Anda di halaman 1dari 8

KESELAMATAN TRANSPORTASI Croos

DI INDONESIA 2. Faktor Kendaraan (Vehicle Factor)

STATISTIK KECELAKAAN DUNIA : Kendaraan bermotor dirancang dengan suatu


nilai faktor keamanan untuk menjamin
1. Saat ini peringkat kematian nomor 9 di dunia keselamatan bagi pengendaranya.
adalah tingkat kematian yang
Contohnya : rem blong, pecah ban, kondisi
diakibatkan dari kecelakaan lalu lintas. mesin tidak baik, kondisi kendaraan tidak layak.
2. Terjadi sekitar 1,3 juta orang meninggal tiap 3. Faktor Prasarana Jalan dan Lingkungan
tahun, 3.287 kematian per hari. (Infrastructure Factor)
3. 20 – 50 juta orang terluka atau menderita Artinya kondisi jalan maupun kondisi alam dapat
cacat permanen setiap tahun berpengaruh sebagai penyebab dari kecelakaan
akibat kecelakaan lalu lintas. lalu lintas.

4. separuh angka kematian tersebut terjadi pada Contohnya : kondisi jalan rusak, APILL tidak
generasi muda. berfungsi, jalan berkabut, hujan deras

5. Kecelakaan di jalan merupakan penyebab JENIS KECELAKAAN LALU LINTAS


kematian utama pada generasi UU No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ
muda berumur 15 – 29 tahun; 73 % dari seluruh Kecelakaan adalah suatu peristiwa di jalan yang
kematian akibat kecelakaan tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan
lalu lintas di dunia adalah laki-laki. (Di Indonesia kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan
angka ini lebih tinggi, lain yang mengakibatkan korban manusia dan
atau kerugian harta benda.
mencapai 90 %).
KECELAKAAN LALU LINTAS BERDASARKAN
6. Lebih dari 90 % kecelakaan lalu lintas terjadi JENISNYA
di negara berpenghasilan
UU No. 22 Tahun 2009 Pasal 229
rendah dan menengah.
Kecelakaan Lalu Lintas Ringan =
7. Kecelakaan di jalan menyebabkan kerugian
total dunia mencapai 518 miliar mengakibatkan kerusakan kendaraan dan/atau
barang (kerugian materil)
US$.
Kecelakaan Lalu Lintas Sedang =
FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN
mengakibatkan luka ringan dan kerusakan
1. Faktor Manusia (Human Factor) kendaraan dan/atau barang
Erat kaitannya dengan pelanggaran Kecelakaan Lalu Lintas Berat =
lalu lintas, baik itu dilakukan oleh mengakibatkan korban meninggal dunia atau
luka berat
pengemudi dan pejalan kaki.
KECELAKAAN LALU LINTAS BERDASARKAN
Contohnya : mengantuk, menerobos
JUMLAH YANG TERLIBAT
APILL, menyebrang tidak pada zebra
Kecelakaan Tunggal Faktor-faktor Penyebab kecelakaan.
Hanya melibatkan 1 pengguna jalan 1. Manusia
Kecelakaan Ganda 2. Kendaraan
Melibatkan lebih dari 1 pengguna jalan 3. Jalan/Lingkungan
diwaktu dan tempat yang bersamaan Jenis-jenis kecelakaan lalu lintas.
TIPE TABRAKAN 1. Jenis
Head-on Collision(Tabrak Depan-Depan) 2. Jumlah yang terlibat
Terjadi antara 2 kendaraan dari arah 3. Tipe
berlawanan. Biasanya terjadi karena kendaraan
mau menyalip gagal kembali ke jalurnya atau
karena jarak pandang tidak mencukupi di
daerah tikungan.
Run off Road Collison (Tabrak Samping -
Samping)
Hanya melibatkan 1 / 2 kendaraan yang keluar
dari jalan dan menabrak sesuatu, biasanya
diakibatkan pengemudi kehilangan kontrol atau
menilai tikungan.
Rear-end Collison (Tabrak Depan-Belakang)
Melibatkan 2 atau lebih kendaraan, dimana
kendaraan menabrak kendaraan di depannya.
Side Collision (Tabrak Depan – Samping)
Terjadi antara 2 kendaraan secara bersampingan
dengan arah yang sama. Sering kali terjadi di
persimpangan, tempat parkir.
Rollover (Terguling)
Kendaraan terjungkir balik, biasanya terjadi
pada kendaraan dengan profil yang lebih tinggi
karena berhubungan dengan stabilitas
kendaraan
KESIMPULAN
Potret kecelakaan lalu lintas di Indonesia.
1. Jenis yang terlibat
2. Usia yang terlibat
3. Kondisi cuaca
KESELAMATAN DALAM DESAIN GEOMETRIK Lokal
JALAN
Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat,
meliputi segala bagian jalan, termasuk kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang masuk tidak dibatasi
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di Lingkungan
bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat
jalan lori, dan jalan kabel (UU No. 38 Tahun dan kecepatan rata-rata rendah
2004 tentang Jalan).
Fungsi Jalan pada Sistem Jaringan Jalan (UU
KLASIFIKASI JALAN No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan)
Sistem jaringan jalan (UU No. 38 Tahun 2004 Primer
tentang Jalan)
1.Arteri Primer
Sistem Jaringan Jalan Primer
2.Kolektor
Disusun berdasarkan rencana tata ruang dan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk 3.Primer
pengembangan semua wilayah di tingkat 4.Lokal Primer
nasional
5.Lingkungan Primer
Sistem Jaringan Jalan Sekunder
Sekunder
Disusun berdasarkan rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota dan pelayanan distribusi barang 1.Arteri Sekunder
dan jasa untuk masyarakat di dalam Kawasan
2.Kolektor
perkotaan
3.Sekunder
Jalan menurut Fungsinya (UU No. 38 Tahun
2004 tentang Jalan) 4.Lokal Sekunder
Arteri 5.Lingkungan Sekunder
Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan PP Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan
utama dengan ciri perjalanan jarak jauh,
kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah masuk FUNGSI KECEPATAN
dibatasi secara berdaya guna (KM/JAM)
Kolektor Fungsi Kecepatan Lebar Jalan
Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan Arteri Primer 60 11
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan Kolektor Primer 40 9
jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan Lokal Primer 20 7,5
jumlah jalan masuk dibatasi Lingkungan Primer 15 6,5
Arteri Sekunder 30 11
Kolektor Sekunder 20 9 • Jalan Kelas II
Lokal sekunder 10 7,5
• Jalan Kelas III
Lingkungan Sekunder 10 6,5
• Jalan Kelas Khusus
Jalan menurut Statusnya (UU No. 38 Tahun Kela Fungsi Ukuran Mst
2004 tentang Jalan) s Leba Panjan Tingg (ton
r g I )
Nasional
I Arteri, 2.50 18.000 4.20 10
Jalan arteri dan kolektor yang menghubungkan Kolektor 0 0
antaribukota provinsi, dan jalan strategis II Arteri, 2.50 12.000 4.20 8
nasional, serta jalan tol. Kolektor, 0 0
Lokal,
Provinsi Lingkunga
Jalan kolektor yang mengubungkan ibukota n
provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau III Arteri, 2.10 9000 3.50 8
antaribukota kabupaten/kota, dan jalan Kolektor, 0 0
strategis provinsi. Lokal,
Lingkunga
Kabupaten n
Jalan lokal yang menghubungkan ibukota
kabupaten dengan ibukota kecamatan, GEOMETRIK JALAN
antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten
dengan pusat kegiatan lokal. Geometrik jalan :

Kota Ruslan, Muhammad Idham (2020) :

Jalan umum yang menghubungkan antarpusat suatu bangun yang menggambarkan jalan, yang
pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat meliputi tentang penampang melintang,
pelayanan dengan persil, antarpersil, serta penampang memanjang, maupun aspek lain
menghubungkan antarpusat pemukimam. yang berkaitan dengan bentuk fisik dari jalan,
sehingga menghasilkan bagian jalan yang
Desa memenuhi persyaratan kenyamanan, keamanan
Jalan umum yang menghubungkan Kawasan serta efisiensi yang optimal.
dan/atau antarpemukiman di dalam desa, serta Fungsi Standar perencanaan geometri jalan
jalan lingkungan.
adalah :
Jalan menurut Kelas Jalan Spesifikasi
Penyediaan Prasarana Jalan a.Mempertahankan tingkat keseragaman dan
konsistensi di jalan, khususnya jalan yang
• Jalan Bebas Hambatan melewati batas administratif
• Jalan Raya b.Menjamin bahwa desain jalan yang dihasilkan
• Jalan Sedang memuaskan
• Jalan Kecil c.Menghindari desain berlebihan yang dapat
Kelas Penggunaan Jalan berpengaruh langsung pada keselamatan jalan
• Jalan Kelas I
d.Mengetahui infrastruktur yang aman, nyaman, b.Memberikan lingkungan yang cukup konsisten
dan efisien pelayanan arus lalu lintasnya kecepatannya, frekuensi perubahan kecepatan
desain yang terlalu sering tidak baik untuk
kewaspadaan pengendara
c.Memastikan kecepatan rencana sesuai dengan
5 Unsur Dasar perencanaan geometrik yang kecepatan operasional/aktual. Indikatornya
berdampak pada Keselamatan 85% dari arus lalu lintas yang melintas

1.Kecepatan Rencana POTONGAN MELINTANG

2.Potongan Melintang Potogan melintang jalan (Cross Section) adalah


suatu potongan arah melintang yang tegak lurus
3.Jarak Pandang terhadap sumbu jalan, sehingga dapat
4.Alinyemen Horizontal diperlihatkan elevasi serta struktur jalan arah
vertikal.
5.Alinyemen Vertikal
Kaitan Potongan Melintang dengan
KECEPATAN RENCANA keselamatan
Kecepatan rencana merupakan kecepatan Jalan memerlukan lahan, dan jalan yang lebih
kendaraan yang mendasari perencanaan teknis lebar akan mengambil lahan lebih luas.
jalan dengan mempertimbangkan minimal Adakalanya hal tersebut tidak dapat diakomodir,
fungsi jalan, kelas jalan, dan kapasitas rencana. sebagai ahli keselamatan maka tetap harus
Apabila kecepatan rencana menurut melihat dari sisi keselamatan yang
persyaratan teknis jalan tidak terpenuhi, maka dipertahankan fungsi utama jalan demi
dapat diturunkan atas dasarpertimbangan menjamin operasi jalan yang berkeselamatan.

Kaitan Potongan Melintang dengan


keselamatan
a.Bahu cukup lebar dan diperkeras
keselamatan. b.Lajur dengan lebar konsisten dan memadai
c.Median tengah lebar
Kaitan Kecepatan rencana dengan Keselamatan d.Drainase sebaiknya di bawah tanah
a.Kecepatan rencana berpengaruh terhadap e.Tidak ada hazard sisi jalan (tiang, pohon)
jarak pandang dalam ruang beas
Jarak Pandang adalah Panjang jalan di depan PP No. 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan
pengemudi yang terlihat. Lalu Lintas Jalan Pasal 63:
Pengemudi pada waktu mengikuti atau berada
di belakang kendaraan lain, wajib menjaga jarak
dengan kendaraan yang berada di depannya.
Jarak Pandang Henti(JPH)
Tujuan Utama : menjamin bahwa pengendara • Jarak pandang pengemudi di depan
saat melaju dalam kecepatanrencana maupun di untukmenghentikan kendaraannya berhenti
bawah kecepatan rencana mampu melihat dengan aman, dalam satuan meter.
potensi bahaya di jalan dalam waktu yang
cukup untuk mengambil tindakan menghindar. Jarak Pandang Mendahului (JPM)
Catatan dalam mendesain jarak pandang bagi • Jarak pandang pengemudi ke depan untuk
pengemudi : mendahului kendaraan yang ada di depannya
dengan aman dan terhadap lalu lintas yang
a.Pengendara saat memacu kendaraannya harus dating dari arah berlawanan, dalam satuan
dapat melihat potensi hazard dan mempunyai meter.
waktu yang cukup untuk menghindari atau
berhenti. Jarak Pandang Henti
b.Makin tinggi kecepatan saat melihat hazard, Mobil penumpang dan truk memiliki JPH yang
makin Panjang jarak berhenti yang diperlukaan. berbeda. Truk memerlukan JPH lebih Panjang
dibanding mobil penumpang.
c.Tipikal hazard meliputi : lobang besar, hewan,
kendaraan yang mendahului, kendaraan yang
masuk, pejalan kaki, dll
Jarak Pandang ditentukan oleh :
Tinggi mata pengemudi
MP = 1,2 m
Bus = 1,8 m
Truk = 2,4 m
Tinggi Objek
Permukaan jalan = 0,0 m
Objek diam di jalan = 0,1 m
Lampubelakang mobil = 0,8 m
Waktu Reaksi Pengemudi
Jarak Pandang Mendahului
2,5 – 3 Second
Biasa terjadi pada jalan 2/2-TT. Kendaraan yang
Perlambatan longitudinal (Aspal & Beton) mendahului harus dapat melihat sejauh
mungkin ke depan agar bias berpindah ke lajur
MP = 0,35 berlawananan, mendahului kendaraan, dan
Truk = 0,29
kembali kelajur awalnya sebelum kendaraan Hal yang harus diperhatikan dalam alinyemen
dari berlawanan arah tiba. horizontal terhadapterjadinya kecelakaan :
Radius kurva horizontal
• Daerah ini memungkinkan terjadinya gaya
sentrifugal, harus diimbagi dengan faKtor gaya
gesek ban, perkerasan jalan, dan kemiringan
jalan (superelevasi)
Radius lebih besar
• Radius lebih besar – jarak pandang lebih besar
– lebih aman
• Berbahaya jika vegetasi tumbuh di samping
jalan dan menghalangi garis pandang
pengemudi
Radius kecil
• Radius kecil – garis pandang terbatas –
kecepatan berpotensi untuk dikurangi
• Jika kecepatan tinggi tetap terjadi, perlu
ALINYEMEN HORIZONTAL manajemen kecepatan tambahan (batas
kecepatan dan penegakan hukum)
Alinyemen Horizontal adalah alinyemen pada
bidang horizontal atau pada jalan yang lurus dan Jalan berkelok
melengkung.
• Pengemudi akan terkondisi untuk memacu
Gaya Sentrifugal adalah efek semu yang kendaraan pada kecepatan tetap, jika satu lebih
ditimbulkan ketika sebuah benda melakukan tajam maka pengemudi bisa gagal bernegosiasi
gerak melingkar, di mana sentrifugal berarti
menjauhi pusat putaran.
Gaya yang mengimbangi gaya sentrifugal :
1. Gaya gesekan melintang antara ban
kendaraan dengan permukaan jalan
2. Komponen berat kendaraan akibat
kemiringan melintang permukaan jalan.

Superelevasi adalah kemiringan melintang jalan


di tikungan yang berfungsi mengimbangi gaya ALINYEMEN VERTIKAL
sentrifugal yang bekerja pada saatkendaraan
berjalan menikungm dinyatakan dalam satuan
%. Superelevasi maksimum yang diterapkan
adalah 8% untuk jalan Antarkota, Jalan
Perkotaan dan JBH (Permen PU
No.19/PRT/M/2011)
Alinyemen Vertikal adalah perpotongan bidang ALINYEMEN VERTIKAL & HORIZONTAL
vertikal dengan bidang permukaan perkerasan
jalan melalui sumbu jalan. Sering disebut Alinyemen horizontal & vertikal disebuah jalan
dengan penampang memanjang jalan. harus diseleraskan untuk menghindari jarak
pandang terputus yang tidak memadai.

Hal yang perlu diperhatikan koordinasi pada


alinyemen horizontal dan vertikal
Resiko yang bisa terjadi pada alinyemen Perlu dihindari
vertikal, saat menarik maupunsaat turun.
• Cekungan tersembunyi
Gradien
• Persimpangan tersembunyi
• Rata/landai : kendaraan berkecepatan sama.
• Pergeseran alinyemen pada cembungan
• Gradien lebih tajam : variasi kecepatan antar
kendaraan dengan variasi rasio daya/berat. • Perubahan alinyemen di balik cembungan

• Naik dengan tajam : disediakan lajur


pendakian dan lajur penyelamat (kemungkinan Kurva horizontal lebih Panjang dari pada kurva
rem blong). Variasi Kecepatan vertikal
• Perbedaan kec. relative tinggi antar • Menyediakan petunjuk yang lebih baik kepada
kendaraan: meningkatkan resiko tabrak depan-
belakang. pengendara akan perubahan arah

• Mendahului dan antrian : menjadi masalah


keselamatan khususnya saat volume lalin lebih
tinggi.
• Tanjakan tajam : menyebabkan truk
kehilangan tenaga dan rem gagal mencegah,
bisa terguling ke belakang.

Tanjakan yang landai memungkinkan semua


kendaraan berjalan dengan kecepatan yang
sama. Tanjakan yang lebih terjal menghasilkan
perbedaan kecepatan antar kendaraan dengan
beragaman rasio daya terhadap berat.

Anda mungkin juga menyukai