
speech teraphy pun tidak banyak bermanfaat
4. Perawatan
a) Menyususi oleh ibu4enyusu adalah metode pemberian makan
terbaik untuk seorang bayi dengan bibir sumbing tidak
menghambat pengahisapan susu ibu. #bu dapat mencobasedikit
menekan payudara untuk mengeluarkan susu. apat juga
menggunakan pompa payudara untuk mengeluarkan susu dan
memberikannya kepada bayidengan menggunakan alat khusus
(dot domba).
b) Menggunakan alat khusus
1) Dot domba
karena udara bocor disekitar sumbing dan makanan
dimuntahkan melalui hidung, bayi tersebut lebih baik diberi
makan dengan dot yang diberi pegangan yangmenutupi
sumbing, suatu dot domba (dot yang besar, ujung halus
dengan lubang besar), atau hanya dot biasa dengan lubang
besar
2) Botol peras
Dengan memeras botol, maka susu dapat didorong jatuh di
bagian belakang muluthingga dapat dihisap bayi.
c) Posisi mendekati duduk dengan aliran yang langsung menuju
bagian sisi atau belakang lidah bayi.
d) Tepuk-tepuk punggung bayi berkali-kali karena cenderung untuk
menelan banyak udara
e) Suatu kondisi yang sangat sakit dapat membuat bayi menolak
menyusu. /ika halini terjadi arahkan dot ke bagian sisi mulut
untuk memberikan kesempatan padakulit yang lembut tersebut
untuk sembuh
E. Patofisiologis
Pada morfogenesis wajah, sel neural crest bermigrasi ke
daerah wajah di mana sel tersebut akan membentuk jaringan tulang,
jaringan ikat, serta seluruh jaringan pada gigi kecuali enamel. Bibir
atas merupakan turunan dari prosesus medial nasal dan maxillary.
Kegagalan penggabungan prosesus medial nasal dan maksila pada
minggu kelima kehamilan, baik pada satu atau kedua sisinya, berakibat
munculnya celah bibir. Celah bibir biasanya terjadi pada pertemuan
antara bagian sentral dan lateral dari bibir atas. Munculnya celah dapat
memengaruhi bibir atas saja atau bisa juga melebar lebih jauh ke
maksila dan palatum primer. Jika terjadi kegagalan pengabungan
palatal shelves juga, terjadi celah bibir dengan celah langit-langit, yang
membentuk kelainan celah bibir dan langit-langit. (Tolarova, 2018)
Celah bibir dan langit-langit dapat terjadi karena beberapa
hal,yaitu adanya kelainan pada gen yang mengatur diferensiasi sel,
pertumbuhan, apoptosis, adhesi antar sel, dan pensinyalan sel, serta
adanya gangguan pada fungsi sel yang disebabkan lingkungan yang
teratogenik, atau gabungan keduanya. (Tolarova, 2018)
F. Phatway

genetik teratoge Infeksi toksikosis

Kegagalan perkembangan
tulang dan jaringan lunak
pada trimester 1

Proses maxilaris tumbuh

anterior medial Sel


semeskim

Diferensi sel epitel


Penyatuan dengan pada prosesus palantal
pembentuka proses Gagal
fronto nasal (pada 2 menyatu
titik bawah lubang Gagal
hidung)

Terdapat cela bibir saja / Cela pada


Hambatan komunikasi lubang hidung,tulang palato lunak
dan keras
Resiko aspirasi

Labioski Palatoskisi

Pembedahan
Ketidak
mampuan Nyeri Kerusakan
intregritas
Ketidak efektifan kulit
pemberian asi
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto rotogen
Untuk memeriksa kelainan pada rongga mulut
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan pada bibir,pelatum, hidung dan ulvula. Kaji tanda-
tanda dan geja yang mengikutnya seperti kesulitan menelan,
infeksi pada telinga, pada saat bayi menyusu, air susu keluar dari
hidung, dan gangguan berbicara.
c. MRI untuk evaluasi abnormal
Untuk melihat kelainan-kelainan pada rongga mulut.
d. Pemeriksaan USG
Sumbing bibir lebih mudah di diagnosisi dapat dibuat pada awal
kehamilan 18 minggu. Prenatal diagnosis memberikan orang tua.
Dan tim medis keuntungan dari perencanaan lanjutan untuk
perawatan bayi.

H. Komplikasi
Keadaan kelainan pada wajah seperti bibir sumbing ada beberapa
komplikasikarenanya, yaitu
1. Kesulitan makan, dialami pada penderita bibir sumbing dan jika
diikutidengan celah palatum. Aemerlukan penanganan khusus
seperti dotkhusus, posisi makan yang benar dan juga kesabaran
dalam memberimakan pada bayi bibir sumbing. Merupakan
masalah pertama yang terjadi pada bayi penderita labioskizis dan
labiopalatoskizis. adanya labioskizis dan labiopalatoskizis
memberikan kesulitan pada bayi untuk melakukan hisapan pada
payudaraibu atau dot. tekanan lembut pada pipi bayi dengan
labioskizis mungkin dapat meningkatkan kemampuanhisapan oral.
Keadaan tambahan yang ditemukan adalah reflek hisap dan reflek
menelan pada bayi dengan labioskizis tidak sebaik bayi normal,
dan bayi dapatmenghisap lebih banyak udara pada saat menyusu.
memegang bayi dengan posisi tegak lurus mungkin dapat
membantu proses menyusu bayi. Menepu-nepuk punggung bayi
secara berkala juga daapt membantu. bayi yang hanyamenderita
labioskizis atau dengan labiopalatoskizis biasanya dapatmenyusui,
namun pada bayi dengan labioplatoschisis biasanya membutuhkan
penggunaan dot khusus. dot khusus (cairan dalam dot ini dapat
keluar dengantenaga hisapan kecil) ini dibuat untuk bayi dengan
labiopalatoskizis dan bayidengan masalah pemberian makan!
asupan makanan tertentu.
2. Infeksi teinga dikarenakan tidak berfungsi dengan baik saluran
yangmenghubungkan telinga tengah dengan kerongkongan dan jika
tidak segera diatasimaka akan kehilangan pendengaran.nak
dengan labiopalatoskizis lebih mudah untuk menderita infeksi
telinga karena terdapatnya abnormalitas perkembangan dari otot-
otot yang mengontrol pembukaan dan penutupan tuba eustachius.
3. Kesulitan berbicara. Ctot-otot untuk berbicara mengalami
penurunan fungsikarena adanya celah. Dal ini dapat mengganggu
pola berbicara bahkan dapat menghambatnya.(ada bayi dengan
labiopalatoskizis biasanya juga memiliki abnormalitas.pada
perkembangan otot-otot yang mengurus palatum mole. saat palatu
mole tidak dapat menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara,
maka didapatkan suaradengan kualitas nada yang lebih tinggi
(hypernasal quality of speech) Meskipun telah dilakukan reparasi
palatum, kemampuan otototot tersebut diatas untuk menutup
ruang! rongga nasal pada saat bicara mungkin tidak dapat kembali
sepenuhnya normal. Anak mungkin mempunyai kesulitan untuk
menproduksi suara/ kata Ep, b, d, t,h, k, g, s, sh, and ch, dan terapi
bicara (speech therapy) biasanya sangat membantu.
4. Masalah gigi. ada celah bibir gigi tumbuh tidak normal atau
bahkan tidak tumbuh, sehingg perlu perawatan dan penanganan
khusus. anak yang lahir dengan labioskizis dan labiopalatoskizis
mungkin mempunyai masalah tertentuyang berhubungan dengan
kehilangan, malformasi, dan malposisi dari gigi geligi pada arean
dari celah bibir yang terbentuk

I. Pengobatan
Pengobatan bibir sumbing bertujuan untuk memperbaiki
kemampuan makan dan minum anak, memaksimalkan kemampuan
bicara dan mendengar, serta memperbaiki tampilan wajah.
Bibir sumbing bisa ditangani dengan melakukan beberapa
kali operasi. Hal ini tergantung pada luas dan lebar dari sumbing yang
dialami oleh anak. Operasi pertama biasanya akan dilakukan saat bayi
berusia 3 bulan.
1. Tahapan Sebelum Operasi
Sebelum operasi bibir sumbing, dokter akan melakukan
persiapan dengan memasang alat khusus di bibir, mulut, atau
hidung anak. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan hasil perbaikan
bibir sumbing. Di bawah ini adalah beberapa alat yang digunakan
oleh dokter sebelum operasi bibir sumbing:
 Lip-taping regimen, yaitu sejenis alat yang digunakan untuk
menyatukan atau mempersempit dua celah di bibir
 Nasal elevator, yaitu alat yang digunakan agar celah tidak
melebar sampai ke hidung dan membantu membentuk
hidung bayi
 Nasal-alveolar molding (NAM), yaitu alat seperti cetakan
yang berfungsi untuk membantu membentuk jaringan bibir
sebelum operasi
2. Tahapan Operasi
Operasi pertama adalah operasi bibir sumbing. Operasi ini
bertujuan untuk memperbaiki bibir sumbing dan menutup celah
bibir. Operasi ini dilakukan saat bayi berusia antara 3-6 bulan.
Dokter akan membuat sayatan pada kedua sisi celahdan membuat
lipatan jaringan yang kemudian disatukan dengan cara dijahit.
Operasi kedua adalah operasi langit-langit sumbing. Operasi kedua
ini bertujuan untuk menutup celah dan memperbaiki langit-langit
mulut, mencegah penumpukan cairan di telinga tengah, serta
membantu perkembangan gigi dan tulang wajah.
Dokter akan membuat sayatan pada kedua sisi celah dan menata
ulang posisi jaringan dan otot langit-langit mulut, kemudian dijahit.
Operasi langit-langit sumbing disarankan untuk dilakukan pada
saat bayi berusia 6–18 bulan. Setelah itu, operasi lanjutan untuk
langit-langit sumbing dapat dilakukan pada usia 8–12 tahun.
Operasi lanjutan dilakukan dengan mencangkok tulang untuk
langit-langit agar mendukung struktur rahang atas dan artikulasi
bicara. Jika anak mengalami gangguan pada telinga, akan
dilakukan operasi ketiga. Operasi ketiga adalah operasi
pemasangan tabung telinga. Untuk anak-anak dengan langit-langit
sumbing, tabung telinga dipasang pada usia 6 bulan. Tindakan ini
dilakukan untuk mengurangi risiko penurunan pendengaran dan
dapat dilakukan bersamaan dengan operasi bibir sumbing atau
operasi langit-langit sumbing. Operasi keempat adalah operasi
untuk memperbaiki penampilan. Operasi tambahan ini mungkin
diperlukan untuk memperbaiki penampilan mulut, bibir, dan
hidung. Operasi ini dapat dilakukan saat anak menginjak usia
remaja sampai menjelang dewasa. Setelah operasi, dokter akan
tetap melakukan pemantauan dan pengobatan terhadap bibir
sumbing. Pemantauan dan pengobatan ini disarankan terus
dilakukan sampai anak berusia 21 tahun atau ketika pertumbuhan
telah berhenti.
3. Pengobatan Tambahan
Selain operasi, dokter akan memberikan terapi atau
pengobatan tambahan. Jenis pengobatan dan terapi yang dilakukan
akan disesuaikan dengan kondisi yang dimiliki oleh anak.
Beberapa jenis terapi dan pengobatan tambahan yang bisa
diberikan adalah:
 Pengobatan untuk infeksi telinga
 Pengobatan ortodontik, seperti pemasangan kawat gigi
 Melakukan terapi bicara untuk memperbaiki kesulitan dalam
berbicara
 Memberikan alat bantu dengar untuk anak yang kehilangan
pendengaran
 Mengajarkan cara memberi anak makan atau menggunakan alat
makan khusus Anak dengan bibir sumbing mungkin
mengalami masalah dalam emosi, perilaku, dan kehidupan
sosial karena penampilannya yang berbeda atau karena
berbagai prosedur medis yang harus dilakukan secara berkala.
Untuk mengatasinya, Anda bisa membawa anak untuk
berkonsultasi dengan psikolog.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : An. S
Umur : 10 Bln
Jenis kelamin : perempuan
Pekerjaan :-
Alamat : kotamobagu
Tanggal masuk : 19 januari 2020
Diagnosa medis : Bibir sumbing

Identitas penanggung jawab :


Nama : Ny. P
Umur : 28 thn
Alamat : Kotamobagu
Pekerjaan : IRT
Hubungan dengan paien : Orang Tua

2. Riwayat kesehtan
a. Keluhan utama :
Klien adanya cela bibir bagian kiri dan kesulitan dalam
menghisap asi atau makan
b. Riwayat penyakit sekarang :
Psien mengalami kesulitan menghisap ASI dan dalam
berbicara
c. Riwaya penyakit keluarga :
Ada anggota keluarga yang menderita kelainan seperti
pasien
3. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : tampak baik, aktif dan tanpak sumbing pada
bibir dan gusu mulut disebelah kiri
Kesadaran : compos mentis
Ttv : HR : 104x/menit
R : 26 x/ menit
SB : 35 C
Kepala : Mesosefal
Mata : kunjungtiva palpelbra (-/-) sclera ikterik
(-/- )
Telinga : discharge (-/-) low seat ear (-)
Hidung : discharge (-/-) saddle nose (-)
Mulut : tampak celah pada bibir dan gusi mulut
sebelah kiri, celah tidak sampai langit-langit
dan dasar cavum nasi
Tenggorokan : Faring hiperemis (-) tonsil T1/T1
Leher : trakea letak tengh
Pulmo
Inpeksi : simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : sistem fremitus tidak dapat dinilai
Perkusi : sonor diseluruh lapangan paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+) suarah
tambahan (-)
Abdomen
Inpeksi : datar
Palpasi : supel
Perkusi : timpani, sulit di nilai
Auskultasi : bising usus (+) normal
Vertebra : spina bifida (-)
Genetalia : perempuan, labia mayora menutub labia
minor
B. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1. Ds : ketidakadekuatan refleks Menyusui tidak efektif


Ibu klien mengatakan menghisap bayi
klien susah
menghisap asi

Do :
- Pasien tampak
kesulitan saat
menghisap asi
- Pasien tampak
kesulitan
bernafas saat
menghisap asi

2. Ds: gangguan menelan Risiko aspirasi


- Ibu pasien
mengatakn
pasien susah
untuk
menelan asi
dan makanan

Do :
- Pasien tampak
kesulitan saat
menelan
makan /asi

3. Ds : Kesulitan berbicara Hambatan komunikasi


- Ibu pasien
mengatakan
pasien sulit
untuk
berbicara

Ds :
- Pasien tampak
kesulitan
berbicara
- Suara pasien
tampak tidak
jelas saat
bicara

C. Diagnosa kperawatan
1. Menyusui tidak efektif b.d reflks hisap bayi buruk
2. Risiko aspirasi berhubungan dengan gangguan menelan
3. Hambatan komunikasi verbal b.d kesulitan berbicara
D. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Interensi


keperawatan

1. Menyusui tidak Tujuan : Observasi


efektif b.d - identifikasikan
Setelah dilakukan tindakan
ketidakadekuatan fungsi
keperawatan selama 1 x 8
refleks menghisap marah,frustasi,dan
jam diharapkan tingkat
bayi amuk bagi pasien
nyermenyusui tidak efektif
- identifikasi hal
dapat teratasi
yang telah
memicu emosi
Kriteria hasil :
teraupeutik :
- Keberlangsungan
- fasilitasi
pemberian asi untuk
mengungkapkan
menyediakan nutrisi
perasaan cemas,
bagi bayi
marah,atau sedih
- Diskontinuitas
- buat pernyataan
progesif pemberian
suportif atau
asi
empati selama
fase berduka
- lakukan sentuhan
untuk
memberikan
dukungan (
- tetap bersama
pasien dan
pastikan
keamanan selama
ansietas
edukasi :
- jelaskan
kosekuensi tidak
menghadapi rasa
bersalah dan malu
- anjurkan
mengungkapkan
perasaan yang
dialami
- ajarkan
penggunaan
mekanisme
pertahanan yang
tepat
2. Risiko aspirasi Tujuan : Observasi :
berhubungan Setelah dilakukan tindakan - identifikasi
dengan gangguan keperawatan selama 1 x 8 makanan yang
menelan jam diharapkan tingkat diprogramkan
risiko aspirasi dapat diatasi - identifikasi
kemampuan
Kriteria hasil :
menelan
- bayi menunjukan
terapeutik :
peningkatan
- lakukan
kemampuan
kebersihan tangan
menelan
dan mulut
sebelum makan
- biarkan posisi
semi fower saat
makan
- sediakan sedotan,
sesuai kebutuhan
- pertahankan
perhatian saat
menyusui

3. Hambatan Tujuan : - Dorong pasien


komunikasi verbal Setelah dilakukan tindakan untuk
b.d kesulitan keperawatan selama 1 x 8 berkomunikasi
berbicara jam diharapkan hambatan secara perlahan
komunikasi dapat teratasi dan untuk
kriteria hasil : mengulangi
- Mampu permintaan
mengkomunikasika - Dengarkan penuh
n kebutuhan dengan perhatian
lingkungan - Anjurkan ekspresi
- Komunikasi diri dengan cara
ekspresi pesan lain dalam
verbqal atau non menyapaikan
verbal informasi
( bahasa isyarat)
E. Implementasi

No Waktu pelaksanaan Diagnosa keperawatan Implementasi

1. Minggu Menyusui tidak efektif b.d Observasi


19 januari 2020 ketidakadekuatan refleks - Mengidentifikasikan
menghisap bayi fungsi
marah,frustasi,dan
amuk bagi pasien
- Mengidentifikasi
hal yang telah
memicu emosi
teraupeutik :
- Mengfasilitasi
mengungkapkan
perasaan cemas,
marah,atau sedih
- Membuat
pernyataan suportif
atau empati selama
fase berduka
- Melakukan
sentuhan untuk
memberikan
dukungan
edukasi :
- Mengelaskan
kosekuensi tidak
menghadapi rasa
bersalah dan malu
- Menganjurkan
mengungkapkan
perasaan yang
dialami
ajarkan penggunaan
mekanisme
pertahanan yang
tepat

2. Senin Risiko aspirasi Observasi :


20 januari 2020 berhubungan dengan - Mengidentifikasi
gangguan menelan makanan yang
diprogramkan
- Mengidentifikasi
kemampuan
menelan
terapeutik :
- Melakukan
kebersihan tangan
dan mulut sebelum
makan
- Membiarkan posisi
semi fower saat
makan
- menyediakan
sedotan, sesuai
kebutuhan
- mempertahankan
perhatian saat
menyusui

3. Selasa Hambatan komunikasi - Mengdorong pasien


21 januari 2020 verbal b.d kesulitan untuk
berbicara berkomunikasi
secara perlahan dan
untuk mengulangi
permintaan
- Mengdengarkan
penuh perhatian
- Menganjurkan
ekspresi diri dengan
cara lain dalam
menyapaikan
informasi
( bahasa isyarat)
BAB IV

PENUTUB

A. Kesimpulan
Labio palato skisis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada
daerah mulut, palato skisis (sumbing palatum) dan labio skisis (sumbing
tulang) untuk menyatu selama perkembangan embrio. Kelainan ini belum
dapat diketahui secara pasti penyebabnya, kemungkinan disebabkan oleh
faktor genetik dan non genetik seperti defisiensi nutrisi, knsumsi obat-
obatan, rokok, dan alkohol saat masa kehamilan. Labiapalatokisis ini dapat
dicegah dengan mengkomsumsi asam folat vitamin A dan vitamin B6 saat
hamil. Penatalaksanaan pada kondisi ini dapat dilakukan dengan proses
pembedahan dan diikuti dengan memberikan speech therapy. Diagnosa
keperawatan pada klien dengan labiopalatokisis adalah ketidak efektifan
pemberian ASI, ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
risiko aspirasi, hambatan komunikasi verbal, dan ketidak efektifan
bersihan jalan napas. Sedangkan untuk diagnosa keperawatan setelah
operasi yaitu nyeri, dan risiko infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Beherman & NELSIN. 2000 Ilmu keperawatan anak (edisi 15, vol 2),
Jakarta :EGC
Donna, L. Wong. 2003. Pedoman klinis keperawatan pediatarik. Edisi 4, EGC :
Jakarta
Hidayat, Aziz Alimun 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta: salemba
Medika
Irwan, Hendry,2014, Teknik Operasi Labiopalatoskizizi,CDK-215/vol.41 no
4.kalimantan selatan
Pujiastuti, Nurul.2008. Perawatan Cela Bibir dan langitan pada anak Uaia 4
Tahun.
Indonesia Journal of Dentistry 2008:15 (3) : 232-238. Jakarta
Sianita, Pricillia Priska. 2011. Kelainan Bibir Serta Langit-Langit dan
Permasalahannya dalam kaitan dengan Interaksi dan Perilaku. Jurnal Ilmiah dan
Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDM. JITEGI 2011,8(2):48-46.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai