BAB I
PENDAHULUAN
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan laporan ini, penulis menggunakan berbagai sumber dengan
metode Pustaka. Dengan metode ini, penulis dapat melengkapi laporan
sesuai dengan bahan-bahan yang penulis ambil dari buku-buku referensi
sebagai bahan pendukung dan pelengkap materi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
a.
Labio / Palato skisis merupakan kongenital yang berupa adanya
kelainan bentuk pada struktur wajah (Ngastiah, 2005 : 167)
b.
Bibir sumbing adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya
propsuesus nasal median dan maksilaris untuk menyatu selama
perkembangan embriotik. (Wong, Donna L. 2003)
c.
Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada polatum yang terjadi
karena kegagalan 2 sisi untuk menyatu karena perkembangan embriotik
(Wong, Donna L. 2003)
2. Etiologi
a.
Faktor herediter
b.
c.
d.
Dapat dikaitkan abnormal kromosom, mutasi gen dan teratogen
(agen/faktor yang menimbulkan cacat pada embrio).
e.
f.
3. Patofisiolgi
a.
Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau
tulang selama fase embrio pada trimester I.
b.
Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal
medial dan maksilaris untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu.
c.
Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang
disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan
7-12 minggu.
d.
penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa
kehamilan.
4. Manifestasi Klinis
a.
Tampak ada celah pada tekak (unla), palato lunak, keras dan faramen
incisive.
b.
c.
Distorsi hidung
d.
e.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a.
b.
Foto Rontgen
c.
Pemeriksaan fisik
d.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
a.
Penatalaksanaan bibir sumbing adalah tindakan bedah efektif yang
melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan selanjutnya. Adanya
kemajuan teknik bedah, orbodantis,dokter anak, dokter THT, serta hasil akhir
tindakan koreksi kosmetik dan fungsional menjadi lebih baik. Tergantung dari
berat ringan yang ada, maka tindakan bedah maupun ortidentik dilakukan
secara bertahap.
Biasanya penutupan celah bibir melalui pembedahan dilakukan bila bayi
tersebut telah berumur 1-2 bulan. Setelah memperlihatkan penambahan
berat badan yang memuaskan dan bebas dari infeksi induk, saluran nafas
atau sistemis.
b.
Perbedaan asal ini dapat diperbaiki kembali pada usia 4-5 tahun.
Pada kebanyakan kasus, pembedahan pada hidung hendaknya ditunda
hingga mencapi usia pubertas.Karena celah-celah pada langit-langit
mempunyai ukuran, bentuk danderajat cerat yang cukup besar, maka pada
saat pembedahan, perbaikan harus disesuaikan bagi masing-masing
penderita.Waktu optimal untuk melakukan pembedahan langit-langit
bervariasi dari 6 bulan 5 tahun. Jika perbaikan pembedahan tertunda
hingga berumur 3 tahun, maka sebuah balon bicara dapat dilekatkan pada
Penatalaksanaan Keperawatan
a.
b.
c.
d.
e.
Berikan informasi yang membangkitkan harapan dan perasaan
yang positif terhadap bayi.
f.
g.
Berikan dan kuatkan informasi pada orangtua tentang prognosis
dan pengobatan bayi.
h.
i.
Penyebab devitasi
j.
k.
Fasilitasi menyusui dengan ASI atau susu formula dengan botol atau
dot yang cocok.Monitor atau mengobservasi kemampuan menelan dan
menghisap.
l.
tempatkan bayi pada posisi yang tegak dan arahkan aliran susu ke
dinding mulut.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
Berikan makan cair selama 3 minggu mempergunakan alat penetes
atau sendok.
w.
x.
y.
z.
anak.
aa.
bb.
cc.
dd.
Hindari memasukkan obyek ke dalam mulut anak sesudah pemberian
makan untuk mencegah terjadinya aspirasi.
ee.
Pantau tanda-tanda infeksi pada tempat operasi dan secara
sistemik.
ff.
Pantau tingkat nyeri pada bayi dan perlunya obat pereda nyeri.
gg.
hh.
ii.
Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat
tidak steril, misal alat tensi
7. Komplikasi
a.
b.
c.
Asirasi
d.
Distress pernafasan
e.
f.
B. Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
Riwayat kehamilan, riwayat keturunan, labiotalatos kisis dari keluarga,
berat/panjang bayi saat lahir, pola pertumbuhan, pertambahan/penurunan
berat badan, riwayat otitis media dan infeksi saluran pernafasan atas.
2. Pemeriksaan Fisik
a.
Inspeksi kecacatan pada saat lahir untuk mengidentifikasi karakteristik
sumbing.
b.
c.
d.
e.
f.
3. Pengkajian Keluarga
a.
b.
c.
d.
e.
2. Diagnosa Keperawatan
a.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh atau tidak efektif dalam
meneteki ASI b/d ketidakmampuan menelan/kesukaran dalam makan
sekunder dari kecacatan dan pembedahan.
b.
Risiko aspirasi b/d ketidakmampuan mengeluarkan sekresi
sekunder dari palato skisis
c.
Risiko infeksi b/d kecacatan (sebelum operasi) dan atau insisi
pembedahan
d.
Kurang pengetahuan keluarga b/d teknik pemberian makan, dan
perawatan dirumah.
e.
3. Intervensi
a.
Nutrisi yang adekuat dapat dipertahankan yang ditandai adanya
peningkatan berat badan dan adaptasi dengan metode makan yang sesuai
b.
c.
Anak tidak menunjukan tanda-tanda infeksi sebelum dan sesudah
operasi, luka tampak bersih, kering dan tidak edema.
d.
Orang tua dapat memahami dan dapat mendemonstrasikan dengan
metode pemberian makan pada anak, pengobatan setelah pembedahan dan,
harapan perawat sebelum dan sesudah operasi.
e.
Rasa nyaman anak dapat dipertahankan yang ditandai dengan anak
tidak menangis, tidsk lsbil dan tidak gelisah
4. Implementasi
Mempertahankan nutrisi adekuat.
a.
b.
Gunakan dot botol yang lunak yang besar, atau dot khusus dengan
lubang yang sesuai untuk pemberian minum
c.
Tempatkan dot pada samping bibir mulut bayi dan usahakan lidah
mendorong makan/minuman kedalam
d.
e.
Tepuk punggung bayi setiap 15ml 30ml minuman yang diminum, tetapi
jangan diangkat dot selama bayi menghisap
f.
g.
Jelaskan pada orang tua tentang prosedur operasi, puasa 6 jam dan
pemberian infus lainnya
h.
Prosedur perawatan setelah operasi, ranngsangan untuk menelan ata
menghisap, dapat menggunakan jari-jari dengan cuci tangan yang bersih
atau dot sekitar mulut 7-10 hari, bila sudah toleran berikan minuman pada
bayi, dan minuman atau makanan lunak untuk anak sesuai dengan diitnya.
b.
sentuhan dot pada bibir
c.
Perhatikan posisi bayi saat memberi makan,
tegak atau setengah duduk
d.
e.
pemberian minum
Mencegah infeksi
a.
Berikan posisi yang tepat setelah makan, miring kekanan kepala agak
sedikit tinggi supaya makanan tertelan dan mencegah aspirasi yang dapat
berakibat pnemoni
b.
dan demam.
c.
Lakukan perawatan luka dengan hati-hat dengan menggunakan teknik
steril
d.
Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat yang
tidak steril, misalnya alat tenun dan lainnya.
e.
f.
minggu
b.
Ajarkan pada ornag tua dalam perawatan anak ; cara pemberian
makan/minum dengan alat, mencegah infeksi, dan mencegah aspirasi, posisi
pada saat pemberian makan/minum, lakukanpenepukan punggung, bersihkan
mulut setelah makan
b.
Tenangkan bayi
c.
Bila klien anak, berikan aktivitas bermain yang sesuai dengan usia dan
kondisinya
d.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau sumbing atau
pembentukan yang kurang sempurna semasa embrional berkembang, bibir
atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu.Belahnya belahan
dapat sangat bervariasi, mengenai salah satu bagian atau semua bagian dari
dasar cuping hidung, bibir, alveolus dan palatum durum serta molle. Suatu
klasifikasi berguna membagi struktur-struktur yang terkena menjadi :
Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus dan palatum durum
dibelahan foramen incisivum
Palatum sekunder meliputi palatum durum dan molle posterior terhadap
foramen.Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum
primer dan palatum sekunder dan dapat unilateral atau bilateral.
Kadang-kadang terlihat suatu belahan submukosa, dalam kasus ini
mukosanya utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot
palatum.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
1.
Jakarta ; EEC.
2.
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.
Jakarta : Salemba Medika.
3.
Interpratama.
4.
5.
6.
EEC.
BAB I
PENDAHULUAN
C. METODE PENULISAN
Dalam penulisan laporan ini, penulis menggunakan berbagai sumber dengan
metode Pustaka. Dengan metode ini, penulis dapat melengkapi laporan
sesuai dengan bahan-bahan yang penulis ambil dari buku-buku referensi
sebagai bahan pendukung dan pelengkap materi.
BAB II
ISI
LABIO PALATO SKISIS
A. PENGERTIAN
1. Labio / Palato skisis merupakan kongenital yang berupa adanya kelainan
B. ETIOLOGI
1. Faktor herediter
2. Kegagalan fase embrio yang penyebabnya belum diketahui
3. Akibat gagalnya prosessus maksilaris dan prosessus medialis menyatu
4. Dapat dikaitkan abnormal kromosom, mutasi gen dan teratogen
(agen/faktor yang menimbulkan cacat pada embrio).
5. Beberapa obat (korison, anti konsulfan, klorsiklizin).
6. Mutasi genetic atau teratogen.
C. PATOFISIOLGI
1. Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang
selama fase embrio pada trimester I.
2. Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal medial
dan maksilaris untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu.
3. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang
disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan
7-12 minggu.
4. penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa
kehamilan.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Deformitas pada bibir
2. Kesukaran dalam menghisap/makan
3. Kelainan susunan archumdentis.
4. Distersi nasal sehingga bisa menyebabkan gangguan pernafasan.
5. Gangguan komunikasi verbal
6. Regurgitasi makanan.
7. Pada Labio skisis
a. Distorsi pada hidung
b. Tampak sebagian atau keduanya
c. Adanya celah pada bibir
E. KOMPLIKASI
1. Gangguan bicara
2. Terjadinya atitis media
3. Aspirasi
4. Distress pernafasan
5. Resiko infeksi saluran nafas
6. Pertumbuhan dan perkembangan terhambat
7. Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh atitis media rekureris
sekunder akibat disfungsi tuba eustachius.
8. Masalah gigi
9. Perubahan harga diri dan citra tubuh yang dipengaruhi derajat kecacatan
dan jaringan paruh.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan prabedan rutin (misalnya hitung darah lengkap
2. Pemeriksaan Diagnosis
a. Foto Rontgen
b. Pemeriksaan fisik
c. MRI untuk evaluasi abnormal
G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan bibir sumbing adalah tindakan bedah efektif yang
H. PATHWAY KEPERAWATAN
Etiologi :
Faktor herediter
Kegagalan fase embrio
Akibat gagal prosesus maksilaris dan prosesus nasalis untuk menyatu
Timbul celah pada garis tengah palato Terbentuknya bibir dan hidung
Labiopalatoskisis
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan
Riwayat kehamilan, riwayat keturunan, labiotalatos kisis dari keluarga,
berat/panjang bayi saat lahir, pola pertumbuhan, pertambahan/penurunan
berat badan, riwayat otitis media dan infeksi saluran pernafasan atas.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi kecacatan pada saat lahir untuk mengidentifikasi karakteristik
sumbing.
b. Kaji asupan cairan dan nutrisi bayi
c. Kaji kemampuan hisap, menelan, bernafas.
d. Kaji tanda-tanda infeksi
e. Palpasi dengan menggunakan jari
f. Kaji tingkat nyeri pada bayi
3. Pengkajia Keluarga
a. Observasi infeksi bayi dan keluarga
b. Kaji harga diri / mekanisme kuping dari anak/orangtua
c. Kaji reaksi orangtua terhadap operasi yang akan dilakukan
d. Kaji kesiapan orangtua terhadap pemulangan dan kesanggupan mengatur
perawatan di rumah.
e. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kuping Keluarga melemah berhubungan dengan situasi lain atau krisis
perkembangan /keadaan dari orang terdekat mungkin muncul ke permukaan.
2. Resiko aspirasi berhubungan dengan kondisi yang menghambat elevasi
tubuh bagian atas.
3. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakseimbangan.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan menaikkan zat-zat gizi berhubungan dengan faktor
biologis.
Indikator skala :
1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
D. EVALUASI
1. Diagnosa I : Koping keluarga melemah berhubungan dengan situasi lain
atau krisis perkembangan keadaan dari orang terdekat mungkin muncul ke
permukaan.
a.
b.
c.
d.
Mengatur masalah
Mengekspresikan perasaan dan emosional dengan bebas
Menggunakan startegi pengurangan stress
Membuat jadwal untuk rutinitas dan kegiatan keluarga
5
5
5
5
a.
b.
c.
d.
e.
Monitor lingkungan faktor resiko
Gunakan strategi kontrol resiko yang efektif
Modifikasi gaya hidup untuk mengurangi resiko
Monitor perubahan status kesehatan
Monitor faktor resiko individu
5
5
5
5
5
a.
b.
c
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan managemen nyeri.
Mampu mengenali nyeri (skal), intensitas, frekwensi, dan tanda nyeri.
TTV dalam batas normal
5
5
5
5
5
5
5
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pedriatik. Jakarta ; EEC.
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta :
Salemba Medika.
ASKEP LABIOPALATOSKIZIS
A.Definisi
Labioplatoskisis adalah merupakan kongenital anomali yang berupa adanya
kelainan bentuk pada struktur wajah.Palatoskisi adalah adanya celah pada
garis tengah palato yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan
palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.
Unilateral Incomplete.
Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan tidak
memanjang hingga ke hidung.
2.
Unilateral complete.
Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu bibir dan memanjang
hingga ke hidung.
3.
Bilateral complete.
Apabila celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke
hidung.
Labio Palato skisis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah
mulut, palato skisis (subbing palatum) dan labio skisis (sumbing tulang)
untuk menyatu selama perkembangan embrio (Hidayat, Aziz, 2005:21).
B.ETIOLOGI
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing. faktor
tersebut antara lain, yaitu :
*
jantung, dan ginjal. Namun kelainan ini sangat jarang terjadi dengan
frekuensi 1 dari 8000-10000 bayi yang lahir.
*
Kurang Nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin C pada waktu
hamil, kekurangan asam folat.
*
Radiasi.
*
Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti
infeksi Rubella dan Sifilis, toxoplasmosis dan klamidia.
*
Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal,
akibat toksisitas selama kehamilan, misalnya kecanduan alkohol, terapi
penitonin.
*
*
C.PATOFISIOLOGI
Cacat terbentuk pada trimester pertama kehamilan, prosesnya karena tidak
terbentuknya mesoderm, pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah
menyatu (proses nasalis dan maksilaris) pecah kembali.
Labioskizis terjadi akibat fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan
prominen nasalis medial yang diikuti disfusi kedua bibir, rahang, dan palatum
pada garis tengah dan kegagalan fusi septum nasi. Gangguan fusi palatum
durum serta palatum mole terjadi sekitar kehamilan ke-7 sampai 12 mgg.
D.TANDA DAN GEJALA
Ada beberapa gejala dari bibir sumbing yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pada bayi terjadi regurgitas nasal ketika menyusui yaitu keluarnya air
susu dari hidung.
E.MANISFESTASI KLINIS
Foto roentgen
b.
Pemeriksaan fisisk
c.
G.PEMERIKSAAN TERAPEUTIK
a.
b.
adekuat
c.
Mencegah komplikasi
d.
e.
Pembedahan: pada labio sebelum kecacatan palato; perbaikan
dengan pembedahan usia 2-3 hari atua sampai usia beberapa minggu
prosthesis intraoral atau ekstraoral untuk mencegah kolaps maxilaris,
merangsang pertumbuhan tulang, dan membantu dalam perkembangan
bicara dan makan, dapat dilakukan sebelum penbedahan perbaikan.
f.
Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6 bulan dan 2
tahun, tergantung pada derajat kecacatan. Awal fasilitas penutupan adalah
untuk perkembangan bicara.
H.PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan bibir sumbing adalah tindakan bedah efektif yang
Fasilitasi menyusui dengan ASI atau susu formula dengan botol atau dot yang
cocok.Monitor atau mengobservasi kemampuan menelan dan menghisap.
Tempatkan bayi pada posisi yang tegak dan arahkan aliran susu ke dinding
mulut.
Arahkan cairan ke sebalah dalam gusi di dekat lidah.
Sendawkan bayi dengan sering selama pemberian makan
Kaji respon bayi terhadap pemberian susu.
Akhiri pemberian susu dengan air.
Tingkatkan dan pertahankan kepatenan jalan nafas
Pantau status pernafasan
Posisikan bayi miring kekanan dengan sedikit ditinggikan
Letakkan selalu alat penghisap di dekat bayi
Perawatan Pasca-Operasi
Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adequate
Berikan makan cair selama 3 minggu mempergunakan alat penetes atau
sendok.
Lanjutkan dengan makanan formula sesuai toleransi.
Lanjutkan dengan diet lunak
Sendawakan bayi selama pemberian makanan.
Tingkatkan penyembuhan dan pertahankan integritas daerah insisi anak.
Bersihkan garis sutura dengan hati-hati
Oleskan salep antibiotik pada garis sutura (Keiloskisis)
Bilas mulut dengan air sebelum dan sesudah pemberian makan.
Hindari memasukkan obyek ke dalam mulut anak sesudah pemberian makan
untuk mencegah terjadinya aspirasi.
Pantau tanda-tanda infeksi pada tempat operasi dan secara sistemik.
Pantau tingkat nyeri pada bayi dan perlunya obat pereda nyeri.
Perhatikan pendarahan, cdema, drainage.
Pengkajian
Mengkaji riwayat kehamilan ibu, apakah ibu pernah mengalami trauma pada
kehamilan Trimester I. bagaimana pemenuhan nutrisi ibu saat hamil, obatobat yang pernah dikonsumsi oleh ibu dan apakah ibu pernah stress saat
hamil.
2.
Pemeriksaan Fisik
Diagnosa Keperawatan
1.
2.
Resiko Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan refleks menghisap pada anak tidak adekuat.
3.
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kelainan anatomis
(labiopalatoskizis)
4.
5.
6.
Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga
tentang penyakit.
3.
Intervensi
Rencana Keperawatan
No
Dx Keperawatan
Tujuan/Kriteria
Intervensi
Rasional
1.
Perubahan yg tjd pada proses pemberian makanan dan pengobatan bisa saja
menyebabkan aspirasi.
Agar mempermudah mengeluarkan sekresi.
Mencegah sekresi menyumbat jalan napas, khususnya bila kemampuan
menelan terganggu.
2.
5.
Berikan posisi yang tepat setelah makan, miring kekanan, kepala agak sedikit
tinggi supaya makanan tertelan dan mencegah aspirasi yang dapat berakibat
pneumonia.
Kaji tanda-tanda infeksi, termasuk drainage, bau dan demam.
6.
DAFTAR PUSTAKA
NANDA, 2005-2006
Pencarian:
diagnosa keperawatan pada bayi dengan labio palatoskisis menurut nanda
dan nic nok, askep kerusakan komunikasi verbal pada bayi pada labio,
laporan pendahuluan palatoskisis pdf, diagnosa resiko cidera labioskizis anak,
asuhan keperawatan pada anak dengan labiopalatoskizis nic noc, askep
nanda nicnoc intra operasi dengan abses septum nasi, askep nanda nic noc
lengkap labiopalatosis, askep labiopalatoskizis menurut nanda nic noc, askep
labiopalaktosis dengan diagnosa hambatan komunikasi verbal pada pasien
bayi, Pathway labiopalatoskizis setelah pembedahan