GEOMETRIK JALAN
LATAR BELAKANG
Aparatur Sipil Negara sebagai unsur utama Sumber Daya Manusia Aparatur
Negara memiliki peranan penting dalam menentukan keberhasilan
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Peningkatan Kompetensi Perencanaan sebagai unsur manajemen, wajib dimiliki
oleh setiap ASN . Untuk meningkatkan kompeten teknis Perencanaan Jalan bagi
apparatus Sipil Negara, maka perlu dilaksanakan pembinaan melalui jalur
pendidikan dan pelatihan (diklat) agar kedepannya semua pelaksanaan
Konstruksi bisa terwujud berasaskan efektifitas dan keekonomian.
KONSEP DASAR PERENCANAAN
GEOMETRIK
Klasifikasi Bagian-
Jalan Bagian Jalan
Parameter
PENGERTIAN JALAN
UU No 38 tahun 2004 :
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi
lalu-lintas, yang berada pada permukaan tanah, diatas permukaan tanah,
dibawah permukaan dan/atau air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan kereta
api, jalan lori dan jalan kabel.
KLASIFIKASI JALAN
Jalan diklasifikasikan berdasarkan :
Fungsi/Peran
Status
Kelas
KLASIFIKASI JALAN BERDASARKAN
FUNGSI/PERANANNYA
●
Melayani angkutan ●
Melayani angkutan ●
Melayani angkutan
jarak jauh pengumpulan/pemb setempat ●
Melayani angkutan
●
Kecepatan rata-rata agian jarak sedang ●
Perjalanan jarak lingkungan
tinggi ●
Kecepatan rata-rata dekat ●
Jarak perjalanan
●
Jumlah jalan masuk sedang ●
Kecepatan rendah dekat
dibatasi secara ●
Jumlah jalan masuk ●
Jumlah jalan masuk ●
Kecepatan rendah
efisien dibatasi tidak dibatasi
KLASIFIKASI JALAN BERDASARKAN
STATUSNYA
merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer,
Jalan Nasional
●
menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.
●
merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer, menghubungkan
Jalan Provinsi ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/ kota, atau antar ibukota kabupaten/kota,
dan jalan strategis provinsi.
●
jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer, menghubungkan ibukota kabupaten-ibukota kecamatan,
Jalan Kabupaten antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten-pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan
umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
●
adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antarpusat
Jalan Kota pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan
antarpersil, serta menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.
Jalan Raya
Jalan Sedang
Jalan Kecil
KLASIFIKASI JALAN BERDASARKAN
KELAS JALAN
KELA KELA KELA KELA
SI S II S III S IV
●
Jalan Arteri dan ●
Jalan Arteri
●
Jalan Arteri, Kolektor, ●
Jalan Arteri, Kolektor,
Kolektor Lokal, dan Lingkungan Lokal, dan Lingkungan ●
Dapat dilalui
●
Dapat dilalui ●
Dapat dilalui ●
Dapat dilalui
kendaraan bermotor kendaraan bermotor kendaraan
kendaraan
bermotor (MST
(MST = 8 ton, lebar (MST = 8 ton, lebar bermotor (MST
kendaraan ≤ 2500 mm) kendaraan ≤ 2100 mm)
≤ 10 ton) ≥ 10 ton)
BAGIAN-BAGIAN JALAN
PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK
1. Kendaraan Rencana
Jenis Dimensi Kendaraan (m) Dimensi Tonjolan
(m)
Radius
Kendaraan Rencana
Putar Min.
Bina Marga1) Kode Tinggi Lebar Panjang Depan Belakang (m)
AASHTO2)
Volume yang umumnya dilakukan pada desain kapasitas ruas jalan adalah sbb :
Volume Lalu-Lintas Harian Rata-Rata (LHR).
Volume Harian Rata-rata Tahunan (LHRT).
Volume Lalu Lintas Harian rencana (VLHR).
Volume Jam Rencana (VJR).
Kapasitas jalan.
PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK
3. Kecepatan
Kecepatan adalah besaran yang menunjukkan jarak yang ditempuh kendaraan dibagi waktu
tempuh yang dinyatakan dalam Km/Jam.
Hobbs (1979) membagi kecepatan kendaraan menjadi 3:
●
Kecepatan yang diukur disuatu tempat dalam sesaat.
Kecepatan Gerak
●
Kecepatan dari hasil bagi antara jarak dengan lama bergerak kendaraan.
Kecepatan Perjalanan
●
kecepatan yang dihitung dari hasil bagi antara jarak dengan lama menempuh, termasuk tundaan yang terjadi.
PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK
4. Jarak Pandang
Jarak Pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi pada saat
mengemudi sehingga jika pengemudi melihat suatu halangan yang membahayakan, pengemudi
dapat melakukan sesuatu untuk menghindari bahaya tersebut dengan aman.
3 Faktor penting yang mempengaruhi Jarak Pandang :
Kecepatan kendaraan
Jarak Pandang Henti (Jh)
Jarak minimum yang diperlukan oleh setiap pengemudi unuk menghentikan kendaraannnya dengan aman
saat melihat adanya halangan didepan.
Jarak pandang henti diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 cm dan tinggi
halangan 15 cm diukur dari permukaan jalan.
Jh = 0,695 V + 0,011471 V2 2
Jh = 0,695 V + 0,011471 V
Jarak Tanggap (Jht)
Jarak yang ditempuh oleh kendaraan sejak pengemudi sadar melihat adanya halangan yang menyebabkan
harus berhenti sampai pengemudi menginjak rem (waktu PIEV).
AASHTO merekomendasikan waktu tanggap adalah 2,5 detik.
Bina Marga
Kecepatan AASHTO 2004 RSNI T 14-2004
No.038/T/BM/1997
(Km/Jam) (m) (m)
(m)
20 20 16
30 35 27 35
40 50 40 50
50 65 55 65
60 85 75 85
70 105 105
80 130 120 130
90 160 160
100 185 175 185
110 220
120 250 250
130 285
Jarak Pandang Menyiap (Js)
Jarak Pandang Menyiap adalah jarak yang memungkinkan kendaraan menyiap kendaraan lain didepannya
dengan aman hingga kendaraan tersebut kembali pada lajurnya semula.
Jarak pandang menyiap diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 cm ( 50 cm
tinggi Jok dan 55 cm tinggi mata orang posisi duduk) dan tinggi halangan adalah 105 cm.
Dasar Pengukuran Jarak Pandang sesuai Standar Bina Marga
Jm (Jarak Menyiap) = d1 + d2 + d3 + d4
Vr 120 100 80 60 50 40 30 20
(Km/Jam)
Js (m) 800 670 550 350 250 200 150 100
KRITERIA PERENCANAAN
GEOMETRIK
Kendaraan Volume
Rencana Lalu Lintas
Kapasitas Tingkat
Jalan Pelayanan Jalan
KENDARAAN RENCANA
Kendaraan Rencana adalah kendaraan
dengan standard tertentu (bentuk, ukuran,
dan daya/kemampuan) yang digunakan
sebagai kriteria perencanaan bagian-bagian
jalan.
Kendaraan rencana ini dikelompokkan
menjadi kelompok mobil penumpang,
bis/truk, semi trailer, dan trailer.
VOLUME LALU LINTAS
Volume Lalu-Lintas adalah jumlah
kendaraan yang melintasi satu titik
pengamatan selama satu-satuan waktu
(kend/hari, kend/jam, kend/menit).
Volume lalu lintas untuk perencanaan
geometrik jalan biasanya dinyatakan dalam
satuan mobil penumpang (smp) yaitu
hasil mengalikan setiap jenis kendaraan
dengan ekivalensi mobil penumpang (smp)
jenis kendaraan tersebut.
KAPASITAS JALAN
Kapasitas Jalan adalah arus lalulintas Sesuai dengan Permen PU No
maksimum yang dapat dipertahankan pada 19/PRT/M/2011 nilai RVK ditentukan
suatu penampang bagian jalan pada kondisi sesuai dengan fungsi jalan, yaitu :
tertentu, dinyatakan dalam satuan mobil
RVK ≤ 0,85 untuk Jalan Arteri dan Jalan
penumpang per jam.
Kolektor.
Ratio Volume/Kapasitas disebut RVK
RVK ≤ 0,90 untuk Jalan Lokal dan Jalan
adalah perbandingan antara volume
lalulintas dengan kapasitas jalan. Lingkungan.
Keterangan :
F : Gaya Sentrifugal.
m : Masa Kendaraan.
a : Percepatan Sentrifugal
G : Berat Kendaraan.
g : Gaya Gravitasi.
V : Kecepatan Kendaraan.
R : Jari-jari Tikungan.
ALINYEMEN JALAN
Alinyemen Alinyemen
Horizontal Vertikal
Koordinasi
Alinyemen
Horizontal dan
ALINYEMEN
HORIZONTAL
ALINYEMEN HORIZONTAL
Alinyemen Horizontal adalah kumpulan titik-titik yang membentuk garis (lurus dan
lengkung) sebagai proyeksi sumbu atau as jalan pada bidang horizontal.
Derajat lengkung (Do) adalah besar sudut lengkung yang Rmin Ket :
↓R = ↑D = semakin tajam lengkung horizontal rencana emaks = superelevasi maksimum (%)
D
D
ALINYEMEN HORIZONTAL
3. Distribusi Nilai Superelevasi dan Koefisien Gesek Melintang
Gaya sentrifugal yang timbul diimbangi oleh komponen gaya berat kendaraan akibat adanya superelevasi (e) dan gaya gesekan
melintang antara permukaan jalan dan ban kendaraan. Di Indonesia untuk distribusi nilai superelevasi ( e ) yang digunakan untuk
perencanaan berdasarkan berdasarkan metode Bina Marga adalah sebesar 8 % dan 10 %. Distribusi nilai e dapat dilihat pada table
dibawah ini.
emaks = 0,10 emaks = 0,08
ALINYEMEN HORIZONTAL
4. Panjang Bagian Jalan yang Lurus 5. Lengkung Peralihan
Mempertimbangkan factor keselamatan Pemakai Jalan, Bina Lengkung peralihan diperlukan agar pengemudi dapat
marga menetapkan maksimum bagian jalan yang lurus menyesuaikan manuver kendaraan pada bagian-bagian geometrik
berdasarkan waktu tempuh kurang dari 2,5 menit yang sesuai jalan yang bertransisi dari alinyemen lurus ke lingkaran, atau dari
dengan Kecepatan Rencana (Vr). lurus ke lurus atau juga dari alinyemen llingkaran ke lingkaran.
Panjang Bagian Lurus Maksimum (m) Bentuk-bentuk alinyemen yang menggunakan lengkung peralihan
Fungsi
Datar Perbukitan Pegunungan
Landai Relatif Maksimum yang ditetapkan Bina Marga (1994) dan AASHTO 2004
Kelandaian
Kelandaian Maksimum
Maksimum
Kecepatan
Kecepatan Rencana
Rencana
(Km/Jam)
(Km/Jam) Bina Marga (Luar Kota 1994) AASHTO 2004
Bina Marga (Luar Kota 1994) AASHTO 2004
20 1/50 1/125
20
30 1/50
1/75 1/125
1/133
30
40 1/75
1/100 1/133
1/143
40
50 1/100
1/115 1/143
1/154
50
60 1/115
1/125 1/154
1/167
60
70 1/125
1/167
1/182
80
70 1/150
1/200
1/182
90
80 1/150 1/213
1/200
100
90 1/227
1/213
100 1/227
120 1/263
130
120 1/286
1/263
130 1/286
ALINYEMEN HORIZONTAL
7. Pemilihan Bentuk Tikungan
Pemilihan bentuk tikungan menurut Bina Marga (1997)
Ket :
AB = Garis Pandang.
Panjang Landai Kritis Faktor yang perlu dipertimbangkan untuk keperluan Jalur
Pendakian :
Arus lalu Lintas yang mendaki melebihi 200 Kend/jam.
Y
Ev
Ket : Note :
Titik PLV = Titik Permulaan Lengkung Vertikal. Ev bernilai + : Lengkung Vertikal Cembung
Titik PTV = Titi Permulaan Tangen Vertikal. Ev bernilai - : Lengkung Vertikal Cekung
L
Ket : L
L = Panjang Lengkung Vertikal, m
Jika Panjang lengkung vertikal dihitung berdasarkan Jarak pandang
S = Panjang Jarak pandang, m
mendahului untuk Jalan 2 lajur 2 arah, dengan h1 = 1,08 m; dan h2 =
A = Perbedaan Aljabar landai, % 1,08 m, maka persamaan menjadi :
H1 = Tinggi Mata Pengemudi diatas Muka Jalan, m
L
h2 = Tinggi Objek diatas Muka Jalan, m
Note :
Desain lengkung vertikal yang menggunakan jarak pandang henti sebagai dasar
menentukan panjang lengkung vertikal cembung, maka jalan dengan lengkung
tersebut perlu dilengkapi dengan rambu dan marka dilarang mendahului.
ALINYEMEN VERTIKAL
5. Panjang Lengkung Vertikal Cembung dengan S > L
Dari gambar disamping, diperoleh persamaan :
L
S = Panjang Jarak pandang, m Jika Panjang lengkung vertikal dihitung berdasarkan Jarak pandang
mendahului untuk Jalan 2 lajur 2 arah, dengan h1 = 1,08 m; dan h2 =
A = Perbedaan Aljabar landai, %
1,08 m, maka persamaan menjadi :
h1 = Tinggi Mata Pengemudi diatas Muka Jalan, m
Lminimum = 0,6 V
Perbedaan
Kecepatan Rencana Panjang Lengkung Gaya sentrifugal dan Gravitasi dapat berdampak ketidaknyamanan
Kelandaian
(Km/jam) (m) pada pengemudi dan penumpang kendaraan. Panjang Lengkung
Memanjang (%)
< 40 1 20 – 30 Vertikal Cekung minimum berdasarkan AASHTO 2004 mengikuti
40 – 60 0,6 40 – 80 persamaan berikut :
≥ 60 0,4 80 - 150
L = AV2/395
Panjang Lengkung Vertikal Cekung berdasarkan Jarak
Pandang Henti.
Ket :
V = Kecepatan rencana, Km/jam
AASHTO 2004 memberikan batasan bentuk lengkung vertical dengan panjang minimum L = K.A, dengan K = 30. Panjang Lengkung Vertikal
Minimum berdasarkan bentuk visual lengkung adalah :
Lminimum = 30 A
Ket :
L = Panjang Lengkung Vertikal Cekung minimum, m
L = AS2/(800C-1200)
Ket :
L = Panjang Lengkung Vertikal Cekung, m
Berdasarkan gambar di atas, persamaan Panjang Lengkung Vertikal S = Jarak pandangan henti atau menyiap minimum, m
Cekung untuk S < L adalah : C = Tinggi bebas dari muka jalan ke bagian bawah bangunan yang
melintas, m
L = 2S - (800C-1200)/A
Ket :
L = Panjang Lengkung Vertikal Cekung, m
Berdasarkan gambar di atas, persamaan Panjang Lengkung Vertikal S = Jarak pandangan henti atau menyiap minimum, m
Cekung untuk S > L adalah : C = Tinggi bebas dari muka jalan ke bagian bawah bangunan yang
melintas, m
h1 = Tinggi mata pengemudi dari muka jalan, m
L
h2 = Tinggi objek dari muka jalan, m
GABUNGAN
ALINYEMEN
VERTIKAL &
HORIZONTAL
GABUNGAN ALINYEMEN VERTIKAL DAN HORIZONTAL
Hasil perencanaan yang baik perlu memperhatikan keterpaduan antara tiga eleman yaitu
Alinyemen Vertikal, Alinyemen Horisontal dan potongan melintang Jalan. Koordinasi antara
alinyemen Vertikal dan Horisontal harus memenuhi ketentuan sbb ;
Alinyemen Horisontal berimpit dengan alinyemen vertikal dan alinyemen horizontal lebih
panjang sedikit melingkupi alinyemen vertikal.
Hindari Tikungan tajam pada bagian bawah lengkung vertikal cekung atau bagian atas
lengkung vertikal cembung.
Hindarkan Lengkung vertikal cekung pada kelandaian jalan yang lurus dan panjang.
Hindarkan, dua atau lebih lengkung vertikal dalam satu lengkung horizontal.
Hindarkan Tikungan tajam diantara bagian jalan yang lurus dan panjang.
GABUNGAN ALINYEMEN VERTIKAL & HORIZONTAL
1. Lengkung Vertikal Cembung dan Cekung 2. Lengkung Vertikal Cembung pendek
pada Jalan Lurus dipisahkan dengan tangent vertikal yang
pendek
Pada alinyemen horizontal yang lurus hindari jika ada lengkung
vertikal cembung beriringan dengan lengkung vertikal cekung seperti Pada lengkung horizontal hindari jika terdapat dua lengkung vertikal
gambar dibawah ini : cembung berdekatan dengan jarak pemisah yang pendek.
GABUNGAN ALINYEMEN VERTIKAL & HORIZONTAL
3. Lengkung Horizontal tepat pada 4. Lengkung Horizontal berbalik arah
Lengkung Vertikal dengan tangent yang pendek
Median Trotoar
JALUR DAN LAJUR LALU LINTAS
Jalur Lalu Lintas Lajur Lalu Lintas
Jalur lalu lintas {travelled way = carriage Lajur kendaraan yaitu bagian dari jalur lalu
way) adalah keseluruhan bagian perkerasan lintas yang khusus diperuntukkan untuk
jalan yang diperuntukkan untuk lalu lintas dilewati oleh satu rangkaian kendaraan
kendaraan. Jalur lalu lintas terdiri dari beroda empat atau lebih dalam satu arah.
beberapa lajur (lane) kendaraan. Oleh sebab itu, jumlah lajur minimal untuk
jalan 2 arah adalah 2 dan pada umumnya
disebut sebagai jalan 2 lajur 2 arah.
Jalur lalu lintas untuk 1 arah minimal terdiri
dari 1 lajur lalu lintas.
BAHU JALAN
Bahu jalan adalah bagian tepi jalan yang dipergunakan sebagai tempat untuk kendaraan yang
mengalami kerusakan berhenti atau digunakan oleh kendaraan darurat seperti ambulans,
pemadam kebakaran, polisi yang sedang menuju tempat yang memerlukan bantuan kedaruratan
dikala jalan sedang mengalami tingkat macet yang tinggi.
Selain itu bahu juga dipergunakan sebagai tempat menghindar dari kecelakaan lalu
lintas terutama pada jalan yang tidak dipisah dengan median jalan, khususnya pada saat ada
kendaraan yang menyalib tetapi kemudian dari arah yang berlawanan datang kendaraan,
sehingga kendaraan yang datang dari depan bisa menghindar dan masuk bahu jalan.
JENIS-JENIS BAHU JALAN
Tipe Letak
Perkerasan Bahu
●
Bahu yang tidak diperkeras Bahu Kiri/Bahu Luar
●
●
Bahu yang diperkeras Bahu Kanan/Bahu Dalam
●
MEDIAN/PEMISAH
Secara garis besar median berfungsi sebagai:
menyediakan daerah netral yang cukup lebar dimana pengemudi masih dapat mengontrol
kendaraannya pada saat-saat darurat.
menyediakan jarak yang cukup untuk membatasi/ mengurangi kesilauan terhadap lampu besar
dari kendaraan yang berlawanan arah.
menambah rasa kelegaan, kenyamanan dan keindahan bagi setiap pengemudi.
mengamankan kebebasan samping dari masing-masing arah arus lalu lintas.
TROTOAR
Trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas yang khusus
dipergunakan untuk pejalan kaki (pedestrian). Untuk keamanan pejalan kaki maka trotoar ini
harus dibuat terpisah dari jalur lalu lintas oleh struktur fisik berupa kereb.
Pada umumnya trotoar memiliki lebar antara 1,5 - 3 m.
SALURAN TEPI JALAN
Saluran tepi jalan berguna untuk :
mengalirkan air dari permukaan perkerasan jalan ataupun dari bagian luar jalan,
menjaga supaya konstruksi jalan selalu berada dalam keadaan kering tidak terendam air.
Umumnya bentuk saluran tepi jalan adalah trapesium, atau empat persegi panjang.
KEREB
Kereb adalah penonjolan atau peninggian tepi perkerasan atau bahu jalan, yang terutama
dimaksudkan untuk keperluan-keperluan drainase, mencegah keluarnya kendaraan dari tepi
perkerasan, dan memberikan ketegasan tepi perkerasan.
JENIS-JENIS KEREB BERDASARKAN
FUNGSI
●
Kereb yang direncanakan agar dapat didaki kendaraan, biasanyaterdapat di tempat
Kereb Peninggi parkir di pinggir jalan/jalur lalu lintas Untuk kemudahan didaki oleh kendaraan
maka kereb harus mempunyai bentuk permukaan lengkung yang baik. Tingginya
(Mountable Curb) berkisar antara 10-15 cm.
Kereb Penghalang ●
Kereb yang direncanakan untuk menghalangi atau mencegah kendaraan
meninggalkan jalur lalu lintas, terutama di median, trotoar, pada jalan-jalan tanpa
(Barrier Curb) pagar pengaman. Tingginya berkisar antara 25 - 30 cm.
●
Kereb yang direncanakan untuk membentuk sistem drainase perkerasan Jalan. Kereb ini
Kereb Berparit dianjurkan pada jalan yang memerlukan sistem drainase perkerasan lebih baik. Pada
jalan lurus diletakkan di tepi luar dari perkerasan, sedangkan pada tikungan diletakkan
(Gutter Curb) pada tepi dalam. Tingginya berkisar antara 10-20 cm.