Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS KEMACETAN DI DAERAH PASAR KORDON BUAHBATU

Diajukan untuk memenuhi tugas UTS Analisis Perencanaan Sistem Informasi

Disusun Oleh:
Indra Subagja
NPM: 41155010160046
Mata Kuliah: Analisis Perencanaan Sistem Informasi

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA 2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemacetan pada jalan perkotaan menjadi masalah yang biasa setiap harinya. Akan tetapi
peningkatan kemacetan pada jalan perkotaan tersebut akan terus meningkat seiring dengan
bertambahnya kepemilikan kendaraan, terbatasnya sumber daya untuk pembangunan jalan raya dan
belum optimalnya pengoperasian fasilitas lalu lintas. Banyaknya kendaraan angkutan umum yang
sering berhenti sembarangan padahal terdapat rambu dilarang berhenti, keluarnya kendaraan dari
bangunan dan pejalan kaki menjadi penyebab berkurangnya kapasitas jalan yang dapat menyebabkan
kemacetan. Oleh karena itu penelitian terhadap kapasitas jalan dilakukan untuk mengetahui berapa
kapasitas jalan dan berapa arus lalu lintas yang melalui jalan tersebut untuk dicari.
Kemacetan bukanlah sahabat baru bagi pengguna jalan di Pasar Kordon Bandung Selatan.
Peningkatan volume kendaraan setiap tahunnya menjadi salah satu penyebab utama kemacetan.
Aktivitas perdagangan yang dilakukan oleh masyarakat juga menjadi penyebab kemacetan, ditambah
dengan para pedagang yang berjualan di trotoar. Akibatnya para pejalan kaki harus berjalan di jalur
kendaraan, dan tidak jarang juga mereka harus mengalami kontak fisik dengan pengguna kendaraan.
Pelanggaran lalu lintas pun kerap terjadi di jalur ini, seperti truk yang melewati jalur Pasar
Kordon. Keadaan ini semakin diperparah dengan kondisi jalan yang rusak di beberapa titik di Jalan
Pasar Kordon. Ketika hujan turun, jalan ini sering terjadi banjir. Selama ini pemerintah hanya
menambal jalan yang berlubang tanpa memperbaiki jalan secara total.
Harapan dari masyarakat sekitar serta pengguna Jalan Pasar Kordon, pemerintah dapat segera
memperbaiki jalan dan mentertibkan para pedagang yang berjualan di trotoar. Agar arus lalu lintas di
sekitar Pasar Kordon menjadi lancar

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa dampak dari masalah kemacetan?
2. Apa saja penyebab kemacetan ?
3. Apa yang menjadi faktor terjadinya kecelakaan lalu lintas?
4. Bagaimana solusi dari permasalahan kemacetan?
5. Bagaimana cara menentukan sistem baru agar kemacetan dapat diatasi?
1.3 Tujuan dan Sasaran
1.3.2 Tujuan
Tujuan kajian adalah menentukan sistem baru agar daerah sekitar pasar kordon terhindar dari
masalah kemacetan dapat terpecahkan dapat diimplementasikan pada proses perencanaan
mengatasi masalah tersebut yang dapat mempunyai kepastian hukum serta tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2
1.3.3 Sasaran
Berdasarkan tujuan tersebut, maka sasaran yang akan dihasilkan dari penelitian ini adalah
usulan pengelolaan transportasi akibat kepadatan lalu lintas dalam rangka mengurangi kemacetan dan
pendayagunaan pasar menjadi tempat lain.
1.4 Metoda Penulisan
Pengumpulan data yang ada dalam makalah ini berupa pengumpulan data primer yaitu data
yang diperoleh sendiri oleh penulis dengan metode observasi atau teknik pengamatan langsung dan
pengumpulan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber lain seperti media masa
elektronik yang berjangkauan internasional yaitu internet.
1.5 Sistematika Pembahasan
Pada karya ilmiah ini, akan dijelaskan hasil penelitian dimulai dengan bab pendahuluan, bab
ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, makna, tujuan, sasaran penulisan, metoda
penulisan dan sistematika pembahasan. Dilanjutkan dengan bab ke dua yang berisi tentang
pembahasan mengenai kemacetan di Kota Bandung dari letak dan lokasi Kota bandung itu sendiri,
Kepadatan Penduduk, Ruas Jalan, Pengguna Kendaraan di Kota Bandung, Faktor Terjadinya
Kemacetan, Dampak Terjadinya Kemacetan, solusi kemacetan dan beberapa titik rawan kemacetan di
Kota Bandung. Bab ketiga merupakan bab penutup dalam makalah ini. Pada bagian ini, penulis
menyimpulkan uraian yang sebelumnya telah disampaikan, dan memberi saran mengenai apa yang
baiknya kita lakukan agar masalah kemacetan dapat dikurangi untuk ke depannya.

3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Kemacetan
Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang
disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi di
kota-kota besar, terutamanya yang tidak mempunyai transportasi publik yang baik atau memadai
ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk. Kemacetan yang terjadi
menghasilkan dampak negatif yang tidak sedikit. Dari aspek ekonomi, kemacetan dapat menghambat
proses produksi dan distribusi barang yang berujung pada terhambatnya laju perkeonomian
masyarakat.
Bagi para pegawai kantoran, kemacetan lalu lintas yang dihadapi tiap hari dapat memengaruhi
kondisi fisik dan psikologis mereka dalam bekerja. Kinerja para pekerja tidak dapat mencapai hasil
yang maksimal lantaran masalah kemacetan yang sungguh menguras tenaga dan pikiran. Kemacetan
akan menimbulkan berbagai dampak negatif, baik bagi pengemudinya sendiri maupun ditinjau dari
segi ekonomi dan lingkungan. Bagi pengemudi, kemacetan akan menimbulkan ketegangan (stress).
Dampak negatif dari segi ekonomi yaitu berupa kehilangan waktu karena perjalanan yang lama serta
bertambahnya biaya operasi kendaraan berhenti. Sedangkan dampak negatif terhadap lingkungan yaitu
berupa polusi udara dan gangguan suara kendaraan / kebisingan (Munawar, 2004).

2.2. Arus Lalu Lintas


Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) menyebutkan bahwa arus lalu lintas adalah
jumlah kendaraan yang melewati suatu titik jalan persatuan waktu, dinyatakan dalam kendaraan / jam,
smp / jam. Arus lalu lintas tersusun mula-mula dari kendaraan-kendaraan tunggal yang terpisah,
bergerak menurut kecepatan yang dikehendaki oleh pengemudinya tanpa halangan dan berjalannya
tidak tergantung pada kendaraan lainnya.

2.3. Kapasitas Jalan


Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) kapasitas adalah arus lalu lintas maksimum
yang dapat dipertahankan pada kondisi tertentu (geometri, distribusi arah, komposisi lalulintas, dan
faktor lingkungan). Menurut pandangan Sukirman (1994) kapasitas adalah jumlah kendaraan
maksimum yang dapat melewati suatu penampang jalan pada jalur jalan selama 1 jam dengan kondisi
serta arus lalu lintas tertentu.
2.4. Karakteristik Geometri

2.4.1 Tipe jalan


Berbagai tipe jalan akan menunjukkan kinerja yang berbeda pada pembebanan lalu lintas tertentu.
Tipe jalan ditunjukkan dengan potongan 8 melintang jalan yang ditunjukkan oleh jumlah jalur dan
arah pada setiap segmen jalan (MKJI, 1997).

2.4.2 Jalur dan lajur lalu lintas


Menurut pandangan Sukirman (1994) jalur lalu lintas adalah keseluruhan bagian perkerasan jalan yang
diperuntukkan untuk lalu lintas kendaraan. Jalur lalu lintas terdiri dari beberapa lajur (lane) kendaraan.
Lajur lalu lintas yaitu bagian dari jalur lalu lintas yang khusus diperuntukkan untuk dilewati oleh satu
rangkaian kendaraan dalam satu arah. Lebar jalur lalu lintas merupakan bagian jalan yang paling
menentukan lebar melintang jalan secara keseluruhan.

4
2.4.3 Bahu jalan
Menurut Sukirman (1994) bahu jalan adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas.
Bahu jalan berfungsi sebagai:
1. Ruangan untuk tempat berhenti sementara untuk kendaraan yang mogok atau yang sekedar
berhenti karena pengemudi ingin berorientasi mengenai jurusan yang akan ditempuh atau
untuk beristirahat,
2. Ruangan untuk menghindarkan diri dari saat-saat darurat sehingga dapat mencegah
terjadinya kecelakaan,
3. Memberikan kelegaan pada pengemudi, dengan demikian dapat meningkatkan kapasitas
jalan bersangkutan,
4. Memberikan sokongan pada kontruksi perkerasan jalan dari arah samping, 9
5. Ruangan pembantu pada waktu mengerjakan pekerjaan perbaikan atau pemeliharaan jalan
(untuk penempatan alat-alat dan penimbunan bahan material),
6. Ruangan untuk perlintasan kendaraan-kendaraan patroli, ambulans, yang sangat
membutuhkan pada saat keadaan darurat seperti terjadinya kecelakaan.

2.4.4 Trotoar dan kreb


Menurut Sukirman (1994) trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas
yang khusus dipergunakan untuk pejalan kaki (pedestrian). Kerb adalah penonjolan/peninggian tepi
perkerasan atau bahu jalan yang dimaksudkan untuk keperluan drainase, mencegah keluarnya
kendaraan dari tepi perkerasan dan memberikan ketegasan tepi perkerasan. Menurut (MKJI, 1997)
kerb adalah batas yang ditinggikan berupa bahan kaku antara tepi jalur lalu lintas dan trotoar. Pada
umumnya kerb digunakan pada jalan-jalan di daerah perkotaan, sedangkan untuk jalan-jalan antar kota
kerb digunakan jika jalan tersebut direncanakan untuk lalu lintas dengan kecepatan tinggi / apabila
melintasi perkampungan (Sukirman, 1994).
2.4.5 Median jalan
Median adalah jalur yang terletak di tengah jalan untuk membagi jalan dalam masing-masing arah.
Median serta batas-batasnya harus terlihat oleh setiap mata pengemudi baik pada siang hari maupun
malam hari serta segala cuaca dan keadaan (Sukirman, 1994). Fungsi median adalah sebagai berikut :
1. Menyediakan daerah netral yang cukup lebar dimana pengemudi masih dapat mengontrol
keadaannya pada saat-saat darurat
2. Menyediakan jarak yang cukup untuk membatasi / mengurangi kesilauan terhadap lampu
besar dari kendaraan yang berlawanan,
3. Menambah rasa kelegaan, kenyamanan, dan keindahan bagi setiap pengemudi,
4. Mengamankan kebebasan samping dari masing-masing arah lalu lintas.

2.5. Tinjauan Lingkungan


Beberapa faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kinerja lalu lintas adalah : ukuran kota,
hambatan samping, dan kondisi lingkungan sekitar jalan / tipe lingkungan jalan (Munawar, 2004).
2.5.1. Ukuran kota
Ukuran kota diklasifikasikan dalam jumlah penduduk pada kota yang bersangkutan. Maksud
dimasukannya ukuran kota sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kapasitas, karena dianggap
ada kolerasi antara ukuran kota dengan sifat pengemudi. Semakin besar ukuran kota, maka semakin
agresif pengemudi di jalan raya sehingga semakin tinggi kapasitas jalan / simpang (Sukirman, 1994).
2.5.2. Hambatan samping
Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) hambatan samping adalah dampak terhadap
kinerja lalu lintas dari aktivitas samping segmen jalan seperti pejalan kaki, kendaraan berhenti,
kendaraan masuk / keluar sisi jalan kendaraan lambat (becak, gerobak, dll).

2.5.3. Tipe lingkungan jalan

5
Menurut Munawar (2004) tipe lingkungan jalan menggambarkan tata guna lahan dan
aksebilitas dari seluruh aktivitas jalan. Adapun tipe lingkungan jalan adalah sebagai berikut:
1. komersial, yaitu penggunaan lahan untuk kegiatan komersial ( misal: pasar, pertokoan,
perkantoran) dengan akses samping jalan langsung untuk kendaraan dan pejalan kaki,
2. pemukiman, yaitu penggunaan lahan untuk pemukiman dengan akses samping jalan
langsung untuk kendaraan dan pejalan kaki,
3. akses terbatas, yaitu tidak / dibatasi untuk akses samping jalan langsung (misal : adanya
pagar pembatas jalan, tebing jalan).
2.6. Fluktuasi Lalu Lintas
Volume yang terjadi tidak selalu tetap tetapi berubah-ubah disebabkan beberapa faktor antara lain :
waktu, komposisi, pembagian jurusan, susunan jalur jalan, jenis penggunaan daerah, klasifikasi jalan,
sifat jalan, jumlah dan jenis akses kontrol, bentuk dan geometri jalan (Oglesby dan Hicks, 1990).
2.7. Tingkat Pelayanan
Tingkat pelayanan umumnya digunakan sebagai ukuran dari pengaruh yang membatasi akibat
peningkatan volume. Dua ukuran terbaik untuk melihat tingkat pelayanan pada suatu kondisi lalu
lintas terganggu adalah kecepatan 12 operasi kecepatan perjalanan dan perbandingan antara volume
dan kecepatan (Oglesby dan Hicks, 1990).

6
BAB III
PEMBAHASAN

Kemacetan merupakan akibat dari berkembangnya kebutuhan transportasi sedangkan


perkembangan penyediaan fasilitas transportasi sangat rendah. Sehingga prasarana yang ada tersebut
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan dapat mengganggu kebutuhan prasarana transportasi
penduduk kota. Selain adanya keterbatasan penyediaan prasarana transportasi, ada hal-hal lain yang
menyebabkan kemacetan lalu-lintas. Kemacetan juga disebabkan oleh karakteristik pola tata guna
lahan dengan beragam pola yang menimbulkan bangkitan lalu lintas, ketidaksiplinan pengendara ,
kendaraan besar melaju dengan kecepatan rendah, kecelakaan, dan adanya parkir di sembarang tempat
yang akan mengganggu lalu lintas kota. Untuk itu, dalam rangka menganalisis tingkat kemacetan di
sebuah ruas jalan
perlu memperhatikan beberapa hal.

3.1 Analisis Masalah


Sistem transportasi yang di-idam-idamkan penduduk kota besar adalah bila waktu tempuh
perjalanan cukup cepat, tidak mengalami kemacetan, pelayanan cukup, aman dan bebas
kecelakaan. Untuk mencapai kondisi itu tidak mudah, karena tergantung oleh banyak faktor
penentu, antara lain: (a) kondisi prasarana (jalan) serta sistem jaringannya, (b) kondisi sarana
kendaraan, dan (c) sikap mental pengemudi/pemakai jalan. Dilihat dari aspek perencanaan dan
pelaksanaan transportasi kota, maka penting sekali memahami teknik perlalu-lintasan (Traffic
Enginering). Teknik lalu lintas angkutan darat meliputi: (a) karakteristik volume lalu lintas, (b)
kapasitas jalan, (c) satuan mobil penumpang, (d) asal dan tujuan lalu lintas, dan (e) pembangkit
lalu lintas ( Budi D.Sinulingga, 1999). Waktu perjalanan ditentukan oleh beberapa faktor penting
yang dianggap berpengaruh dalam menentukan pilihan moda transportasi sebagaimana dijelaskan
oleh Alan J Horowitz, 1980, antara lain:
(a) Penghasilan. Nilai waktu dikatakan tinggi jika diperuntukkan golongan masyarakat
berpenghasilan tinggi dimana penghasilan memungkinkan pengeluaran yang lebih besar, moda
transport yang digunakan cenderung berkualitas lebih mahal dibandingkan golongan masyarakat
yang berpenghasilan rendah. Tingkat upah yang lebih tinggi tentu mengakibatkan kesempatan
yang tinggi pula, sehingga pilihan peralatan transportasi menjadi lebih beragam.
(b) Tujuan Perjalanan. Bagi individu yang melakukan perjalanan dengan tujuan kerja, nilai
waktu yang dilewatkan mungkin akan mempunyai perbedaan yang berarti dibandingkan bagi
mereka yang melakukan perjalanan dengan maksud berwisata atau sekedar mengunjungi teman
atau keluarga.
(c) Periode Waktu Perjalanan. Bagi individu yang bekerja maka nilai waktu perjalanan selama
hari kerja akan berbeda dibandingkan dengan nilai waktu pada akhir pekan dimana kesibukan dan
kebutuhan akan ketepatan waktu tidak lagi mendesak. Hal itu menegaskan bahwa nilai waktu bagi
seseorang memiliki korelasi terhadap aktivitas keseharian individu, inilah yang disebut sebagai
periode waktu perjalanan.
(d) Moda Perjalanan, Nilai kenyamanan dari moda perjalanan digunakan akan mempengaruhi
penilaian seseorang terhadap waktu yang di luangkannya selama perjalanan. Hal ini dapat
dijelaskan secara sederhana yaitu nilai satu menit bagi seseorang yang menggunakan suatu moda
angkutan yang padat dan berdesak-desakan serta mengandung resiko keamanan yang tinggi akan
berbeda dibanding nilai satu menit bagi seseorang yang menggunakan moda angkutan yang
nyaman, lapang, dan aman.
(e) Panjang Rute Perjalanan. Panjang rute perjalanan sangat berpengaruh terhadap penilaian
seseorang terhadap waktu yang dihematnya. Sebagai contoh penghematan waktu perjalanan
selama sepuluh menit bagi seseorang dengan waktu perjalanan yang pendek akan lebih terasa
dibandingkan penghematan waktu sepuluh menit bagi seseorang yang mempunyai waktu
perjalanan yang panjang hingga berjam-jam.

7
3.2 Peta Titik kemacetan dan Sumber Kemacetan
Gambar 1.1 Peta Daerah Pasar Kordon

Gambar 1.2 Peta Daerah Pasar Kordon dan Titik Penyebab Kemacetan

3.2.1 Penjelasan Gambar


1. Titik Merah : Titik dimana biasanya terjadi kemacetan
2. Titik Kuning : Titik dimana menjadi sumber dari banjir saat air sungai meluap
3. Titik Hijau : Pasar Kordon
4. Titik Biru : Tempat Pembuangan Sampah, biasanya sampah akan menggunung dan
tidak muat dimasukkan kedalam bak sampah sehingga memakan ruas jalan.

8
3.2.2 Deksripsi Titik dan Dokumentasi
1. Daerah sekitar Sungai

Gambar 1.3 Sungai Ece yang melewati daerah kemacetan

Analisa masalah :
Sungai curug ece adalah sungai yang membelah antara Jalan Ibrahim Adjie dan Buah batu. Sungai ini
menjadi sumber kebanjiran yang terjadi di sekitar pasar dikarenakan sampah yang menumpuk akibat
perlakuan para pedagang di pasar kordon dimana mereka memanfaatkan sungai sebagai tempat
pembuangan sampah walaupun tidak semua melakukan hal itu. Saat hujan datang debit air dari
Bandung daerah atas akan mengalir ke sungai ini. Akibat banjir, pengguna jalan di Jl. Ibrahim Adjie
akan di arahkan untuk berputar sejauh 4 Km kearah Cipagalo dan menjadi sumber masalah kemacetan
baru di dekat perbatasan Bandung dimana banyak terdapat pusat pendidikan, mall, perumahan dsb.

9
2. Tempat Pembuangan Sampah

Gambar 1.4 TPS Gambar 1.5 Sampah yang memakan bahu jalan

Gambar 1.6 Bak TPS


Analisa masalah :
Tempat Pembuangan Sampah pasar kordon tidak sepenuhnya dapat difungsikan, karena sering
terjadi penumpukkan sampah yang tidak efektif dalam proses pembuangannya oleh karena itu
sampah sering berserakan memakan daerah pinggir jalan, tentu saja ini mengganggu daerah
pejalan kaki dan kendaraan sehingga menimbulkan kemacetan.

10
3. Pedagang Kaki Lima

Gambar 1.7 Pedagang kaki lima memakan space trotoar

Analisa masalah :
Pedagang kaki lima di pasar kordon banyak memakan jalan trotoar sehingga beralih fungsi, ini
menyebabkan para pejalan kaki dengan terpaksa berjalan di pinggir jalan dengan para
pengendara tentun saja ini menjadi masalah dimana fasilitas yang disediakan sudah beralih
fungsi.

11
4. Titik Kemacetan
Gambar 1.8 Kemacetan di ruas jalan dekat pasar

Gambar 1.9 Perbedaan daerah macet/ padat


dan lengang

Analisa masalah :
Titik Kemacetan antara Jalan Buahbatu dan Jalan Ibrahim Adjie tidak berbeda jauh penyebab
utama adalah saat melewati pasar kordon dan tentunya dipengaruhi faktor lainnya yaitu, banjir,
parkir liar, TPS, PKL, dsb.
Pada gambar ke-3 dapat dilihat bahwa terlihat perbedaan yang sangat signifikan antara jalan
buahbatu yang melewati pasar dan tidak melewati pasar. Gambar yang padat daerah melewati
pasar sedangkan gambar yang lengang bukan area pasar.

12
3.3 Faktor Terjadinya Kemacetan di Daerah Pasar Kordon
 Volume kendaraan yang melampaui batas.
 Terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan tersebut sehingga menimbulkan rasa ingin tahu
warga yang menyebabkan warga berkerumun memadati jalan.
 Terjadinya banjir yang merendam badan jalan sehingga para pengendara kendaraan
memperlambat laju kendaraannya.
 Jalanan yang rusak
 Parkir kendaraan yang tidak tertata baik atau tidak pada tempatnya.
 Pasar tumpah atau pedagang kaki lima yang secara tidak langsung memakan badan jalan
sehingga pada akhirnya membuat sebuah antrian terhadap sejumlah kendaraan yang akan
melewati area tersebut.
 Ketidaktahuan masyarakat awam terhadap rambu lalu lintas
3.4 Dampak Terjadinya Kemacetan
 Kerugian waktu, karena kecepatan yang rendah.
 Pemborosan energi.
 Keausan kendaraan lebih tinggi, karena waktu yang lebih lama untuk jarak yang
pendek, radiator tidak berfungsi dengan baik dan penggunaan rem yang lebih sering.
 Meningkatkan polusi udara, karena pada kecepatan rendah konsumsi energi lebih tinggi, dan
mesin tidak beroperasi pada kondisi yang optimal.
 Meningkatkan stress pengguna jalan.
 Mengganggu kelancaran kendaraan darurat seperti: ambulans, pemadam kebakaran dalam
menjalankan tugasnya.

13
3.5 Solusi Permasalahan
Tabel 1.1 Kecamatan di Kota Bandung
Luas Prosentase 15 Cinambo 3,68 2,20
No Kecamatan 2
(Km ) (%) 16 Arcamanik 5,87 3,51
Bandung 17 Antapani 3,79 2,27
1 6,46 3,86
Kulon 18 Mandalajati 6,67 3,99
Babakan 19 Kiaracondong 6,12 3,66
2 7,45 4,45
Ciparay 20 Batununggal 5,03 3,01
Bojongloa Sumur
3 3,03 1,81 21 3,40 2,03
Kaler Bandung
Bojongloa 22 Andir 3,71 2,22
4 6,26 3,74
Kidul 23 Cicendo 6,86 4,10
5 Astana Anyar 2,89 1,73 Bandung
24 3,39 2,03
6 Regol 4,30 2,57 Wetan
7 Lengkong 5,90 3,53 Cibeunying
25 5,25 3,14
Bandung Kidul
8 6,06 3,62
Kidul Cibeunying
26 4,50 2,69
9 Buah Batu 7,93 4,74 Kaler
10 Rancasari 7,33 4,38 27 Coblong 7,35 4,39
11 Gedebage 9,58 5,73 28 Sukajadi 4,30 2,57
12 Cibiru 6,32 3,78 29 Sukasari 6,27 3,75
13 Panyileukan 5,10 3,05 30 Cidadap 6,11 3,65
14 Ujung Berung 6,40 3,83 Jumlah 167,29 100
Sumber : Kota Bandung Dalam Angka 2017

14
Tabel 1.3 Ruas Jalan di Kota Bandung

Panjang
No. Ruas Ruas Jalan Lebar (m) Status Fungsi
(Km)

1. Jl. Jend. Sudirman 6,79 13,00-15,00 Nasional Arteri Primer

2. Jl. Asia Afrika 1,51 13,00-15,00 Nasional Arteri Primer


3. Jl. Jend. Ahmad Yani 5,40 11,00-14,00 Nasional Arteri Primer
4. Jl. Raya Ujungberung 8,04 10 Nasional Arteri Primer
5. Jl. Soekarno Hatta 18,46 10,00 Nasional Arteri Primer
6. Jl. Dr. Junjunan 2,00 9,00-13,00 Kota Bandung Arteri Primer
7. Jl. Pasteur 0,21 10,60 Kota Bandung Arteri Primer
8. Jl. Cikapayang 0,37 9,70 Kota Bandung Arteri Primer
9. Jl. Surapan 1,16 12,62 Kota Bandung Arteri Primer
10. Jl. PHH Mustofa 3,34 9,00 Kota Bandung Arteri Primer
11. Jl. Kiaracondong 4,12 12 Propinsi Arteri sekunder

Arteri
12. Jl. Ibrahim Adjie 0,99 8 Propinsi
sekunder

13. Jl. Jamika 0,91 4,00 Kota Bandung Arteri sekunder


14. Jl. Peta 2,60 10,20 Kota Bandung Arteri sekunder
15. Jl. BKR 2,30 10,20 Kota Bandung Arteri sekunder
16. Jl. Pelajar Pejuang 45 1,48 20,00 Kota Bandung Arteri sekunder
17. Jl. Laswi 1,10 20,00 Kota Bandung Arteri sekunder
18. Jl. Sukabumi 0,64 9,00 Kota Bandung Arteri sekunder
19. Jl. Sentot Alibasa 0,20 16,00 Kota Bandung Arteri sekunder
20. Jl. Diponegoro 0,66 12,62 Kota Bandung Arteri sekunder
Sumber : Dinas Perhubungan dan Bina Marga, 2009
Keterangan : Jl. Ibrahim Adjie adalah jalan dimana Pasar Kordon berada.

Berdasarkan tabel 1 dan tabel 2 , Pasar Kordon menjadi salah satu daerah yang paling sibuk dan macet
di Kota Bandung, dikarenakan Jl. Ibrahim Adjie yang menjadi akses masuk Pasar Kordon merupakan
jalan antar propinsi dan menduduki peringkat ke 11 daerah tersibuk dan macet menurut survey pada
tahun 2017. Maka dari itu dibuatlah Metode dan solusi yang disarankan penulis dibawah ini,
diantaranya,

15
3.5.1 Solusi Permasalahan Kemacetan di Pasar Kordon
Guna mengatasi kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas kendaraan, perlu ditempuh berbagai
upaya (program aksi), utamanya dengan melihat penyebab dari timbulnya masalah kemacetan ini,
yaitu:
1) Menerapkan manajemen lalu lintas (traffic management) yang tepat dan efektif.
Manajemen lalu lintas bertujuan untuk keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu
lintas. Manajemen lalu lintas meliputi:
 Kegiatan perencanaan lalu lintas
Kegiatan perencanaan lalu lintas meliputi inventarisasi dan evaluasi tingkat pelayanan.
Maksud inventarisasi antara lain untuk mengetahui tingkat pelayanan pada setiap ruas jalan dan
persimpangan. Maksud tingkat pelayanan dalam ketentuan ini adalah merupakan kemampuan ruas
jalan dan persimpangan untuk menampung lalu lintas dengan tetap memperhatikan faktor kecepatan
dan keselamatan.
 Kegiatan pengaturan lalu lintas
Kegiatan pengaturan lalu lintas meliputi: penataan sirkulasi lalu lintas, penentuan kecepatan
minimum dan maximum, larangan atau perintah penggunaan jalan bagi pemakai jalan.
2) Keberpihakan kepada transportasi umum
 Menyediakan dan mengoperasikan angkutan massal/umum perkotaan yang berkapasitas
mencukupi dan dikelola secara profesional.
 Membangun ketersediaan prasarana perkotaan yang berkapasitas yang mampu melayani lalu
lintas secara lancar.
 Menerapkan strategi kebijakan transportasi perkotaan yang komprehensif, akomodatif dan
berwawasan masa depan.
3) Peningkatan kapasitas jalan
Salah satu langkah yang penting dalam memecahkan kemacetan adalah dengan meningkatkan
kapasitas jalan/parasarana seperti :
 Memperlebar jalan, menambah lajur lalu lintas sepanjang hal itu memungkinkan.
 Merubah sirkulasi lalu lintas menjadi jalan satu arah.
 Mengurangi konflik dipersimpangan melalui pembatasan arus tertentu, biasanya yang paling
dominan membatasi arus belok kanan.
 Meningkatkan kapasitas persimpangan melalui lampu lalu lintas, persimpangan tidak
sebidang/flyover.
 Mengembangkan inteligent transport sistem.
4) Pemberdayaan Bendungan Curug Ece untuk pengangkatan sampah sungai

16
 Terdapat 2 TPS satu di daerah pasar dan satu lagi di sebrang pasar, terdapat bendungan yang
memiliki alat pengambil sampah sungai untuk lebih di manfaatkan lagi karena fasilitas sudah
ada namun kontribusi masyarakat yang minim dan tidak adanya pekerja membuat hal itu
menjadi mubazir.
 Mensterilkan pedagang yang berjualan di area sekitar sungai karena sumber sampah terbanyak
berasal dari para pedagang.

17
3.6 Metode Pelaksanaan
1. Lampu Pengatur Lalu Lintas
Pergerakan kendaraan di persimpangan sering menimbulkan tabrakan atau pun kemacetan, kalau
masing-masing tidak mau mengalah. Untuk mengatasinya, di persimpangan dipasang lampu pengatur
lalu-lintas.
Lampu pengatur lalu-lintas terdiri tiga lampu dan warna. Apabila lampu warna merah (paling atas)
menyala, kendaraan wajib berhenti. Apabila lampu warna kuning (tengah) menyala, kendaraan siap-
siap berjalan. Apabila lampu hijau (paling bawah) menyala, kendaraan boleh jalan.
Berjalan bergantian sesuai dengan waktu yang ditentukan atau time sharingmerupakan prinsip dari
lampu pengatur lalu-lintas. Setiap pengendara, wajib mematuhi rambu lampu pengatur lalu-lintas.
Apabila pengendara nekat menerobos dan tidak tertib, maka akan terjadi kemacetan bahkan tabrakan.

2. Jalan Layang
Apabila lampu pengatur lalu-lintas masih menimbulkan kemacetan yang panjang akibat jumlah
kendaraan yang hendak melintas cukup banyak, maka perlu dibangun jalan layang.

3. Jalan Searah dan Sistem Buka Tutup


Sistem jalan searah sangat efektif untuk mengatasi kemacetan, asal badan jalan tidak digunakan
untuk parkir. Apabila arus kendaraan tidak padat, sistem jalan searah bisa diubah lagi menjadi sistem
dua arah dengan memberlakukan sistem buka tutup. Sistem buka tutup artinya, pada jam-jam tertentu
berlaku jalan dua arah, tetapi pada jam-jam tertentu bisa ditutup menjadi satu arah.

4. Lingkaran di Tengah Persimpangan


Apabila persimpangan jalan memiliki ruang yang cukup luas dan arus kendaraan tidak begitu padat,
maka sistem membangun lingkaran berbentuk tugu/taman di tengah persimpangan bisa mengatasi
kemacetan. Dengan sistem lingkaran di tengah persimpangan, semua kendaraann yang hendak belok
ke kanan harus melingkari taman atau tugu. Namun, kalau arus kendaraan sudah sangat padat, maka
sistem lingkaran di tengah persimpangan bisa dikombinasi dengan memasang lampu pengatur lalu-
lintas.

5. Simpang Susun
Sistem jalan simpang susun ini menggabungkan jalan layang dan jalan searah dengan sistem
percabangan yang rumit. Agar pengemudi tidak salah arah, setiap percabangan dipasang rambu-rambu
penunjuk arah.
Salah satu contoh jalan raya simpang susun adalah Jembatan SemanggiJakarta. Dengan sistem jalan
satu arah, arus lalu-lintas diatur sedemikian rupa, sehingga kendaraan bisa menuju ke arah mana pun
tanpa harus melewati persimpangan.

18
3.7 Sistem Baru Yang Diusulkan

3.7.1 Sistem Baru Yang Diusulkan Penulis

Jalan Berbayar Elektronik (ERP)


Kemacetan lalu lintas menjadi masalah yang lumrah ditemukan di kota-kota besar
dunia. Berbagai strategi diterapkan untuk mengurangi kepadatan jalan raya, termasuk dengan
bantuan dari kemajuan teknologi. World Economic Forum melansir pada 2014 bahwa
penerapan Electronic Road Pricing (ERP) di Stockholm, Swedia, mampu menurunkan volume
keramaian lalu lintas kota itu sebanyak 25 persen. Angka ini setara dengan berkurangnya satu
juta kendaraan dari jalan dalam satu hari. Teknologi ERP menerapkan skema pembayaran
secara elektronik bagi pemilik kendaraan pribadi. Mereka yang memasuki pusat kota pada hari
kerja, antara pukul 06.30 dan 18.30, akan dikenakan biaya dengan nominal tertentu. Selain
"membasmi" kepadatan jalan, penerapan biaya pada sistem tersebut turut meningkatkan
pendapatan harian jalan tol.
Keuntungan itu kemudian menjadi dana berputar yang dipakai untuk memperbaiki
fasilitas jalan dan pembayaran agar terus berjalan. Sydney, Australia juga memiliki teknologi
Sydney Coordinated Adaptive Traffic System (SCATS). Kamera dan sensor ditempatkan pada
jalan-jalan raya untuk menghitung jumlah kendaraan serta mengatur lampu lalu lintas melalui
data center terpusat. Saat terjadi kemacetan, lampu hijau akan menyala lebih lama agar
kendaraan tidak berhenti dan menumpuk. Sebaliknya, waktu nyala lampu hijau segera kembali
normal bila jalanan kosong. Foto ilustrasi Electronic Road Pricing (ERP) di
Singapura.(Josephus Primus) Kota besar lainnya yang mengadaptasi teknologi untuk
mengatasi kemacetan adalah Kopenhagen. Ibu kota Denmark ini menerapkan Integrative
Public Transport Model yang mengintegrasikan akses tiga jenis kendaraan umum sekaligus.
Pengguna dapat melihat berbagai informasi, seperti tiket, waktu kedatangan kendaraan, dan
tujuan keberangkatan, dalam satu aplikasi ponsel atau melalui pesan singkat. Sistem tersebut
juga menginformasikan keberadaan halte bus terdekat serta fasilitas parkir yang tersedia.
Selain itu, fitur sinyal radio dan GPS pada Integrative Public Transport Model memungkinkan
bus datang sesuai kebutuhan penumpang. Alhasil, integrasi angkutan umum tersebut mampu
mengurangi penggunaan mobil pribadi secara signifikan. Merujuk ada sumber yang sama
diWorld Economic Forum, pengurangan terlihat dari adanya penurunan emisi CO2 sebesar 83
persen.
3.7.2 Sistem Baru Yang Diusulkan Pemerintah

Pasar Kordon yang berlokasi di Jalan Terusan Buahbatu kerap membuat macet. Tahun ini
Pemkot Bandung akan membeli pasar tersebut untuk dijadikan Ruang Terbuka Hijau dan
pelebaran jalan.
Hal itu diungkapkan Gubernur Kota Bandung Ridwan Kamil saat melakukan sapa warga di
Pasar Kordon, Kecamatan Bandung Kidul, Kamis (27/9/2018). "Kita sudah menyediakan
anggaran di tahun ini, nanti kita beli tanahnya, kita jadikan jalur hijau," ujar pria yang akrab
disapa Emil itu. Menurut Emil, Pasar Kordon adalah pasar milik pribadi. Saat ini Pemkot
Bandung masih mencoba melobi pemilik untuk menjual tanahnya. Namun harga yang
ditawarkan cukup tinggi. "Lahannya 900 meter. Pemiliknya minta harga dua kali lipat dari
harga seharusnya," kata Emil. Sementara untuk pedagang yang ada di Pasar Kordon sendiri,
bisa menempati lahan milik Pemkot Bandung yang ada di belakang Puskesmas setempat. "Ini
urgent sekali. Karena selalu macet dan jalanannya sempit. Pasarnya nanti geser ke bekas
puskesmas," terangnya. Tahun ini Pemkot Bandung menganggarkan Rp 300 miliar khusus
untuk pembebasan lahan. Anggaran tersebut digunakan untuk membebaskan lahan bagi
kepentingan masyarakat.

19
"Untuk lahan RSUD, RS Kesehatan Ibu dan Anak, macem-macem," tandasnya.
Bau tak sedap menyergap hidung saat berada di kawasan Pasar Kordon. Selain kondisi pasar
yang kumuh. Sungai Cikapundung Kolot yang berada di samping pasar juga banyak sampah
dan mengeluarkan bau tak sedap.

20
BAB IV
KESIMPULAN DAN EVALUASI

4.1 Kesimpulan
Bandung merupakan suatu kota dengan desain awal hanya untuk sekitar 500 ribu jiwa, dengan
perkembangannya, saat ini penduduk Bandung mencapai 2,417.2 juta jiwa, dengan luas wilayah 167,3
km². Dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi, diperlukan transportasi yang memadai. Angkot
merupakan sarana transportasi yang dominan di Bandung.
Pada jam-jam itu volume kendaraan meluap akibat keluar secara bersamaan, hal ini tidak
ditunjang oleh infrastruktur jalan yang memadai, juga diperparah oleh sikap serta perilaku masyarakat.
Ada beberapa faktor berpengaruh yang menjadikan kemacetan sebagai suatu masalah yang harus
segera diselesaikan, yaitu;
 Dampak terhadap lalu lintas lokal  Keamanan di jalan raya
 Pertumbuhan ekonomi  Polusi lingkungan
 Kualitas hidup  Boros bahan bakar, dan lainnya.
Secara garis besar kemacetan yang terjadi di Kota Bandung diakibatkan oleh hal-hal berikut ini :
 Peningkatan jumlah penduduk dan volume kendaraan
 Pedagang Kaki Lima (PKL)
 Kurangnya ruas lahan parker
 Kurangnya kesadaran pengendara
 Banjir
4.2 Evaluasi
Upaya-upaya untuk menanggulangi masalah kemacetan transportasi lalu lintas ini perlu untuk
terus dilakukan agar permasalahan kemcetan lalu lintas dapat teratasi. Kesadaraan untuk bersama-
sama menggunakan sarana transportasi umum menjadi hal utama yang perlu dilakukan. Sehingga
menciptakan sarana transportasi yang aman dan lancar dapat tercapai.
Adapun cara yang harus di lakukan Pemerintah kota untuk mengatasi kemacetan lalu lintas
diantaranya :
1. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya mematuhi peraturan dan
kebijaksanaan berlalu lintas demi kenyamanan dan keselamatan juga menghindari kemacetan.
2. Memberikan prioritas kepada transportasi umum guna mengurangi kepadatan kendaraan di
jalan namun dengan memperhatikan kenyamanan transportasi pribadi.
3. Pemerintah sebaiknya meningkatkan pelayanan angkutan umum, agar masyarakat tertarik
untuk berpindah dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum.
4. Melakukan pembatasan usia kendaraan karena jika kendaraan tersebut sudah terlalu tua, maka
kendaraan tersebut menjadi tidak fungsional lagi.
5. Penegakan hukum yang tegas terhadap pengguna jalan, pejalan kaki dan pedagang kaki lima
yang melanggar aturan. Juga terhadap arus urbanisasi dengan cara yang lebih optimal.

21
DAFTAR PUSTAKA

Bintaro (1977). Pengantar Geografi Kota. UP Spring: Yogyakarta

Warpani, S. 2002. Pengelolaan Lalu Lintas dan Agkutan Jalan. Institut Teknologi Bandung:
Bandung .

Yanti. 2011. Analisis Kemacetan Lalu Lintas di Kota Bandung Dengan Menggunakan Citra

Quickbird dan Sistem Informasi Geografis. Skripsi Jurusan Pendidian Geografi FPIPS UPI:
Bandung.

Yunus, H.S. 2005. Manajemen Kota. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Adisasmita, R & Adisasmita, S.A. 2011. Manajemen Transportasi Darat : Mengatasi


Kemacetan Lalu Lintas di Kota Besar (Jakarta). Jakarta:Graha Ilmu.

Khisty, Jotin C dan B. Kent Lall. 2003. Transportation Engineering : An Introduction, 3rd
Edition. Pearson Education. Prentice Hall.

Morlok, Edward K. 1978. Introduction to Transportation Engineering and


Planning. Mc Graw-Hill.Inc. Pennsylvania.

http://cin7shared-artikel1.blogspot.co.id/p/kemacetan-di-kota-bandung.html

http://abhanafiah.blogspot.co.id/2014/09/identifikasi-masalah-kemacetan-di-kota.html

https://id.wikibooks.org/wiki/Manajemen_Lalu_Lintas/Permasalahan_lalu_lintas

https://febrilisaumi.wordpress.com/kemacetan-di-ibukota/

http://iraganean.blogspot.co.id/2012/12/kemacetan-di-kota-bandung.html

http://news.okezone.com/read/2013/11/13/526/896076/ini-50-titik-macet-di-kota-bandung-
dan-penyebabnya-bagian-i

http://sharp-cherryblossom.blogspot.co.id/2014/05/makalah-masalah-kemacetan-dan-
solusi.html

http://kulpulan-materi.blogspot.co.id/2012/04/cara-menghitung-kepadatan-penduduk.html

22

Anda mungkin juga menyukai