Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Antono Damayanto, MMBAT
NID. 4121 252 67
Oleh
Viona Silva Zivana Riyadh Muhamad Rafif
NIM. 2411161089 NIM. 241116171
2
BAB 1 Pendahuluan
Kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh banyak faktor tidak sekedar oleh
pengemudi kendaraan yang buruk, pejalan kaki yang kurang hati-hati, kerusakan
kendaraan, rancangan kendaraan cacat pengemudi, rancangan jalan ,dan kurang
mematuhinya rambu-rambu lalu lintas (Suwardjoko : 2005 :135). Lalu lintas dan
pemakai jalan memiliki peranan yang sangat penting dan strategis sehingga
penyelenggaraannya dikuasai oleh negara dan pembinaannya dilakukan oleh
3
pemerintah dengan tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan pengguna jalan yang
selamat, aman, cepat, lancar, tertib, dan teratur. Pembinaan di bidang lalu lintas
jalan yang meliputi aspek pengaturan, pengendalian, dan pengawasan lalu lintas
harus ditujukan untuk keselamatan ,keamanan, ketertiban, kelancaran lalu lintas
jalan.
4
BAB 2 Landasan Teori
2.2 Kecelakaan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan memuat bahwa kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa
di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau
tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian
harta benda. Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu
lintas dan Angkutan Jalan pada pasal 229, karakteristik kecelakaan lalu lintas
dapat dibagi kedalam 3 (tiga) golongan, yaitu:
5
1. Kecelakaan Lalu Lintas ringan, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan
kerusakan kendaraan dan/atau barang;
2. Kecelakaan Lalu Lintas sedang, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan
luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang;
3. Kecelakaan Lalu Lintas berat, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan
korban meninggal dunia atau luka berat.
Peraturan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Nomor 523 Tahun 2015 tentang
Pedoman Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Bidang Angkutan Umum, memuat bahwa besarnya presentase masing-masing
faktor penyebab kecelakaan lalu lintas di Indonesia yaitu faktor manusia sebesar
93,52%, faktor kendaraan sebesar 2,76%, faktor jalan 3,23% dan faktor
lingkungan sebesar 0,49%.
6
a. Mencegah atau mengurangi kemungkinan terjadinya suatu
kecelakaan padasuatu ruas jalan;
b. Mengurangi parahnya korban kecelakaan;
c. Menghemat pengeluaraan negara untuk kerugian yang diakibatkan
kecelakaan lalu-lintas;
d. Meminimumkan biaya pengeluaran untuk penanganan lokasi
kecelakaan suatu ruas jalan melalui pengefektifan desain jalan.
3. Tahapan audit keselamatan jalan :
a. Audit dapat dilakukan pada empat tahapan, yaitu :
b. Audit pada tahap pra rencana (pre design stage);
c. Audit pada tahap draft desain (draft engineering design stage);
d. Audit pada tahap detail desain (detailed engineering desaign stage);
e. Audit pada tahap percobaan beroperasinya jalan atau pada ruas jalan
yang telah beroprasi secara penuh (operational road stage).
4. Audit tahap operasional jalan.
Audit tahap operasional jalan digunakan pada tahap mulai
beroperasinya suatu jalan dan untuk ruas-ruas jalan yang sudah
beroperasi. Audit keselamatan jalan dalam tahap ini bertujuan untuk
memeriksa :
a. Konsistensi penerapan standar geometri jalan secara keseluruhan;
b. Konsistensi penerapan desain akses/persimpangan;
c. Konsistensi penerapan marka jalan, penempatan rambu, dan
bangunan pelengkap jalan;
d. Pengaruh desain jalan yang terimplementasi terhadap lalu-lintas
(konflik lalu-lintas);
e. Pengaruh pengembangan tata guna lahan terhadap kondisi lalu-
lintas;
f. Karakteristik lalu-lintas dan pejalan kaki;
g. Pengaruh perambuan, marka, dan lansekap terhadap lalu-lintas;
h. Kondisi permukaan jalan;
i. Kondisi penerangan jalan.
7
2.4 Faktor Penyebab Kecelakaan
Ada empat faktor utama yang menyebabkan terjadikanya kecelakaan yaitu :
1. Faktor Manusia
Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam
kecelakaan. Hampir semua kejadian kecelakaan didahului dengan
pelanggaran rambu-rambu lalu lintas. Pelanggaran dapat terjadi karena
sengaja melanggar, ketidaktahuan terhadap aturan yang berlaku ataupun
tidak melihat ketentuan yang diberlakukan atau pura-pura tidak tahu.
Selain itu manusia sebagai pengguna jalan raya sering sekali lalai
bahkan ugal-ugalan dalam mengendarai kendaraan, tidak sedikit angka
kecelakaan lalu lintas diakibatkan karena membawa kendaraan dalam
keadaan mabuk, mengantuk, dan mudah terpancing oleh ulah pengguna
jalan lainnya.
2. Faktor Kendaraan
Faktor kendaraan yang paling sering adalah kelalaian perawatan yang
dilakukan terhadap kendaraan. Untuk mengurangi faktor kendaraan
sebagai penyebab kecelakaan, perawatan dan perbaikan kendaraan
sangat diperlukan, disamping itu adanya kewajiban untuk melakukan
pengujian kendaraan bermotor secara berkala.
3. Faktor Jalan
Faktor jalan sebagai penyebab terjadinya kecelakaan terkait dengan
kecepatan, rencana jalan, geometrik jalan, pagar pengaman di daerah
pegunungan, ada tidaknya median jalan, jarak pandang dan kondisi dari
permukaan jalan. Jalan yang rusak/berlobang sangat membahayakan
pemakai jalan terutama bagi pemakai sepeda motor.
4. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan/ cuaca juga berpengaruh terhadap terjadinya
kecelakaan. Terjadinya hujan juga memengaruhi unjuk kerja kendaraan
seperti jarak pengereman menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih licin,
jarak pandang juga terpengaruh karena penghapus kaca tidak bisa
bekerja secara sempurna atau lebatnya hujan mengakibatkan jarak
8
pandang menjadi lebih pendek. Asap dan kabut juga bisa mengganggu
jarak pandang, terutama di daerah pegunungan.
9
Tejadi kecelakaan yang melibatkan mobil Nissan Juke lepas kendali
hingga masuk jalur berlawanan dan menghantam minibus Xenia yang
mengakibatkan sebanyak 5 orang meninggal.
5. Pada 26 April 2014 di KM 87
Terjadi kecelakaan melibatkan minibus yang melaju kencang dari
Bandung menuju Jakarta menghantam truk dan mengakibatkan 3 orang
meninggal dan 6 orangg luka – luka.
6. Pada 28 Juni 2016 di KM 96
Kecelakaan akibat truk Clot Diesel yang melaju kencang dari arah
Jakarta menabrak kendaraan lain yang ada di depannya yang
mengakibatkan 2 orang meninggal.
7. Pada 18 Mei 2017 di KM 91
Terjadi kecelakaan akibat truk container dari arah bandung kehilangan
kendali kemudian menghantam sejumlah kendaraan lain di depannya,
yang mengakibatkan 4 orang meninggal dan puluhan lainnya luka –
luka.
10
9. Pada 2 September 2019 di KM 90 – 91
Terkadi kecelakaan yang melibatkan setidaknya 21 kendaraan dan
menyebabkan 8 orang tewas dan 8 mengalami luka – luka.
Dari semua kecelakaan yang terjadi di Tol Cipularang banyak yang menyangkut
pautkan dengan hal-hal yang berbau klenik dan mitos-mitos. Hal yang berbau
mistis misalnya adalah menurut penduduk setempat, baik sebelum dan sesudah
Tol Cipularang dibangun terdapat petilasan di Gunung Hejo tepatnya berada di
KM 92+200 Tol Cipularang. Tepatnya lagi disebelah kiri arah tol Bandung
menuju Jakarta. Petilasan itu berada di Kawasan Gunung Hejo dan sering
dikunjungi peziarah. Namun karena ada pihak yang ingkar janni untuk membuat
jalur yang baik untuk menuju petilasan, maka jatuhlah korban-korban jiwa di KM
90 – 100.
Menurut Polda Jawa Barat, ruas KM 90-100 merupakan daerah black spot
maksudnya adalah titik-titik rawan ti Tol Cipularang. Jalur Tol Cipularang
sepanjang 58 Kilometer ini didesain dengan mengikuti aturan-aturan yang sangat
ketat mengenai tata cara membuat jalan tol. Jalan tol ini dirancang aman untuk
kecepatan rata-rata 120 km/jam.
Banyak yang mengatakan tanjakan di KM 97 sangat curam, padahal tingkat
elevasi maksimum jalan tol didesain untuk tanjakan atau turuan dengan kecepatan
aman 100 km/jam adalah 6%. Artinya, jika jalan harus mendaki bukit setinggi 60
meter, maka panjang jalan menanjak (tanjakan) minimal harus 1000 meter atau 1
km. Oleh karena itu pembangunan jalan tol ini banyak diterapkan cut (potong)
dan fill (urug), dan pemangkasan bukit. Kita juga bisa lihat turunan dari arah
Bandung atau tanjakan dari arah Cikampek terlihat sangat panjang. Itu karena
11
perbedaan tinggi yang cukup besar, sehingga disiasati dengan membuat turunan
atau tanjakan yang sangat panjang. Masalah di Tol Cipularang ini adalah awal
dibukanya jalan ini menggunakan beton (rigid pavement), bukan aspal (flexible
pavement).
Dikarenakan pengerjaan waktu yang terburu-buru jalan tol sepanjang kurang lebih
45 km dari Sadang sampai Padalarang selesai hanya dalam 1 tahun, maka sangat
besar kemungkinan cenderung kurang rapi dan menyebabkan permukaan jalan
banyak tidak rata atau bergelombang (bumpy). Bahkan banyak jalan yang retak,
sehingga pihak pengelola jalan tol kemudian memberikan lapisan aspal baru
sebagai penutup. Saat ini jalan Tol Cipularang sudah menggunakan aspal. Tetapi
masalah lain timbul, yaitu permukaan aspal yang bergelombang terutama di
daerah turunan. Hal ini disebabkan oleh proses pengereman dari kendaraan-
kendaraan besar yang membuat tekanan atau dorongan ke depan terhadap
permukaan aspal.
12
7. Memasang singing road (jalan bernada) atau marka jalan semacam
rumble strip. Pemasangan marka jalan ini untuk memberikan peringatan
kepada pengguna jalan tol untuk lebih berhati-hati dan fokus saat
mengemudi.
13
BAB 4 Kesimpulan
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan permasalahan ini dapat disimpulkan permasalahan yang sering
terjadi antara lain :
1. Pengendara / Pengemudi Mengantuk
Tubuh yang lelah, kurang tidur, kurang oksigen, perjalanan panjang, dan
lain sebagainya adalah hal-hal yang biasanya menyebabkan seseorang
yang sedang mengedarai kendaraan bermotor menjadi ngantuk. Padahal
salah satu syarat utama seorang pengemudi adalah tidak dalam keadaan
mengantuk.
2. Pengendara / Pengemudi Kurang Konsentrasi
Kurang konsentrasi adalah salah satu hal yang dapat menghilangkan
kesadaran seorang pengemudi yang sedang mengendarai kendaraannya.
Ada banyak sekali hal yang dapat mengurangi konsentrasi seseorang saat
mengemudi, yaitu seperti berbicara, menggunakan alat komunikasi, makan
minum, merokok, asyik mendengarkan suara, asyik nonton, melamun,
sibuk melakukan suatu hal yang tidak berhubungan dengan mengemudi,
dan lain sebagainya. Kurangnya konsentrasi dapat menyebabkan
seseorang menjadi kurang responsif dan lamban dalam merespon sesuatu
yang terjadi dengan tiba-tiba.
3. Kerusakan Teknis
Ketika kendaraan melaju dengan gagahnya bisa saja tiba-tiba mengalami
sesuatu hal sehingga menyebabkan kecelakaan lalu-lintas. Beberapa hal
yang biasa menjadi penyebab kecelakaan adalah rem blong, pecah ban,
mesin terbakar hebat, dan lain sebagainya. Berbagai kerusakan tersebut
sangatlah berbahaya jika terjadi di saat kendaraan sedang melaju dengan
kecepatan tinggi.
4. Geometrik jalan
Faktor geometrik jalan yaitu lokasi ini blackspot menjadi titik lelah
pengemudi, kemudian kontur jalan turunan, tanjakan dan banyak tikungan.
14
5. Faktor Human Error
Pengemudi mengalami microsleep (tidur beberapa detik), penemudi
cenderung mengebut, masuk jalan berkelok kurang antisipasi, akibatnya
underteer yaitu mobil cenderung sulit untuk berbelok akibat roda depan
kehilangan traksi dan oversteer yaitu mobil kehilangan traksi pada area
ban belkang ketika sedang menikung di jalan.
15
DAFTAR PUSTAKA
16