Anda di halaman 1dari 15

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

POLITEKNIK NEGERI MEDAN


Jurusan Teknik Sipil
Jl. Almamater No. 1 Kampus USU 20115, Indonesia
Telp. (061) 8210371, 8211235, 8215951, 8210436 Fax. (061) 8215845
http://www.polmed.ac.id email : polmed@polmed.ac.id, info@polmed.ac.id

PERENCANAAN CAMPURAN ASPAL DAN AGREGAT

1. Tujuan Umum dan Sasaran Praktikum


Praktkum ini memberikan kemampuan dasar kepada mahasiswa untuk dapat
menentukan komposisi yang tepat antara agregat, aspal, dan material pengisi (filler) dalam
campuran aspal dan agregat.
Setelah selesai melakukan praktikum ini, diharapkan mahasiswa:
 Mampu membuat campuran aspal dan agregat
 Mampu mengukur/menentukan karakteristik dan kinerja campuran aspal dan agregat
 Mampu menentukan kadar aspal optimum dari suatu campuran aspal dan agregat ±
2. Terminologi
 Stabilitas : Kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban
sampai
terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan dalam kilogram atau pound.
 Flow : (kelelehan); perubahan bentuk plastis suatu campuran aspal yang
terjadi
akibat beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau
0,01”.
 VIM : Voids in Mixture (Rongga didalam campuran); Volume rongga
yang
berisi udara didalam campuran aspal, dinyatakan dalam % volume.
 VMA : Voids in Mineral Aggregate (Rongga didalam agregat); Volume
rongga
yang terdapat diantara butir-butir agregat dari suatu campuran aspal
yang telah dipadatkan, termasuk didalamnya adalah rongga udara dan
rongga yang terisi aspal efektif, dinyatakan dalam % volume.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
Jurusan Teknik Sipil
Jl. Almamater No. 1 Kampus USU 20115, Indonesia
Telp. (061) 8210371, 8211235, 8215951, 8210436 Fax. (061) 8215845
http://www.polmed.ac.id email : polmed@polmed.ac.id, info@polmed.ac.id

 VFB : Voids Filled with Bitumen (Rongga terisi aspal); Bagian dari
volume
rongga didalam agregat (VMA) yang terisi aspal efektif, dinyatakan
dalam % VMA.
 Aspal Efektif : Total kandungan aspal dari suatu campuran dikurangi
bagian aspal yang
hilang karena penyerapan oleh agregat, dinyatakan dalam %.
3. Teori Dasar
3.1 Umum
Terdapat bermacam-macam tipe campuran aspal dan agregat, yang paling umum
adalah campuran Aspal Beton (Asphaltic Concrete/AC) yang lebih dikenal dengan AC atau
LASTON dan campuran Hot Rolled Asphalt (HRA). Perbedaan mendasar dari kedua tipe
campuran ini adalah pada gradasi agregat pembentuknya. Campuran tipe AC menggunakan
agregat bergradasi menerus (continuous granded) sedangkan campuran tipe HRA
menggunakan agregat bergradasi senjang (gap graded).
Sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh campuran aspal dan agregat diantaranya:
 Stabilitas
Campuran harus memiliki ketahanan terhadap deformasi permanen yang disebabkan
beban lalu lintas. Stabilitas suatu campuran dapat diperoleh dari adanya sifat interlocking
agregat dalam campuran ataupun dengan menggunakan aspal berpenetrasi rendah.
 Fleksibilitas
Campuran harus dapat menahan defleksi dan momen tanpa timbul retak pada campuran
tersebut yang diakibatkan oleh perubahan jangka panjang pada daya dukung tanah atau
lapis pondasi, lendutan yang berulang akibat beban lalu lintas, perubahan volume
campuran akibat perubahan suhu. Fleksibilitas suatu campuran dapat diperoleh dengan
cara meninggikan kadar aspal campuran, menggunakan aspal berpenetrasi tinggi, dan
juga dengan menggunakan agregat bergradasi terbuka (open graded).
 Durabilitas
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
Jurusan Teknik Sipil
Jl. Almamater No. 1 Kampus USU 20115, Indonesia
Telp. (061) 8210371, 8211235, 8215951, 8210436 Fax. (061) 8215845
http://www.polmed.ac.id email : polmed@polmed.ac.id, info@polmed.ac.id

Durabilitas berkaitan dengan keawetan suatu campuran terhadap beban lalu lintas dan
pengaruh cuaca. Campuran harus tahan terhadap air dan perubahan sifat aspal karena
penguapan dan oksidasi. Durabilitas dapat ditingkatkan dengan cara membuat campuran
yang padat dan kedap air, yang dapat diperoleh dari penggunaan agregat bergradasi rapat
(dense graded) dan kadar aspal yang tinggi.

 Workabilitas
Workabilitas berarti kemudahan suatu campuran untuk dihamparkan dan dipadatkan
untuk mencapai tingkat kepadatan yang diinginkan. Hal ini dapat tercapai jika viskositas
campuran pada suhu pencampuran dan pemadatan cukup rendah.
 Ekonomis
Campuran harus direncanakan dengan menggunakan jenis dan kombinasi material yang
menghasilkan biaya termurah tetapi memenuhi persyaratan stabilitas, fleksibilitas,
durabilitas dan workabilitas.
Perencanaan suatu campuran agregat dan aspal terutama ditujukan agar campuran
tersebut dapat memiliki sifat-sifat seperti yang tersebut diatas. Tujuan akhir dari perencanaan
tersebut adalah menentukan suatu kadar aspal optimum yang akan memberikan keseimbangan
dari semua sifat campuran tersebut, karena tidak ada satu kadar aspal pun yang akan dapat
memaksimalkan semua sifat campuran.

3.2 Perencanaan Campuran Aspal dan Agregat


Ada bermacam-macam metoda perencanaan campuran, yang paling dikenal adalah
metoda Marshall dan metoda Hveem. Secara umum semua metoda itu terdiri dari proses-
proses:
 Persiapan benda uji
 Pemadatan
 Perhitungan rongga dan tes stabilitas dan kadar rongga
 Analisis
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
Jurusan Teknik Sipil
Jl. Almamater No. 1 Kampus USU 20115, Indonesia
Telp. (061) 8210371, 8211235, 8215951, 8210436 Fax. (061) 8215845
http://www.polmed.ac.id email : polmed@polmed.ac.id, info@polmed.ac.id

Persiapan benda uji terdiri dari penyajian agregat dan aspal serta pembuatan benda uji
sesuai spek yang direncanakan.
Pemadatan benda uji dilakukan untuk mensimulasikan kepadatan campuran tersebut
dilapangan setelah beban lalu lintas tertentu. Metoda pemadatan yang umum adalah:
 Impact Compaction, yang digunakan pada metode Marshall
 Kneading Compaction, yang digunakan pada metode Hveem.
 Gyratory Compaction
Setelah pemadatan selesai proses selanjutnya adalah pengujian berat jenis benda uji untuk
menghitung kandungan rongga didalam campuran dan kemudian diikuti dengan pengujian
stabilitas.
Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk suatu kadar aspal tertentu adalah tiga buah,
agar hasil pengujian terjamin secara statistic. Umumnya kadar aspal divariasikan dengan
kenaikan 0,5% atau 1%. Banyaknya kadar aspal yang divariasikan tergantung dari jenis
campurannya, umumnya pada setiap pengujian cukup dibuat lima kadar aspal.

3.3 Teori Rongga


Jenis-jenis rongga didalam suatu campuran aspal dan gregat dibedakan menjadi VIM
(rongga didalam campuran), dan VFA (rongga terisi aspal). Perbedaan dari ketiga jenis rongga
tersebut tampak pada Gambar 1.
VMA : volume rongga didalam agregat (VMA)
VMB : volume bulk dari campuran padat
VMM : volume campuran yang tidak berongga
VFA : volume rongga yang terisi aspal (VEB)
VA : volume rongga didalam campuran (VIM)
VB : volume aspal didalam campuran
VBA : volume aspal yang terserap kedalam agregat
VSB : volume agregat (untuk menghitung berat jenis bulk)
VSC : volume agregat (untuk menghitung berat jenis efektif)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
Jurusan Teknik Sipil
Jl. Almamater No. 1 Kampus USU 20115, Indonesia
Telp. (061) 8210371, 8211235, 8215951, 8210436 Fax. (061) 8215845
http://www.polmed.ac.id email : polmed@polmed.ac.id, info@polmed.ac.id

Modul perencanaan campuran aspal dan agregat ini akan terkait dengan modul
perhitungan berat jenis dan penyerapan untuk agregat serta modul perhitungan berat jenis
aspal.

4. Prosedur Praktikum
Secara umum, prosedur perencanaan dan pengujian campuran aspal dan agregat dengan
menggunakan metoda marshall dapat dilihat pada bagan alir berikut ini.

Gambar 2. Bagan Alir Perencanaan dan Pengujian Campuran


Prosedur perencanaan yang diterangkan disini adalah perencanaan campuran dengan
menggunakan Uji Marshall.
Proses perencanaan dimulai dengan memilih spesifikasi (spek) campuran tertentu. Dari
spek ini akan diperoleh keterangan mengenai komposisi campuran, yaitu gradasi agregat yang
harus digunakan serta jenis aspal yang boleh digunakan.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
Jurusan Teknik Sipil
Jl. Almamater No. 1 Kampus USU 20115, Indonesia
Telp. (061) 8210371, 8211235, 8215951, 8210436 Fax. (061) 8215845
http://www.polmed.ac.id email : polmed@polmed.ac.id, info@polmed.ac.id

Proses perencanaan dimulai dengan memilih spesifikasi (spek) campuran tertentu. Dari
spek ini akan diperoleh keterangan mengenai komposisi campuran, yaitu gradasi agregat yang
harus digunakan serta jenis aspal yang boleh digunakan.
Proses selanjutnya adalah pembuatan benda uji campuran yang diikuti oleh pemadatan.
Disarankan paling sedikit dibuat 5 variasi kadar aspal, dan untuk setiap kadar aspal tersebut
dibuat 3 benda uji. Pemadatan benda uji, dalam hal ini menggunakan metode Marshall,
dinyatakan dalam jumlah tumbukan yang dikenakan pada benda uji tersebut. Jumlah
tumbukan ini didasarkan pada jenis lalu lintas tertentu (dapat dilihat pada Kriteria
Perencanaan).
Sebelum melakukan uji Marshall terlebih dahulu dilakukan pengujian berat isi dan berat
jenis untuk dapat menghitung kandungan rongga didalam campuran. Setelah semua
perhitungan selesai dilakukan, dapat ditentukan kadar aspal optimum berdasarkan kriteria
perencanaan yang diambil.

4.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan terdiri dari:
1. Tiga buah cetakan benda uji dari logam yang berdiameter 10,16 cm dan tinggi 7,62 cm,
lengkap dengan pelat alas dan leher sambung.
2. Mesin penumbuk manual atau otomatis lengkap dengan:
a. penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata yang berbentuk silinder, dengan
berat 4,536 kg dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm.
b. landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau sejenisnya) berukuran 20,32 x 20,32
x 45,72 cm dilapisi dengan pelat baja berukuran 30,48 x 30,48 x 2,54 cm dan
dijangkarkan pada lantai beton di keempat bagian sudutnya.
c. Pemegang cetakan benda uji.
3. Alat pengeluar benda uji
Untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam cetakan benda uji
dipakai sebuah alat ekstruder yang berdiameter 10 cm.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
Jurusan Teknik Sipil
Jl. Almamater No. 1 Kampus USU 20115, Indonesia
Telp. (061) 8210371, 8211235, 8215951, 8210436 Fax. (061) 8215845
http://www.polmed.ac.id email : polmed@polmed.ac.id, info@polmed.ac.id

4. Alat Marshall lengkap dengan:


a. kepala penekan (breaking head) berbentuk lengkung
b. cincin penguji (proving ring) kapasitas 2500 kg dan atau 5000 kg, dilengkapi arloji
(dial) tekan dengan ketelitian 0,0025 mm.
c. arloji pengukur pelelelah (flow) dengan ketilitian 0,25 mm beserta perlengkapannya.

Gambar 4. Alat Uji Marshall

5. Oven, dilengkapi dengan pengatur suhu yang mampu memanasi sampai 200˚C (± 3˚C).
6. Bak perendam (water bath) dilengkapi dengan pengatur suhu mulai 20-60˚C (± 1˚C)
7. Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas 2 kg dengan
ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 1 gram.
8. Pegukur suhu dari logam (metal thermometer) berkapasitas 250˚C dan 100˚C dengan
ketelitian 1% dari kapasitas.
9. Perlengkapan lain:
a. Panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran aspal
b. Sendok pengaduk dan spatula
c. Kompor dan pemanas (hot plate)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
Jurusan Teknik Sipil
Jl. Almamater No. 1 Kampus USU 20115, Indonesia
Telp. (061) 8210371, 8211235, 8215951, 8210436 Fax. (061) 8215845
http://www.polmed.ac.id email : polmed@polmed.ac.id, info@polmed.ac.id

d. Sarung tangan dari asbes, sarung tangan dari karet dan pelindung pernafasan atau
masker
e. Kantong plastic kapasitas 2 kg
f. Kompor gas elpiji atau minyak tanah
4.2 Pembuatan Benda Uji
1. Keringkan agregat pada suhu 105 - 110˚C minimum selama 4 jam, keluarkan dari alat
pengering (oven) dan tunggu sampai beratnya tetap
2. Pisah-pisahkan agregat ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki (sesuai aspek) dengan
cara penyaringan.
3. Panaskan aspal sampai merata tingkat kekentalan (viskositas) yang diisyaratkan baik
untuk pekerjaan pencampuran maupun pemadatan seperti Tabel 1. Suhu pencampuran
dan pemadatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
Tabel 1 Tingkat Kekentalan (Viskositas) Aspal Untuk Aspal Padat dan Aspal Cair
Pencampuran Pemadatan
Alat Aspal Aspal Aspal Aspal
Padat Cair Satuan Padat Cair Satuan
170 ± 280 ±
Kinematik Viscometer
170 ± 20 20 C.ST 280 ± 30 30 C.ST
Saybolt Furol 140 ±
Viscometer 85 ± 10 85 ± 10 DET. 140 ± 15 15 DET.
S.F S.F
4. Proses campuran dilakukan sebagai berikut:
a. Siapkan bahan untuk setiap benda uji yang diperlukan yaitu agregat sebanyak ±1200
gram sehingga menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 63,5 mm ± 1,27 mm.
Pencampuran agregat agar sesuai dengan gradasi yang diinginkan dilakukan dengan
cara mengambil nilai tengah dari batas spek. Untuk memperoleh berat agregat yang
diperlukan dari masing-masing fraksi untuk membuat satu benda uji adalah dengan
mengalikan nilai tengah tersebut terhadap total berat agregat.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
Jurusan Teknik Sipil
Jl. Almamater No. 1 Kampus USU 20115, Indonesia
Telp. (061) 8210371, 8211235, 8215951, 8210436 Fax. (061) 8215845
http://www.polmed.ac.id email : polmed@polmed.ac.id, info@polmed.ac.id

b. Panaskan panci campuran beserta agregat kira-kira 28˚C diatas suhu pencampuran
untuk aspal padat, bila menggunakan aspal cair pemanasan sampai 14˚C diatas suhu
pencampuran.
c. Tuangkan aspal yang sudah mencapai tingkat kekentalan seperti Tabel 1di atas
sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang sudah dipanaskan tersebut,
kemudian aduklah dengan cepat pada suhu sesuai Butir 4.2.4 b sampai agregat
terselimuti aspal secara merata.

Gambar 3. Grafik untuk Penentuan Suhu Pemadatan dan Suhu Pencampuran

5. Proses pemadatan dilakukan sebagai berikut:


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
Jurusan Teknik Sipil
Jl. Almamater No. 1 Kampus USU 20115, Indonesia
Telp. (061) 8210371, 8211235, 8215951, 8210436 Fax. (061) 8215845
http://www.polmed.ac.id email : polmed@polmed.ac.id, info@polmed.ac.id

a. Bersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka penumbuk dengan
seksama dan panaskan sampai suhu antara 93,3 – 148,9 ˚C.
b. Letakkan cetakan diatas landasan pemadatan dan tahan dengan pemegang cetakan.
c. Letakkan selembar kertas saring atau kertas pengahisap yang sudah digunting
menurut ukuran cetakan kedalam dasar cetakan.
d. Masukkan seluruh campuran ke dalam cetakan dan tusuk-tusuk campuran keras-keras
dengan spatula yang dipanaskan sebanyak 15 kali keliling pinggirannya dan 10 kali di
bagian tengahnya.
e. Lakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak:
- 75 kali tumbukan untuk lalu lintas berat
- 50 kali tumbukan untuk lalu lintas sedang
- 35 kali tumbukan untuk lalu lintas ringan
dengan tinggi jatuh 457,2 mm. Selama pemadatan harus diperhatikan agar kedudukan
sumbu palu pemadat selalu tegak lurus pada alas cetakan.
6. Lepaskan pelat alas berikut leher sambung dari cetakan benda uji; kemudian cetakan
yang berisi benda uji dibalikkan dan pasang kembali pelat alas berikut berikut leher
sambung pada cetakan yang dibalikkan tadi.
7. Tumbuklah dengan jumlah tumbukan yang sama sesuai Butir 4.2.5.e terhadap
permukaan benda uji yang sudah dibalikkan ini.
8. Lepaskan keping alas dan pasanglah alat pengeluar benda uji pada permukaan ujung ini.
9. Keluarkan dengan hati-hati dan letakkan benda uji di atas permukaan yang rata dan
biarkan selama kira-kira 24 jam pada suhu ruang.
10. Dinginkan dengan kipas angin meja bila diperlukan pendinginan dengan lebih cepat.

4.3 Prosedur Pengujian


4.3.1 Pengujian Berat Jenis Campuran (ASTM D 2726-73)
Cara pengujiannya:
a. Timbang benda uji kering sehingga didapat Berat Benda Uji Kering.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
Jurusan Teknik Sipil
Jl. Almamater No. 1 Kampus USU 20115, Indonesia
Telp. (061) 8210371, 8211235, 8215951, 8210436 Fax. (061) 8215845
http://www.polmed.ac.id email : polmed@polmed.ac.id, info@polmed.ac.id

b. Rendam benda uji didalam bak perendam pada 25˚C selama 3 sampai 5 menit dan
timbang didalam air, akan didapat Berat Benda Uji didalam Air.
c. Keringkan permukaan benda uji dengan lap kering kemudian ditimbang, akan didapat
Berat Kering Permukaan Jenuh (SSD).
d. Catat hasil pengujian pada formulir yang telah disediakan dan hitung berat jenis
campuran sesuai dengan rumus yang disediakan.
4.3.2 Pengujian Campuran Aspal Metoda Marshall (SNI 06-2489)
Cara pengujian adalah sebagai berikut:
a. Rendamlah benda uji dalam bak perendam selama 30-40 menit dengan suhu tetap 60˚C
(±1˚C) untuk benda uji yang menggunakan aspal padat, untuk benda uji yang
menggunakan aspal cair masukkan benda uji kedalam oven selama minimum 2 jam
dengan suhu tetap 25˚C (±1˚C).
b. Keluarkan benda uji dari bak perendam atau oven dan letakkan ke dalam segmen bawah
kepala penekan dengan catatan bahwa waktu yang diperlukan dari saat diangkatnya
benda uji dari bak perendamannya atau oven sampai tercapainya beban maksimum tidak
boleh melebihi 30 detik.
c. Pasang segmen atas diatas benda uji dan letakkan keseluruhannya dalam mesin penguji.
d. Pasang arloji pengukur pelelehan (flow) pada kedudukannya diatas salah satu batang
penuntun dan atur kedudukan jarum penunjuk pada angka nol, sementara selubung
tangkai arloji (sleeve) dipegang teguh terhadap segmen atas kepala penekan.
e. Naikkan kepala penekan beserta benda ujinya dinaikkan hingga menyentuh alas cincin
penguji, sebelum pembebanan diberikan.
f. Atur jarum arloji tekan pada kedudukan angka nol.
g. Berikan pembebanan pada benda uji dengan kecepatan tetap sekitar 50 mm permenit
sampai pembebanan maksimum tercapai, atau pembebanan menurun seperti yang
ditunjukkan oleh jarum arloji tekan dan catat pembebanan maksimum atau stabilitas
(stability) yang dicapai, koreksilah bebannya dengan menggunakan faktor perkalian
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
Jurusan Teknik Sipil
Jl. Almamater No. 1 Kampus USU 20115, Indonesia
Telp. (061) 8210371, 8211235, 8215951, 8210436 Fax. (061) 8215845
http://www.polmed.ac.id email : polmed@polmed.ac.id, info@polmed.ac.id

yang bersangkutan dari Tabel 2 bila benda uji tebalnya kurang atau lebih besar dari 63,5
mm.
h. Catat nilai pelelehan (flow) yang ditunjukkan oleh jarum arloji pengukur pelelehan saat
pembebanan maksimum tercapai.
4.4 Analisis Data dan Pelaporan
4.4.1 Perhitungan Berat Jenis dan Rongga Campuran
 Berat Jenis Curah Campuran (Bulk Spesific Gravity) =

 Berat Jenis Maksimum Campuran Teoritis (Max. Theoretical Specifik Gravity) =

4.4.2 Penentuan Kadar Aspal Optimum

a. Buat grafik yang menyatakan

 Hubungan kadar aspal terhadap campuran (%) dengan VIM (%)

 Hubungan kadar aspal terhadap campuran (%) dengan VMA (%)

 Hubungan kadar aspal terhadap campuran (%) dengan VEB (%)

 Hubungan kadar aspal terhadap campuran (%) dengan Berat Isi

 Hubungan kadar aspal terhadap campuran (%) dengan Stabilitas

 Hubungan kadar aspal terhadap campuran (%) dengan Flow

b. Cari nilai-nilai VIM, VMA, VEB, Stabilitas yang memenuhi syarat dengan
menggabungkan grafik diatas dengan criteria perencanaan.

c. Kadar aspal optimum ditentukan dengan cara menggabungkan nilai-nilai VIM, VMA,
VFB dan Stabilitas tersebut sehingga didapat suatu range kadar aspal yang memenuhi
keempat syarat tertentu. Kadar aspal optimum dapat diambil sebagai nilai tengah dari
range tersebut. Nilai ini kemudian dicek terhadap kriteria perencanaan untuk flow.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
Jurusan Teknik Sipil
Jl. Almamater No. 1 Kampus USU 20115, Indonesia
Telp. (061) 8210371, 8211235, 8215951, 8210436 Fax. (061) 8215845
http://www.polmed.ac.id email : polmed@polmed.ac.id, info@polmed.ac.id

4.4.3 Pelaporan

a. Laporkan kondisi pengukuran dalam Form Hasil Pengujian Campuran dengan alat
Marshall.

 Kadar aspal dilaporkan dalam bilangan decimal satu angka dibelakang koma.

 Berat isi dilaporkan dalam ton.m3 dua angka dibelakang koma.

 Persentase rongga terhadap agregat dilaporkan dalam bilangan decimal satu angka
dibelakang koma.

 Persentase rongga terisi aspal dilaporkan dalam bilangan bulat.

 Stabilitas dilaporkan dalam bilangan bulat.

b. Laporkan hasil-hasil percobaan dalam bentuk grafis untuk:

 Hubungan kadar aspal terhadap campuran (%) dengan VIM (%)

 Hubungan kadar aspal terhadap campuran (%) dengan VMA (%)

 Hubungan kadar aspal terhadap campuran (%) dengan VEB (%)

 Hubungan kadar aspal terhadap campuran (%) dengan Berat Isi

 Hubungan kadar aspal terhadap campuran (%) dengan Stabilitas

 Hubungan kadar aspal terhadap campuran (%) dengan Flow

Laporkan nilai kadar aspal optimum.

6. Daftar Pustaka

 Mix Design Methods for Asphalt Concrete and Other Hot Mix Types MS.2 [1993]. Sixth
Edition. Asphalt Institute.

 Standard Specification for Transportation Materials and Methods of Samlump and Festing.
Part II (1990).

 Annual ASTM Standards (1980).


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
Jurusan Teknik Sipil
Jl. Almamater No. 1 Kampus USU 20115, Indonesia
Telp. (061) 8210371, 8211235, 8215951, 8210436 Fax. (061) 8215845
http://www.polmed.ac.id email : polmed@polmed.ac.id, info@polmed.ac.id

 Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton untuk Jalan Raya (SKB 2.2.24 1987). Departemen
Pekerjaan Umum.

7. Kesimpulan dan Saran


 Kesimpulan

 Saran
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
Jurusan Teknik Sipil
Jl. Almamater No. 1 Kampus USU 20115, Indonesia
Telp. (061) 8210371, 8211235, 8215951, 8210436 Fax. (061) 8215845
http://www.polmed.ac.id email : polmed@polmed.ac.id, info@polmed.ac.id

Anda mungkin juga menyukai