DI SUSUN OLEH:
M.ALI FAUZI
2013.03.018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena melalui rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Asuhan
Keperawatan Anak pada Pasien dengan PALATOSKISIS yang dibuat sebagai
tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik
Dalam penulisan makalah ini, kami tidak terlepas dari bimbingan dan
bantuan dari segala pihak oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada
ibu Ethyca Sari Laua S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen.
Tak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada staf dan karyawan
di Akademi Keperawatan William Booth Surabaya. Para staf perpustakaan yang
secara tidak langsung telah membantu kami dalam penyediaan sarana yang kami
butuhkan.
Akhirnya, kami mengharapkan kritik dan saran pada makalah ini. Hal itu
tentunya sangat berguna untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman judul....................................................................................
Kata pengantar....................................................................................
ii
Daftar isi.............................................................................................
iii
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar belakang..............................................................................
1.3 Tujuan..........................................................................................
14
3.2 Analisa..........
24
26
3.3 Inervensi............................................................................
27
Bab 4 Penutup
4.1 Kesimpulan......
34
4.2 Saran................
34
Daftar pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.3 Tujuan
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
BAB 2
PENDAHULUAN
2.1 Defenisi
Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada polatum yang terjadi karena
kegagalan 2 sisi untuk menyatu karena perkembangan embriotik (Wong, Donna L.
2003).
2.2 Etiologi
1. Faktor herediter
2. Kegagalan fase embrio yang penyebabnya belum diketahui
3. Akibat gagalnya prosessus maksilaris dan prosessus medialis menyatu
4. Dapat dikaitkan abnormal kromosom, mutasi gen dan teratogen (agen/faktor
yang menimbulkan cacat pada embrio).
5. Beberapa obat (korison, anti konsulfan, klorsiklizin).
6. Mutasi genetic atau teratogen.
2.3 Patofisiologi
1. Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama
fase embrio pada trimester I.
2. Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal medial dan
maksilaris untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu.
3. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh
kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.
4. penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa
kehamilan.
2.4 Manifestasi klinis
1. Deformitas pada bibir
2. Kesukaran dalam menghisap/makan
3. Kelainan susunan archumdentis.
4. Distersi nasal sehingga bisa menyebabkan gangguan pernafasan.
5. Gangguan komunikasi verbal
6. Regurgitasi makanan.
7. Pada Labio skisis
a. Distorsi pada hidung
3
tindakan koreksi kosmetik dan fungsional menjadi lebih baik. Tergantung dari
berat ringan yang ada, maka tindakan bedah maupun ortidentik dilakukan secara
bertahap.Biasanya penutupan celah bibir melalui pembedahan dilakukan bila bayi
tersebut telah berumur 1-2 bulan. Setelah memperlihatkan penambahan berat
badan yang memuaskan dan bebas dari infeksi induk, saluran nafas atau sistemis.
Perbedaan asal ini dapat diperbaiki kembali pada usia 4-5 tahun. Pada kebanyakan
kasus, pembedahan pada hidung hendaknya ditunda hingga mencapi usia
pubertas. Karena celah-celah pada langit-langit mempunyai ukuran, bentuk
danderajat cerat yang cukup besar, maka pada saat pembedahan, perbaikan harus
disesuaikan
bagi
masing-masing
penderita.
b) Tempatkan bayi pada posisi yang tegak dan arahkan aliran susu ke dinding
mulut.
c) Arahkan cairan ke sebalah dalam gusi di dekat lidah.
d) Sendawkan bayi dengan sering selama pemberian makan
e) Kaji respon bayi terhadap pemberian susu.
f) Akhiri pemberian susu dengan air.
4) Tingkatkan dan pertahankan kepatenan jalan nafas
a) Pantau status pernafasan
b) Posisikan bayi miring kekanan dengan sedikit ditinggikan
c) Letakkan selalu alat penghisap di dekat bayi
b. Perawatan Pasca-Operasi
1) Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adequate
a) Berikan makan cair selama 3 minggu mempergunakan alat penetes atau sendok.
b) Lanjutkan dengan makanan formula sesuai toleransi.
c) Lanjutkan dengan diet lunak
d) Sendawakan bayi selama pemberian makanan.
2) Tingkatkan penyembuhan dan pertahankan integritas daerah insisi anak.
a) Bersihkan garis sutura dengan hati-hati
b) Oleskan salep antibiotik pada garis sutura (Keiloskisis)
c) Bilas mulut dengan air sebelum dan sesudah pemberian makan.
d) Hindari memasukkan obyek ke dalam mulut anak sesudah pemberian makan
untuk mencegah terjadinya aspirasi.
e) Pantau tanda-tanda infeksi pada tempat operasi dan secara sistemik.
f) Pantau tingkat nyeri pada bayi dan perlunya obat pereda nyeri.
g) Perhatikan pendarahan, cdema, drainage.
h) Monitor keutuhan jaringan kulit
i) Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat tidak steril,
missal alat tensi
2.7 Asuhan Kepaerawatan Secara Teori
2.7.1 Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
Riwayat kehamilan, riwayat keturunan, labiotalatos kisis dari keluarga,
berat/panjang bayi saat lahir, pola pertumbuhan, pertambahan/penurunan berat
badan, riwayat otitis media dan infeksi saluran pernafasan atas.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi kecacatan pada saat lahir untuk mengidentifikasi karakteristik
sumbing.
b. Kaji asupan cairan dan nutrisi bayi
c. Kaji kemampuan hisap, menelan, bernafas.
d. Kaji tanda-tanda infeksi
e. Palpasi dengan menggunakan jari
f. Kaji tingkat nyeri pada bayi
3. Pengkajia Keluarga
a. Observasi infeksi bayi dan keluarga
b. Kaji harga diri / mekanisme kuping dari anak/orangtua
c. Kaji reaksi orangtua terhadap operasi yang akan dilakukan
d. Kaji kesiapan orangtua terhadap pemulangan dan kesanggupan mengatur
perawatan di rumah.
e. Kaji tingkat pengetahuan keluarga.
2.7.2 Diagnosa keperawatan
1. Kuping Keluarga melemah berhubungan dengan situasi lain atau krisis
perkembangan /keadaan dari orang terdekat mungkin muncul ke permukaan.
2. Resiko aspirasi berhubungan dengan kondisi yang menghambat elevasi tubuh
bagian atas.
3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakseimbangan.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menaikkan zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis.
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
6. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif
2.7.3 Intervensi
1. DX.1 : Koping keluarga melemah berhubungan dengan situasi lain dan krisis
perkembangan / keadaan dari orang lain terdekat mungkin muncul ke permukaan.
7
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Aspiration Precaution
a. Monitor status hormonal
b. Hindari penggunaan cairan / penggunaan agen amat tebal
c. Tawarkan makanan / cairan yang dapat dibentuk menjadi bolu sebelum ditelan.
d. Sarankan untuk berkonsultasi ke Patologi
e. Posisikan 900 atau lebih jika memungkinkan.
f. Cek NGT sebelum memberi makan
3. DX. III : Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidak
seimbangan
NOC :
a. Menggunakan pesan tertulis
b. Menggunakan bahasa percakapan vokal
c. Menggunakan percakapan yang jelas
d. Menggunakan gambar/lukisan
e. Menggunakan bahasa non verbal
Indikator skala :
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Perbaikan Komunikasi
a. Membantu keluarga dalam memahami pembicaraan pasien
b. Berbicara kepada pasien dengan lambat dan dengan suara yang jelas.
c. Menggunakan kata dan kalimat yang singkat
d. Mendengarkan pasien dengan baik
e. Memberikan reinforcement/pujian positif pada keluarga
f. Anjurkan pasien mengulangi pembicaraannya jika belum jelas
10
11
12
13
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
A.
Identitas Klien
1. Nama
: By. DWM
2. Tempat/Tanggal lahir
3. Nama ayah/Ibu
4. Pekerjaan ayah
: Guru SMK
5. Pendidikan ayah
: S1
6. Pekerjaan ibu
: Karyawan asuransi
7. Pendidikan ibu
: SMA
8. Alamat
9. Agama
: Islam
10. Kultur
: Jawa
11. No. RM
: 1151478
: 11 September 2004
B.
Keluhan Utama
Observasi takipnea dan kardiomegali kiriman dari RS Dr. Oen Solo. Bayi wanita
lahir dari ibu P2 A0 dengan umur kehamilan 9 bulan (mundur 2 minggu dari
perkiraan). Lahir spontan ditolong oleh dokter kandungan, bayi langsung
menangis. Apgar score 6-8-9, air ketuban hijau keruh, tidak terjadi KPD, BBL
3650 gram. Mekonium keluar < 24 jam, dengan palatoskisis. Bayi dirawat di
kamar bayi fisiologis selama observasi nafas cepat (> 100 kali/menit), jika bayi
menangis tampak biru, akhirnya dirawat di ruang patologis selama 2 hari. Suhu
bayi stabil, menangis kuat, refleks hisap baik, minum ditetesi dan melalui NGT.
Rontgent thorak dengan hasil kardiomegali, terapi yang diberikan amcillin 2x500
mg, sagestam salep mata 3xgtt I. Karena tidak ada perubahan kondisi bayi dirujuk
ke RS Dr. Sardjito.
C. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
14
1. Prenatal
a. Jumlah kunjungan
1). Trimester I
2). Trimester II
b. Periksa
Ibu menyatakan selama hamil periksa di dokter spesialis kandungan.
c. Pendidikan kesehatan yang didapat
Mengenai gizi pada ibu hamil.
d. HPHT
20 Desember 2003
e. Kenaikan BB selama hamil
Ibu menyatakan selama hamil berat badan naik 14 Kg dari 59 menjadi 73 Kg.
f. Komplikasi kehamilan
Ibu menyatakan tidak mengalami komplikasi selama hamil.
g. Komplikasi obat
Tidak ada.
h. Obat-obatan yang didapat
Seingat ibu dia mendapatkan obat emineton dan elkana, yang lainnya tidak tahu
namanya.
i. Riwayat hospitalisasi
Ibu belum pernah dirawat di RS baik sebelumnya maupun selama hamil.
j. Golongan darah ibu
Ibu mengatakan golongan darahnya B.
k. Pemeriksaan kehamilan/Maternal Screening
Ibu menyatakan tidak melakukan tes skrining khusus untuk mengetahui adanya
penyakit.
2.
Natal
a.
Awal persalinan
Ibu menyatakan mulai merasa kenceng-kenceng sekitar pukul 17.00 WIB, ketika
dibawa ke RB pukul 18.00 WIB sudah pembukaaan 2.
b. Lama persalinan
15
16
Ibu
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Riwayat Persalinan
Spontan
Ayah
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Riwayat Imunisasi
Lengkap
4. Lingkungan rumah
Ibu menyatakan rumah milik sendiri, bangunan sudah permanen, hanya ditempati
oleh keluarganya (keluarga inti). Memiliki WC sendiri di dalam rumah dengan
17
sumber air PAM, sumber penerangan malam hari listrik, ventilasi cukup, sinar
matahari dapat masuk rumah, kondisi rumah terang, dan setiap hari dibersihkan.
Rumah berada di tepi jalan raya dan berdekatan dengan tetangga lainnya, di dekat
rumah terdapat rumah sakit bersalin.
5. Masalah sosial yang penting
Ibu merasa tidak ada masalah sosial yang cukup mengganggu, hanya merasa
heran kenapa anak pertamanya baik-baik saja tapi anak kedua ini mengalami
palatoskisis. Ibu juga tampak sering bingung dan mengatakan kecemasannya akan
kondisi anaknya dan bagaimana nanti di rumah. Kedua orang tua berharap ingin
segera membawa anaknya pulang ke rumah.
F. Keadaan Kesehatan Saat Ini
1. Diagnosa medis
BBLC, CB, SMK
Bronkopneumonia
Palatoskisis.
2. Tindakan operasi
Bayi belum pernah dilakukan tindakan operasi, masih dalam rencana sampai bayi
berumur cukup, saat ini masih dalam perawatan untuk memperbaiki keadaan
umum.
3. Status nutrisi
BB lahir 3650 gr, BB sekarang 3700 gr, status gizi baik.
Ibu mengatakan belum berani memberikan minum melalui mulut, kata dokter
nanti dapat tersedak. Ibu juga menanyakan tentang bagaimana nanti perawatan di
rumah, terutama memberikan minum pada bayinya, tempat membeli dot khusus,
kapan diperbolehkan pulang.
4. Status cairan
Turgor kulit baik, mukosa mulut kemerahan dan basah, elastisitas kulit baik, bayi
tidak terpasang infus. Kebutuhan cairan 160 cc/KgBB/hari (592 cc/hari).
18
5 mg/L (N)
Na
TP
Alb
Cl
Ca
Tanggal 19-09-2004
CRP
WBC
14.07 (N 10-26)
Neut
6.30 (N 5-13)
Lym
5.81 (N 3.5-8.5)
PLT
Mono
1.49 (N 0.5-1.5)
Eo
0.47 (N 0.1-2.5)
RBC
6.27 ( 4-6)
HCT
Hb
17.3 (N 13.5-19.5)
375 (N 150-450)
55.1 (N 44-64)
Tanggal 22-09-2004
Sensitivitas sputum: Jenis kuman
1. Pseudomonas aeroginosa
19
2. Klebsiella pneumonia
3. Stapilokokkus saprophyticus
Kuman I
Ceftazidime 2mg
Tobramycin 10 mg
Ciprofloxacin 5 mg
Polymyxin B 300 U
Imipenem 10 mg
Cefepime 30 mg
Cefpirom 30 mcg
Kuman II
Polymyxin B 300 U
Imipenem 10 mg
Amikasin 30 mg
Cefepime 30 mg
Cefpirom 30 mcg
Kuman III
Novobiocin 30 mcg
Tanggal 27-09-2004
WBC
12.77 (N 10-26)
MCV
86.2 ( 96-116)
Neut
3.95 ( 5-13)
MCH
26.7 (N 24-34)
Lym
7.46 (N 3.5-8.5)
MCHC
30.9 (N 30-35)
Mono
0.82 (N 0.5-1.5)
PLT
283 (N 150-450)
Eo
0.50 (N 0.1-2.5)
PDW
13.3 (N 11.5-17.5)
RBC
5.66 (N 4-6)
MPV
10.6 ( 5.3-8.7)
Hb
15.1 (N 13.5-19.5)
HCT
48.8 (N 44-64)
Sediaan apus darah tepi: Eritrosit: normositik hipokromik; lekosit: jumlah cukup,
granula toksik netrofil, limfosit atipik; trombosit: jumlah cukup, merata, trombosit
besar. Kesan: Gambaran proses inflamasi.
9. Pemeriksaan penunjang
Tanggal 11-09-2004
EKG: Sinus takikardia
Foto thorak: Kardiomegali, corakan bronkovaskuler normal.
Tanggal 04-10-2004
Foto thoraks: Bronkopneumonia dekstra membaik.
10. Lain-lain
Bayi mendapatkan program fisioterapi dada sejak 17-09-2004 (sampai sekarang
sudah 12 kali).
G. Pemeriksaan Fisik
20
1. Keadaan umum
a). Kesadaran
PCS E4 M6 A5 (compos mentis)
b). Tanda-tanda vital
Nadi: 144 kali/menit, Suhu; 36,6 oC, RR: 60 kali/menit, TD: Berat badan
Panjang badan
Lingkar kepala
Lingkar dada
Lingkar perut
Lingkar lengan atas
Saat Lahir
3650 gr
49 cm
35 cm
34 cm
13 cm
Saat Ini
3700 gr
54 cm
36 cm
37 cm
38 cm
16 cm
2. Refleks
Refleks moro baik, menggenggam baik, menghisap lemah.
3. Tonus/aktivitas
Bayi tampak aktif, dapat menangis keras.
4. Kepala/leher
a). Fontanel anterior: datar.
b). Sutura sagitalis: tepat menyambung.
c). Gambaran wajah: simetris
d). Molding: tidak terdapat caput succedaneum atau chepalohematoma.
5. Mata
Tampak bersih
6. THT
a). Telinga: normal
b). Hidung: bilateral, tidak tampak penggunaan cuping hidung selama bernafas.
Ibu mengatakan sejak masuk RS suara nafas anaknya nggrok-nggrok.
c). Palatum: abnormal palatoskisis, tampak lubang/celah pada bagian palatum
medial, diameter 2 cm.
d). Terpasang NGT, Ibu mengatakan anaknya terpasang sonde sejak masuk RS
dan mendapatkan suntikan terus.
7. Abdomen
a). Teraba lunak.
21
Berat
Ya
Ya
Ya
Ya
Lemah
-
Tidak Ada
-
11. Ekstremitas
a). Semua ekstremitas gerak, ROM maksimal.
b). Ekstremitas atas dan bawah simetris, pada tangan kanan terpasang jalur iv
unutk injeksi.
12. Umbilikus
Normal, tidak terdapat inflamasi dan tidaka ada pengeluaran cairan.
13. Genital
Perempuan normal.
14. Anus
Paten.
15. Spina
Normal.
16. Kulit
a). Warna kemerahan (pink).
22
MASALAH
Risiko aspirasi
PENYEBAB
Abnormalitas palatum
23
DS:
Bersihan
jalan
tidak efektif
pada
paru
kanan
DS:
1. Ibu mengatakan anaknya
Risiko infeksi
24
27-09-2004).
5. Sediaan apus darah tepi: Kesan;
Gambaran proses inflamasi (tgl
27-09-2004).
DS:
Kurang
Ibu
menanyakan
tentang penyakit,
terutama
minum
pada
bayinya,
tempat
dot
khusus,
kapan
membeli
memberikan
diperbolehkan pulang.
DO:
Tampak sering bingung.
Menyampaikan pertanyaan.
DS:
Krisis situasional
kondisi
anaknya
dan
25
pada anaknya.
3. Tampak
gugup
ketika
menggendong anaknya.
DS:
efektif
26
a. Mengatur masalah
b. Mengekspresikan perasaan dan emosional dengan bebas
c. Menggunakan startegi pengurangan stress
d. Membuat jadwal untuk rutinitas dan kegiatan keluarga
Indikator skala :
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Family Support
a. Dengarkan apa yang diungkapkan
b. Bangun hubungan kepercayaan dalam keluarga
c. Ajarkan pengobatan dan rencana keperawatan untuk keluarga
d. Gunakan mekanisme kopoing adaptif
e. Mengkonsultasikan dengan anggota keluarga utnk menambahkan kopoing yang
efektif.
2. DX.II: Resiko aspirasi berhubungan dengan kondisi yang menghambat elevasi
tubuh bagian atas.
NOC : Risk Control
KH :
a. Monitor lingkungan faktor resiko
b. Gunakan strategi kontrol resiko yang efektif
c. Modifikasi gaya hidup untuk mengurangi resiko
d. Monitor perubahan status kesehatan
e. Monitor faktor resiko individu
Indikator skala :
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
27
5. Selalu dilakukan
NIC : Aspiration Precaution
a. Monitor status hormonal
b. Hindari penggunaan cairan / penggunaan agen amat tebal
c. Tawarkan makanan / cairan yang dapat dibentuk menjadi bolu sebelum ditelan.
d. Sarankan untuk berkonsultasi ke Patologi
e. Posisikan 900 atau lebih jika memungkinkan.
f. Cek NGT sebelum memberi makan
3. DX. III : Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidak
seimbangan
NOC :
a. Menggunakan pesan tertulis
b. Menggunakan bahasa percakapan vokal
c. Menggunakan percakapan yang jelas
d. Menggunakan gambar/lukisan
e. Menggunakan bahasa non verbal
Indikator skala :
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Perbaikan Komunikasi
a. Membantu keluarga dalam memahami pembicaraan pasien
b. Berbicara kepada pasien dengan lambat dan dengan suara yang jelas.
c. Menggunakan kata dan kalimat yang singkat
d. Mendengarkan pasien dengan baik
e. Memberikan reinforcement/pujian positif pada keluarga
f. Anjurkan pasien mengulangi pembicaraannya jika belum jelas
4. DX. IV : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
28
29
Indikator skala :
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Pain Management
a. Kaji secara komprehensif tentang nyeri meiputi : Lokasi, karkteristik, durasi,
frekwensi, kualitas dan intensitas nyeri.
b. Observasi isarat-isarat non verbal dari ketidaknyamanan
c. Gunakan komunikasi teraupeutik agar pasien dapat nyaman mengekspresikan
nyeri.berikan dukungan kepada pasien dan keluarga.
6. DX. VI : Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif
NOC : Risk Control
KH :
a. Monitor gejala kemunduran penglihatan
b. Hindari tauma mata
c. Hindarkan gejal penyakit mata
d. Gunakan alat melindungi mata
e. Gunakan resep obat mata yang benar
Indikator skala :
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Identifikasi Resiko
a. Identifikasi pasien dengan kebutuhan perawatan rencana berkelanjutan
b. Menentukan sumber yang finansial
c. Identifikasi sumber agen penyakit untuk mengurangi faktor resiko
d. Menentukan pelaksanaan dengan treatment medis dan perawatan.
2.7.4 Evaluasi
30
31
32
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada polatum yang terjadi karena
kegagalan 2 sisi untuk menyatu karena perkembangan embriotik (Wong, Donna L.
2003).
Etiologi dari palatoskisis adalah faktor herediter, kegagalan fase embrio
yang penyebabnya belum diketahui, akibat gagalnya prosessus maksilaris dan
prosessus medialis menyatu, dapat dikaitkan abnormal kromosom, mutasi gen dan
teratogen (agen/faktor yang menimbulkan cacat pada embrio), beberapa obat
(korison, anti konsulfan, klorsiklizin), mutasi genetic atau teratogen.
Patofisiologi dari palatoskisis adalah kegagalan penyatuan
atau
perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama fase embrio pada trimester I,
terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal medial dan
maksilaris untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu, palatoskisis
adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan
penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu, penggabungan
komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa kehamilan.
Manifestasi klinis dari palatoskisis adalah deformitas pada bibir, kesukaran
dalam menghisap/makan, kelainan susunan archumdentis, distersi nasal sehingga
bisa menyebabkan gangguan pernafasan, gangguan komunikasi verbal.
4.2 Saran
4.2.1 Mengevaluasi perawat dalam melakukan tindakan
4.2.2 Dapat diterapkan pada pasien palastokisis
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Betz, Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pedriatik. Jakarta ; EEC.
2. Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta :
Salemba Medika.
3. Nelson. 1993. Ilmu Kesehatan Anak bagian 2. Jakarta; Fajar Interpratama.
4. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EEC.
5. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EEC.
6. http://mvzpry.blogspot.com/2009/05/bab-i-pendahuluan.html
7. http://appinet.blogspot.com/2010/03/labioskisispalatoskisis.html
https://www.scribd.com/doc/77766620/MAKALAH-LABIO-PALATOSKISIS
(diunduh pada tanggal 14 September 2015 pukul 20.55 WIB)
http://ilmu-kesehatan-masyarakat2.blogspot.com/2014/11/contoh-askep-anak-denganpalatoskisis.html (diunduh pada tanggal 14 September 2015 pukul 21.00 WIB)
34