Anda di halaman 1dari 21

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Medis
1. Bayi Baru Lahir
a. Pengertian
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai dengan 4000
gram (Arief, 2009)
b. Pemeriksaan awal terhadap bayi baru lahir, yaitu :
1) Fontanel yaitu pemeriksaan dilakukan

terhadap

lebar

dan

ketegangannya.
2) Mata
Pemeriksaan mata berfungsi untuk memastikan tanda infeksi atau
kelainan. Selain itu diberikan tetes mata dengan eritromisin atau nitras
1%.
3) Pemeriksaan daun telinga
Pemeriksaan ini untuk memastikan kenormalan dan adanya cairan yang
keluar dari liang telinga.
4) Bibir dan palatum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan ada tidaknya labioskizis
dan palatoskizis. Pemeriksaan ini penting saat memberi ASI agar tidak
terjadi aspirasi ASI.
5) Denyut jantung
Pemeriksaan denyut jantung bayi dihitung penuh selama 60 detik
sehingga jumlah absolutnya dapat ditentukan.
6) Pemeriksaan payudara
Dilakukan untuk mengkaji adanya pembesaran atau benjolan.
7) Pemeriksaan genitalia
Dilakukan pada bayi laki-laki untuk mengetahui apakah kedua testis
telah turun. Bila belum dapat dievaluasi dan direncanakan untuk
melakukan tindakan lanjut agar testis dapat turun. Pada bayi perempuan
dilakukan pemeriksaan labia minora dan mayora serta hymen dan

introitus vagina apakah ada imperferata hymen. Pemeriksaan genitalia


eksterna juga dilakukan pada saat memasukkan bayi ke ruang
perawatan untuk memastikan jenis kelamin bayi dengan label yang
menyertainya (Manuaba, 2008).

c. Tata Laksana Bayi Baru Lahir


1) Aspek penting Asuhan Bayi Baru Lahir :
a) Menjaga agar bayi tetap hangat dan terjadi kontak kulit bayi
dan kulit ibu
b) Mengusahakan adanya kontak kulit bayi dan ibu sesegera
mungkin
c) Menjaga pernafasan
d) Perawatan mata
2) Perawatan bayi baru lahir bermasalah adalah perawatan dari rumah
atau dari rumah sakit lain yang terjadi persalinan
3) Penatalaksanaan kasus-kasus tersebut memerlukan perencanaan,
implementasi dan evaluasi perawatan berdasarkan penilaian lanjut
terhadap kondisi bayi
4) Penerimaan, penilaian cepat dan manajemen segera :
a) Bayi <7 hari datang di fasilitas kesehatan, harus segera
ditangani
b) Lakukan prosedur penerimaan pasien secepat mungkin agar
bayi segera diperiksa
c) Lakukan perawatan bayi sakit atau bayi kecil sebelum urusan
administrasi penerimaan selesai
d) Bayi segera dinilai adanya tanda kegawatan yang menunjukkan
bayi dalam keadaan kritis dengan risiko kematian.
5) Perawatan lanjut
a) Buat perencanaan umum yang meliputi kebutuhan bayi
b) Pantau keadaan umum bayi terus menerus
c) Siap dengan perubahan perencanaan perawatan bila terjadi
perubahan kondisi bayi
d) Bila perlu siapkan transportasi atau rujukan
6) Dukungan emosional
a) Beri dukungan emosional kepada ibu dan anggota keluarga

b) Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayinya


c) Ijinkan dan anjurkan kunjungan keluarga
d) Ijinkan kakak bayi menjenguk adiknya
7) Catatan medik
a) Catat rencana perawatan dan petugas
b) Catat semua perubahan kondisi bayi
c) Pastikan informasi tentang petugas dan dokter jaga
8) Pemulangan tindak lanjut
a) Pulangkan bayi bila sudah baik
b) Rencana pemulangan
c) Pulangkan
d) Jadwal kunjungan ulang
d. Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Menurut Muslihatun (2010), tanda bahaya bayi baru lahir
1) Pernafasan sulit > 60 kali/menit
2) Retraksi dada saat respirasi
3) Suhu < 36 C atau > 38 C
4) Warna kulit atau bibir pucat
5) Menghisap lemah
6) Tali pusat berwarna merah, bengkak, keluar cairan, berbau
busuk
7) Mekonium tidak keluar setelah tiga hari pertama kelahiran
8) Muntah terus menerus
2. Labioskizis
a. Pengertian
Labioskizis adalah kelainan congenital sumbing yang terjadi akibat
kegagalan fusi atau penyatuan prominen maksilaris dengan prominen
nasalis medial yang diikuti disrupsi kedua bibir, rahang dan palatum
anterior. (Yongky dkk, 2012)
b. Etiologi
Umumnya kelainan congenital ini berdiri sendiri dan penyebabnya
tidak diketahui dengan jelas. Selain itu dikenal beberapa syndorme
atau malformasi yang disertai adanya sumbing bibir, sumbing palatum
atau keduanya yang disebut kelompok syndrome clefts dan kelompok
sumbing yang berdiri sendiri non syndromik clefts. Beberapa
syndromik clefts adalah sumbing yang terjadi pada kromosom

(trysomit 13, 18, atau 21) mutasi genetik atau kejadian sumbing yang
berhubungan dengan akibat toksikosis selama kehamilan (kecanduan
alkohol), terapi fenitoin, infeksi rubella, sumbing yang ditemukan pada
syndrome pierrerobin, penyebab non-syndromik clefts dapat bersifat
multifaktorial seperti masalah genetik dan pengaruh lingkungan.
c. Faktor Risiko
Angka kejadian kelainan kongenital ini sekitar 1/700 kelahiran dan
merupakan salah satu kelainan kongenital yang sering ditemukan,
kelainan ini berwujud sebagai Labioskizis disertai palatoskizis 50%,
Labioskizis saja 25% atau palatoskizis saja 25%. Pada 20% dari
kelompok ini ditemukan adanya riwayat kelainan sumbing dalam
keturunan. Kejadian ini mungkin disebabkan adanya faktor toksik dan
lingkungan yang mempengaruhi gen pada periode fesi ke-2 belahan
tersebut; pengaruh toksik terhadap fusi yang telah terjadi tidak akan
memisahkan lagi belahan tersebut.
d. Risiko Kejadian Sumbing pada Keluarga
Non-Syndromic Clefts
Risiko sumbing pada anak
berikutnya
Bila ditemukan satu anak
menderita sumbing
Suami istri dan dalam keturunan
tidak ada yang sumbing
Dalam keturunan ada yang
sumbing
Bila ditemukan dua anak
menderita sumbing
Salah satu orangtuanya menderita
sumbing
Kedua orangtuanya menderita
sumbing

Risiko Labioskizis
dengan atau tanpa
palatoskizis
(%)

Risiko
Palatoskizis
(%)

2-3

4-9

3-7

14

13

12

13

30

20

(Yongky dkk, 2012)


e. Klasifikasi
Menurut Dewi (2011), jenis belahan pada labioskizis atau
labiopalatoskizis dapat sangat bervariasi, bisa mengenai salah satu
bagian atau semua bagian dari dasar cuping hidung, bibir, alveolus dan
palatum durum, serta palatum molle. Suatu klasifikasi membagi
struktur-struktur yang terkena menjadi beberapa bagian berikut :
1) Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan palatum
durum di belahan foramen insisivum
2) Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle
posterior terhadap foramen
3) Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum
primer dan palatum sekunder dan juga bisa berupa unilateral atau
bilateral.
4) Terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini
mukosanya utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot
palatum.
f. Komplikasi
Anak-anak

dengan

Labioskizis

tidak

mempunyai

kemungkinan masalah bicara dan kesulitan belajar yang lebih besar


daripada anak-anak lain. Namun lain halnya bila menderita
palatoskizis,

risiko

masalah

bicara

meningkat

secara

nyata.

Diperkirakan sekitar 10-15% penderita palatoskizis akan menderita


masalah bicara, misalnya suara sengau. (Morchower, 2009)
Menurut Sudarti dan Khoirunnisa (2010), komplikasi
Labioskizis jika tidak dioperasi, yaitu:
1) Kekurangan gizi
2) Kesulitan makan
3) Infeksi telinga dan hilangnya pendengaran

4) Masalah gigi
5) Gangguan pernafasan
6) Kematian
Menurut Dewi (2011), komplikasi labioskizis yaitu :
1) Otitis media
2) Faringitis
3) Kekurangan gizi
g. Patofisiologi
Cacat terbentuk

pada

trimester

pertama

kehamilan,

prosesnya karena tidak terbentuknya mesoderm, pada daerah tersebut


sehingga bagian yang telah menyatu (proses nasalis dan maksilaris)
pecah kembali. Labioskizis terjadi akibat fusi atau penyatuan prominen
maksilaris dengan prominen nasalis medial yang diikuti disfusi kedua
bibir, rahang dan palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi septum
nasi. Gangguan fusi palatum durum serta palatum molle terjadi sekitar
kehamilan ke 7 sampai 12 minggu (Rukiyah dan Yulianti, 2013)
h. Penatalaksanaan
1) Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga (Sudarti,
2010).
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi (Sudarti,
2010).
3) Observasi keadaan umum dan vital sign tiap 4 jam serta pola
eliminasi bayi (Sudarti, 2010).
4) Menjaga suhu tubuh bayi agar bayi tetap hangat (Sudarti, 2010).
5) Lakukan perawatan tali pusat (Sudarti, 2010).
6) Pemantauan intake dan output
Intake : beri nutrisi pada bayi per oral / per sonde ASI/PASI dan
susu formula 30 40cc/3 jam secara spin dan sonde
Output : BAB mekonium dan BAK 8-9 kali/hari (Sudarti,
2010).
7) Pemberian ASI/PASI secara langsung (Dewi, 2011).

10

8) Bila anak sukar menghisap sebaiknya gunakan botol peras


(squeeze bottles) untuk mengatasi gangguan menghisap, pakailah
dot yang panjang dengan menekan botol maka susu dapat
didorong jatuh di belakang mulut hingga dapat dihisap (Dewi,
2011).
9) Kolaborasi dengan Ortodontis untuk dibuat okulator untuk
menutup sementara celah palatum agar memudahkan pemberian
minum dan sekaligus mengurangi deformitas palatum sebelum
dapat dilakukan tindakan bedah (Dewi, 2011).
10) Kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian terapi
obat sesuai kebutuhan bayi (Sudarti, 2010).
11) Tindakan bedah efektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu
untuk penanganan selanjutnya
12) Adanya kemajuan teknik bedah kosmetik serta kerjasama yang
baik antara ahli bedah, orthondotis, dokter anak, dokter THT,
serta ahli wicara, maka hasil akhir tindakan koreksi kosmetik dan
fungsional menjadi lebih baik. Tergantung dari berat ringannya
kelainan yang ada maka tindakan bedah maupun tindakan
orthodontic dilakukan secara bertahap.
13) Penutupan labioskizis biasanya dilakukan pada umur 3 bulan.
14) Tahapan tindakan orthondontic diperlukan pula untuk perbaikan
gusi dan gigi (Yongky dkk, 2012)

11

B. Tinjauan Asuhan Kebidanan


Menurut Varney (2007) mengungkapkan bahwa proses manajemen
kebidanan terdiri dari 7 langkah yang berurutan dimana setiap langkah
disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data
dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk
suatu kerangka lengkap yang dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah
yang lebih rinci dan bisa berubah sesuai kebutuhan pasien.
1. Langkah I : Pengumpulan data dasar
Pengkajian adalah pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi keadaan
pasien. Data dasar ini termasuk riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.
Data yang dikumpulkan meliputi data subjektif dan data objektif serta data
penunjang.
a. Data Subjektif
Informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh dari
hasil wawancara langsung kepada pasien atau klien (anamnesis) atau
dari keluarga dan tenaga kesehatan (Hidayat, 2012)
1) Biodata
Identitas Bayi
a) Nama anak : Nama anak untuk mengenal,
memanggil, dan menghindari terjadinya
kekeliruan.
b) Umur
:
mengantisipasi

Berguna

untuk

diagnosa

masalah

kesehatan dan tindakan yang dilakukan,


apabila perlu terapi obat.
c) Jenis kelamin
:

Untuk

mencocokkan identitas kelamin sesuai


nama anak, serta menghindari kekeliruan

12

bila terjadi kesamaan nama anak dengan


pasien yang lain.
d) Anak ke
:

Untuk

mengetahui

paritas dari orang tua.


Identitas Orang Tua
a) Nama

Untuk

mengenal/memanggil klien, serta sebagai


penanggung jawab terhadap anak.
b) Umur
:
Untuk
mengetahui
umur dari ibu serta suami.
c) Agama
:
Perlu dicatat, karena
hal ini sangat berpengaruh di dalam
kehidupan termasuk kesehatan, dan akan
mudah

dalam

mengatasi

masalah

kesehatan pasien.
d) Suku
:
Untuk mengetahui dari
suku mana ibu dan suami berasal dan
menentukan

cara

pendekatan

serta

pemberian asuhan kepada anak.


e) Pendidikan :
Tingkat
pendidikan
sangat

besar

pengaruhnya

di

dalam

tindakan asuhan kebidanan selain itu anak


akan lebih terjamin pada orang tua pasien
(anak) yang tingkat pendidikannya tinggi.
f) Pekerjaan :
Jenis pekerjaan dapat
menunjukkan tingkat keadaan ekonomi

13

keluarga dan juga dapat mempengaruhi


kesehatan.
g) Alamat
:

Dicatat

untuk

mempermudah hubungan bila keadaan


mendesak dan dapat memberi petunjuk
keadaan tempat tinggal pasien.
2) Alasan Masuk/kunjungan
Diisi sesuai dengan alasan yang ibu/petugas medis berikan terkait
keadaan bayi.
3) Keluhan Utama
Diisi sesuai dengan apa yang dikeluhkan ibu tentang keadaan
bayinya.
4) Riwayat Antenatal
Untuk mengetahui kondisi Ibu selama hamil, HPHT : Untuk
mengetahui hari perkiraan menstruasi terakhir pada ibu dan sebagai
tanda untuk menghitung umur kehamilan pada ibu. HPL : Untuk
mengetahui hari perkiraan lahirnya bayi yang dikandung ibu. Untuk
mengetahui adakah komplikasi/tidak, periksa kehamilan dimana dan
berapa kali, serta mandapatkan apa saja dari petugas kesehatan
selama hamil.
5) Riwayat Intranatal
Dikaji untuk mengetahui tempat persalinan, penolong persalinan,
tanggal/jam persalinan, jenis persalinan, komplikasi/kelainan dalam
persalinan, Plasenta, Perdarahan Kala I, Kala II, Kala III, Kala IV,
lama persalinan Kala I, Kala II, Kala III, Kala IV.
6) Riwayat Kesehatan
Ditanyakan mengenai latar belakang keluarga terutama :.
a) Faktor Genetik
Faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya kelainan
bawaan/sindrome genetik, dan kehamilan kembarhamil kembar.

14

b) Faktor Maternal
Untuk mengetahui ibu tidak pernah menderita Penyakit jantung,
DM,

Ginjal,

Hipertensi,

Asma,

penyakit

kelamin,

RH/isoimunisasi
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum
: baik / cukup / lemah
b) Kesadaran
: composmentis / somnolen / koma
c) PB
: normal (48 52 x/menit)
d) BBL
: normal (2500 4000 gram)
e) Tanda-tanda vital:
Pernafasan : normal (40 60 x / menit)
Suhu
: normal (36,5 37,5oC)
Nadi
: normal (100 160 x/menit)
f) Apgar Score :
Periode transisi dibagi menjadi tiga tahap :
(1) Tahap pertama Periode Reaktif yang segera dimulai setelah
kelahiran bayi dan berlangsung 30 menit.
(2) Tahap kedua adalah Interval yang berlangsung dari 30 menit
setelah kelahiran sampai sekitar 2 jam setelah kelahiran
selama bayi baru lahir tidur.
(3) Tahap ketiga adalah tahap Reaktif lain yang berlanjut dari 2
jam setelah kelahiran sampai bayi berusia sekitar 6 jam
(Varney, 2007).
2) Pemeriksaan Fisik
a. Kepala

Adakah

succedaneum,

perdarahan

aponeurotik,

cephal

hidrosefalus

atau

capput
sub

hematoma

serta

porensefalu,

serta

lingkar kepala Variasi normal antara 33


sampai 37 cm. Pada bayi prematur lingkar
kepala kurang dari 33 cm (Varney, 2007)

15

b. Ubun ubun :

Ada

tidaknya

caput

ada

tidaknya

cephal

succedaneum,
hematoma,

ada

tidaknya

perdarahan,

adanya fontanel dengan cara palpasi


dengan menggunakan jari tangan.
c. Muka : Adakah oedema pada wajah,
simetris serta berwarna kemerahan.
d. Mata : Untuk memastikan tanda infeksi
atau kelainan (Manuaba, 2008).
e. Telinga
:
Untuk
memastikan
kenormalan dan adanya cairan yang
keluar dari liang telinga (Manuaba, 2008).
f. Mulut
: Untuk memastikan ada
tidaknya labioskizis dan palatoskizis
g. Hidung
: Adakah kotoran yang
menyumbat di jalan nafas, biasanya
hidung sering tersumbat oleh mucus.
h. Leher : Adakah pembesaran kelenjar
thyroid, adakah keretakan pada clavicula
(normal: rata atau tanpa gumpalan di
sepanjang tulang simetris) (Varney, 2007).
i. Dada : Bentuk pembesaran buah dada,
frekuensi bunyi jantung, adakah kelainan.
Lingkar dada bayi baru lahir normal yaitu
33 36 cm. Pada bayi prematur lingkar
dada kurang dari 30 cm (Varney, 2007).

16

j. Abdomen

: Adakah pembesaran pada

hepar, lien dan ginjal. Tali Pusat : Untuk


melihat

apakah

terdapat

kemerahan,

bengkak, bernanah, berbau atau lainnya


pada tali pusat. Pemeriksaan ini normal
apabila warna tali pusat putih kebiruan
pada hari pertama dan mulai mengering
atau mengecil dan lepas pada hari ke 7
hingga ke 10.
k. Tulang punggung

: Adakah kerusakan

yang terlihat misalnya massa, lekuk atau


tonjolan (Varney, 2007).
l. Ekstremitas : Adakah kelainan seperti
polidaktili atau sinidaktili, adakah tulang
yang retak misalnya clavicula (Varney,
2007).
m. Genetalia
sudah

: Jika laki-laki apakah testis

turun

pada

skrotum

jika

perempuan apakah labia mayora sudah


menutupi labia minora (Arief, 2008).
n. Anus : Apakah terdapat atresia ani, pada
bayi baru lahir bisa ada atau tidak ada
anus.
o. Kulit : Apakah integritas kulit baik atau
tidak.
3) Reflek

17

a) Reflek Moro : Bila bayi diangkat bayi akan


mengekstensikan

dan

mengabdusikan

lengan dan jari-jarinya serta membuka


mata, kemudian bayi akan memfleksikan
dan mengabdusikan lengannya
b)Reflek Rooting
: Bayi akan menoleh
kearah dimana terjadi sentuhan pada
pipinya. Bayi akan membuka mulutnya
apabila bibirnya disentuh dan berusaha
untuk menghisap benda yang disentukan
tersebut
c) Reflek Sucking

: Rangsangan puting

susu pada langit-langit bayi menimbulkan


reflek menghisap. Pada bayi dengan
Labioskizis
terganggu

reflek
(Sudarti

2010).
d)Reflek Grapsing

menghisap
dan

yang

Khoirunnisa,

: Bila telapak tangan

bayi disentuh maka jari jari bayi akan


mengatup

dan

genggaman.
e) Reflek Tonic Neck

membentuk

suatu

: Bayi diletakkan pada

posisi terlentang, kepala digaris tengah,


dan anggota gerak dalam posisi fleksi,
kemudian kepala ditengokkan ke kanan.

18

Maka akan terjadi ekstensi anggota gerak


sebelah kanan dan fleksi anggota gerak
sebelah kiri. Pada kasus bayi prematur
reflek tonik - leher lemah (Wiknjosastro,
2005).
2. Langkah II : Interpretasi Data
Langkah kedua bermula dari data dasar, menginterpretasi data untuk
kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosis serta kebutuhan
perawatan kesehatan yang di identifikasi khusus (Varney, 2007).
a. Diagnosa Kebidanan
Prediksi yang mencakup masalah potensial dan prognosis hasil dari
hasil perumusan masalah yang merupakan keputusan yang ditegakkan
oleh bidan (Hidayat, 2012).
b. Masalah
Masalah diidentifikasi berdasarkan masalah yang ditemukan dengan
didukung oleh data subyektif dan obyektif (Hidayat, 2012). Menurut
Sudarti dan Khoirunnisa (2010), masalah pada bayi baru lahir dengan
labioskizis yaitu refleks menghisap yang terganggu akibat adanya
labioskizis.
3. Langkah III : Diagnosa Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
berdasarkan diagnosa masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan,
sambil mengamati klien. Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney, 2007).
Menurut Dewi (2011), diagnosa potensial pada bayi baru lahir dengan
labioskizis, yaitu : otitis media, faringitis dan kekurangan giz. Bayi baru

19

lahir dengan Labioskizis jika tidak tertangani akan menimbulkan diagnosa


potensial seperti Faringitis.
4. Langkah IV : Antisipasi
Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan
menetapkan

beberapa

kebutuhan

setelah

diagnosis

dan

masalah

ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi


dan melakukan rujukan (Varney, 2007).
5. Langkah V : Rencana Tindakan
Tahap proses perencanaan asuhan secara menyeluruh terhadap masalah
dan diagnosis yang ada. Dalam proses perencanaan asuhan secara
menyeluruh juga dilakukan identifikasi beberapa data yang tidak lengkap
agar pelaksanaan secara menyeluruh dapat berhasil (Varney, 2007).
Rencana tindakan juga didasari oleh : Diagnosa masalah dan Kebutuhan
yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa
masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa (Saifudin, 2007).
6. Langkah VI : Implementasi Langkah ini merupakan pelaksanaan dari
rencana asuhan menyeluruh seperti telah diuraikan pada langkah kelima
secara efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian oleh bidan atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika
bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya (memastikan langkah-langkah tersebut
benar-benar terlaksana). Dalam situasi bidan berkolaborasi dengan dokter
dan keterlibatannya dalam manajemen asuhan kebidanan bagi pasien yang
mengalami

komplikasi,

bidan

juga

bertanggung

jawab

terhadap

terlaksananya asuhan bersama yang menyeluruh. Pelaksanaan asuhan pada

20

bayi baru lahir dengan labioskizis adalah disesuaikan dengan rencana


tindakan (Varney, 2007).
7. Langkah VII : Evaluasi
Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni
dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang
dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan
secara terus menerus untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensif
dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien (Varney,
2007). Evaluasi yang ingin dicapai seperti terjalinnya pendekatan
terapeutik pada ibu dan keluarga, vital sign bayi normal, tidak terjadi
infeksi pada tali pusat bayi, suhu bayi tetap hangat, intake dan output bayi
seimbang, ASI/PASI dapat diberikan pada bayi, bayi dapat dioperasi, dan
bayi dapat berlatih menghisap setelah post op ( Varney, 2007)
Di dalam memberikan asuhan lanjutan digunakan tujuh langkah
manajemen Varney, sebagai catatan perkembangan dilakukan asuhan
kebidanan SOAP dalam pendokumentasian. Menurut Varney (2007) sistem
pendokumentasian asuhan kebidanan dengan menggunakan SOAP yaitu :
a. S (Subyektif)
Menggambarkan dan asuhan mendokumentasikan hasil pengumpulan
data klien melalui anamnesa sebagai langkah satu Varney.
b. O (Obyektif)
Menggambarkan dan mendokumentasikan hasil pemeriksaan fisik
klien, hasil laboratorium dan tes dignostik lain yang dirumuskan
dalam data fokus untuk mendukung asuhan langkah satu Varney.
c. A (Assesment)
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subyektif dan obyektif suatu identifikasi :
1) Diagnosa atau masalah.
2) Antisipasi diagnosa atau masalah.

21

3) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau


kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah II, III, IV Varney.
d. P (Planning)
Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi,
perencanaan berdasarkan assesment sebagai langkah V, VI, VII
Varney.

22

C. Aspek Hukum
Bidan dalam memberikan asuhan harus berdasarkan hukum perundang
undanngan dan hukum yang berlaku dengan tenaga kesehatanyaitu klien
sebagai penerima jasa kesehatan mempunyai dasar hukum dan merupakan
peraturan pemerintah, yang berarti sama sama mempunyai hak dan
kewajiban sehingga penyimpangan terhadap hukum dapat dihindarkan
(IBI,2004). Dasar hukum dalam melaksanakan praktek kebidanan yaitu :
1. KEPMENKES RI No. 14 1464/MENKES/PER/X/2010 Izin dan
penyelenggaraan praktek bidan pada Bab III tentang penyelenggaraan
praktik :
Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktek berwenag untuk memberikan pelayanan
yang meliputi:
a. Pelayanan kesehatan Ibu
b. Pelayanan Kesehatan Anak
c. Pelayanan Kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
Pasal 10
(1) Pelayanan kesehatan ibu dan anak sebagaimana dimaksud dalam pasal
9 huruf a diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan,
(2)

masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.


Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Pelayanan konseling pada masa prahamil
b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
c. Pelayanan persalinan normal
d. Pelayanan ibu nifas normal
e. Pelayanan ibu menyusui; dan
f. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
(3) Bidan berwewenang memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) berwewenang untuk :
a. Episiotomi
b. Penjahitan luka tingkat I dan II

23

c.
d.
e.
f.

Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan


Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
Fasilitas atau bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu

ibu eksklusif
g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
h.
i.
j.
k.

postpartum
Penyuluhan dan Konseling
Bimbingan pada kelompok ibu hamil
Pemberian surat keterangan kematian; dan
Pemebrian surat keterangan cuti bersalin

2. UNDANG UNDANG KESEHATAN (UU RI No. 36 Th. 2009), BAB


VIII tentang kesehatan Ibu, Bayi, dan Anak Bagian Kesatu yang
meliputi :
Pasal 128
a. Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak
dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis.
b. Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara
penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus.
c. Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum
Pasal 131
a. Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk
mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan
berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak.
b. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak anak masih dalam
kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18
(delapan belas) tahun

24

Anda mungkin juga menyukai