Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Lalu Lintas


Lalu lintas adalah suatu sistem yang terdiri dari komponen –
komponen. Komponen utama yang pertama atau suatu sistem head way
(waktu antara dua kendaraan yang berurutan ketika melalui sebuah titik
pada suatu jalan) meliputi semua jenis prasarana infrastruktur dan sarana
dari semua jenis angkutan yang ada, yaitu : jaringan jalan, pelengkap jalan,
fasilitas jalan, angkutan umum dan pribadi, dan jenis kendaraan lain yang
menyelenggarakan proses pengangkutan, yaitu memindahkan orang atau
bahan dari suatu tempat ketempat yang lain yang dibatasi jarak tertentu
(Sumarsono, 1996 ). Menurut Undang – Undang No. 22 Tahun 2009 tentang
lalu lintas, didefinisikan gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas
jalan. Ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang diperuntukan bagi gerak
pindah kendaraan, orang, dan atau barang yang berupa jalan dan fasilitas
penumpang.

2.2. Kemacetan Lalu Lintas


Situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu
lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi
kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutamanya
yang tidak mempunyai transportasi publik yang memadai ataupun juga
tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk.
Kemacetan lalu lintas terjadi bila ditinjau dari tingkat pelayanan
jalan yaitu pada kondisi lalu lintas mulai tidak stabil, kecepatan operasi
menurun relatif cepat akibat hambatan yang timbul dan kebebasan
bergerak relatif kecil. Pada kondisi ini volume-kapasitas lebih besar , jika
tingkat pelayanan sudah mencapai maksimal aliran lalu lintas menjadi
tidak stabil sehingga terjadilah tundaan berat yang disebut dengan
kemacetan lalu lintas.

6
7

Untuk ruas jalan perkotaan, apabila perbandingan volume per


kapasitas menunjukkan angka diatas 0,80 sudah dikategorikan tidak ideal
lagi yang secara fisik dilapangan dijumpai dalam bentuk permasalahan
kemacetan lalu lintas (Tamin, 2000). Jadi kemacetan adalah turunnya
tingkat kelancaran arus lalulintas pada jalan yang ada, dan sangat
mempengaruhi para pelaku perjalanan, baik yang menggunakan angkutan
umum maupun angkutan pribadi. Hal ini berdampak pada ketidak
nyamanan serta menambah waktu perjalanan bagi pelaku pengguna jalan.
Kemacetan mulai terjadi jika arus lalu lintas mendekati besaran kapasitas
jalan. Kemacetan semakin meningkat apabila arus begitu besarnya
sehingga kendaraan sangat berdekatan satu sama lain. Kemacetan total
terjadi apabila kendaraan harus berhenti atau bergerak sangat lambat.
Adapun beberapa faktor penyebab kemacetan yang di antara lain
disebabkan oleh pengguna jalan, jenis kendaraan, jalan raya itu sendiri,
dan beberapa faktor lain. Pengguna jalan dianggap sebagai salah satu
penyebab terjadinya kemacetan karena sifat pengguna jalan yang berbeda-
beda. Baik umur, jenis kelamin, dan lain sebagainya. Contohnya para
pemuda remaja kadang-kadang lebih suka berkendara dengan kecepatan
tinggi, kurang berpengalaman dalam mengemudi, tidak mau mematuhi
rambu-rambu lalu lintas, dan pelanggaran lainnya yang dapat memicu
gangguan pada pengguna jalan lainnya.
Jenis kendaraan yang terdapat di Indonesia saat ini beragam
jenisnya. Hal ini disebabkan oleh perkembangan ekonomi yang
memudahkan masyarakat dapat memiliki kendaraan dengan biaya yang
relatif kecil. Selain itu pertambahan penduduk yang semakin pesat juga
menambah kepadatan lalu lintas, dan jalan raya sebagai faktor penyebab
kemacetan apabila jalan tersebut tidak memenuhi karakteristis jalan yang
seharusnya.( www.ilmusipil.com)
8

2.3. Transportasi
Menurut Budi D.Sinulingga (1999) transportasi adalah memindahkan
atau mengangkut barang atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.
Transportasi dikatakan baik, apabila perjalanan cukup cepat, tidak mengalami
kemacetan, frekuensi pelayanan cukup, aman, bebas dari kemungkinan
kecelakaan dan kondisi pelayanan yang nyaman. Untuk mencapai kondisi
yang ideal seperti, sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang menjadi
komponen transportasi ini, yaitu kondisi prasarana (jalan), sistem jaringan
jalan, kondisi sarana (kendaraan) dan sikap mental pemakai fasilitas
transportasi tersebut.

2.4. Teknik Perlalu-lintasan ( Traffic Engineering)


Suatu transportasi dikatakan baik, apabila waktu perjalanan cukup
cepat, tidak mengalami kemacetan, frekuensi pelayanan cukup, aman
bebas dari kemungkinan kecelakaan dan kondisi pelayanan yang nyaman.
Untuk mencapai kondisi yang ideal seperti itu sangat ditentukan oleh
berbagai faktor yang menjadi komponen transportasi, yaitu kondisi
prasarana (jalan) serta sistem jaringannya dan kondisi sarana (kendaraan),
serta yang tak kalah pentingnya ialah sikap mental pemakai fasilitas
transportasi tersebut. Untuk mengetahui tentang transportasi kota dalam
aspek perencanaan dan pelaksanaannya, maka penting sekali untuk
memahami aspek teknik perlalu lintasan (Traffic Enginering), teknik lalu
lintas angkutan darat meliputi: karakteristik volume lalu lintas, kapasitas
jalan, satuan mobil penumpang, asal dan tujuan lalu lintas, dan
pembangkit lalu lintas ( Budi D.Sinulingga, 1999)

2.5. Volume Lalu lintas


Volume adalah jumlah kendaraan yang melewati suatu titik tertentu
dalam suatu ruas jalan tertentu dalam satu satuan waktu tertentu, biasa
dinyatakan dalam satuan kend/jam. Volume merupakan sebuah perubah
(variabel) yang paling penting pada teknik lalu lintas dan pada dasarnya
merupakan proses perhitungan yang berhubungan dengan jumlah gerakan per
9

satuan waktu pada lokasi tertentu. Jumlah pergerakan yang dihitung dapat
meliputi hanya tiap macam moda lalu lintas saja, seperti pengguna jalan,
mobil, bis, atau mobil barang, atau kelompok–kelompok campuran moda.
Periode – periode waktu yang dipilih tergantung pada tujuan studi dan
konsekuensinya, tingkatan ketepatan yang di syaratkan akan menentukan
frekuensi, lama, dan pembagian arus tertentu (Erik A Purba, 2011).

2.6. Tundaan
Tundaan adalah waktu yang hilang akibat adanya gangguan lalu-
lintas yang berada diluar kemampuan pengemudi untuk mengontrolnya.
Tundaan terbagi atas dua jenis, yaitu tundaan tetap (fixed delay) dan
tundaaan operasional (operational delay) ( Pignatoro, 1973).

a. Tundaan tetap (fixed delay).

Tundaan tetap adalah tundaan yang disebabkan oleh peralatan


control lalu lintas dan terutama terjadi pada persimpangan.
Penyebabnya adalah lampu lalu lintas, rambu-rambu berhenti,
simpang prioritas (berhenti dan berjalan), penyeberangan jalan
sebidang dan persimpangan rel kereta api.

b. Tundaan operasional (operational delay)

Tundaan operasional adalah tundaan yang disebabkan oleh


adaanya gangguan di antara unsure-unsur lalu-lintas sendiri.
Tundaan ini berkaitan dengan pengaruh dari lalu-lintas
(kendaraan) lainnya. Tundaan operasional itu sendiri terbagi
atas dua jenis, yaitu:

1. Tundaan akibat gangguan samping (side friction),


disebabkan oleh pergerakan lalu-lintas lainnya, yang
mengganggu aliran lalu-lintas, seperti kendaraan
parkiran, pejalan kaki, kendaraan yang berjalan
10

lambat, dan kendaraan keluar masuk halaman karena


suatu kegiatan.

2. Tundaan akibat gangguan di dalam aliran lalu-


lintas itu sendiri (internal friction), seperti volume
lalu-lintas yang besar dan kendaraan yang menyalip.
Dan apabila ditinjau dari tingkat pelayanan jalan
(LOS), tundaan mulai terjadi pada saat LOS < C.LOS
< C artinya adalah saat kondisi arus lalu lintas mulai
tidak stabil, kecepatan operasional menurun relatif
cepat akibat hambatan yang timbul dan kebebasan
bergerak yang relatif kecil.

2.7. Faktor Penyebab Kemacetan lalu lintas


Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kemacetan lalu lintas
antara lain : (www.blogdetik.com).
2.7.1 Fator jalan raya ( ruang lalu lintas jalan)
Faktor jalan raya adalah faktor-faktor yang berasal dari kondisi
jalan raya itu sendiri. Buruknya kondisi ruang lalu lintas jalan serta
sempit /terbatasnya ruang/lahan jalan akan menghambat pergerakan
pengguna jalan.
Penyebab buruknya kondisi ruang jalan raya antara lain: adanya
kerusakan sebagian atau seluruh ruas jalan, pemanfaatan ruang jalan
untuk urusan yang bukan semestinya atau pemanfaatan yang keliru,
misal: jalan digunakan untuk praktek pasar. Terbatasnya lahan jalan
dapat diartikan daya tampung (kapasitas) yang rendah dari ruang
lalu lintas jalan, disebabkan jumlah kendaraan yang
melintas/beredar melebihi daya tampung ruang jalan dan
pemanfaatan yang keliru dari ruang lalu lintas jalan.
11

2.7.2 Faktor Kendaraan


Faktor kendaraan adalah faktor-faktor yang berasal dari kondisi
kendaraan yang melintasi di jalan raya. Berbagai hal yang
menyangkut kondisi kendaraan bisa berupa: jenis, ukuran,
kuantitas (jumlah) dan kualitas kendaraan yang melintas di jalan
raya. Misal: jumlah kendaraan yang beroperasi/melintas melebihi
daya tampung jalan raya, beroperasinya jenis dan ukuran
kendaraan tertentu yang berpotensi macetnya arus lalu lintas.

2.7.3 Faktor Manusia ( pengguna jalan)


Faktor manusia adalah faktor-faktor yang berasal dari manusia
selaku pemakai jalan. Berbagai hal menyangkut manusia antara
lain: sikap, perilaku dan kebiasaan yang kurang tepat ketika
menggunakan jalan raya menyebabkan kemacetan lalu lintas dan
membahayakan pihak lain, misal: sikap dan perilaku
mementingkan diri sendiri, tidak mau mengalah, congkak, arogan,
menganggap bahwa melanggar aturan berlalu lintas adalah hal
biasa serta tidak mengetahui atau tidak mau peduli bahwa gerakan
(manuver) nya mengganggu bahkan membahayakan keselamatan
pengguna jalan lain, yang berprinsip bahwa kecerobohannya bukan
merupakan tanggung jawabnya melainkan menjadi tanggung jawab
pihak lain.

2.7.4 Faktor lain


Banyak faktor lain selain ketiga faktor (komponen) di atas yang
dapat menyebabkan kemacetan lalu lintas, misalnya: penerapan
yang keliru terhadap kebijakan dan Undang-Undang Lalu Lintas
angkutan jalan, keberadaan mall (pintu mall) di tepi jalan raya
sehingga keluar masuk kendaraan, orang dan angkutan umum yang
ngetem akanmengganggu kelancaran lalulintas, kurangnya jumlah
12

petugas pengatur lalu lintas, demonstrasi, kerusuhan, dan cuaca


(hujan deras dan banjir).

2.8. Perilaku Dalam Berkendaraan

Masalah lalu lintas dapat disebabkan oleh berbagai faktor dan yang
terpenting adalah faktor manusia sebagai pemakai jalan, baik sebagai
pengemudi maupun dan pemakai jalan pada umumnya. Sedangkan
disiplin dan kesadaran hukum masyarakat pemakai jalan masih belum
dapat dikatakan baik, belum memiliki kepatuhan, ketaatan untuk
mengikuti perundang - undangan/hukum yang berlaku. Tingkat kesadaran
hukum masyarakat pemakai jalan dapat diukur dari kemampuan dan daya
serap tiap individu dan bagaimana penerapannya di jalan raya (Naning,
1982 : 12).
Pengendara disebut juga sebagai pengemudi. Pengemudi yaitu
orang yang mengemudikan kendaraan baik kendaraan bermotor atau orang
yang secara langsung mengawasi calon pengemudi yang sedang belajar
mengemudikan kendaraan bermotor ataupun kendaraan tidak bermotor
seperti pengemudi becak sebagai tukang becak. Pengemudi mobil disebut
juga dengan sopir, sedangkan pengemudi sepeda motor disebut juga
sebagai pengendara.
Pengemudi adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor
atau orang yang secara langsung mengawai calon pengemudi yang sedang
belajar mengemudikan kendaraan bermotor.(PP No.43 Tahun 1993)
2.8.1 Etika dalam Berkendaraan

Etika adalah sebuah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai


dan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya.
Sebagai cabang filsafat, etika sangat menekankan pendekatan yang kritis
dalam melihat nilai dan norma moral tersebut serta permasalahan-
permasalahan yang timbul dalam kaitan dengan nilai dan norma moral itu.
Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma
13

moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup
manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok (Salam, 2007 : 1).
Tujuan dan fungsi dari etika sosial pada dasarnya adalah untuk menggugah
kesadaran kita akan tanggung jawab kita sebagai manusia dalam
kehidupan bersama dalam segala dimensinya. Etika sosial mau mengajak
kita untuk tidak hanya melihat segala sesuatu dan bertindak dalam
kerangka kepentingan kita saja, melainkan juga mempedulikan
kepentingan bersama yaitu kesejahteraan dan kebahagiaan bersama.
2.8.2 Kendaraan Bermotor
Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh
peralatan teknik untuk pergerakannya, dan digunakan untuk transportasi
darat. Berdasarkan Undang-undang No. 14 tahun 1992 yang dimaksud
dengan peralatan teknik dapat berupa motor atau peralatan lainnya yang
berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi
tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan. Kendaraan bermotor
termasuk juga kereta gandengan atau kereta tempelan yang dirangkaikan
dengan kendaraan bermotor sebagai penariknya. Pada umumnya
kendaraan bermotor menggunakan mesin pembakaran dalam,namun mesin
listrik dan mesin lainnya juga dapat digunakan. Kendaraan bermotor
memiliki roda, dan biasanya berjalan diatas jalanan.

2.9 Karakteristik Lalu Lintas


Secara etimologis, istilah karakteristik diambil dari bahasa Inggris
yakni characteristic, yang artinya mengandung sifat khas. Ia
mengungkapkan sifat-sifat yang khas dari sesuatu. Sebagaimana yang
telah dikemukakan oleh Chaplin, dapat disimpulkan bahwa karakteristik
itu adalah suatu sifat yang khas, yang melekat pada seseorang atau suatu
objek. Karakteristik lalu lintas merupakan interaksi antara pengemudi,
kendaraan, dan jalan. Tidak ada arus lalu lintas yang sama bahkan pada
kendaraan yang serupa, sehingga arus pada suatu ruas jalan tertentu selalu
bervariasi. Walaupun demikian diperlukan parameter yang dapat
14

menunjukkan kinerja ruas jalan atau yang akandipakai untuk desain.


Parameter tersebut antara lain V/C Ratio, waktu tempuh ratarata
kendaraan, kecepatan rata-rata kendaraan, dan angka kepadatan lalu-lintas.
Hal ini sangat penting untuk dapat merancang dan mengoperasikan sistem
transportasi dengan tingkat efisiensi dan keselamatan yang paling baik.
(http://metro-urban.blogspot.com).
Beberapa karakteristik lalu lintas:(www.wikibuku.com)
2.9.1 Arus Lalu Lintas
Jumlah kendaraan yang melewati suatu titik pada jalan persatuan
waktu atau suatu kajian tentang gerakan pengemudi dan kendaraan
antara dua titik dan interaksi mereka membuat satu sama lain.
Pergerakan individu pengendara dan kendaraan yang melakukan
interaksi antara satu dengan lainnya pada ruas jalan dan lain. Arus
lalu lintas mempunyai istilah khusus yaitu :
a. ADT (Average Daily Traffic) atau dikenal juga sebagai LHR
(lalu lintas harian rata-rata), yaitu volume lalu lintas rata-rata
harian berdasarkan pengumpulan data selama x hari dengan
ketentuan 1< x < 365 hari.
b. AADT (Average Annual Daily Traffic) atau dikenal juga
sebagai LHRT (lalu lintas harian tahunan), yaitu total volume
rata-rata harian (seperti ADT), akan tetapi pengumpulan
datanya harus > 365 hari (x >365 hari).
c. AAWT (Average Annual Weekly Traffic), yaitu volume rata-
rata harian selama hari kerja berdasarkan pengumpulan data >
365 hari, sehingga AAWT dapat dihtung sebagai jumlah
volume pengamatan selama hari kerja dibagi dengan jumlah
hari kerja selama pengumpulan data.
d. Maximum Annual Hourly Volume, yaitu volume tiap jam yang
terbesar untuk suatu tahun tertentu.
e. 30 HV (30th highest annual hourly volume) atau disebut juga
sebagai DHV (design hourly volume), yaitu volume lalu lintas
15

tiap jam yang dipakai sebagai volume desain. Dalam setahun


besarnya volume ini dilampaui oleh 29 data.
f. Flow Rate adalah volume yang diperoleh dari pengamatan
yang lebih kecil dari 1 jam, akan tetapi kemudian
dikonversikan menjadi volume 1 jam secara linier.
2.9.2 Kepadatan lalu lintas
Jumlah kendaraan persatuan panjang jalan dengan beberapa unit
kendaraan perkilometer atau kondisi lalu lintas yang didefinisikan
sebagai jumlah kendaraan yang menempati suatu ruas jalan tertentu
atau lajur yang biasanya dinyatakan dalam satuan kendaraan
perkilometer. Kepadatan menunjukkan kemudahan bagi kendaraan
untuk bergerak, seperti pindah lajur dan memilih kecepatan yang
diinginkan.( Widyawati, 2011)
Faktor-faktor yang diakibatkan kepadatan lalu lintas :
1. Banyak pengguna jalan yang tidak tertib.
Pengguna jalan banyak yang tidak tertib sehingga
mengganggu kelancaran lalu lintas yang menyebabkan
kemacetan lalu lintas.
2. Pemakai jalan melawan arus.
Adanya sistem satu arah pada jalan diharapkan mengurangi
kemacetan lalu lintas oleh karena tidak adanya kendaraan
yang bersimpangan. Kenyataannya, ada pemakai jalan yang
melawan arus sehingga berlawanan dengan arus jalan pada
lajur pada lajur tersebut yang mengganggu kelancaran lalu
lintas.
3. Kurangnya petugas lalu lintas yang mengawasi/mengatur.
Kurangnya jumlah petugas lalu lintas dalam
mengatasi/mengatur jalannya lalu lintas terutama di jalan-
jalan yang rawan macet.
16

4. Persimpangan jalan tidak dikendalikan dengan lampu lalu


lintas/traffic light.
Persimpangan yang sering menimbulkan kemacetan
seharusnya diatur dengan lampu lalu lintas/traffic light
dengan durasi waktu yang telah disesuaikan sehingga tidak
akan menimbulkan kemacetan lalu lintas.
5. Terjadi konflik antara kendaraan arah lurus dengan
kendaraan arah belok.
Konflik antara kendaraan arah lurus dengan kendaraan arah
belok sering terjadi di tikungan jalan lantaran para
pengguna jalan tidak ada yang mau mengalah sehingga
menimbulkan kemacetan lalu lintas.
6. Adanya mobil yang parkir di badan jalan.
Kemacetan lalu lintas dan parkir merupakan problem
krusial yang tidak tertuntaskan karena mobil diparkir di
badan jalan sehingga mengakibatkan penyempitan badan
jalan sehingga pergerakan lalu lintas kendaraan yang
melewati jalan tersebut menjadi terganggu akibat
menyempitnya jalan. Kendaraan yang lewat terpaksa
berjalan lambat, malah tidak bisa bergerak.
7. Rambu-rambu lalu lintas kurang jelas dan banyak yang
hilang.
Rambu-rambu lalu lintas sebagai pengatur lalu lintas
kurang jelas dan banyak yang hilang sehingga
mengakibatkan kemacetan lalu lintas, untuk itu perlu
dipasang kembali rambu-rambu lalu lintas yang telah hilang
tersebut dan memperbaiki rambu-rambu lalu lintas yang
kurang jelas.
8. Rambu-rambu lalu lintas banyak yang hilang.
Rambu-rambu lalu lintas yang dipasang di jalan-jalan
sebaiknya dipelihara dan apabila ada yang tidak jelas/kabur
17

karena catnya mengelupas atau hilang rambu-rambu lalu


lintas tersebut segera diganti demi kelancaran lalu lintas
jalan.

2.10. Jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala
bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap, dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada permukaan tanah, diatas
permukaan tanah,dibawah permukaan tanah dan atau air, serta diatas
permukaan air, kecuali jalan kereta api dan jalan kabel (UU No. 38 tahun
2004 tentang Jalan). Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi
lalulintas umum, jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh
instansi,badan usaha, perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk
kepentingan sendiri. Bagian-bagian jalan meliputi ruang manfaat jalan,
ruang milik jalan, dan ruang pengawasan jalan :
a) Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan,
dan ambang pengamannya.
b) Ruang milik jalan meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur
tanah tertentu diluar ruang manfaat jalan.
c) Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu diluar
ruang milik jalan yang ada dibawah pengawasan
penyelenggara jalan.
Sifat – sifat jalan juga berpengaruh dan dapat menjadi penyebab terjadinya
kemacetan lalu lintas. Sartono (1993) menyatakan, ada beberapa hal dari
bagian jalan yang dapat menyebabkan terjadinya kemacetan, seperti :
a. Kerusakan pada permukaan jalan (misalnya, terdapat lubang
besar,bergelombang).
b. Konstruksi jalan yang rusak / tidak sempurna (misalnya letak bahu
jalan terlalu rendah bila dibandingkan dengan permukaan jalan,
lebar perkerasan dan bahu jalan terlalu sempit untuk berpapasan)..
18

Sedangkan menurut Polwiltabes Semarang, sebab terjadinya kemacetan lalu


lintas yang diakibatkan oleh faktor jalan dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Jalur jalan yang menyempit
b. Teknis pengendalian lantas yang kurang tepat (rambu, traffic
light, dan lain - lain)
c. Jalan bergelombang
d. Jalan berlubang
2.11. Klasifikasi Jalan menurut Fungsi/Peranan (Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 34 tahun 2006 tentang Jalan)
a. Jalan Arteri
Jalan Arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
utama dengan ciri perjalanannya jarak jauh, dengan kecepatan rata-rata
tinggi, dan jumlah jalan masuk ke jalan ini sangat dibatasi secara berdaya
guna.
b. Jalan Kolektor
Jalan Kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan
jumlah jalan masuk dibatasi.
c. Jalan Lokal
Jalan Lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak pendek, kecepatan rata-rata
rendah, dan jalan masuk tidak dibatasi.
d. Jalan Lingkungan.
Jalan Lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani
angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak pendek, kecepatan rata
- rata rendah, dan jalan masuk dibatasi.

2.12 Sistem Jaringan Jalan


Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang
terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder
yang terjalin dalam hubungan hierarki. Sistem jaringan jalan disusun dengan
19

mengacu pada rencana tata ruang wilayah dan dengan memperhatikan


keterhubungan antarkawasan dan/atau dalam kawasan perkotaan, dan
kawasan pedesaan (Peraturan Pemerintah RI No. 34 Tahun 2006 Tentang
Jalan).
1. Sistem Jaringan Jalan Primer
Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan jalan yang disusun
berdasarkan rencana tata ruang dan pelayanan distribusi barang dan jasa
untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan
menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat
kegiatan sebagai berikut :
a. Menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat
kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan
lingkungan.
b. Menghubungkan antar pusat kegiatan nasional
(i). Jalan Arteri Primer
Jalan arteri primer adalah jalan yang secara efisien menghubungkan antara
pusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan pusat
kegiatan wilayah. (Peraturan Pemerintah RI No.34 Tahun 2006 Tentang
Jalan). Persyaratan minimum untuk desain :
a. Kecepatan rencana (Vr) paling rendah 60 km/jam.
b. Lebar badan jalan paling rendah 11 meter.
c. Kapasitas lebih besar dari pada volume lalu lintas rata-rata.
d. Lalu lintas jarak jauh tidak terganggu oleh lalu lintas ulang-alik, lalu
lintas lokal dan kegiatan lokal.
e. Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien (jarak antar jalan masuk/akses
langsung minimum 500 meter), agar kecepatan dan kapasitas dapat
terpenuhi.
f. Persimpangan dengan jalan lain dilakukan pengaturan tertentu, sehingga
tidak mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan.
g. Tidak terputus walaupun memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan
pengembangan perkotaan.
20

(ii). Jalan Kolektor Primer


Jalan kolektor primer adalah jalan yang secara efisien menghubungkan
antara pusat kegiatan wilayah atau menghubungkan antara pusat kegiatan
wilayah dengan pusat kegiatan lokal. (Peraturan Pemerintah RI No. 34
Tahun 2006 Tentang Jalan). Persyaratan minimum untuk desain :
a. Kecepatan rencana (Vr) paling rendah 40 km/jam.
b. Lebar badan jalan paling rendah 9 meter.
c. Kapasitas lebih besar dari pada volume lalu lintas rata-rata.
d. Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan sehingga tidak
mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan (jarak antar jalan
masuk/akses langsung minimum 400 meter).
e. Persimpangan dengan jalan lain dilakukan pengaturan tertentu,
sehingga tidak mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan.
f. Tidak terputus walaupun memasuki kawasan perkotaan dan/atau
kawasan pengembangan perkotaan.
g. Persyaratan teknis jalan masuk dan persimpangan ditetapkan oleh
Menteri.
(iii). Jalan Lokal Primer
Jalan lokal primer adalah jalan menghubungkan pusat kegiatan nasional
dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat
kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal
dengan pusat kegiatan lingkungan, serta antarpusat kegiatan lingkungan.
(Peraturan Pemerintah RI No. 34 Tahun 2006 Tentang Jalan). Persyaratan
minimum untuk desain :
a. Kecepatan rencana (Vr) paling rendah 20 km/jam.
b. Lebar badan jalan paling rendah 7,5 meter.
c. Tidak terputus walaupun memasuki desa.
21

(iv). Jalan Lingkungan Primer


Jalan lokal primer adalah jalan yang menghubungkan antarpusat kegiatan di
dalam kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan
perdesaan. (Peraturan Pemerintah RI No. 34 Tahun 2006 Tentang Jalan).
Persyaratan minimum untuk desain :
a. Kecepatan rencana (Vr) paling rendah 15 km/jam.
b. Lebar badan jalan paling rendah 6,5 meter.
c. Bila tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga) atau
lebih, lebar badan jalan paling rendah 3,5 meter.
2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder
Sistem jaringan jalan sekunder disusun berdasarkan rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di
dalam kawasan perkotaan yang menghubungkan secara menerus kawasan yang
mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua,
fungsi sekunder ketiga, dan seterusnya sampai ke persil. (Peraturan Pemerintah
RI No.34 Tahun 2006 Tentang Jalan).
Sistem jaringan jalan sekunder terdiri atas jalan arteri sekunder, jalan
kolektor sekunder, dan jalan lokal sekunder.
(i). Jalan Arteri Sekunder
Jalan arteri sekunder adalah jalan yang menghubungkan antara kawasan
primer dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan
sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kesatu atau menghubungkan
kawasan sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua. (Peraturan
Pemerintah RI No.34 Tahun 2006 Tentang Jalan). Persyaratan minimum
untuk desain :
a. Kecepatan rencana (Vr) paling rendah 30 km/jam dengan lebar badan jalan
minimal 11 meter.
b. Kapasitas lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.
c. Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.
22

(ii). Jalan Kolektor Sekunder


Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan
sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau menghubungkan
kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. (Peraturan
Pemerintah RI No.34 Tahun 2006 Tentang Jalan). Persyaratan minimum
untuk desain :
a. Kecepatan rencana (Vr) paling rendah 20 km/jam dengan lebar badan
jalan minimal 9 meter.
b. Kapasitas lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.
c. Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.
(iii). Jalan Lokal Sekunder
Jalan lokal sekunder adalah jalan yang menghubungkan kawasan sekunder
kesatu dengan perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan,
kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan. Persyaratan
minimum untuk desain yaitu kecepatan rencana (Vr) paling rendah 10
km/jam dengan lebar badan jalan minimal 7,5 meter. (Peraturan Pemerintah
RI No. 34 Tahun 2006 Tentang Jalan).
(iv). Jalan Lingkungan Sekunder
Jalan lingkungan sekunder adalah jalan menghubungkan antarpersil dalam
kawasan perkotaan. Persyaratan minimum untuk desain yaitu kecepatan
rencana (Vr) paling rendah 10 km/jam dengan lebar badan jalan minimal 6,5
meter. (Peraturan Pemerintah RI No. 34 Tahun 2006 Tentang Jalan).

2.13 Klasifikasi Jalan Menurut Status Jalan


Jaringan jalan menurut status jalan dikelompokan menjadi jalan
nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota dan jalan desa (Peraturan
Pemerintah RI No. 34 Tahun 2006 Tentang Jalan).
1. Jalan Nasional
Jalan Nasional terdiri atas :
a. Jalan arteri primer,
b. Jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi,
23

c. Jalan tol,
d. Jalan strategis nasional
2. Jalan Provinsi
Jalan provinsi terdiri atas :
a. Jalan kolektor primer yang mengubungkan ibukota provinsi dengan ibu
kota kabupaten atau kota,
b. Jalan kolektor primer yang menghubungkan antar ibukota kabupaten dan
kota,
c. Jalan strategis provinsi,
3. Jalan Kabupaten
Jalan kabupaten terdiri atas :
a. Jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan
provinsi,
b. Jalan lokal primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan
ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat desa, antar ibukota
kecamatan, ibukota kecamatan dengan desa, dan antardesa,
c. Jalan sekunder yang tidak termasuk jalan provinsi dan jalan sekunder
dalam kota,
d. Jalan strategis kabupaten.
4. Jalan Kota
Jalan kota adalah jalan umum pada jaringan jalan sekuder di dalam kota.
5. Jalan Desa
Jalan desa adalah jalan lingkungan primer dan jalan lokal primer yang tidak
termasuk jalan kabupaten, dan merupakan jalan umum yang menghubungkan
kawasan dan/atau antarpemukiman di dalam desa.

2.14. Klasifikasi Kelas Jalan Berdasarkan Spesifikasi Penyediaan


Prasarana
Klasifikasi kelas jalan dikelompokkan berdasarkan penggunaan
jalan dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan, serta spesifikasi
penyediaan prasarana jalan. Kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan
24

prasarana jalan dikelompokkan atas jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan
sedang, dan jalan kecil. (Peraturan Pemerintah RI No. 34 Tahun 2006
Tentang Jalan).

1. Jalan Bebas Hambatan (Freeway)


Spesifikasi untuk jalan bebas hambatan (freeway) sebagaimana dimakasud
dalam PP RI No. 34 Tahun 2006 Tentang Jalan adalah sebagai berikut:
a. Merupakan jalan untuk lalu lintas umum,
b. Pengendalian jalan masuk secara penuh,
c. Tidak ada persimpangan sebidang,
d. Dilengkapi pagar ruang milik jalan dan median,
e. Paling sedikit mempunyai 2 (dua) lajur setiap arah,
f. Lebar paling sedikit 3,5 meter
2. Jalan Raya (Highway)
Spesifikasi untuk jalan raya (highway) sebagaimana dimakasud dalam PP RI
No. 34 Tahun 2006 Tentang Jalan adalah sebagai berikut:
a. Merupakan jalan untuk lalu lintas umum untuk lalu lintas secara menerus,
b. Pengendalian jalan masuk secara terbatas,
c. Dilengkapi dengan median,
d. Paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah,
e. Lebar lajur paling sedikit 3,5 meter.
3. Jalan Sedang (Road)
Spesifikasi untuk jalan sedang (road) sebagaimana dimakasud dalam PP RI
No. 34 Tahun 2006 Tentang Jalan adalah sebagai berikut :
a. Merupakan jalan untuk lalu lintas umum,
b. Untuk lalu lintas jarak sedang dengan pengendalian jalan masuk tidak
dibatasi, paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah,
c. Lebar jalur paling sedikit 7 meter.
4. Jalan Kecil (Street)
Spesifikasi untuk jalan kecil (street) sebagaimana dimakasud dalam PP RI No.
34 Tahun 2006 Tentang Jalan adalah sebagai berikut:
25

a. Merupakan jalan untuk lalu lintas umum untuk lalu lintas setempat,
b. Paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah,
c. Lebar jalur paling sedikit 5,5 meter.

2.15 Kapasitas Ruas Jalan


Kapasitas adalah volume makasium yang melewati infrstruktur
dalam kondisi –kondisi yang khusus. Kapasitas lebih dikenal dengan “Daya
tampung maksimal”suatu ruas jalan terhadap kapisitas volume lalu lintas
yang melintas.
Kapasitas ruas jalan berbeda – beda kemampunan nya
tergantung/dipengaruhi lebar dan penggunaan jalan tersebut (untuk satu atau
dua arah).
Penentuan kinerja segmen jaln akibat arus lalu lintas yang ada atau
diramalkan maksimum yang dapat dilewatkan dengan mempertahankan
tingkat kinerja tertentu. Lebar jalan atau jumlah lajur yang diperlukan untik
melelwatkan arus lalu lintas tertentu dapat mempertahankan tingkat kinerja
tertentu dapat dihitung untuk tujuan perencanan. Pengruh kapasitas dan
kinerja dari segi perencanan lain.
Kapasitas didefinisikan sebagai arus maksium melalui suatu titik
dijalan yang dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu.
Untuk jalan dua-lajur dua-arah,kapasitas ditentukan untuk arus dua arah
(kombinas dua arah),tetapi untuk jalan dengan banyak lajur, arus dipisahkan
per arah dan kapasitas ditentukan per lajur(Dewi handayani,2010). Dalam
teknik lalu lintas dikenal tiga macam kapasitas:
a. Kapasitas dasar adalah jumlah kendaraan maksimum yang dapat
melewati sautu ruas jalan selama satu jam pada kondisi jalan dan
lalu lintas yang dianggap ideal.

b. Kapasitas rencana adalah jumlah kendaraan maksimum yang


direncanakan yang dapat melewati suatu ruas jalan yang
direncanakan selama satu jam pada kondisi lalu lintas yang dapat
26

dipertahankan sesuai dengan tingkat pelayanan jalan tertentu,


artinya kepadatan dan gangguan lalu lintas yang terjadi pada arus
lalu lintas dalam batas-batas yang ditetapkan. Besaran kapasitas ini
merupakan suatu besaran yang ditetapkan sedemikian, sehingga
lebih rendah dari kapasitas aktual. Kapasitas ini ditetapkan untuk
keperluan perencanaan suatu jalan untuk menampung volume
rencana jalan.

c. Kapasitas mungkin adalah jalan yang sebenarnya diartikan sebagai


jumlah kendaraan maksimum yang masih mungkin untuk melewati
suatu ruas jalan dalam periode waktu tertentu pada kondisi jalan
raya dan lalu lintas yang umum.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kapasitas jalan antara lain:

1. Faktor jalan, seperti lebar lajur, kebebasan lateral, bahu jalan,


ada median atau tidak, kondisi permukaan jalan, alinyemen,
kelandaian jalan, trotoar dan lain-lain.

2. Faktor lalu lintas, seperti komposisi lalu lintas, volume,


distribusi lajur, dan gangguan lalu lintas, adanya kendaraan
tidak bermotor, gangguan samping, dan lain - lain.

3. Faktor lingkungan, seperti misalnya pejalan kaki, pengendara


sepeda, binatang yang menyeberang, dan lain-lain.
27

2.1. Penelitian Terdahulu


TABEL 2.1
Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul /Tahun Variabel Hasil Penelitian

1. Fajar Penanganan Variabel yang Dari hasil penelitian:


Fitrah kemacetan lalu diteliti: Kapasitas Jalan Kramat Gantung
Anugrah lintas koridor 1. Volume diperhitungkan dalam dua keadaan,
dan jalan Keramat lalu lintas yaitu pada keadaan kapasitas jalan 2
lajur (karena ada satu lajur yang
Sardjito Gantung, 2. Kapasitas
dipergunakan untuk parkir) yang
Surabaya / 2014 jalan disebut kapasitas ekisting dimana
3. Intensitas nilai C = 2904,8448 smp/jam dan
pelayanan pada kondisi kapasitas jalan 3 lajur
4. Kemacetan (diasumsikan tidak ada parkir di
lalu lintas jalan) yang disebut kapasitas
seharusnya dimana C = 4357,2672
smp/jam. Pada intensitas pelayanan
jalan kondisi ekisting ternyata
memiliki kecenderungan terjadinya
kemacetan, atau dibawah intensitas
pelayanan jalan ideal sedangkan pada
intensitas pelayanan jalan kondisi
seharusnya ternyata memiliki
kecenderungan lalu lintas lancar dan
tidak terjadi kemacetan atau diatas
intensitas pelayanan jalan ideal.
Intensitas pelayanan jalan yang
diukur melalui perbandingan antara
intensitas eksisting dan intensitas
seharusnya, terdapat selisih yang
cukup signifikan yaitu untuk I
eksisting menghasilkan 0,92 smp/jam
sedangkan I seharusnya adalah 0,62
smp/jam yang artinya kondisi
intesitas
pelayanan jalan Koridor Jalan Kramat
Gantung jauh dibawah intensitas
pelayanan ideal.
28

2. Drs. Pemodelan Variabel yang Dari hasil penelitian


Saptono tingkat diteliti: Tingkat pelayanan jalan di Kota
Putro, pelayanan jalan 1. Kondisi Semarang sangat rendah dengan rata-
M.Si (level of jalan rata klasifikasi
diatas batas toleransi tingkat
services) 2. Jumlah
pelayanan 0,7 atau
berbasis sistem kendaraan berada di atas batas kemacetan.
informasi 3. Tingkat Terjadi hampir setiap
geografis untuk pelayanan hari kerja dan sedikit berkurang pada
mengurai 4. Kemacetan hari Jum.at,
kemacetan lalu lalu lintas sehingga polanya tidak jauh
lintas kota berbeda.M o d a
kendaraan penyumbang rendahnya
semarang / 2009
tingkat
pelayanan di Kota Semarang adalah
moda sepeda
motor, diikuti moda kendaraan
pribadi (mobil) dan
moda kendaraan umum (angkot dan
taxi). Untuk
Jalan Majapahit dan Jalan Kaligawe
moda sepeda,
bis dan truk juga memberikan
pengaruh terhadap
rendahnya tingkat pelayanan jalan.
Tingginya
volume lalu-lintas yang melebihi
kapasitas jalan
menyebabkan tingkat pelayanan jalan
utama rendah,
perlu di alihkan ke jalan alternatif
pada jam-jam
puncak volume lalu-lintas. Puncak
kemacetan (peak
hour) atau titik terendah tingkat
pelayanan jalan
terjadi pada jam-jam sibuk.
29

3. Erick A Pengaruh gerak Variabel yang Dari hasil penelitian


Purba dan u-turn pada diteliti: Waktu tempuh terbesar kendaraan
Joni bukaan median 1. Volume yang melakukan u-turn di lokasi
Harianto terhadap kendaraan penelitian sebesar 12.76 detik,
kendaraan tidak akan melakukan u-
karakteristik 2. Arus lalu
turn pada kondisi terganggu sebesar
arus lalu lintas lintas 35.31 detik, dan pada posisi tidak
di ruas jalan 3. Kecepatan terganggu 26.15 detik. Pada sepeda
kota 4. Karakteristik motor waktu tempuh terbesar yang
(studi kasus : jl. lalu lintas melakukan u-turn sebesar 8.38 detik,
sisingamangaraj sepeda motor tidak akan melakukan
a medan) / 2011 u-turn pada kondisi terganggu
sebesar 17.43 detik, dan pada posisi
tidak terganggu 14.28 detik.
2. Tundaan terbesar di lokasi
penelitian, kendaraan pada kondisi
terganggu u-turn sebesar 21.04 detik
dan tidak terganggu u-turn sebesar
11.88 detik. Pada kondisi sepeda
motor terganggu u-turn sebesar 6.6
detik dan tidak terganggu u-turn
adalah sebesar 3.45 detik.
3. Waktu tempuh rata-rata di lokasi
penelitian untuk kendaraan dan
sepeda motor yang dipengaruhi
beberapa kondisi seperti akibat
jumlah lajur, akibat lebar bukaan
median, dan akibat jenis kendaraan.

4 Evaluasi kondisi Variabel yang


Dian Dari hasil penelitian:
jalan dan diteliti:
Agung didapatkan berbagai jenis kerusakan
Saputro, pengembangan 1. Penangana
n dengan dimensi yang berbeda-beda.
dkk prioritas
2. Pemeliharaa Jenis kerusakan yang paling dominan
penanganannya
n yaitu lubang (potholes). Selain itu
(studi kasus di
3. Volume juga
kecamatan
kendaaran ditemukan retak (cracking), alur
kepanjen
4. Kondisi (ruts), jembul (upheaval), jalan
kabupaten
jalan bergelombang, pelepasan butir
malang) / 2011
(raveling), amblas
3. K (grade depression)
dan sebagainya.o
2. Evaluasi kerusakan
n jalan di daerah
d
Kecamatan Kepanjen dan sekitarnya
i
menunjukkan kondisi jalan sangat
baik s
i
30

sebanyak 2 ruas jalan, kondisi baik


ada j
a
4 ruas jalan, kondisi sedang ada 5
l
ruas
a
jalan, kondisi rusak
n ada 4 ruas jalan
dan kondisi rusak berat ada 1 ruas
jalan.
3. Tipe pemeliharaan yang digunakan
pada 16 ruas jalan di Kecamatan
Kepanjen dan sekitarnya yaitu: 7 ruas
jalan dengan pemeliharaan rutin, 7
ruas jalan dengan pemeliharaan
berkala dan 2 ruas jalan dengan
peningkatan jalan.

5. Sulis Perilaku Agresi Variable yang Dari hasil penelitian: para pengemudi
Winurini Pengemudi diteliti: untuk mematuhi lalu lintas lebih
Kendaraan 1. Volume dikarenakan faktor eksternal.
Bermotor kendaraan Pemerintah perlu lebih tegas lagi
di Jakarta / 2012 2. Kapasitas dalam penertiban aturan lalu lintas.
jalan Bukan hanya pengemudi yang perlu
3. Tinggi disorot, namun polisi sebagai figur
mobilitas otoritas harus mampu menunjukkan
penduduk perannya secara optimal.
4. Perilaku Polisi harus mampu menerapkan
pengendara aturan lalu lintas secara konsisten.
Hal ini perlu diperhatikan mengingat
kepatuhan para pengemudi sangat
tergantung pada kehadiran polisi.
Perlu dipikirkan penempatan polisi di
tempat-tempat yang rawan
pelanggaran dan rawan kecelakaan.
Polisi harus menerapkan aturan
kepada para pengemudi. Apabila
konsekuensi negatif yang diberikan
oleh polisi tidak diterapkan secara
konsisten, maka penguatan perilaku
untuk mematuhi aturan berlalu lintas
akan sulit dilakukan. Apabila hal ini
31

berlangsung secara terus-menerus,


maka para pengemudi justru akan
beradaptasi pada situasi ini dan tidak
jera untuk melanggar aturan lalu
lintas.

Berdasarkan penelitian terdahulu diatas maka bisa diuraikan pengembangan


penelitian sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Fajar Fitrah Anugrah dan Sardjito, dengan
judul “Penanganan kemacetan lalu lintas koridor jalan Keramat Gantung
Surabaya”. Variabel yang berpengaruh diambil peneliti adalah variabel
volume lalu lintas, kapasitas jalan, intensitas pelayanan. Kemudian
dikembangkan lagi oleh penulis dengan variabel berbeda yaitu perilaku
pangendara, karakteristik lalu lintas, kondisi jalan yang berpengaruh pada
kemacetan lalu lintas.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Saptono Putro, dengan judul “Pemodelan
tingkat pelayanan jalan (level of services) berbasis system informasi
geografis untuk mengurangi kemacetan lalu lintas Kota Semarang”.
Variabel yang berpengaruh diambil peneliti adalah variabel kondisi jalan.
Kemudian dikembangkan lagi oleh penulis dengan menambah variabel
karakteristik lalu lintas dan perilaku pengendara.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Erick A Purba dan Joni Harianto, dengan
judul “Pengaruh gerak u-turn pada bukaan median terhadap karakteristik
arus lalu lintas di ruas jalan Kota”. Variabel yang berpengaruh diambil
peneliti adalah variabel karakteristik lalu lintas dengan indikator kondosi
lalu lintas. Kemudian dikembangkan lagi oleh penuis dengan menambah
indikator kepadatan lalu lintas dan kurangnya fasilitas lalu lintas.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Dian A.Saputro, dkk, dengan judul
“Evaluasi kondisi jalan dan pengembangan prioritas penanganannya”.
Variabel yang berpengaruh diambil peneliti adalah kondisi jalan.
Kemudian dikembangkan lagi penulis dengan menambah indikator
penerangan jalan.
32

5. Penelitian yang dilakukan oleh Sulis Winurini, dengan judul “Perilaku


agresi pengemudi kendaraan bermotor di Jakarta”. Variabel yang
berpengaruh diambil peneliti adalah variabel perilaku pengendara
Kemudian dikembangkan lagi oleh penulis dengan menambah indikator
parkir sembarangan, pemberhentian tiba – tiba, ketidak displinan
pengendara dalam mengemudi ( melawan arah).

2.16 Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan mengenai nilai suatu parameter
populasi yang dimaksudkan untuk pengujian dan berguna untuk
pengambilan keputusannya (Suharyadi Purwanto, 2004 : 390). Pengujian
hipotesis dimaksudkan untuk memutuskan apakah akan menerima dan
menolak. Hipotesis berdasarkan pada data yang diperoleh dari sampel.
Dalam penelitian ini, hipotesis dikemukakan dengan tujuan untuk
mengarahkan serta memberi pedoman bagi penelitian yang akan dilakukan.
Apabila ternyata hipotesis tidak terbukti dan berarti salah, maka masalah
dapat dipecahkan dengan kebenaran yang ditentukan dari keputusan yang
berhasil dijalankan selama ini. Adapun hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah :
H1 Diduga perilaku pengendara berpengaruh terhadap kemacetan lalu lintas
diruas jalan Mranggen-Majapahit Semarang.
H2 Diduga karakteristik lalu lintas berpengaruh terhadap kemacetan lalu
lintas diruas jalan Mranggen-Majapahit Semarang .
H3 Diduga kondisi jalan berpengaruh terhadap kemacetan lalu lintas pada
ruas jalan Mranggen-Majapahit
33

2.2 Alur Pemikiran

Latar Belakang Masalah

Landasan Teori

Metodologi Penelitian

Pengumpulan Data

Perilaku Karakteristik Kondisi


Pengendara Lalu Lintas Jalan
(X1) (X2) (X3)

Kemacetan
Lalu Lintas
(Y)

Pengolahan Data

Analisis Data

Implikasi Manajerial

Kesimpulan dan Saran

Gambar 2.1
34

2.3 Kerangka Pikir

X1.1

Perilaku
Pengendara
X1.2
(X1)

X1.3

Y.1
X2.1 H1
Kemacetan Y.2
Karakteristik
Lalu Lintas
X2.2 Lalu Lintas
(Y)
(X2) H2
H3 Y.3
X2.3

X3.2

Kondisi
X3.3
Jalan
(X3)

X3.1

Gambar 2.2
Kerangka Pikir
35

Keterangan :

= Indikator = Pengukur

= Variabel = Pengaruh

X1 = Perilaku Pengendara

X1.1 = Parkir sembarangan.

X1.2 = Pemberhentian tiba-tiba.

X1.3 = Ketidak disiplinan pengendara dalam mengemudi (melawan arah)

X2 = Karakteristik Lalu Lintas

X2.1 = Kepadatan lalu lintas.

X2.2 = Kondisi arus lalu lintas.

X2.3 = Kurangnya fasilitas lalu lintas

X3 = Kondisi Jalan

X3.1 = Penerangan jalan.

X3.2 = Jalan bergelombang..

X3.3 = Jalan berlubang

Y = Kemacetan Lalu Lintas

Y1 = Antrian panjang.

Y2 = Pergerakkan lambat.

Y3 = Kapasitas jalan

Anda mungkin juga menyukai