Anda di halaman 1dari 12

Audit Keselamatan Jalan (Studi Kasus : Jalan Daendels km 5 – km 7,

Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta)


Road Safety Audit (A Case Study: Daendels Street km 5 – km 7, Kulonprogo, Special Region of
Yogyakarta)

Audika Elba Sabila, Muchlisin


Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Abstrak. Jalan Daendels km 5 sampai dengan km 7 secara geografis terletak di kota Kulonprogo,
merupakan jalan arteri dalam sistem jaringan primer yang menghubungkan ibu kota kabupaten/jalan kota
atau jalan ibu kota, dengan tingkat mobilitas yang cukup tinggi. Karena seringnya terjadi kecelakaan,
berdasarkan itu maka perlu dilakukan audit keselamatan jalan untuk menekan bahaya kecelakaan lalu lintas
di jalan Daendels km 5 sampai dengan km 7 yang menjadi obyek penelitian. Berdasarkan dari latar belakang
dan permasalahan yang terkutip di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi karakteristik
kejadian kecelakaan. 2. Mengevaluasi serta mengkaji apa saja potensi permasalahan pada jalan yang telah
beroperasi pada keselamatan jalan. 3. Menganalisis Jarak Pandang Henti (JPH) dan Jarak Pandang Menyiap
(JPM) 4. Memberikan beberapa pilihan rekomendasi untuk perbaikan pada jalan Daendels Kulon Progo.
Karakteristik kecelakaan lalu lintas dan jumlah korban terbanyak mengalami luka ringan 206 orang. Faktor
terbanyak penyebab kecelakaan yaitu faktor manusia sebanyak 202 kejadian. Berdasarkan proses kejadian
perkara, maka jenis kejadian yang paling banyak terjadi adalah tipe KDK (Kecelakaan Tanpa Gerakan
Membelok Dua Kendaraan) sebanyak 63 kejadian. Jenis kendaraan terbanyak yang terlibat kecelakaan
adalah kendaraan jenis sepeda motor sebanyak 121 kejadian. Berdasarkan jenis kelamin yang terlibat
kecelakaan adalah laki-laki sebanyak 137 orang. Jarak pandang henti di jalan tidak aman karena jarak
pandang henti spot speed (existing) yaitu sebesar 52,15 m dan 44,38 m lebih kecil dari pada jarak pandang
henti rencana yaitu sebesar 84,65 m. Jarak pandang menyiap di jalan tidak aman karena jarak pandang
menyiap spot speed (existing) yaitu sebesar 230,91 m dan 205,46 m lebih kecil dari pada jarak pandang
menyiap rencana yaitu sebesar 349,29 m.

Kata Kunci: Audit Keselamatan Jalan, Jarak Pandang Henti, Jarak Pandang Menyiap, Karakteristik
Kecelakaan.

Abstract. Daendels Road is between 5 to 7 km geographically locted in Kulonprogo. It is an arterial road


in the primary network system that connects to the district city or capital road with a high mobility. Because
averagely accident often occur, it is necessary to conduct a road safety audit to reduce the dangers of
accidents. Traffic on the Daendels road is the object of reasearch. Based on the background of the study
and its problems, the aims of this study are to: 1. Identify the characteristic for accidents, 2. Evaluate and
review the potential problems on the road that has been operationally for road safety, 3. Analyze Stopping
Sight Distance (JPH) and Passing Sight Distance (JPM), 4. Give several recommendations for fixing the
road. There are several traffic accidents and a number of victims which most of them suffer minor injury.
Based on the future of the accidents, it is shown that there were 206 victims with minor injuries the most
factor caused the accident are the human factor, all app 202 cases. Based on the prosses case, the most
incidents are KDK (Accidents without Movement of Two Vehicles type) as much as 63 accidents. A lot of
the vehicles that are involved in incidents are motorcycles as much as 121 cases. Based on the cases the
most that have been involved in the accident are mostly men as much as 137 people. Stopping sight distance
on the road is not safe because its spot speed (existing) which is as big as 52.15m and 44.38m smaller from
stopping sight distance plan which is as big as 84.65m. Passing sight distance on the road is not safe
because its spot speed (existing) as big as 230.91m and 205.46 m smaller from passing sight distance plan
which is as big as 349.29m

Keywords: Accident Characteristics, Passing Sight Distance, Road Safety Audit, Stopping Sight Distance.

1. Pendahuluan korban jiwa manusia. Hal ini terjadi disemua


Kecelakaan lalu lintas menjadi masalah jalan-jalan di kota-kota besar karena faktor-
yang cukup penting karena berakibat pada faktor diantaranya : faktor manusia, kondisi
1
jalan, kondisi kendaraan, cuaca dan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Berbagai
lingkungan. Juga yang terpenting adalah faktor upaya rekayasa lalu lintas, selain bertujuan
kelayakan jalan khususnya di jalan Daendels melancarkan arus lalu lintas, yang utama
km 5 sampai dengan km 7. adalah menjamin keselamatan berlalu lintas.
Jalan Daendels km 5 sampai dengan km 7 Abubakar (1997) menyatakan bahwa
secara geografis terletak di kota Kulonprogo, kecelakaan lalu lintas merupakan serangkaian
merupakan jalan arteri dalam sistem jaringan kejadian, yang pada akhirnya sesaat
primer yang menghubungkan ibu kota sebelumnya terjadi kecelakaan didahului oleh
kabupaten/jalan kota atau jalan ibu kota dengan gagalnya pemakaian jalan dalam
tingkat mobilitas yang cukup tinggi. Karena mengantisipasi keadaan sekelilingnya termasuk
seringnya terjadi kecelakaan, berdasarkan itu dirinya sendiri dan kecelakan lalu lintas
maka perlu dilakukan audit keselamatan jalan mengakibatkan terjadinya korban atau kerugian
untuk menekan bahaya kecelakaan lalu lintas di harta benda. Dalam peristiwa kecelakaan tidak
jalan Daendels km 5 sampai dengan km 7 yang ada unsur kesengajaan, sehingga apabila
menjadi obyek penelitian. terdapat cukup bukti ada unsur kesengajaan
Tindakan-tindakan yang perlu diambil maka peristiwa tersebut tidak dianggap sebagai
untuk menjaga keselamatan lalu lintas di jalan kasus kecelakaan.
Daendels km 5 sampai dengan km 7, maka pada Oglesby dan Hicks (1998) menyatakan
jalan ini perlu dilengkapi dengan berbagai bahwa kecelakaan kendaraan bermotor seperti
kelengkapan jalan guna membantu mengatur halnya seluruh kecelakaan dengan kejadian
arus lalu lintas, yakni marka jalan, pilar lalu yang berlangsung tanpa diduga atau di
lintas jalur pemisah, lampu lalu lintas, pagar harapkan. Pada umumnya ini terjadi sangat
pengaman dan rekayasa lalu lintas lainnya, cepat, selain itu tabrakan adalah puncak
khususnya pada jalan Daendels km 5 sampai rangkaian yang naas.
dengan km 7 banyak terjadi kecelakaan pada Munawar (2004) menyatakan bahwa
jalan ini karena jalan lurus dan halus, serta penanganan lalu lintas dapat dikategorikan
diwaktu malam hari khususnya lampu menjadi :
penerangan jalan kurang berfungsi dengan baik a. Tahapan sebelum kejadian
atau belum sepenuhnya ada. Kegiatan ini berupa pencegahan agar
Berdasarkan latar belakang dan tidak terjadi kecelakaan lalu lintas. Kegiatan ini
permasalahan yang terjadi di jalan Daendels km berupa penyuluhan dan pendidikan untuk
5 sampai dengan km 7, maka tujuan penelitian mengenal undang-undang lalu lintas yang
adalah : berlaku dan tata tertib berlalu lintas. Bagi
a. Mengidentifikasi karakteristik kecelakaan di pengguna jalan, upaya yang dilakukan adalah
lokasi penelitian. peningkatan kesadaran hukum dan kesadaran
b. Menganalisis Jarak Pandang Henti (JPH) diri dalam berlalu lintas.
dan Jarak Pandang Menyiap (JPM). b. Tahapan pada waktu kejadian
c. Mengkaji perbaikan jalan yang meliputi : Disini dituntut kesigapan aparat, baik dari
marka jalan, pilar lalu lintas, lampu lalu kepolisian maupun kesehatan (rumah sakit atau
lintas, pagar pengaman jalan, dan rekayasa ambulan) untuk mencapai lokasi kejadian tepat
lalu lintas. pada waktunya.
d. Mengevaluasi potensi permasalahan pada c. Tahapan sesudah kejadian
jalan yang telah beroprasi terhadap Diperlukan kejelian dari aparat atau
keselamatan jalan. instansi yang berwenang untuk meneliti atau
melihat sebab-sebab kejadian, agar dapat
2. Tinjauan Pustaka disusun suatu strategi perbaikan guna
pengurangan kecelakaan.
Warpani (2002) menyatakan bahwa
tujuan utama upaya pengendalian lalu lintas
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
melalui rekayasa dan upaya lain adalah
keselamatan berlalu lintas. Konsep sampai Ady dan Susantono (2014) menyatakan
dengan selamat adalah upaya menghindari bahwa ada keterikatan antara karakteristik

2
pengguna jalan dan pemahaman terhadap mempengaruhi peningkatan keselamatan
keselamatan berlalu lintas dengan respon melalaui pemakaian peraturan, tanggung jawab
prilaku berkendara dan tanggapan terhadap atas diri dan orang lain, kehati-hatian, kesiapan
kondisi lalu lintas. Diketahui bahwa 83% warga diri dan kondisi kendaraan. Jika indicator ini ini
kampus menggunakan kendaraan pribadi di tingkatkan maka keselamatan akan semakin
sebagai moda transportasi harian. Secara meningkat. Keselamatan berlalu lintas sangat
khusus berprilaku berkendara warga kampus dipengaruhi oleh kondisi motor dan jalan,
UNDIP terutama mahasiswa masih belum keselamatan berlalu lintas akan semakin
mengutamakan keselamatan berlalu lintas, hal meningkat apabila sarana dan prasarana lalu
ini bias dilihat dari masih terdapat sekitar 30% lintas, kondisi motor, dan jalan berfungsi
mahasiswa yang memilih jalur yang salah atau dengan baik seperti kendaraan lengkap, rambu
melanggar lalu lintas saat berkendara. – rambu lalu lintas, marka, alat pengaman
Mahasiswa jenis kelamin perempuan lebih pemnakai jalan, dan fasilitas pendukung
cenderung melanggar lalu lintas dibandingkan kegiatan lalu lintas lainnya.
mahasiswa laki laki diperoleh fakta pula bahwa Mulyono dkk. (2009) menyatakan bahwa
latar belakang pendidikan akan mempengaruhi nilai resiko penanganan defisiensi
nilai pemahaman keselamatan berkendara dan insfrastruktur jalan yang merupakan hasil
kepatuhan pada peraturan lalu lintas, serta perkalian antara nilai peluang kejadian
semakin tinggi pendapatan atau tingkat kecelakaan akibat defisiensi dan nilai dampak
pendidikan maka kecenderungan menggunakan keparahan korban yang terjadi dilokasi rawan
kendaraan makin tinggi. kecelakaan yang di audit. Hasil audit
Indriastuti dkk. (2011) menyatakan keselamatan jalan nasional antara km 78-79
bahwa penyebab kecelakaan yang paling jurusan Semarang-Cirebon, di desa Jerakah
dominan adalah faktor manusia (83%). Bentuk Payung, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang,
pelanggaran yang melewati batas kecepatan menunjukan bahwa beberapa bagian dari
28%) dan pengemudi tidaak mendahulukan fasilitas jalan berada dalam kategori “bahaya”
penyebrang (25%). harus segera diperbaiki ntuk memperkecil
Karsaman (2007) menyatakan bahwa terjadinya kecelakaan.
secara umum alinyemen jalan dapat dilewati Murti dan Muthohar (2012) menyatakan
oleh kendaran sesuai batas kecepatan yaitu 80 bahwa ruas jalan Kapten Haryadi termasuk
km/jam-100 km/jam. Sementara untuk daerah dalam klasifikasi jalan kolektor primer dengan
pegunungan batas minimum kecepatan yang lebar jalan 7 meter dan lebar efektif bahu
diberlakukan adalah 60 km/jam. Untuk batasan sebesar 0,32 meter. Arus total (Q) di segmen
kecepatan tersebut keseluruhan aliyemen ruas jalan Kapten Haryadi sebesar 1771,2
horizontal sudah memenuhi syarat dan semua smp/jam, kelas hambatan paling rendah (L)
jari-jari tikungan lebih besar dari jari-jari kapasitas ruas (C) 2883 smp/jam dan derajat
minimum yang disyaratkan. Pada penelitian ini jenuh pada segmen adalah 0,614 kecepatan
ada pun hal-hal yang harus diperiksa kondisi rata-rata setempat kendaraan sepeda motor
rambu jalan (kelengkapan, kejelasan, lokasi, pada arah timur ke barat dana rah barat ke timur
kondisi marka, delineator/guidepost, median yakni sebesar 46,7 km/jam. Hal ini
barrier, pagar pelindung, obyek berbagai membuktikan adanya ketidak disiplinan
dipinggir jalan). Pemeriksaan dilakukan secara pengguna jalan dalam berlalu lintas di jalan
umum langsung dilapangan dan pengambilan Kapten Haryadi.
kecepatan dengan menggunakan alat speed Suweda (2009) menyatakan bahwa lalu
gun. Adapun tindakan lanjut rekomendasi dari lintas yang aman, nyama, mudah dan ekonomis
tim audit diantaranya: penambahan rambu- merupakan harapan semua pihak baik
rambu, pengecatan ulang marka, pemasangan pemerintah ataupun masyarakat. Melalaui Zona
antiglare, pembangunan dinding penahan tanah Selamat Sekolah (zoSS) ditumbuh kembangkan
dan pelapisan overlay. lalu lintas yang tertib dan teratur. Untuk
Kurnianti dkk. (2017) menyatakan bahwa menyediakan lalu lintas yang tertib dan teratur
keselamatan lalu lintas sangat dipengaruhi oleh diperlukan 3B yaitu Beauty yang diartikan
disiplin berkendara dan secara langsung estestika yang indah dipandang pada fasilitas
3
penunjang, Brain yang berarti cerdas dan Dilihat dari bentuk, ukuran dan daya
Behaviour yang diartikan kebiasaan yang patuh angkut dari kendaraan yang menggunakan
dalam berkendara dan berlalu lintas. jalan, dapat dikelompokkan menjadi mobil
Usman dkk. (2015) melakukan kajian penumpang, bus, truk, semi trailer. Untuk
audit keselamatan jalan Kapongan Kabupaten perencanaan, setiap kelompok diwakili oleh
Situbondo. Terhadap beberapa keterbatasan satu ukuran standar disebut sebagai kendaraan
dan kelemahan, maka perlu dilakukan rencana.
penelitian lanjutan untuk melengkapi hasil
penelitian ini, diantaranya perlu pemasangan Kecepatan Rencana
rambu, pemasangan traffic light, pemasangan
Kecepatan rencana adalah kecepatan
penerangan.
yang ditetapkan untuk merencanakan dan
Wesli (2015) menyatakan bahwa pada
mengkorelasikan semua bentuk-bentuk fisik
penelitian tentang perilaku pengendara sepeda
dari suatu jalan yang mempengaruhi jalannya
motor dengan menggunakan Structural
kendaraan.
Equation Model (SEM) dapat disimpulkan
Sukirman (1994) menyatakan bahwa
menurut hasil pengujian hipotesis engan
kecepatan rencana adalah kecepatan yang
menggunakan full structural modeling (SEM)
dipilih untuk perencanaan setiap bagian jalan
program AMOS 20.0 didapat ; pengetahuan
raya. Dari segi pengemudi kecepatan rencana
pengendara berpengaruh terhadap perilaku
dinyatakan sebagai kecepatan yang
pengguna sepeda motor, hasil uji parameter
memungkinkan seorang pengemudi
estimasi menunjukan adanya pengaruh 0,162
berketrampilan sedang dapat mengemudi
dengan nilai critical ratio sebesar 2,033 dan
dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca
nilai p-value 0,04.
cerah, lalu lintas lengang dan tanpa pengaruh
Widodo dan Mayuna (2015) menyatakan
hal lainnya yang serius.
bahwa hasil audit keselamatan jalan pada jalan
Kecepatan yang dipilih adalah kecepatan
Yogyakarta-Purworejo Km 35-40 Kulonprogo
tertinggi yang sepenuhnya tergantung dari
Yogyakarta diperoleh hasil karakteristik
bentuk jalan. Batasan kecepatan harus dengan
kecelakaan berdasarkan tahun 2008-2010
tipe sesuai dengan kelas jalan yang
jumlah kecelakaan sebanyak 197 kejadian dan
bersangkutan.
korban kecelakaan meninggal dunia 15 orang
luka berat 75 orang dan luka ringan 142 orang.
Tabel 1. Jarak Pandang Henti Minimum (Bina
Oleh karena itu lebih lagi diperlukan
Marga, 1997)
penambahan lebar jalur pada ruas jalan.
Jarak
3. Dasar Teori Kecepatan Kecepatan Pandang
Koefisien
Sukirman (1994) menyatakan bahwa Rencana Jalan Henti
Gesek (f)
dalam perencanaan geometrik jalan terdapat (km/jam) (km/jam) Rencana
beberapa parameter perencanaan seperti: (m)
30 37 0.4 25-30
kendaraan rencana, kecepatan rencana, volume
40 36 0.375 40-45
dan kapasitas tingkat pelayanan jalan. 50 45 0.35 55-65
Parameter-parameter ini merupakan penentu 60 54 0.33 75-85
tingkat kenyamanan dan keamanan yang 70 63 0.31 95-110
dihasilkan oleh suatu geometrik jalan. 80 72 0.3 120-140
100 90 0.28 175-210
Kendaraan Rencana 120 180 0.28 240-285
Sukirman (1994) menyatakan bahwa
Audit Keselamatan Jalan dapat di
kendaraan rencana adalah kendaraan yang
evaluasikan dengan melakukan perhitungan
merupakan wakil dari kelompoknya, digunakan
sebagai berikut :
untuk merencanakan jalan. Untuk perencanaan
geometrik jalan, ukuran lebar kendaraan akan
mempengaruhi lebar jalan yang dibutuhkan.
4
a. Menghitung Jarak Pandang Henti ( JPH) 4) Jarak d3 antara kendaran yang menyiap
Jarak (d1) yang ditempuk kendaraan dari pada waktu akhir gerakan menyiap dengan
saat pengendara melihat suatu penghalang yang kendaraan dari arah yang berlawanan.
mengharuskan kendaraan untuk berhenti 5) Jarak d4 yang ditempuh kendaraan dari
sampai saat pengendara mulai menginjak rem. arah yang berlawanan untuk 2/3 dari waktu
Jarak ini ditempuh selama waktu sadar, yaitu kendaraan yang menyiap berada dilajur
waktu yang diperlukan bagi pengendara sampai berlawanan.
pada suatu keputusan bahwa pengendara harus 6) Jarak pandang menyiap standar adalah :
menginjak rem. Besarnya waktu tersebut antara d = d1 + d2 + d3 + d4 ……………................(5)
0,5-4 detik, untuk perencanaan diambil 2,5. dengan :
d1 = V x t…………………………………...(1) 𝑎𝑥𝑡
d1 = 0,278 t1 + V-𝑚 2 1 …………................(6)
dengan :
t1 = Waktu reaksi, tergantung dari kecepatan
d1 = Jarak dari saat melihat rintangan sampai
yang dapat ditentukan dengan korelasi
menginjak pedal rem (m).
= 2,12 + 0,026 V
V = Kecepatan Kendaraan (km/jam)
V = Kecepatan rata-rata yang menyiap
T = Waktu Reaksi = 2,5 detik
(km/jam)
maka,
m = Perbedaan Kecepatan antra kendaraan
d1 = 0,278 V x t…………………………….(2)
yang menyiap dan disiap = 15 km/jam
Jarak Pengereman (d2) yaitu jarak yang
a = Percepatn rata-rata yang dapat ditentukan
diperlukan dari saat menginjak rem sampai
dengan korelasi
kendaraan berhenti.
a = 2,052 + 0,0036 V
dengan :
maka,
fm = Koefisien geser antar ban dan muka jalan
d2 = 0,278 V x t2…………………………...(7)
dalam arah memanjang jalan.
dengan :
d2 = Jarak Mengerem (m)
d2 = Jarak yang ditempuh selama kendaraa
V = Kecepatan Kendaraan (km/jam)
yang menyiap berada pada lajur kanan.
maka,
𝑉2
t2 = Waktu kendaraan yang menyiap berada
𝑑2 = 254.𝑓𝑚…………………………………(3) pada lajur kanan = 6,56 + 0,048 V
Jadi, jarak pandang heti minimal adalah : d3 = dipakai 30-100 m
𝑉2 d4 = 2/3 d2
d = 0,278 V x t + 254.𝑓𝑚……………………(4) Dalam perencanaan sering kali kondisi
jarak pandang menyiap standar ini terbatasi
b. Menghitung Jarak Pandang Menyiap (JPM) oleh ketidak akuratan, sehingga jarak pandang
Jarak Pandang Menyiap adalah jarak menyiap yang dipergunakan dapat
pandang yang dibutuhkan untuk menyiap menggunakan jarak pandang minimum d (min).
kendaraan lain dengan aman dalam keadaan d min = 2/3 d2 + d3 + d4………………......(8)
normal. Didefinisikan sebagai jarak pandang
minimum yang diperlukan sejak pengemudi Tabel 2. Jarak Pandang Menyiap Minimum
memutuskan untuk menyiap, kemudian (Bina Marga, 1997)
menyiap dan kembali ke jalur semula.
Sukirman (1994) menyatakan bahwa Kecepatan
jarak pandang menyiap (d) minimum dihitung Rencana 80 60 50 40 30 20
dengan menjumlahkan 4 jarak, yaitu : Jarak Pandang
1) Jarak d1 yang ditempuh selama Menyiap
pengamatan dan waktu reaksi serta waktu 350 250 200 150 100 70
Minimum (m)
memulai lajur lain.
2) Jarak d2 yang ditempuh selama kendaraan Jarak Pandang
menyusul dilajur lain. Menyiap 550 350 250 200 150 100
3) Jarak d3 antara kendaran yang menyiap Standar (m)
pada waktu akhir gerakan menyiap dengan *Keterangan :
kendaraan dari arah yang berlawanan. a. Jarak Pandang Menyiap Rencana (m)
5
4. Metode Penelitian
Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian yang dilakukan
mengikuti bagan alir pada gambar 1 di bawah
ini.

Mulai

Studi Pustaka

Survei Pendahuluan

Pelaksanaan Survei Dan Pengumpulan Data

a. Data Primer : b. Data Sekunder :


1) Survei langsung pada daerah studi : 1) Data kecelakaan lalu lintas :
a) Fasilitas lalu lintas a) Data kecelakaan lalu lintas dan
b) Survei Data spot speed jumlah korban kecelakaan
c) Data checklist audit keselamatan jalan b) Data korban kecelakaan
d) Data geometrik jalan berdasarkan jenis kelamin korban
c) Data jumlah korban kecelakaan
berdasarkan faktor penyebabnya
d) Data kejadian kecelakaan
berdasarkan tipe kecelakaan
e) Data kecelakaan berdasarkan jenis
kendaraan yang terlibat
kecelakaan

Tidak Lengkap
Rekapitulasi Data

Lengkap

Analisis Data :
a. Analisis Data Kecelakaan
b. Analisis Perhitungan
c. Mengidentifikasi Perlengkapan Jalan

Kesimpulan Dan Saran

Selesai

Gambar 1. Bagan Alir Penelitian

6
Lokasi Penelitian
Penelitian Audit Keselamatan Jalan
dilakukan pada jalan yang merupakan daerah
rawan kecelakaan di Kulonprogo, yaitu pada
ruas jalan Deandles Km 5 - Km 7, yang terlihat
pada gambar 2.

Km 7 tepat di sepanjang daerah Siliran

Km 5 tepat di depan depo pasir desa Numporejo

Gambar 2. Lokasi Penelitian

Waktu Penelitian Data primer yang didapatkan pada lokasi


yaitu :
Untuk pengambilan data menggunakan
1) Fasilitas Lalu Lintas
alat spot speed dilakukan pada hari Selasa dan
2) Spot Speed
Rabu, tanggal 15 dan 16 Mei 2018 di titik rawan
3) Checklist Audit Keselamatan Jalan
kecelakaan. Pada pukul: 08:00 WIB sampai
4) Data Geometrik jalan
dengan pukul: 17:00 WIB .
b. Data Sekunder
Jenis Data
Data sekunder merupakan suatu data
Agar dapat mengetahui pokok yang telah dikeluarkan atau telah
permasalahan Audit Keselamatan Jalan (AKJ) direkomendasikan oleh instansi terkait yaitu
pada jalan arteri yang berlokasi di Jalan Kulon Kepolisian Resor Kulonprogo. Data sekinder
Progo yaitu bertepatan pada Jalan Daendels km tersebut berupa :
5-7, diharuskan memeiliki data-data penting 1) Data kecelakaan lalu lintas :
yang terdiri dari: a) Data kecelakaan lalu lintas dan jumlah
a. Data Primer korban kecelakaan.
Data primer merupakan suatu data yang b) Data korban kecelakaan berdasarkan
dapat diperoleh apa bila langsung melakukan jenis kelamin korban.
pengambilan data dilapangan atau lokasi yang c) Data jumlah korban kecelakaan
diperlukan. berdasarkan faktor penyebabnya.

7
d) Data kejadian kecelakaan berdasarkan Pelaksanaan Penelitian
tipe kecelakaan.
Pelaksaan penelitian untuk mendapatkan
e) Data kecelakaan berdasarkan jenis
data primer :
kendaraan yang terlibat kecelakaan.
a. Fasilitas lalu lintas
Dilakukan dengan cara pengamatan
Alat Penelitian
langsung sepanjang ruas jalan Deandles km 5
Alat yang digunakan dalam penelitian ini sampai dengan km 7.
meliputi : b. Spot speed
1) Pita ukur/meteran untuk mengukur panjang Pengambilan data spot speed
jalan dan lebar jalan pada lokasi penelitian menggunakan alat speed gun, digunakan untuk
mengetahi kecepatan sesaat pada kendaraan,
dengan cara mengarahkan alat speed gun pada
kendaraan yang melintas dan didapatkan hasil
kecepatan kendaraan yang kemudian dicatat
pada lembar survei data spot speed.
c. Checklist Audit Keselamatn Jalan
Melakukan analisi langsung pada kondisi
jalan di daerah penelitian. Analisis akan
difokuskan pada hasil temuan yang berindikasi
jawaban Tidak (T) serta identifikasi bagia-
Gambar 3. Pita ukur/meteran bagian jalan dan fasilitas pendukung lainnya.
d. Data Geometrik jalan
2) Speed Gun untuk survey kecepatan sesaat Data didapat dengan melakukan
peninjauan/pengukuran langsung pada daerah
penelitian untuk mendapatkan lebar jalan, lebar
bahu jalan, lebar perkerasan jalan.

5. Hasil Penelitian Dan Pembahasan


Data Geometrik Jalan Daendels km 5
sampai dengan km 7 sebagai berikut :

Gambar 4. Speed Gun Fungsi, Kelas, dan Tipe Jalan


1) Ruas jalan Daendels termasuk jalan provinsi
3) Formulir keselamatan, untuk yang berfungsi sebagai jalan arteri primer.
mengidentifikasi persoalan-persoalan 2) Kelas jalan adalah kelas II dengan kecepatan
keselamatan jalan, berupa kelompok rencana 60 km/jam sesuai dengan batasan
pemeriksaan persoalan, yang dimulai dari Kecepatan Rencana
persoalan umum hingga persoalan yang 3) Tipe jalan pada km 5+000-7+200 adalah 2
lebih khusu dan rinci. jalur dan 2 lajur dengan lebar jalan 3,4x3,4
meter. Sedangkan pada km 5+300-7+000
4) Kamera foto, untuk pengambilan gambar
adalah 2 jalur dan 2 lajur dengan lebar jalan
dan lokasi lau lintas di lokasi yang diteliti 3x3,2 tanpa median dan tanpa trotoar.
4) Lebar bahu jalan pada km 5+000 hingga km
7+200 untuk sebelah kiri adalah 3,7 meter
dan sebelah kanan 2,4 meter, pada km 5+300
hingga km 7+900 lebar bahu jalan sebelah
kiri 4 meter dan sebelah kanan 3 meter, pada
km 6+000 hingga km 7+000 lebar bahu jalan
sebelah Kiri 4,6 meter dan sebelah kanan 3
Gambar 5. Kamera foto meter. Pada jalan Deandels km 5 sampai

8
dengan km 7, bahu jalannya sering kali speed diperoleh kecepatan oprasional sebesar
digunakan sebagai tempat parkir kendaraan 38,47 km/ jam dengn waktu sadar ( t ) untuk
yamg menaikkan maupun menurunkan perencanaan sebesar 2,5 detek, dan koefisien
penumpang dan juga banyak tempat gesek ( f ) dari table 1 adalah 0,33.
berjualan seperti toko dan mini market. 𝑑1 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 = 0,278 . 𝑣. 𝑡
= 0,278 . 38,47.2,5
Jarak Pandang Henti = 26,73 m
𝑣2
a. Jarak Pandang Henti Berdasarkan 𝑑2 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 = 254.𝑓
Kecepatan Yang Direncanakan 38,472
Pada perhitungn yang mengacu pada data = 254.0,33
kecepatan yang direncanakan yaitu sebesar 60 = 17,65 m
km/jam, waktu sadar ( t ) untuk perencanaan 𝑑 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 = 𝑑1 + 𝑑2
sebesar 2,5 detik, dan koefisien gesek ( f ) dari = 26,73 + 17,65
table 1 yaitu adalah 0,33. = 44,38 m
𝑑1 𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 = 0,278 . 𝑣. 𝑡 Berdasarkan perhitungn dapat diperoleh
= 0,278 . 60.2,5 hasil bahwa jarak pandang henti spot speed (
= 41,7 m eksisting ) yaitu sebesar 52,15 meter dengan v=
𝑣2 43,12 km/jam, 44,38 meter dengan v= 38,47
𝑑2 𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 = 254.𝑓
km/jam, sedangkan jarak pandang henti
602
= 254.0,33 rencana yaitu diperoleh hasil sebesar 84,65
meter dengan v rencana adalah 60 km/jam
= 42,95 m
𝑑 𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 = 𝑑1 + 𝑑2 Jarak Pandang Menyiap
= 41,7 + 42,95 a. Jarak Pandang Menyiap Berdasarkan
= 84,65 m Kecepatan Rencana
Jarak Pandang Henti Berdasarkan Data Dari hasil yang direncanakan untuk
Yang Diperoleh Dari Data Spot Speed. kecepatan rencana, kecepatan yang dibutuhkan
adalah 60 km/jam dan perbandingan kecepatan
1) Timur Ke Barat ( Dari Arah Yogjakarta Ke jarak pandang menyiap dan disiap (meter)
Arah Purworejo ) ditetapkan sebesar 15 km/jam jarak pandang
Pada perhitungan rata-rata yang diambil menyiap direncanakan dapat dilihat pada
dari data spot speed diperoleh kecepatan perhitungan di bawah ini:
oprasional sebesar 43,12 km/jam, dengan 𝑡1 = 2,12 + 0,026 . 𝑣
waktu sadar ( t ) untuk perencanaan sebesar 2,5 = 2,12 + (0,026 . 60)
detik, dan koefisien gesek ( f ) dari table 1 = 3,68 m
adalah 0,33.
𝑎 = 2,052 + 0,0036 . 𝑣
𝑑1 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 = 0,278 . 𝑣. 𝑡 = 2,052 + (0,0036 . 60)
= 0,278 . 43,12.2,5 = 2,268 m/detik
= 29,97 m 𝑡2 = 6,56 + (0,048 . 𝑣)
𝑣2
𝑑2 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 = 254.𝑓 = 6,56 + (0,048 . 60)
43,122 = 9,44 detik
= 254.0,33 𝑎.𝑡
𝑑1 = 0,278 . 𝑡1 . (𝑣 – m + 2 1)
= 22,18 m 2,268.3,68
𝑑 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 = 𝑑1 + 𝑑2 = 0,278 .3,68. (60 – 15 + )
2
= 29,97 + 22,18 = 56,86 m
= 52,15 m 𝑑2 = 0,278 . 𝑣. 𝑡2
= 0,278. 60. 9,44
2) Barat Ke Timur ( Dari Arah Purworeko Ke = 157,46 m
Arah Yogyakarta ) 𝑑3 = 30 – 100 m ( dipakai 30 m )
2
Dari data perhitungan rata-rata yang 𝑑4 = 3 . 157,46 = 104,97 m
mengacu pada data lapanggan yaitu data spot
9
Jarak Pandang Menyiap Berdasarkan = 92,3 m
Data Perhitungan Yang Diperoleh dari 𝑑3 = 30 – 100 m ( dipakai 30 m )
Pengambilan Data Di Tempat Studi Yaitu 2
𝑑4 = 3 . 89,84
Berupa Data Spot Speed (eksisting).
= 59,84 m
𝑑𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 = 23,32 + 92,3 + 30 + 59,84
1) Timur ke Barat (Dari Arah Yogyakarta ke
Arah Purworejo) = 205,46 m
Pada perhitungan Spot Speed diperoleh Diketahui berdasarkan hasil perhitungan
hasil kecepatan eksisting yaitu sebesar 43,12 jarak pandang menyiap Spot Speed (existing)
km/jam. yaitu sebesar 230,91 meter dengan V rata-rata=
𝑡1 = 2,12 + 0,026 . 𝑣 43,12 km/jam, dan 205,46 dengan V rata-rata=
= 2,12 + (0,026 . 43,12) 38,41 meter dengan V rencana= 60 km/jam.
= 3,24 m Dari ketiga perhitungan diatas dapat
disimpulkan sebagai berikut :
𝑎 = 2,052 + 0,0036 . 𝑣
= 2,052 + (0,0036 . 43,21)
Tabel 3. Evaluasi Perbandingan Dari Jarak
= 2,2 m/detik
Pandang Henti (JPH) Dan Jarak Pandang
𝑡2 = 6,56 + (0,048 . 𝑣)
Menyiap (JPM) Menurut Kondisi Di Lapangan
= 6,56 + (0,048 . 43,12)
= 8,63 detik Jarak Pandang Jarak Pandang
𝑎.𝑡
𝑑1 = 0,278 . 𝑡1 . (𝑣 – m + 2 1) Henti (JPH) Menyiap ( JPM)
2,2.3,24
= 0,278 .3,24. (43,12 – 15 + 2 ) a. Kondisi 84,65 meret 349,29 merer
= 28,53 m Ideal
𝑑2 = 0,278 . 𝑣. 𝑡2
= 2,278 . 43,12. 8,63 52,15 meter 230,91 meter
= 103,45 m b. Kondisi Di (Timur-Barat) (Timur-Barat)
Lapangan 44,38 meter 205,46 meter
𝑑3 = 30 – 100 m ( dipakai 30 m ) (Barat-Timur) (Barat-Timur)
2
𝑑4 = 3 . 103,45 = 68,93 m
𝑑𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 = 28,53 + 103,45 + 30 + 68,93 Dari hasil kesimpulan yang diperoleh
= 230,91 m pada tabel 3, jarak pandang henti di jalan tidak
aman karena jarak pandang henti (eksisting)
2) Barat ke Timur (Dari Purworejo ke Arah yaitu sebesar 52,15 m dan 44,38 m lebih kecil
Yogyakarta) dari pada jarak pandang henti rencana yaitu
Dari perhitungan yang diperoleh dari data sebesar 84,65 m. Jarak pandang menyiap
Spot Speed didapatkan kecepatan eksisting dijalan tidak aman karena jarak pandang
sebesar 38,47 km/jam. menyiap “spot speed” (eksisting) yaitu sebesar
𝑡1 = 2,12 + 0,026 . 𝑣 230,91 m dan 205,46 m lebih kecil dari pada
= 2,12 + (0,026 . 38,47) jarak pandang henti rencana yaitu sebesar
= 3,12 m 349,29 m.
𝑎 = 2,052 + 0,0036 . 𝑣
= 2,052 + (0,0036 . 38,47) 6. Kesimpulan
= 2,19 m/detik
Berdasarkan dari penelitian yang sudah
𝑡2 = 6,56 + (0,048 . 𝑣)
dilakukan pada ruas jalan Daendels Kulon
= 6,56 + (0,048 . 38,47)
Progo km 5 sampai dengan km7, maka didapat
= 8,63 detik
𝑎.𝑡 hasil penelitian sebagai berikut :
𝑑1 = 0,278 . 𝑡1 . (𝑣 – m + 2 1) a. Karakteristik Kecelakaan
2,19.3,12
= 0,278 .3,12. (38,47 – 15 + ) 1) Berdasarkan tahun 2015 sampai dengan
2
= 23,32 m tahun 2017 jumlah kecelakaan sebanyak 250
𝑑2 = 0,278 . 𝑣. 𝑡2 kejadian, korban kecelakaan meninggal
dunia sebanyak 17 orang, luka berat 27
= 0,278 . 38,47. 8,63
orang, dan luka ringan 206 orang.
10
2) Faktor penyebab kecelakaan yaitu faktor menghentikan kendaraannya apabiala ada
manusia sebanyak 202 kejadian, faktor kerusakan mesin, atau kelalahan pengemudi.
kendaraan sebanyak 31 kejadian, dan faktor 3) kondisi Di Jalan Daendels km 5 sampai
jalan dan lingkungan sebanyak 17 kejadian. dengan km 7 belum ada penerangan lampu
3) Berdasarkan jenis kelamin yang terlibat pada jalan. Hal ini dapat mengakibatkan rawan
kecelakaan yaitu perempuan dan laki-laki, kecelakaan karena kondisi jarak pandang
untuk perempuan sebanyak 54 orang dan pengemudi menjadi terbatas, khususnya
laki-laki sebanyak 137 orang. pada malam hari.
4) Berdasarkan proses kejadian perkara 4) Jalan Daendels km 5 sampai dengan km 7
kecelakaan yang paling sering terjadi adalah tidak terdapat lajur untuk pengendara
KDK (Kecelakaan Tanpa Gerakan sepeda, seperti diketahui Jalan Daendels ini
Membelok Dua Kendaraan) sebanyak 63 melewati beberapa perkampungan
perkara. pendududk dimana budaya setempat
5) Dan berdasarkan jenis kendaraan yang masyarakat setempat masih menggunakan
terlibat kecelakaan dari tahun 2015 sampai alat transportasi sepeda.
dengan tahun 2017 yaitu jenis kendaraan 5) pagar pengaman di Jalan Daendels km 5
sepeda motor sebesar121 kejadian sampai dengan km 7 hanya berupa balok
kecelakaan. beton pengaman. Hal ini masih dirasa belum
menjamin dari segi keamanan bagi
b. Analisis Jarak Pandang pengguna jalan atau masih belum sesuai
1) Tipe jalan Daendels km 5 sampai dengan km dengan standar keamana jalan.
7 adalah 2/2, lebar jalan 9 meter.
2) Jarak pandang henti berdasarkan kecepatan d. Rekomendasi Perbaikan
rencana 84,65 m. 1) Sangan perlu penambahan rambu-rambu
3) Jarak pandang henti existing (berdasarkan lalu lintas dan marka jalan.
Spot Speed) jalan Daendels km 5 – km 7 2) Pada penerangan jalan yang masih jarang
untuk dua arah Timur ke Barat (Yogyakarta- harus benar- benar diperhatikan, khususnya
Purworejo) sebesar 52,15 m. Sedangkan pada persimpangan, dijalan Daendels km 5
untuk arah Barat ke Timur (Purworejo- sampai dengan km 7 masih banyak
Yogyakarta) sebesar 44,38 m. kekurangan pada penerangan jalan.
4) Jarak pandang menyiap berdasarkan 3) Perlu dibuatkan jalur untuk pengendara
kecepatan rencana 349,29 m. sepeda.
5) Jarak pandang menyiap operasional 4) pagar pengaman di Jalan Daendels km 5
(berdasarkan Spot Speed) jalan Daendels km sampai dengan km 7 hanya berupa balok
5 sampai dengan km 7 untuk arah Timur ke beton, oleh sebab itu pagar pengaman perlu
Barat (Yogyakarta-Purworejo) sebesar dibuat dengan yang lebih sesuai denan
230,91 m. Sedangkan untuk arah Barat ke standar keselamatan jalan.
Timur (Purworejo-Yogyakarta) sebesar
205,46 m. 7. Daftar Pustaka
Abubakar. I. 1997., Menuju Lalu Lintas dan
c. Potensi Permasalahan Pada Jalan Yang
Angkutan Jalan yang Tertib, Edisi yang
Telah Beroperasi Pada Keselamatan Jalan
disempurnakan, Direktorat Jenderal
1) Kondisi bahu jalan Daendels km 5 sampai
Perhubungan Darat, Jakarta.
dengan km 7 pada siang hari terlihat cukup
baik, namun masih ada beberapa kekurangn
Ady, W., dan Susantono, B., 2014., Analisis
untuk keamanan lalu luntas seperti misalnya:
Keselamatan Berlalu Lintas di
rambu-rambu petunjuk lalu lintas jalan yang
Lingkungan Kampus Undip. Teknik PWK
belum ada.
(Perencanaan Wilayah Kota), Vol. 3,
2) Pada jalan Daendels km 5 sampai dengan km
693-707.
7 belum dibuatnya lahan parkIr, yang mana
lahan parkir tersebut merupakan hal yang
penting bagi pengendara untuk
11
Bina Marga. 1997., Tata Cara Perencanaan Sukirman, S. 1994., Dasar-dasar Perencanaan
Geometrik Jalan Antar Kota. Geometrik Jalan, Nova, Bandung.
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat
Jendral Bina Marga, Jakarta. Suweda, I. W. 2009., Pentingnya
Pengembangan Zona Selamat Sekolah
Indriastuti, K. A., Fauziah, Y., dan Priyanto, E. Demi Keselamatan Bersama Di Jalan
2011., Karakteristik Kecelakaan dan Raya, Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, Vol. 13,
Audit Keselamatan Jalan Pada Ruas Jalan 1-12.
Ahmad Yani Surabaya, Rekayasa Sipil,
Vol. 5, 40-50. Usman, M. Y., Sulistio, H., dan Abusini, S.
2015., Kajian Audit Keselamatan Jalan
Karsaman, R. H. 2007., Audit Keselamatan Raya Kapongan Kabupaten
Jalan Tol di Indonesia (Studi Kasus Situbondo. Rekayasa Sipil, Vol. 8, 221-
Jalan Tol Cikampek- 228.
Padalarang/Cipularang). Jurnal Teknik
Sipil, Vol. 14, 135-142. Warpani, S. P. 2002., Pengelolaan Lalu Lintas
Dan Angkutan Jalan. Penerbit ITB.
Kepolisian Resor Kulonprogo, 2018., Bank
Data Kecelakaan Wilayah. Kulonprogo. Wesli, 2015., Pengaruh Pengetahuan
Berkendara Terhadap Perilaku
Kurniati, N. L. W. R., Setiawan, I., dan Pengendara Sepeda Motor Menggunakan
Sihombing, S. 2017., Keselamatan Structural Equation Model (SEM). Teras
Berlalu Lintas Di Kota Bogor. Jurnal Jurnal, Vol. 5, 43-50.
Manajemen Transportasi & Logistik,
Vol 4, 75-88. Widodo, W., dan Mayuna, H. R. 2015., Audit
Keselamatan Jalan pada Jalan
Mulyono, A. T., Kushari, B., dan Gunawan, H. Yogyakarta-Purworejo KM 35-40, Kulon
E. 2009., Audit Keselamatan Progo, Yogyakarta. Semesta
Infrastruktur Jalan (Studi Kasus Jalan Teknika, Vol. 15, 65-74.
Nasional KM 78-KM 79 Jalur Pantura
Jawa, Kabupaten Batang). Jurnal Teknik
Sipil, Vol. 16, 163-174.

Munawar, A. 2004., Manajemen Lalu Lintas


Perkotaan, Beta Offset, Yogyakarta.

Murti, R. T., dan Muthohar, I. 2012., Evaluasi


Kinerja Rambu Pembatas Kecepatan
Sebagai Upaya Mendukung Aksi
Keselamatan Jalan. Jurnal Transportasi,
Vol. 12, 227-236.

Oglesby, C.H., dan Hicks, R.G., 1998.,


Highway Engineering, Fourth Edition,
Edisi Keempat, jilid I, Penerbit Erlangga,
Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 34 Tahun 2006., Tentang Jalan,
Republik Indonesia.

12

Anda mungkin juga menyukai