TELAAH PUSTAKA
20
21
dibawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali
jalan rel dan jalan kabel (Pasal 1 angka 3 dan 12). 25
Lalu lintas dapat diketegorikan sebagai darat, laut, udara, sungai,
danau, dan perairan. Polisi lalu lintas sekarang ini identik dengan petugas
polisi yang menangani masalah-masalah lalu lintas darat saja, itupun tidak
termasuk yang menggunakan rel atau jalan khusus. Saat ini di kota-kota
besar, lalu lintas darat sudah mulai padat dan menimbulkan berbagai
masalah yang dapat menghambat, merusak, bahkan mematikan
produktifitas, maka yang seharusnya menjadi urat nadi kehidupan bisa
menjadi kontraproduktif. Lalu lintas sungai, perairan, dan danau pada masa
lampau maupun masa sekarang pada daerah tertentu masih menjadi
unggulan untuk melayani perpindahan manusia dan barang. 26
Lalu lintas adalah gerak manusia maupun kendaraan secara bolak-
balik yang menggunakan sarana transportasi dari satu tempat ke tempat
yang lain. Lalu lintas sendiri juga mempunyai komponennya sendiri yang
saling berinteraksi dalam pergerakan kendaraan yang memenuhi persyaratan
kelayakan dikemudikan oleh pengemudi mengikuti aturan lalu lintas yang
ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. 27
a. Manusia sebagai pengguna
Manusia merupakan salah satu unsur dalam lalu lintas yang
spesifik, artinya setiap individu mempunyai komponen fisik dasar
tertentu dan nonfisik yang barangkali berbeda antara satu dengan yang
lainnya dalam hal kemampuannya. Komponen tersebut meliputi
pendengaran, penglihatan, tenaga, pendidikan, dan psikologis. Kombinasi
dari komponen tersebut akan menghasilkan satu perilaku pengambilan
keputusan yang berbeda pada saat menghadapi satu permasalahan lalu
lintas.
25
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
26
Chryshnanda Dwilaksana, 2011. Op. Cit., hlm. 110
27
https://dokumen.tips/documents/komponen-sistem-lalu lintas.html, diakses pada
tanggal 28 Januari 2020 pukul 16.00 WIB
22
b. Kendaraan
Kendaraan digunakan oleh pengemudi mempunyai karakteristik
yang berkaitan dengan kecepatan, percepatan, perlambatan, dimensi, dan
muatan yang membutuhkan ruang lalu lintas yang secukupnya untuk bisa
bermanuver dalam lalu lintas. Dalam hal ini kecepatan kendaraan juga
mempunyai hal-hal penting sebagai berikut:
1) Mempengaruhi jarak titik perhatian pengemudi
2) Makin besar kecepatan maka makin jauh titik perhatian
3) Makin kecil kecepatan maka makin jauh sudut pandang
c. Jalan
Jalan merupakan lintasan yang direncanakan untuk dilalui
kendaraan bermotor maupun kendaraan tidak bermotor termasuk pejalan
kaki.Jalan tersebut direncanakan untuk mampu megalirkan aliran lalu
lintas dengan lancar dan mampu mendukung beban muatan sumbu
kendaraan serta aman, sehingga dapat meredam angka kecelakaan lalu
lintas.
Memahami lalu lintas tentu juga harus memahami tentang hidup dan
kehidupan masyarakat. Lalu lintas akan berkaitan dengan infrastuktur (jalan,
sungai, perairan, laut, dan udara), rute, jalur atau trayeknya, tata ruang,
kebijakan pemerintah, penggunaannya, kendaraannya yang digunakan
sebagai anggutan, perekonomian, sosial budaya, sistem-sistem pendukung
untuk kontrol dan kendalinya, aparat yang menanganinya dan sebagainya.
Karena lalu lintas sebagai urat nadi kehidupan, boleh juga dikatakan cermin
budaya dan cermin tingkat kemajuan atau mordernitas. Dengan demikian,
penanganannya bukan lagi reaktif (bekerja saat ada masalah) tetapi juga
proaktif. Memang itu semua bukan hanya tugas dan tanggung jawab satu
institusi saja tetapi juga tanggung jawab kita semua (seluruh pemangku
kepentingan).
Untuk penanganan lalu lintas darat selain kereta api, polisi lalu lintas
nampak proaktif dibandingkan dengan sungai, danau, perairan dan udara.
Permasalahannyapun tidak sekompleks yang di darat. Namun untuk sungai,
danau dan perairan cukup kompleks karena selain jalur-jalur lalu lintasnya
23
31
Poerwadarminta, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. hlm. 67
32
Chryshnanda Dwilaksana, 2011. Op. Cit., hlm. 235
25
sampai dengan Pasal 313. Jenis pelanggaran lalu lintas dan jumlah denda
berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan adalah sebagai berikut :
Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling
banyak Rp 250 ribu (Pasal 289).
k. Pengendara dan penumpang motor tidak pakai helm standar.
Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling
banyak Rp 250 ribu (Pasal 291 ayat 1).
l. Mengendarai kendaraan bermotor dijalan tidak menyalakan lampu utama
pada malam hari dan kondisi tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
107 ayat (1).
Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling
banyak Rp 250 ribu (Pasal 293 ayat 1)
m. Mengendarai sepeda motor dijalan tanpa menyalakan lampu utama pada
siang hari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat (2).
Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 15 hari atau denda paling
banyak Rp 100 ribu (Pasal 293 ayat 2).
n. Setiap pengendara sepeda motor yang akan berbelok atau berbalik arah
tanpa memberi isyarat lampu.
Dipidana kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling banyak
Rp 250 ribu (Pasal 294). 33
33
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
27
37
Junef Muhar. 2014. Op.Cit., hlm. 58
38
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 12 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Penyelesaian
Perkara Pelanggaran Lalu Lintas
29
39
Setiyanto, 2017. Efektivitas Penerapan Sanksi Denda E-Tilang Bagi Pelanggar Lalu
Lintas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan (Studi di Polres Rembang) Jurnal Hukum Khaira Ummah Vol 12. No. 4 Desember 2017,
hlm. 763
30
43
Jurnal Setio Agus Samapto, 2009. Penyelesaian Perkara Pidana di Luar Pengadilan
Terhadap Dugaan Kejahatan Pasal 359 KUHP Dalam Perkara Lalu Lintas, STMIK AMIKOM,
Yongyakarta, hlm. 5
32
44
Perma Nomor 12 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelesaian Perkara Pelanggaran
Lalu Lintas
33
terjadinya kejahatan atau dapat dijadikan sebagai bukti tindak kejahatan yang
telah terjadi. Pada umumnya CCTV sering kali digunakan untuk mengawasi
area publik seperti : bank, hotel, bandara, toko, pabrik maupun pergudangan.
Bahkan pada perkembangannya, rekaman CCTV sudah banyak dipergunakan
di dalam lingkup rumah pribadi.46
Cara kerja CCTV hampir sama dengan stasiun televisi, yaitu
mengirimkan data berupa gambar dan suara ke sebuah monitor. Perbedaannya,
stasiun televisi mengirimkan data melalui menara pemancar, sedangkan CCTV
mengirimkan data melalui media kabel atau wifi yang dipasang atau
dipancarkan pada sebuah monitor tersebut. Jadi, CCTV diibaratkan stasiun
televisi yang hanya mengirimkan data ke satu tujuan. Itulah alasan
penambahan kata Closed-Circuit. Closed Circuit artinya jalur pengiriman data
yang bersifat tertutup yang tidak sembarang orang mampu mengaksesnya.
Umumnya, pengiriman data kamera CCTV ke monitor atau video recorder
menggunakan koneksi kabel atau non-kabel.47
Sesuai dengan Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE Pasal 5), rekaman CCTV
merupakan alat bukti yang sah, sehingga dapat dipakai sebagai alat bukti.48
Pasal 5 :
(1) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil
cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.
(2) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil
cetaknya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perluasan dari
alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia.
(3) Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dinyatakan sah apabila
menggunakan Sistem Elektronik sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam Undang- Undang ini.
(4) Ketentuan mengenai Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk:
46
Herman Dwi Surjono, 2011. Loc.Cit.
47
Budi Cahyadi, 2014. Home Security Membuat Webcam sebagai CCTV melalui
Smartphone Android, Andi Publisher, Yogyakarta. hlm. 2
48
Undang Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
35
49
Nibras Nada Nailufar. 2016. Mulai Besok, Polisi Berlakukan ETilang, Apa Itu ?
Kompas [online], Edisi 5 Maret 2017, hlm 1
50
Setiyanto, 2017. Op. Cit. hlm. 760
51
I Nyoman Sumaryadi, 2005. Op. cit. hlm. 5
36
52
Barda Nawawi Arief, 2003. Loc.Cit
53
Soerjono Soekanto, 2003. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,
Rajawali, Jakarta, hlm. 20
54
Ibid., hlm. 53
55
Soerjono Soekanto, 2008. Pokok - pokok Sosiologi Hukum. Alumni, Bandung. hlm. 45
37
56
Sidik Sunaryo, 2005. Op. Cit, hlm. 12
38
57
Ibid., hlm. 13
58
Ibid., hlm. 14
39
2. Penegakan hukum
Penegakan hukum sebagai bentuk konkrit penerapan hukum sangat
mempengaruhi secara nyata perasaan hukum, kepuasan hukum, manfaat
hukum, kebutuhan atau keadilan hukum secara individual atau sosial. Tetapi
karena penegakan hukum tidak mungkin terlepas dari aturan hukum, pelaku
hukum lingkungan tempat terjadi proses penegakan hukum, maka tidak
mungkin ada pemecahan persoalan penegakan hukum apabila hanya melirik
pada proses penegakan hukum, apalagi lebih terbatas pada penyelenggaran
peradilan.60
Pelaku penegak hukum dapat dijumpai dalam proses peradilan
pidana dan proses non peradilan. Pelaku penegakan hukum dalam proses
peradilan dalam perkara pidana adalah Penyidik, Penuntut Umum dan
Hakim. Dalam perkara perdata (termasuk peradilan agama) pelaku
penegakan hukum adalah hakim dan pihak-pihak yang berperkara.
Sedangkan dalam perkara administrasi negara, pelaku adalah hakim,
penggugat dan pejabat administrasi negara. Dari berbagai macam perkara
tersebut, dapat pula dimasukan sebagai pelaku adalah para penasihat hukum.
Pelaku penegakan hukum dijumpai juga pada badan administrasi negara,
seperti wewenang melakukan tindakan administrasi terhadap pegawai,
pencabutan izin dan lain-lain. Di sini termasuk juga pejabat bea cukai,
keimigrasian, lembaga pemasyarakatan sebagai penegak hukum dalam
lingkungan administrasi negara.61
Pada hakekatnya hukum mengandung ide atau konsep-konsep dan
dengan demikian dapat digolongkan kepada sesuatu yang abstrak, ke dalam
kelompok yang abstrak itu termasuk ide tentang keadilan, kepastian hukum
dan kemanfaatan sosial. Dengan demikian, apabila berbicara mengenai
penegakan hukum, maka pada hakikatnya berbicara mengenai penegakan
59
Ibid., hlm. 29
60
Bagir Manan, 2005. Varia Peradilan. Majalah Hukum Tahun Ke XX No. 241
November 2005, hlm. 4
61
Ibid., hlm. 6
40
62
Satjipto Rahardjo, 2009. Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Badan Penerbit
Undip, Semarang, hlm. 13
63
Bagir Manan, 2004. Moral Penegak Hukum di Indonesia (Pengacara, Hakim, Polisi,
Jaksa dalam Pandangan Islam). Agung Ilmu, Bandung. hlm. 13.
64
Siswanto Sunarso, 2004. Penegakan Hukum Psikotropika, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, hlm. 89
41
3. Bekerjanya hukum
Penegakan hukum bisa berjalan dengan baik apabila ketiga faktor
tersebut baik. Faktor-faktor tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain dan
saling memberi pengaruh yang tidak bisa diabaikan, artinya ketika banyak
orang menyoroti rendahnya kualitas penegak hukum, mungkin saja
disebabkan karena substansi hukum, stuktur hukum atau budaya hukum
masyarakatnya yang tidak atau kurang mendukung.66
65
Ibid., hlm. 90
66
Riswandi, Tabloit Hukum dan Kriminal , Edisi No. 293 Tahun VI 03-09 Juli 2006,
hlm. 3
42
Pemegang peran
Umpan balik Norma
Lembaga Aktivitas
Penerap Peraturan Penerapan
70
Sudikno Mertokusumo, 2005. Op.Cit. hlm. 87
71
H. Zainuddin Ali, 2010. Filsafat Hukum. Jakarta : Sinar Grafika, hlm. 94
45
72
Kuffal. 2003. KUHAP dalam Praktik Hukum. UMM Press, Malang, hlm. 89.
46
74
Andi Hamzah, 2008. Hukum Acara Pidana Indonesia. Edisi Kedua. Sinar Grafika,
Jakarta, hlm. 12
75
Ibid., hlm. 13
76
Yahya Harahap, 2005. Loc. Cit
77
Ibid., hlm. 53
48
78
Ibid., hlm. 54
79
Andi Hamzah, 2007. Loc. Cit
49
82
Ibid., hlm. 246- 247
51
83
Ibid., hlm. 247-248