TINJAUAN PUSTAKA
6
7
2.3. Transportasi
Menurut Budi D.Sinulingga (1999) transportasi adalah memindahkan
atau mengangkut barang atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.
Transportasi dikatakan baik, apabila perjalanan cukup cepat, tidak mengalami
kemacetan, frekuensi pelayanan cukup, aman, bebas dari kemungkinan
kecelakaan dan kondisi pelayanan yang nyaman. Untuk mencapai kondisi
yang ideal seperti, sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang menjadi
komponen transportasi ini, yaitu kondisi prasarana (jalan), sistem jaringan
jalan, kondisi sarana (kendaraan) dan sikap mental pemakai fasilitas
transportasi tersebut.
satuan waktu pada lokasi tertentu. Jumlah pergerakan yang dihitung dapat
meliputi hanya tiap macam moda lalu lintas saja, seperti pengguna jalan,
mobil, bis, atau mobil barang, atau kelompok–kelompok campuran moda.
Periode – periode waktu yang dipilih tergantung pada tujuan studi dan
konsekuensinya, tingkatan ketepatan yang di syaratkan akan menentukan
frekuensi, lama, dan pembagian arus tertentu (Erik A Purba, 2011).
2.6. Tundaan
Tundaan adalah waktu yang hilang akibat adanya gangguan lalu-
lintas yang berada diluar kemampuan pengemudi untuk mengontrolnya.
Tundaan terbagi atas dua jenis, yaitu tundaan tetap (fixed delay) dan
tundaaan operasional (operational delay) ( Pignatoro, 1973).
Masalah lalu lintas dapat disebabkan oleh berbagai faktor dan yang
terpenting adalah faktor manusia sebagai pemakai jalan, baik sebagai
pengemudi maupun dan pemakai jalan pada umumnya. Sedangkan
disiplin dan kesadaran hukum masyarakat pemakai jalan masih belum
dapat dikatakan baik, belum memiliki kepatuhan, ketaatan untuk
mengikuti perundang - undangan/hukum yang berlaku. Tingkat kesadaran
hukum masyarakat pemakai jalan dapat diukur dari kemampuan dan daya
serap tiap individu dan bagaimana penerapannya di jalan raya (Naning,
1982 : 12).
Pengendara disebut juga sebagai pengemudi. Pengemudi yaitu
orang yang mengemudikan kendaraan baik kendaraan bermotor atau orang
yang secara langsung mengawasi calon pengemudi yang sedang belajar
mengemudikan kendaraan bermotor ataupun kendaraan tidak bermotor
seperti pengemudi becak sebagai tukang becak. Pengemudi mobil disebut
juga dengan sopir, sedangkan pengemudi sepeda motor disebut juga
sebagai pengendara.
Pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor
atau orang yang secara langsung mengawai calon pengemudi yang sedang
belajar mengemudikan kendaraan bermotor.(PP No.43 Tahun 1993)
2.8.1 Etika dalam Berkendaraan
moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup
manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok (Salam, 2007 : 1).
Tujuan dan fungsi dari etika sosial pada dasarnya adalah untuk menggugah
kesadaran kita akan tanggung jawab kita sebagai manusia dalam
kehidupan bersama dalam segala dimensinya. Etika sosial mau mengajak
kita untuk tidak hanya melihat segala sesuatu dan bertindak dalam
kerangka kepentingan kita saja, melainkan juga mempedulikan
kepentingan bersama yaitu kesejahteraan dan kebahagiaan bersama.
2.8.2 Kendaraan Bermotor
Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh
peralatan teknik untuk pergerakannya, dan digunakan untuk transportasi
darat. Berdasarkan Undang-undang No. 14 tahun 1992 yang dimaksud
dengan peralatan teknik dapat berupa motor atau peralatan lainnya yang
berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi
tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan. Kendaraan bermotor
termasuk juga kereta gandengan atau kereta tempelan yang dirangkaikan
dengan kendaraan bermotor sebagai penariknya. Pada umumnya
kendaraan bermotor menggunakan mesin pembakaran dalam,namun mesin
listrik dan mesin lainnya juga dapat digunakan. Kendaraan bermotor
memiliki roda, dan biasanya berjalan diatas jalanan.
2.10. Jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala
bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap, dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada permukaan tanah, diatas
permukaan tanah,dibawah permukaan tanah dan atau air, serta diatas
permukaan air, kecuali jalan kereta api dan jalan kabel (UU No. 38 tahun
2004 tentang Jalan). Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi
lalulintas umum, jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh
instansi,badan usaha, perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk
kepentingan sendiri. Bagian-bagian jalan meliputi ruang manfaat jalan,
ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan :
a) Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan,
dan ambang pengamannya.
b) Ruang milik jalan meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur
tanah tertentu diluar ruang manfaat jalan.
c) Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu diluar
ruang milik jalan yang ada dibawah pengawasan
penyelenggara jalan.
Sifat – sifat jalan juga berpengaruh dan dapat menjadi penyebab terjadinya
kemacetan lalu lintas. Sartono (1993) menyatakan, ada beberapa hal dari
bagian jalan yang dapat menyebabkan terjadinya kemacetan, seperti :
a. Kerusakan pada permukaan jalan (misalnya, terdapat lubang
besar,bergelombang).
b. Konstruksi jalan yang rusak / tidak sempurna (misalnya letak bahu
jalan terlalu rendah bila dibandingkan dengan permukaan jalan,
lebar perkerasan dan bahu jalan terlalu sempit untuk berpapasan)..
18
c. Jalan tol,
d. Jalan strategis nasional
2. Jalan Provinsi
Jalan provinsi terdiri atas :
a. Jalan kolektor primer yang mengubungkan ibukota provinsi dengan ibu
kota kabupaten atau kota,
b. Jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota kabupaten dan
kota,
c. Jalan strategis provinsi,
3. Jalan Kabupaten
Jalan kabupaten terdiri atas :
a. Jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan
provinsi,
b. Jalan lokal primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan
ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat desa, antar ibukota
kecamatan, ibukota kecamatan dengan desa, dan antardesa,
c. Jalan sekunder yang tidak termasuk jalan provinsi dan jalan sekunder
dalam kota,
d. Jalan strategis kabupaten.
4. Jalan Kota
Jalan kota adalah jalan umum pada jaringan jalan sekuder di dalam kota.
5. Jalan Desa
Jalan desa adalah jalan lingkungan primer dan jalan lokal primer yang tidak
termasuk jalan kabupaten, dan merupakan jalan umum yang menghubungkan
kawasan dan/atau antarpemukiman di dalam desa.
prasarana jalan dikelompokkan atas jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan
sedang, dan jalan kecil. (Peraturan Pemerintah RI No. 34 Tahun 2006
Tentang Jalan).
a. Merupakan jalan untuk lalu lintas umum untuk lalu lintas setempat,
b. Paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah,
c. Lebar jalur paling sedikit 5,5 meter.
5. Sulis Perilaku Agresi Variable yang Dari hasil penelitian: para pengemudi
Winurini Pengemudi diteliti: untuk mematuhi lalu lintas lebih
Kendaraan 1. Volume dikarenakan faktor eksternal.
Bermotor kendaraan Pemerintah perlu lebih tegas lagi
di Jakarta / 2012 2. Kapasitas dalam penertiban aturan lalu lintas.
jalan Bukan hanya pengemudi yang perlu
3. Tinggi disorot, namun polisi sebagai figur
mobilitas otoritas harus mampu menunjukkan
penduduk perannya secara optimal.
4. Perilaku Polisi harus mampu menerapkan
pengendara aturan lalu lintas secara konsisten.
Hal ini perlu diperhatikan mengingat
kepatuhan para pengemudi sangat
tergantung pada kehadiran polisi.
Perlu dipikirkan penempatan polisi di
tempat-tempat yang rawan
pelanggaran dan rawan kecelakaan.
Polisi harus menerapkan aturan
kepada para pengemudi. Apabila
konsekuensi negatif yang diberikan
oleh polisi tidak diterapkan secara
konsisten, maka penguatan perilaku
untuk mematuhi aturan berlalu lintas
akan sulit dilakukan. Apabila hal ini
31
2.16 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan mengenai nilai suatu parameter
populasi yang dimaksudkan untuk pengujian dan berguna untuk
pengambilan keputusannya (Suharyadi Purwanto, 2004 : 390). Pengujian
hipotesis dimaksudkan untuk memutuskan apakah akan menerima dan
menolak. Hipotesis berdasarkan pada data yang diperoleh dari sampel.
Dalam penelitian ini, hipotesis dikemukakan dengan tujuan untuk
mengarahkan serta memberi pedoman bagi penelitian yang akan dilakukan.
Apabila ternyata hipotesis tidak terbukti dan berarti salah, maka masalah
dapat dipecahkan dengan kebenaran yang ditentukan dari keputusan yang
berhasil dijalankan selama ini. Adapun hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah :
H1 Diduga perilaku pengendara berpengaruh terhadap kemacetan lalu lintas
diruas jalan Mranggen-Majapahit Semarang.
H2 Diduga karakteristik lalu lintas berpengaruh terhadap kemacetan lalu
lintas diruas jalan Mranggen-Majapahit Semarang .
H3 Diduga kondisi jalan berpengaruh terhadap kemacetan lalu lintas pada
ruas jalan Mranggen-Majapahit
33
Landasan Teori
Metodologi Penelitian
Pengumpulan Data
Kemacetan
Lalu Lintas
(Y)
Pengolahan Data
Analisis Data
Implikasi Manajerial
Gambar 2.1
34
X1.1
Perilaku
Pengendara
X1.2
(X1)
X1.3
Y.1
X2.1 H1
Kemacetan Y.2
Karakteristik
Lalu Lintas
X2.2 Lalu Lintas
(Y)
(X2) H2
H3 Y.3
X2.3
X3.2
Kondisi
X3.3
Jalan
(X3)
X3.1
Gambar 2.2
Kerangka Pikir
35
Keterangan :
= Indikator = Pengukur
= Variabel = Pengaruh
X1 = Perilaku Pengendara
X3 = Kondisi Jalan
Y1 = Antrian panjang.
Y2 = Pergerakkan lambat.
Y3 = Kapasitas jalan